BAB I PENDAHULUAN
4.4. Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi Tentang
4.4.1 Tahap Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat
Tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)
Penentuan kegiatan program yang akan dibahas, berangkat dari inventarisasi
kegiatan yang dilakukan. Kegiatan yang paling menonjol dilaksanakan di Kecamatan
Panombeian Panei adalah pembangunan sarana dan prasarana transportasi. Dalam
implementasi kegiatan tersebut, masih terbentur oleh kepentingan birokrat yang ada,
terutama dalam proses perencanaannya. Oleh karena itu penting untuk mengetahui
sampai sejauh mana keterlibatan masyarakat lokal sejak proses perencanaan.
Menyikapi program pembangunan yang digulirkan ke Kecamatan
Panombeian Panei, masyarakat sangat mengharapkan alokasi terbesar untuk
pembangunan sarana dan prasarana transportasi terutama pembukaan jalan,
pembatuan jalan, perkerasan jalan, pembuatan gorong-gorong dan lain-lain. Hal
tersebut sangatlah wajar, karena sebagai salah satu kecamatan pemekaran, masih
banyak prasarana jalan yang masih rusak, belum di onderlag (pembatuan), bahkan
masih ada yang berupa jalan tanah dan jalan setapak, sedangkan jalan tersebut
merupakan urat nadi jalur pertanian masyarakat, sebagaimana telah disebutkan dalam
sebagai berikut : ”Apapun nama dan bentuk program pembangunan yang akan
diberikan pemerintah kami sangat membutuhkan pembangunan yang mengarah
trnsportasi. Jalan di huta kami sudah lama kami usulkan agar pemerintah melakukan
pembangunan. Untunglah ada program BPN / K sehingga jalan ditempat kami sudah
baik. ”(PT, 9 Oktober 2007)
Secara umum alokasi kegiatan terbesar program BPN / K yaitu pembangunan
sarana dan prasarana jalan transportasi. Hal tersebut disambut antusias oleh
masyarakat seluruh nagori/kelurahan, yang mengetahui informasinya melalui pangulu
dan tokoh-tokoh masyarakat. Ketika sosialisasi demi sosialisasi dari program tersebut
mulai dilaksanakan di nagori/kelurahan, masyarakat mulai membahas secara informal
tentang kegiatan yang akan dialokasikan.
Antusias masyarakat tersebut banyak dipengaruhi informasi yang disampaikan
oleh Pangulu. Dalam hal ini Pangulu telah mengambil suatu sikap untuk
mengintegrasikan perencanaannya, sebagaimana terungkap dari keterangan salah satu
Pangulu, sebagai berikut :
...Waktu saya mendapat informasi bahwa akan ada program BPN / K, dimana akan ada kesempatan untuk membangun prasarana transportasi, saya mulai mengumpulkan beberapa tokoh masyarakat secara terbatas untuk membicarakannya dan juga menyampaikannya melalui kegiatan-kegiatan di gereja kepada masyarakat. Di nagori kami masih ada jalan tanah sepanjang 2 km menuju salah satu huta, sepanjang jalan tersebut banyak perladangan yang merupakan andalan masyarakat. Kami buat perencanaan tentunya dengan didukung dengan partsipasi dan swadaya masyarakat. (KP, 28 September 2007)
Keterangan informan tersebut senada dengan informan (pangulu) lainnya
yang memberikan keterangan. Sebagaimana telah disampaikan diatas, lokasi jalan
tanah tersebut di Nagori Talun Kondot, yang memang masih banyak jalan yang
terisolir. Bahkan ada yang mengharapkan pembukaan jalan, sebagaimana terungkap
dari keterangan yang disampaikan seorang Tokoh Masyarakat, sebagai berikut :
“...Kami sangat senang program-program tersebut dapat membuka jalan huta yang
telah lama sekali kami inginkan menghubungkan talun kondot ke kampung baru,
sekarang dapat lebih pendek jaraknya. Saat perencanaannyapun sewaktu musrenbang
dulu, secara bulat kami setuju sekali dengan rencana itu”. (AP, 5 September 2007)
Sama dengan keterangan tokoh masyarakat tersebut, masyarakat juga
bersemangat diajak bermusyawarah untuk mempersiapkan gotong royong dan hal-hal
yang perlu dipersiapkan, seperti dituturkan oleh salah seorang masyarakat nagori
Talun Kondot, sebagai berikut :
