• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Penyusunan Anggaran Biaya Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi

2. Tahap Penyusunan Anggaran Biaya Produksi

Anggaran komprehensif secara umum terdiri dari anggaran operasi dan anggaran keuangan. Anggaran operasi terdiri dari anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran biaya produksi, anggaran perhitungan laba rugi. Sedangkan anggaran keuangan terdiri dari anggaran kas, neraca, dan anggaran modal. Dalam hal ini penulis hanya akan membahas anggaran biaya produksi saja.

Penyusunan anggaran biaya produksi biasanya dimulai dengan anggaran penjualan. Hal ini menjadi dasar perencanaan berkala dalam perusahaan, karena praktis semua perencanaan lainnya disusun berdasrkan anggaran ini. Kemudian penyusunan anggaran selanjutnya adalah anggaran produksi, karena rencana penjualan yang telah disusun harus direalisasikan dengan memproduksi barang

yang telah dianggarkan. Untuk perusahaan jasa dan perusahaan dagang, urutan penyusunan anggaran ini sedikit berbeda karena hasil penjualn dari perusahaan bukan merupakan hasil produksi perusahaan tersebut.

Setelah menyusun anggaran produksi, langkah selanjutnya adalah penyusunan anggaran biaya produksi bertitik tolak dari anggaran produksi dan anggaran penjualan.

Anggaran Penjualan

Anggaran penjualan merupakan suatu daftar yang mendetail yang menunjukkan rencana penjualan yang diharapkan selama periode yang akan datang yang dibuat dalam satuan unit moneter. Dalam penyusunan anggaran penjualan diperlukan ketelitian yang cermat karena anggaran penjualan merupakan titik tolak dalam pembuatan anggaran yang lain terutama dalam menentukan operasi perusahaa. Menurut Munandar Anggaran penjualan adalah, “Budget Penjualan (sales budget) ialah budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang penjualan perusahaan selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis (kualitas) barang yang akan dijual, harga barang yang akan dijual, waktu penjualan serta tempat (daerah penjualan)”.

Dari pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa anggaran penjualan merupakan dasar dilakukannya aktivitas-aktivitas yang lain dan pada umumnya disusun terlebih dahulu dari anggaran lainnya. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan rencana penjualan adalah :

a. Penentuan Dasar Anggaran

1. Menentukan variabel yang relevan yang mempengaruhi penjualan 2. Menentukan tujuan umum dan khusus yang diinginkan

3. Penentuan strategi pemasaran yang dipakai b. Penyusunan Rencana Penjualan

1. Analisis ekonomi secara makro 2. Analisis industri

3. Analisis prestasi penjualan yang lalu

4. Analisis prestasi penjualan yang akan datang 5. Menyusun peramalan penjualan

6. Menghitung jumlah penjualan yang dianggarkan

7. Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah disusun pada pihak lain yang berkepentingan.

Berikut ini akan disajikan contoh anggaran penjualan : Tabel 2-1

PT. ABC Anggaran Penjualan

Wilayah

Timur Barat Total

Produk A Unit

Harga per unit Penjualan produk A Produk B

Unit

Harga per unit Penjualan produk B TOTAL PENJUALAN 5.000 Rp. 200 Rp. 1000.000 6.000 Rp. 100 600.000 Rp. 1.600.000 4.000 200 800.000 4.000 100 400.000 1.200.000 9.000 200 1.800.000 10.000 100 1.000.000 2.800.000

Anggaran Produksi

Aktivitas selanjutnya setelah anggaran penjualan disusun adalah penyusunan anggaran produksi. Total unit yang harus diproduksi tergantung pada penjualan yang direncanakan dan tingkat perubahan persediaan yang diharapkan. Jadi anggaran produksi adalah rencana terperinci yang menunjukkan jumlah unit yang harus diproduksi selama satu periode dengan memperlihatkan besarnya penjualan persediaan barang jadi.

Adapun tujuan anggaran produksi adalah :

a. Menunjang kegiatan penjualan agar produk dapat disediakan sesuai dengan yang direncanakan.

b. Menjaga tingkat persediaan yang memadai

c. Sebagai informasi untuk menyusun anggaran lainnya d. Mengatur jadwal produksi

e. Menetapkan jumlah satuan fisik yang akan diproduksi dalam waktu periode dalam waktu atau periode tertentu

f. Menentukan waktu berproduksi

g. Menentukan penggunaan fasilitas lainnya

Berikut ini akan disajikan contoh anggaran produksi : Tabel 2-2 PT. ABC Anggaran Produksi PRODUK A B Unit Penjualan

Ditambah dengan persediaan akhir Total unit yang diperlukan

Dikurangi persediaan awal Produksi yang direncanakan

9.000 1.000 10.000 500 9.500 10.000 1.000 11.000 500 10.500 Anggaran Biaya Produksi

