BAB I PENDAHULUAN
4.4. Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi Tentang
4.4.3 Tahap Pengawasan Pemberdayaan Masyarakat
Tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan Program BPN / K pengawasan dapat
a. Pengawasan Fungsional yaitu Inspektorat Kabupaten Sirmalungun
b. Pengawasan Melakat dilakukan oleh aparat Pemerintah Kabupaten Simalungun yang mempunyai tugas dan tujuan pembinaan secara vertikal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Pengawasan oleh masyarakat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri bersama Maujana Nagori selaku sosial Kontrol.
Pengawasan yang dilakukan dilapangan sudah berjalan dengan baik seperti
yang dikatakan oleh Kepala Seksi Pemerintahan Masyarakat Nagori yaitu:
Ketika pembangunan akan mulai dilaksanakan maka saya akan ditugaskan camat untuk memonitor setiap pelaksanaannya apakah sesuai dengan hasil Musrembang Desa apa tidak. Setiap masalah dan tantangan yang ada dilapangan akan segera saya laporkan kepada Bapak Camat sehingga dapat segera diatasi dan pembangunan tidak terkendala ataupun terhambat. Jadi sebelum masalah menjadi besar kami dari kecamatan selalu mengawasi secara langsung pelaksanaan Program BPN / K. (KS, 23 Oktober 2007)
Hal tersebut juga senada dengan yang dikatakan oleh Pangulu Pamatang
Panombeian yaitu:
Pemerintah Nagori selalu berkoordinasi dengan Kecamatan dalam pelaksanaan BPN / K. Lagipula Bapak PMN selalu datang ke nagori kami untuk mengawasi dan melihat pelaksanaan program BPN / K ini. Pada kesempatan itulah kami sering menyampaikan apa saja masalah dan tantangan yang kami hadapi. Sehingga sampai saat ini kami tidak pernah mengalami keadaan yang tidak kondusif karena sejak dini langsung dapat diselesaikan. (KP, 15 Nopember 2007)
Pengawasan yang dilakukan oleh kecamatan, bapak camat memiliki prinsip
bahwa pengawasan memiliki banyak manfaat yang bukan hanya sekedar mengawasi
tetapi juga berfungsi sebagai bahan evaluasi untuk pelaksanaan pembangunan
kedepannya, seperti sebagai berikut:
...pengawasan yang dilakukan kecamatan memiliki banyak esensi. Disamping murni untuk mengawasi dan menyelesaikan segala tantangan dan hambatan yang dihadapi, kita juga mengevaluasi setiap kegiatan
pembangunan yang berlangsung termasuk BPN / K agar kedepannya masalah yang terjadi agar tidak terulangi lagi dan pelaksanaannya pun dapat lebih efektif dan efisien. (REPS, 15 Nopember 2007)
Peran Maujana dapat dijelaskan salah seorang Maujana Nagori sebagai
berikut:
...kami sebagai Maujana selalu mengontrol setiap pembangunan yang dilakukan di desa kami termasuk program BPN / K. Lagipula kami dibantu oleh masyarakat sehingga apa saja yang dilaporkan masyarakat akan kami terima. Lalu kami lihat dilapangan apakah memang telah terjadi kesalahan apa tidak. Jadi kami tidak asal terima. Kalau memang betul akan kami minta penjelasan kepada pangulu sebagai kepala wilayah di desa kami. (MS, 8 Nopember 2007)
Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan dari pelaksanaan dana BPN /K
pada tingkat pertama, penyelesaian oleh Bupati dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Menugaskan aparat pengawasan di daerah untuk melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap penyimpangan-penyimpangan dari pelaksanaan dana BPN / K
2. Pangulu / Lurah dan Sekrtaris Nagori, menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan hasil pelaksanaan fisik dan keuangan setiap bulan kepada Camat 3. Camat selaku pengendali pengawasan dan pelaporan, harus menyampaikan
laporan rekapitulasi perkembangan hasil pelaksanaan fisik dan keuangan setiap bulan kepada Bupati Simalungun C/Q Bagian Pemerintahan Nagori Setdakab Simalungun.
4. Camat menbuat laporan bulanan, juga harus meyampaikan laporan tahunan tentang pelaksaan BPN / K. Secara umum adalah antara lain:
a. Gambaran Pelaksanaan secara umum b. Tantangan / hambatan yang dihadapi c. Alternatif pemecahan masalah d. Kesimpulan dan saran
5. Kepala Bagian Pemerintahan Nagori menyampaikan rekapitulasi laporan perkembangan hasil pelaksanaan fisik dan keuangan serta hasil analisa kepada Bupati Simalungun.
Sepanjang pelaksanaan Program BPN / K di Kecamatan Panombeian yang
Nagori selalu berkoordinasi kepada Kecamatan dalam mengatasi masalah yang ada
sebelum masalah menjadi besar. Tahap pengawasan cenderung dijadikan sebagai
ajang instropeksi diri agar dalam pembangunan selanjutnya tidak terulang masalah
yang sama lagi.