...Waktu ibu pangulu nagori menyampaikan rencana pembangunan jalan tersebut di gereja, senang kali kami mendengarnya, karena sudah kami bayangkan akan semakin mudahlah kami nantinya mengangkut hasil pertanian dan ongkospun semakin murah. Waktu diadakan musbang, kami bersedia menyumbang 10 tumba (liter) beras per KK untuk dijual sebagai tambahan menyediakan materil. (PS, 20 September 2007)
Ada juga proses yang mengintegrasikan beberapa usulan pembangunan
transportasi sesuai dengan kondisi obyek jalan yang akan diperbaiki atau diperkeras
dengan besarnya dana yang memungkinkan dari program yang ada, seperti
....Saat musbang nagori yang biasanya kami selenggarakan pada bulan maret setiap tahun yang memang secara khusus membahas tentang BPN / K, tapi pada saat itu juga saya sampaikan, bahwa perlunya membuat peringkat prioritas dari banyaknya usulan tentang jalan, dalam artian yang mana dapat didanai oleh BPN / K yang memang dananya terbatas pada tahun ini, yang mana didanai pada tahun depan dan demikian seterusnya, disamping dimohonkan melalui Dinas PU Bina Marga, selain itu juga kami perhitungkan bobot rusaknya jalan dan dampak yang timbul, dengan demikian, kami sudah siap dan tinggal menunggu pelaksanaannya saja. (RS, 23 Agustus 2007)
Strategi seperti yang diterapkan oleh salah seorang pangulu tersebut memang
praktis dan efisien. Berdasarkan pengamatan dan wawancara, umumnya masyarakat
Kecamatan Panombeian Panei tidak tahu persis apa saja alokasi program BPN / K.
Masyarakat hanya mengetahui bahwa melalui program tersebut dapat membuka jalan,
dapat memperkeras jalan, dll. Wujud kegembiraan masyarakat tercermin pada
antusias mereka saat diajak berpartisipasi dalam pembangunan. Saat pelaksanaan
Musrenbang di tingkat Nagori, masyarakat sangat antusias.
Pada umumnya proses perencanaan pembangunan di desa berjalan lancar,
karena memang ada kesesuaian antara peluang yang diberikan dalam program
tersebut dengan aspirasi masyarakat. Terwujud keterpaduan yang pada gilirannya
mengupayakan keberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat menjadi proaktif.
Mekanisme perencanaan pembangunan dari bawah yang mengacu pada kebutuhan
dan kemampuan setempat adalah prasyarat utama untuk efektifitas dan efisiensi,
sehingga proses pemberdayaan masyarakat dapat tercapai, sebagaimana terungkap
dari pernyataan informan, sebagai berikut :
Pangulu selalu mengumpulkan kami terlebih dahulu untuk membicarakan pembangunan apa yang akan kami bangun di nagori kami. Banyak juga
permintaan kami yang disampaikan. Cuma bapak pangulu menjelaskan biaya dan mencari jalan tengah apa yang mendesak untuk dilakukan. Eh...ternyata benar juga. Apa yang kami rencanakan itu pula yang dilaksanakan. (TS, 27 September 2007)
Pendapat yang berbeda, justru muncul dari tokoh masyarakat nagori yaitu
LPM yang memandang fenomena tersebut dari sisi yang lain, sebagaimana
terungkap dari pernyataan informan, sebagai berikut :
...Sebenarnya semua masyarakat menginginkan pembangunan jalan, namun karena serba gantung dananya pembangunan itu nantinya bisa kurang mantap. Meskipun begitu pembangunan prasarana transportasi itu sendiri memang sudah dialokasikan dalam program karena berdasarkan data yang ada, memang masih banyakpun... sarana jalan di kecamatan ini yang penting untuk diperkeras, atau setidaknya dibatui. (MS, 2 Oktober 2007)
Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa memang ada perbedaan pandangan
terhadap proses pengusulan kegiatan, meskipun mereka penduduk asli Kecamatan
Panombeian Panei. Pandangan pertama yang menyebutkan usulan atas masukan dan
kebutuhan / aspirasi masyarakat, dan pandangan kedua yang menyatakan usulan
tersebut memang sudah diprogramkan berdasarkan data yang telah ada di kecamatan
dan kabupaten sebelumnya. Padahal data yang dimaksud oleh aparat kecamatan
tersebut sebagai masukan dalam penentuan alokasi.