Setelah menyusun anggaran produksi, langkah selanjutnya adalah untuk menentukan berapa besar biaya yang dikeluarkan, dan jenis biaya apa saja yang diperlukan terhadap jumlah produksi yang akan dihasilkan. Anggaran ini dinamakan anggaran biaya produksi dan terdiri dari, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya upah langsung, anggaran biaya tidak langsung.

a. Anggaran Biaya Bahan Baku

Anggaran biaya bahan baku merupakan rencana tentang biaya bahan baku langsung yang diperlukan untuk menghasilkan barang jadi sesuai dengan anggaran produksi. Adapun tujuan penyusunan anggaran biaya bahan baku adalah :

a. Menaksir jumlah bahan baku yang diperlukan

b. Menaksir besarnya kuantitas pemakaian bahan baku dalam proses produksi c. Menaksir besarnya dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian

d. Sebagai pedoman menghitung biaya per unit atau harga pokok produksi barang yang akan diproduksi.

e. Dasar pengawasan bahan baku

Untuk menyususn anggaran biaya bahan baku dibutuhkan beberapa sub anggaran, yaitu :

a. Anggaran kebutuhan bahan baku

Anggaran ini disusun sebagai perencanaan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang. Dalam anggaran ini dicantumkan :

1. jenis barang jadi yang dihasilkan 2. jenis bahan baku yang digunakan

3. bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi 4. standar pemakaian bahan baku

Berikut ini disajikan contoh anggaran kebutuhan bahan baku : Tabel 2-3

PT. ABC

Anggaran Kebutuhan Bahan Baku Bahan

X Y Z

PRUDUK A

Unit yang diproduksi

Standar bahan untuk 1 unit produk Unit bahan yang dibutuhkan PRODUK B

Unit yang diproduksi

Standar bahan untuk 1 unit produksi Unit bahan yang dibutuhkan

Total Bahan Unit Yang Dibutuhkan

9.500 10 95.000 10.500 9 94.500 189.500 9.500 5 47.500 10.500 3 31.500 79.000 9.500 3 28.500 10.500 1 10.500 39.000

b. Anggaran pembelian bahan baku

Anggaran ini disusun sebagai perencanaaan kuantitas bahan baku yang harus dibeli pada periode mendatang. Bahan baku yang harus dibeli diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor persediaan dan kebutuhan bahan baku. Di dalam anggaran ini dicantumkan :

1. mutu dan jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi 2. jumlah unit bahan baku yang akan dibeli

3. harga bahan baku yang dibeli 4. waktu pembelian bahan baku

Berikut ini contoh anggaran pembelian bahan baku Tabel 2- 4

PT. ABC

Anggaran Pembelian Bahan Baku

Bahan

X Y Z

Unit yang dibutuhkan untuk produksi Ditambah persediaan akhir yang diinginkan

Dikurangi persediaan awal Unit yang harus dibeli Harga per unit

Total pembelian 189.500 40.000 229.500 30.000 199.500 5 997.500 79.000 10.000 89.000 10.500 78.500 10 785.000 39.000 1.000 40.000 500 39.500 10 395.000

c. Anggaran biaya bahan baku yang digunakan dalam produksi

Anggaran ini merupakan suatu perencanaan yang terperinci tentang biaya bahan baku produksi selama periode yang akan datang, yang di dalamnya terdapat rencana tentang jenis bahan baku yang diolah, dan waktu bahan baku diolah dalam proses produksi yang masing-masing dikaitkan dengan jenis barang jadi yang dihasilkan.

Berikut ini akan disajikan contoh anggaran tersebut : Tabel 2-5

PT. ABC

Anggaran Biaya Bahan baku Bahan

X Y Z

PRODUK A

Unit yang diproduksi Biaya per unit

Jumlah biaya bahan baku

PRODUK B

Unit yang diproduksi Biaya per unit

Jumlah biaya bahan baku Total biaya bahan baku

95.000 5 475.000 94.500 5 472.500 947.500 47.500 10 475.000 31.500 10 315.500 790.000 28.500 10 285.000 10.500 10 105.000 390.000

b. Anggaran biaya upah langsung

Anggaran ini disusun untuk merencanakan berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja langsung sehubungan dengan memproduksi bahan baku menjadi barang jadi sesuai dengan anggaran produksi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun anggaran biaya upah langsung adalah :