Gambaran Proses Pemberdayaan Masyarakat dalam Program BPN / K,
sebagaimana telah diuraikan dan dianalisis diatas, dapat terlihat dalam tabel sebagai
Tabel 4.16
Proses Pemberdayaan Masyarakat dalam Program BPN/K
Proses Program BPN/K
1 2
Tahap Perencanaan
1. Desiminasi dan Sosialisasi yang dilakukan sampai ke
tingkat Nagori, melalui penyebarluasan informasi dalam forum sosial kemasyarakatan dan sarana lainnya, supaya diketahui oleh masyakarat.
(Masyarakat terlibat langsung, meskipun Pemerintahan Nagori yang berperan aktif.)
2. Dituangkan dalam Daftar Usulan Rencana Kegiatan
(DURK) berdasarkan usulan masyarakat dalam Forum Musbang Nagori, yang dihadiri oleh Pem. Nagori, LPMN, dan Masyarakat. Kemudian disetujui oleh Maujana Nagori sebelum disyahkan Camat.
(Masyarakat terlibat secara langsung, meskipun “kata akhir” berada pada Maujana Nagori sebagai representasi masyarakat.)
Tahap Pelaksanaan
Melibatkan seluruh masyarakat Nagori melalui LPMN/K, sehingga berpartisipasi aktif dan merasa ikut memiliki dengan swadaya gotong royong.
Masyarakat tidak terlibat langsung karena pelaksanaannya diserahkan kepada pihak ketiga (namun tidak ada masalah karena diatur dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program BPN / K hanya konsep pemberdayaaan kurang berjalan optimal), dan lagipula masyarakat sulit bergotong royong, karena berhubungan dengan faktor ekonomi masyarakat.
Tahap Pengawasan
Pemerintahan Kabupaten, Kecamatan, Nagori, Maujana bersama–sama dengan Masyarakat berkewajiban melakukan pengawasan sekaligus mengevaluasi hasil kegiatan pembangunan.
Semua pihak terlibat termasuk masyarakat, sehingga masalah yang dihadapi dapat segera teratasi.
BAB V
P E N U T U P
5.1 Kesimpulan
Pelaksanaan suatu program pembangunan yang dialokasikan ke nagori-nagori
di Kecamatan Panombeian Panei sejak dari perencanaan yang terbuka dan melibatkan
masyarakat telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan hasilnyapun
efektif. Manfaat bagi masyarakat yang bernilai paling besar adalah adanya
pemahaman tentang keterlibatan masyarakat tersebut sebagai suatu solusi dari apa
yang dibutuhkan dan apa yang menjadi masalah masyarakat. Dengan terbentuknya
pemahaman tersebut, sudah merupakan salah satu proses pemberdayaan masyarakat.
Dengan demikian menjadi cerminan karakteristik perencanaan yang melibatkan
masyarakat sebagai user, sekaligus sebagai salah satu aktor utama.
Pada sisi lain, program apapun namanya asal bertujuan untuk memajukan
kehidupan masyarakat lokal haruslah membuka peluang yang lebar bagi masyarakat
untuk turut terlibat secara langsung sejak perencanaan sampai tahap pengawasan
karena berkontribusi dalam menentukan kelanjutannya. Sangat prematur
membicarakan pelaksanaan dan evaluasi program pembangunan yang ditujukan
untuk masyarakat nagori, apabila tidak terlebih dahulu mengkaji sampai sejauh mana
Keterlibatan masyarakat meskipun kecil kapasitasnya, akan tetapi sangat
menentukan keberhasilannya dalam proses pelaksanaan, pemanfaatan dan
pemeliharaan, hal ini terkait dengan asumsi bahwa keterlibatan masyarakat signifikan
kaitannya dengan proses pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan penelitian dan
pengamatan terlihat bahwa masyarakat di lokasi penelitian sebenarnya memiliki
antusias dan respon yang tinggi dalam proses pembangunan yang memang berkenaan
langsung dengan kebutuhan pokoknya. Keterlibatan dalam proses perencanaan sudah
dianggap baik yang terlihat dari tingginya tingkat antusias masyarakat. Aspek yang
terlibat dalam proses perencaaan adalah aspek sosial dan politik. Ketika aspek sosial
telah terlaksana maka dengan sendirinya aspek politik juga akan berjalan.
Pelaksanaan musyawarah dalam perencanaan Program BPN / K memberikan
kewenangan masyarakat untuk menentukan rumusan keputusan mengenai apa yang
akan dikerjakan dan dilaksanakan di nagori mereka. Akan tetapi dalam proses
pelaksanaan masyarakat kurang terlibat karena sikap masyarakat yang susah diajak
bergotong royong dikarenakan harus mencari nafkah sehingga harus melibatkan
pihak ketiga. Keterlibatan pihak ketiga tersebut telah diatur dalam petunjuk Teknis
Pelaksanaan BPN / K sehingga dari segi peraturan hal tersebut dapat dikatakan sah
dan resmi namun dari segi konsep pemberdayaan hal tersebut tidak memberikan
proses belajar sebagaimana yang dikatakan Korten (1988:247). Dalam proses
pelaksanaan aspek yang berperan adalah aspek budaya dan ekonomi. Aspek budaya
adalah usaha bagaimana setiap masyarakat dapat terlibat langsung di dalam
berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis ketika pelaksanaan program BPN /
K berlangsung, masyarakat tidak terlibat.