Menyikapi program pembangunan di nagori, berdasarkan petunjuk dari
tingkat kabupaten, Camat telah membentuk Tim yang bertugas sejak sosialisasi,
perencanaan sampai pelaksanaannya. Tim yang dibentuk terdiri dari Tim Pengelola &
Tim tersebut dikoordinasikan oleh Camat. Demikian juga halnya di tingkat
nagori/kelurahan, sudah ada pembagian tugas antara PjOK, PjAK maupun Korlap.
Untuk lebih jelasnya tentang pembagian tim tersebut, sebagaimana dinyatakan
Camat, sebagai berikut :
...Masuknya program BPN / K, menuntut kami di pemerintahan kecamatan untuk melakukan pembinaan secara baik dan tersistematis berdasarkan pedoman dan petunjuk yang dari atas. Pembinaan yang dilakukan terutama sekali kami lakukan pada awal perencanaan karena itu yang sangat menentukan kelanjutannya. Zamannya sudah berubah, sehingga paradigma yang dipakaipun bukanlah intervensi, tetapi fasilitasi serta menjaga supaya tetap mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan. Juga saya tekankan kepada staf saya untuk menyesuaikan dengan pola pikir tersebut, karena ketika seandainya ada masalah, toh... kecamatan juga yang harus bertanggung-jawab, itu saja, sedangkan kalau ada hal-hal yang bersifat teknis, kami koordinasikan dengan instansi terkait. Jadi peranan kami sifatnya menjembatani peranan dan fungsi pihak-pihak yang terlibat di nagori/kelurahan. (REPS, 10 September 2007)
Berdasarkan pengamatan dan informasi dari beberapa Pangulu dan Tokoh
masyarakat yang diperoleh dilapangan, peranan kecamatan dianggap cukup baik dan
proposional. Tim dari kecamatan senantiasa menghadiri sosialisasi dan musrenbang
di setiap nagori serta memberikan pengarahan. Sehingga masyarakat pun bersedia
untuk berpartisipasi aktif, seperti disampaikan oleh salah seorang masyarakat, sebagai
berikut :
...Pernah Bapak Camat datang berkunjung ke peladangan kami, sewaktu panen dan kami sedang memikul hasilnya sejauh 500 meter ke tempat tingggal kami, pada awalnya kami tidak tahu kalau Bapak itu seorang Camat. Bapak itu memberikan semangat pada kami bahwa akan ada program pembatuan jalan, awalnya sih....kami kira main-main, ternyata ketika di huta kami, ramai dibicarakan tentang itu, membuat kami tertarik dan saat sosialisasi ternyata Bapak Camat tersebut datang, wah.... kami sangat senang, mudah-mudahan seterusnya demikianlah. (SS, 3 Oktober 2008)
Kegiatan yang paling menonjol dilaksanakan di Kecamatan Panombeian
Panei melalui program BPN / K adalah pembangunan sarana dan prasarana
transportasi. Dalam implementasi kegiatan tersebut, masih terbentur oleh kepentingan
birokrat yang ada. Pada sisi lain, nyata terjadi bahwa hasil-hasil kegiatan
pembangunan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Ini terkait
dengan minimnya tingkat rasa memiliki dan empati masyarakat lokal. Karenanya
penting untuk mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan masyarakat sejak proses
perencanaan.