a. Jumlah unit yang akan diproduksi b. Periode akuntansi

c. Jam kerja untuk memproduksi satu unit produk d. Upah jam kerja langsung

f. Jam kerja untuk setiap barang g. Tingkatan proses produksi

Berikut ini akan disajikan contoh anggaran biaya upah langsung : Tabel 2-6

PT. Maju Jaya

Anggaran Biaya Upah Langsung Bagian

Pengeringan Pencetakan Pengemasan PRODUK A

Jumlah jam kerja per unit Unit yang harus diproduksi Jam kerja produk A

PRODUK B

Jumlah jam kerja per unit Unit yang harus diproduksi Jam kerja produk B

Jumlah jam kerja Tingkat upah/jam Total biaya upah

4 9.500 38.000 2 10.500 21.000 59.000 Rp. 5 Rp.945.000 2 9.500 19.000 2 10.500 21.000 40.000 Rp. 4 Rp.160.000 2 9.500 19.000 1 10.500 10.500 29.500 Rp. 5 Rp.147.500

c. Anggaran biaya tidak langsung

Anggaran biaya tidak langsung merupakan anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis biaya pabrik tidak langsung, jumlah biaya pabrik tidak langsung, dan waktu biaya pabrik tidak langsung tersebut dibebankan, yang masing-masing dikaitkan dengan

Dalam menentukan dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya tidak langsung, terdapat dua masalah pokok, yaitu :

a. Masalah penanggung jawab dalam perencanaan biaya

Dalam hal ini perlu ditetapkan prinsip akuntansi pertanggungjawaban atau yang sering disebut dengan prinsip biaya departemen langsung. Atas dasar prinsip ini dikenal dengan adanya pembagian departemen menjadi departemen produksi dan departemen jasa untuk kegiatan yang dilakukan di pabrik.

b. Masalah penentuan jumlah biaya atau anggaran

Berdasarkan sifatnya, biaya dibagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya selalu sama dari waktu ke waktu, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya setiap periode tergantung pada tingkat produksi.

Berikut ini disajikan contoh dari anggaran tersebut : Tabel 2-7

PT. ABC

Anggaran Biaya Tidak Langsung

Bagian

Pengeringan Pencetakan Pengemasan PRODUK A

Unit yang diproduksi

Biaya tidak langsung per unit Biaya tidak langsung Produk A

PRODUK B

Unit yang diproduksi

Biaya tidak langsung per unit Biaya tidak langsung produk B Total biaya tidak langsung A dan B

9.500 3 28.500 10.500 2 21.000 49.500 9.500 4 38.000 10.500 2 21.000 59.000 9.500 2 38.000 10.500 3 31.500 50.500

D. Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengawasan

Anggaran adalah salah satu alat yang sering digunakan sebagai alat pengawasan, karena jika anggaran disusun dengan baik, maka akan mempermudah penilaian tingkat efisiensi setiap pekerjaan. Pengawasan berdasarkan anggaran dilakukan dengan membandingkan anggaran dengan realisasinya, dari perbandingan tersebut dapat diketahui sebab-sebab penyimpanan antara anggaran dengan realisasi. Dari hasil analisis tersebut maka akan tampak kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan dan menjadi masukan bagi pihak manajemen untuk mengambil tindakan selanjutnya yang sekaligus menjadi bahan masukan untuk menyusun anggaran periode berikutnya.

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kegunaan anggaran adalah sebagai pedoman kerja, perencanaan, dan pengawasan. Dari kegunaan anggaran tersebut dapat dilihat kaitan antara rencana dan pengawasan. Rencana dalam hal ini adalah anggaran yang telah disetujui, hal ini berrti bahwa perusahaan akan berusaha mencapai apa yang telah ditetapkan dalam anggaran tersebut dan sekaligus mengawasi jalannya kegiatan dalam mencapai apa yang telah ditetapkan tersebut.

Pengawasan harus dilakukan secara terus-menerus, bukan hanya penilaian terhadap hasil kerja, tetapi juga harus dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan. Ada tiga fase yang perlu diperhatikan dalam melakukan fungsi pengawasan suatu anggaran yaitu :

1. Standar, merupakan hal yang diingini yang menjadi dasar bagi perhitungan-perhitungan.

2. Membandingkan hasil yang dicapai dengan standar,

3. Pelaporan, bertanggung jawab memberikan laporan dan penilaian atas hasil yang dicapai.

Perencanaan tanpa pengawasan akan menjadi sia-sia, sebaliknya suatu pengawasan tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya perencanaan. Perencanaan dan pengawasan merupakan sebagian dari fungsi-fungsi manajemen serta berperan dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Jika dilihat dari hubungannya dengan anggaran, maka biaya standar memiliki hubungan yang erat dengan anggaran. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa anggaran adalah merupakan taksiran biaya untuk menghasilkan sejumlah

produksi, sedangkan biaya standar merupakan taksiran biaya untuk menghasilkan satu unit produksi. Dengan demikian dalam penyusunan anggaran terlebih dahulu harus dihitung biaya standar, dan lebih jelasnya bahwa biaya standar merupakan dasar untuk menentukan anggaran.