Pengawasan yang dilakukan oleh Kabupaten, Kecamatan, Nagori dan
Masyarakat dalam hal ini Maujana Nagori telah memberikan manfaat yang berarti
bukan hanya sebagai pengawas semata tetapi juga bermanfaat sebagai bahan masukan
evaluasi dalam pembangunan kedepannya.
5.2. Saran
Atas dasar kesimpulan diatas, hendaknya diminimalisir program
pembangunan yang bernuansa proyek. Program pembangunan yang digulirkan lebih
fleksibel sehingga terbuka peluang untuk proses pemberdayaan masyarakat
didalamnya serta sejauh mungkin menghindarkan proses birokratisasi didalamnya.
Pada tahap pelaksanaan program BPN / K hendaknya diminimalisir
keterlibatan pihak ketiga seperti rekanan kontraktor, sepanjang masyarakat masih
mampu melaksanakannya secara langsung. Dengan demikian masyarakat diberikan
kesempatan untuk belajar memahami sendiri tentang seluk beluk pembangunan,
menumbuhkan rasa memiliki dari masyarakat dan pada sisi lain hal tersebut juga akan
mengurangi rasa apriori masyarakat. Sehingga Pemerintah Kabupaten kedepannya
tidak membuat Program Pemberdayaan Masyarakat namun justru melegalkan
Pemerintah nagori hendaknya dapat lebih memberikan pengertian dan
kesadaran masyarakat agar terlibat dalam seluruh proses pembangunan sehingga
tercipta pemberdayaan yang sesungguhnya. Dan juga masyarakat dengan tulus
membantu pelaksanaan Program BPN / K, karena subjek dan objek pembangunan
adalah untuk mereka sendiri. Sehingga pejabat Nagori dapat meminimalisasi peran
pihak ketiga dan dana yang ada dapat dipergunakan secara optimal dan maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abe, Alexander, 2001, “Perencanaan Daerah : Memperkuat Prakarsa Rakyat
Dalam Otonomi Daerah”, Yogyakarta, Lapera.
Arikunto, Suharsimi, 2002, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta, PT Rineka Cipta
Babbie, Earl, 1995, “The Practise Of Social Research, 7th Edition”, Belmont CA,
Wadsworth Publishing Company, USA
Bryant, Coralie & Louise G. White, 1987, “Manajemen Pembangunan Untuk Negara
Berkembang”, Jakarta, LP3ES.
Cernea, Michael M, 1988, “Mengutamakan Manusia di Dalam Pembangunan :
Variabel-Variabel Sosiologi di Dalam Pembangunan Pedesaan”, Jakarta,
Pub. Bank Dunia, Penerbit UI.
Conyers, Diana, 1991, “Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga” , Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Friedmann, John, 1992, Empowerment: The Politics of Alternative
Development” , Cambridge Mass, Blackwell Publishers.
Hikmat, Harry, 2001, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat”, Bandung,
Humaniora Utama Press.
Kartasasmita, Ginandjar, 1996, “Pembangunan Untuk Rakyat :
Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan”, Jakarta, PT. Pustaka
Cidesindo.
Kerlinger, JF, 2003, “Asas-asas Penelitian Behaviora”, Jakarta, Gadjah
Mada University Press
Korten, David C dan Sjahrir, 1988 “Pembangunan Berdimensi
Kerakyatan”, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.
Midgley, James, 1995, “Social Development : The Development Perspective In
Social Welfare”, London, Sage Publication.
Moleong, Lexy J, 2001, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya.
Nazir, Moh, 1988, “Metode Penelitian”, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Pranarka A.M.W. dan Prijono Onny S, 1996, “Pemberdayaan : Konsep,
Kebijakan dan Implementasi”, Jakarta, CSIS.
Schumacher, E. F, 1993, “Kecil Itu Indah : Ilmu Ekonomi yang Mementingkan
Rakyat Kecil”, Jakarta, LP3ES.
Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, 2002, ”Metodologi Penelitian”,
Bandung, Mandar Jaya.
Soetrisno, 2001, “Pemberdayaan dan Upaya Pembebasan Kemiskinan”,
Philosophy Press, Yogyakarta.
Sumodiningrat, Gunawan, 1997, “Pembangunan Daerah dan
Pemberdayaan Masyarakat”, Jakarta, Bina Rena Pariwara.
Supriatna, Tjahya, 2000, “Strategi Pembangunan dan Kemiskinan”, Jakarta, Rineka Cipta.
Tjokrowinoto, Moeljarto, 1987, “Politik Pembangunan : Sebuah Analisis Konsep,
Arah dan Strategi”, Yogyakarta, Tiara Wacana.
Tesis
Lasito, 2002, “Upaya Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan
Desa”, Tesis, Jakarta, FISIP Universitas Indonesia.zc v
Lainnya