Pembangunan Sarana dan Prasarana
Masyarakat sangat mengharapkan alokasi terbesar program pembangunan
yang digulirkan di Kecamatan Panombeian Panei adalah pembangunan sarana dan
prasarana transportasi terutama pembatuan jalan. Hal tersebut sangatlah wajar, karena
sebagian besar jalan desa di Kecamatan Panombeian Panei masih ada yang berupa
jalan tanah dan jalan setapak, sedangkan jalan tersebut merupakan urat nadi jalur
pertanian masyarakat, sebagaimana telah disebutkan dalam gambaran umum lokasi
penelitian, sebagaimana terungkap dari keterangan salah seorang masyarakat,
sebagai berikut : ”Memang selama ini kami merindukan pembangunan jalan. Di jalan
utama memang jalan sudah sangat baik namun bila dilihat ke dalam masih banyak
jalan yang belum dibatui sehingga kami sangat sulit mengangkut hasil pertanian
Alokasi tersebut disambut antusias oleh masyarakat seluruh nagori/kelurahan,
yang mengetahui informasinya melalui pangulu dan tokoh-tokoh masyarakat. Ketika
sosialisasi demi sosialisasi dari program tersebut mulai dilaksanakan di
nagori/kelurahan, masyarakat mulai membahas secara informal tentang kegiatan yang
akan dialokasikan.
Antusias masyarakat tersebut banyak dipengaruhi informasi yang disampaikan
oleh Pangulu. Dalam hal ini Pangulu telah mengambil suatu sikap untuk
mengintegrasikan perencanaannya, sebagaimana terungkap dari keterangan salah satu
Maujana, sebagai berikut :
...Waktu kami mendapat informasi bahwa akan ada program BPN / K dimana ada kesempatan untuk membangun prasarana transportasi, kami mulai membicarakan pembangunan apa yang terbaik dilakukan di nagori kami. Di nagori kami masih ada jalan tanah sepanjang 5 km padahal sepanjang jalan tersebut, banyak perladangan yang merupakan andalan masyarakat. Secara pribadi saya merancang, apabila nagori kami mendapatkan program-program tersebut, akan kami buat perencanaan dengan bertahap, misalnya tahun pertama dengan panjang sekian meter dibiayai dari BPN / K, tahun kedua selanjutnya dengan panjang sekian meter sampai kami harapkan tuntas karena kami dengar juga program ini bertahap. (MS, 2 Oktober 2007)
Pada umumnya proses perencanaan pembangunan berjalan lancar, karena
memang ada kesesuaian antara peluang yang diberikan dalam program tersebut
dengan aspirasi masyarakat. Terwujud keterpaduan yang pada gilirannya
mengupayakan keberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat menjadi proaktif.
Mekanisme perencanaan pembangunan yang mengacu pada kebutuhan dan
kemampuan masyarakat adalah prasyarat utama untuk efektifitas dan efisiensi,
Mencermati mekanisme perencanaan pembangunan di tingkat nagori, juga
menyiratkan tentang adanya persamaan gender. Berdasarkan wawancara dan
pengamatan, secara prinsipil tidak ditemukan adanya pembedaan kepentingan dan
peranan antara pria dan wanita. Meskipun dalam konsep program yang digulirkan,
tidak mengatur secara khusus tentang peranan wanita tersebut, akan tetapi
implementasinya tetap menyertakan peranan wanita, meskipun intensitasnya tidak
sama seperti pria. Hal tersebut juga terkait dengan aplikasi capacity building sebagai
pendekatan dalam pemberdayaan yang menempatkan kesejajaran wanita dan pria
dalam setiap pengembangan kapasitasnya (Oxfom,1997:24).
Untuk memberikan gambaran tentang peranan wanita tersebut, dapat
terungkap dari keterangan Pangulu yang ketepatan merupakan seorang wanita,
sebagai berikut :
...Keberadaan wanita di daerah kami, juga sama seperti umumnya daerah- daerah yang berbasis pertanian. Disini, selain berperan utama membina anak- anaknya, juga ikut serta membantu suaminya, seperti ke ladang. Besarnya peranan kaum wanita dalam menopang kehidupan sehari-hari, khususnya bidang pertanian, juga memberikan gambaran yang berhubungan erat dengan mekanisme program pembangunan yang digulirkan. Melalui kelembagaan PKK yang ada di setiap nagori, kami selalu berupaya mendorong wanita untuk mengambil peranan yang berarti, dan memang kenyataannya, dalam setiap musbang yang diperuntukkan kegiatan yang dua tersebut, peranan mereka sama dengan pria. Hanya saja, mereka tidak terlibat dalam kegiatan fisik, tetapi mereka mendukung kebutuhan logistik, misalnya mendirikan dapur umum. Dalam setiap musbangpun, usulan mereka kadang-kadang lebih mengena, karena mereka yang paling mengetahui dan merasakan sehari-hari. (S, 25 September 2007)
Keterangan Pangulu tersebut, juga sejalan dengan keterangan salah seorang
masyarakat nagori Pamatang Panombeian (Ibu Rumah Tangga) tentang peranan
mereka, sebagai berikut :
...Pada pelaksanaan musbang di nagori, kami diundang oleh Ibu pangulu untuk membicarakan pembangunan. Secara khusus Ibu pangulu meminta masukan sama kami, mengenai pembangunan apa yang sebaiknya dilaksanakan di nagori kami. Apapun hasil keputusan musbang kami mendukung karena kami merasa telah dihargai dengan dimintakan pendapat sebagai warga masyarakat. (RD, 5 Oktober 2007)
Umumnya pendapat masyarakat sama sebagaimana diungkapkan salah
seorang Ibu Rumah Tangga tersebut. Pada prinsipnya sangat senang dengan
pembangunan parasarana tersebut. Hakikat perencanaan pembangunan desa pada
dasarnya adalah perencanaan yang dilakukan bersama dengan masyarakat untuk
menjawab permasalahan dan memenuhi kebutuhan masyarakat pula. Dengan
demikian mekanisme yang dikembangkan adalah keterlibatan masyarakat secara
langsung.
Dari pembahasan diatas dapat dianalisis tentang perencanaan sebagai prinsip
dasar dalam pembangunan, sebagai berikut : Pertama, Dalam perencanaan bersama
yang melibatkan masyarakat banyak, harus dipastikan bahwa diantara masyarakat
lokal memiliki rasa saling percaya, saling mengenal dan saling bekerja sama, sebab
hal yang akan direncanakan merupakan suatu rencana bersama, sehingga dukungan
yang diperoleh sangat nyata adanya. Saling percaya sangat dibutuhkan supaya proses
Hal diatas didukung oleh pernyataan salah seorang masyarakat sebagai
berikut: ” masyarakat harus bersatu padu mulai dari perencanaan sampai ke tahap
akhir. Masyarakatlah yang menentukan keberhasilan program ini. Jika di antara
masyarakat masih terjadi saling curiga maka bukan kemajuan yang didapatkan malah
makin terbelakang. Pihak Kecamatan dan Nagori tidak dapat berbuat banyak bila
masyarakat tidak saling bekerja sama.” (RS, 13 September 2007)
Kedua, agar semua masyarakat dapat berbicara dan mengemukakan
pandangan, usulan dan aspirasi secara fair dan bebas, maka diantara masyarakat
sebagai peserta musbang nagori tidak boleh ada yang lebih tinggi kedudukannya,
dalam arti kesetaraan menjadi hal yang penting. Hal yang dimaksudkan bukan berarti
menyamaratakan segi yang berbeda atau penyeragaman, melainkan membangun
suatu suasana dan kondisi yang setara. Tujuan dasarnya adalah agar semua
masyarakat yang terlibat dapat mengaktualisasikan pikiran secara sehat dan tidak
mengalami hambatan, misalnya hambatan psikologis. Keberadaan birokrat harus
benar-benar berposisi sebagai “fasilitator” dan hendaknya bukan sebagai narasumber
apalagi pihak yang paling menentukan (decision maker).. Kondisi demikian
sebenarnya berpotensi membangun suasana asimetri, dan bukan merupakan proses
pembelajaran yang transaktif dan bukan pula pemberdayaan yang mendorong
terjadinya proses perubahan sosial yang memungkinkan adanya akses masyarakat.
Yang terjadi justru proses peminggiran masyarakat.
Ketiga, perencanaan bersama masyarakat harus bermakna bahwa masyarakat
implementasinya. Harus dihindarkan perang intelektual atau opini, dimana pihak
yang berkelebihan informasi (elitis) mengalahkan pihak yang miskin informasi
(populis). Karena itulah keputusan yang diambil dalam perencanaan merupakan
keputusan bersama, bukan hasil rekayasa pihak tertentu atau elit tertentu.
Keempat, di dalam perencanaan pembangunan yang melibatkan masyarakat,
hendaknya menekankan pentingnya informasi yang jujur dan apa adanya, supaya
identifikasi masalah-masalah masyarakat lokal dan kebutuhan benar-benar sesuai
dengan apa adanya. Sehingga dalam perumusan kegiatan tentunya juga benar-benar
menyentuh kebutuhan dan kepentingan lokal. Kejujuran informasi ini terkait erat
dalam upaya capacity and accountability building, sehingga tidak terjadi dislokasi
kegiatan dan salah sasaran.
Menurut teori Friedmann (1992) aspek yang dominan berhasil di dalam
perencanaan adalah aspek sosial dan politik. Perencanaan Program BPN / K
melibatkan masyarakat melalui musyawarah yang dilakukan untuk merumuskan hal-
hal apa saja yang akan dilakukan. Masyarakat secara menyeluruh dapat terlibat
mengikuti musyawarah karena undangan diperuntukkan kepada seluruh masyarakat.
Saat rapat masyarakat dapat memperoleh seluruh informasi yang berhubungan
dengan Program BPN / K. Pada saat ini jugalah masyarakat bebas bertanya kepada
pemerintah hal-hal yang kurang dimengerti mengenai program tersebut. Jadi di dalam
aspek sosial telah berjalan dengan baik sebagaimana yang dikatakan oleh salah
Ketika ada undangan rapat untuk membicarakan pembangunan hendaknya masyarakat dapat meluangkan waktu mengikutinya. Karena banyak hal yang akan diperoleh yang bermanfaat bagi kita sendiri. Informasi yang diberikan pun langsung dapat diterima tanpa perantara orang lain. Sehingga informasi yang diterima lebih akurat. Lagipula pada saat itulah masyarakat dapat menambah pengetahuan, sehingga ketika pelaksanaan Program BPN / K masyarakat tidak lagi terkejut dan merasa sinis. Memang sepanjang pengamatan kami antusias masyarakat dalam mengikuti rapat perencanaan Program BPN / K sangat tinggi. Hendaknya hal tersebut tidak menurun dan kami harapkan lebih ditingkatkan. (RS, 9 Nopember 2007)
Ketika aspek sosial telah terlaksana maka dengan sendirinya aspek politik
juga akan berjalan. Pelaksanaan musyawarah dalam perencanaan Program BPN / K
memberikan kewenangan masyarakat untuk menentukan rumusan keputusan
mengenai apa yang akan dikerjakan dan dilaksanakan di nagori mereka. Masyarakat
akan membuat keputusan bersama, sebagaimana yang dikatakan salah seorang
Maujana yaitu:
Maujana memiliki kewajiban agar perencanaan Program BPN / K dapat terlaksana dengna baik. Masyarakat di nagori kami sudah mau diajak berkumpul untuk bermusyawarah membicarakan bentuk pembangunan yang akan dilaksanakan. Mereka juga sudah mampu membuat keputusan dengan terlebih dahulu diberikan informasi tentang BPN / K. Kami hanya memfasilitasi rapat dan merumuskan lalu menetapkan hasil rapat yang nantinya akan dikerjakan oleh pemerintah nagori. (MS, 8 Nopember 2007)