Biaya standar adalah biaya yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum produksi dimulai yang berdasarkan atas norma-norma efisiensi mengenai pemakaian bahan, pembebanan biaya produksi langsung maupun biaya produksi tidak langsung serta biaya umum maupun biaya penjualan. Demikian pula bahwa biaya standar ditetapkan berdasarkan pengalaman dan ramalan masa yang akan datang. Biaya standar harus dapat dijabarkan dilapangan, dalam rangka menetapkan biaya standar, maka langkah-langkah berikut dapat ditempuh :

a. Melakukan inventarisasi dari pengalaman-pengalaman yang lalu. Dalam hal ini berarti harus meneliti kembali biaya yang sesungguhnya terjadi pada masa yang lalu.

b. Tanyakan rencana pimpinan pada masa yang akan datang. Hal ini perlu diketahui bahwa setiap perubahan kebijaksanaan pimpinan akan secara otomatis dapat mempengaruhi rencana pada masa yang akan datang.

c. Ramalkan perubahan harga pada masa yang akan datang. Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang paling sulit, sebab perubahan haraga merupakan salah satu faktor ekstern perusahaan.

Penyusunan anggaran tanpa biaya standar akan memungkinkan untuk mencapai sistem pengawasan yang memadai. Standar berfungsi sebagai alat mengukur hasil yang akan dicapai dari semua kegiatan atau fungsi, tetapi penulis

menekankan standar pada biaya produksi yaitu standar untuk bahan baku, upah langsung, dan biaya tidak langsung.

Dengan terlaksananya pengawasan biaya produksi, maka kegiatan-kegiatan produksi akan terkoordinasi baik dari kuantitas maupun kualitas produk serta waktu pengerjaannya yang ditetapkan untuk dicapai. Pengawasan biaya produksi secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga yaitu, pengawasan biaya bahan baku, pengawasan upah langsung, pengawasan biaya tidak langsung. a. Pengawasan biaya bahan baku

Pengawasan biaya bahan baku mencakup penyediaan bahan baku dengan kuantitas dan kualitas yang diperlukan pada waktu dan tempat yang diperlukan dalam proses produksi. Ini berarti bahwa bahan baku yang diperoleh tidak boleh berlebihan jumlahnya dan dipertanggung jawabkan secara penuh serta digunakan sesuai dengan anggaran, pengawasan biaya bahan baku bertujuan untuk :

1. Menghindari pemborosan bahan baku

2. Mengurangi atau mencegah penundaan produksi karena kekurangan bahan

3. Mengurangi resiko kerugian atau kecurangan b. Pengawasan upah langsung

Pengawasan terhadap upah langsung memerlukan suatu standar atau kriteria untuk menilai suatu prestasi dan mengukur kemampuan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan melihat perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang dicapai. Umumnya ditetapkan terlebih dahulu.

Pengawasan upah langsung bertujuan untuk menetapkan secara tepat upah yang dibayarkan kepada karyawan.

c. Pengawasan biaya tidak langsung

Pengawasan biaya tidak langsung mencakup berbagai jenis biaya, seperti biaya bahan penolong, biaya upah tidak langsung, biaya penyusutan, biaya reparasi, dan sebagainya. Cara yang paling meyakinkan untuk menemukan mengapa realisasi biaya pabrikasi tidak sesuai dengan anggarannya adalah menelusuri penyebab-penyebab yang mungkin untuk setiap biaya. Namun biasanya pengawsan biaya pabrikasi tidak langsung dilakukan dengan cara :

1. Menetapkan unsur-unsur biaya pabrikasi tidak langsung

2. Menetapkan besarnya biaya pabrikasi tidak langsung untuk tiap unit produk atau seluruh produk.

Biaya produksi tidak langsung berbeda dengan biaya produksi langsung dan upah langsung. Biaya produksi tidak langsung mencakup berbagai jenis biaya dan terdapat pada setiap departemen produksi, sehingga sedikit menyulitkan pengawasannya. Meskipun demilian pendekatan dasar bagi pengawasan biaya produksi tidak langsung sama seperti yang diterapkan biaya langsung yaitu penetapan standar dan tindakan perbaikan-perbaikan.

Hansen dan Mowen (2001 : 769) menyebutkan bahwa “ terdapat dua alasan mengapa sistem biaya standar diterapkan yaitu untuk meningkatkan perencanaan dan untuk memengontrol serta memfasilitasi pembiayaan produk”.

Biaya standar dikembangkan untuk bahan baku, tenaga kerja dan overhead yang digunakan untuk memproduksi suatu produk atau jasa. Dengan

menggunakan biaya-biaya ini, standar biaya per unit dihitung. Standar unit merupakan syarat yang fundamental bagi sebuah sistem penganggaran yang fleksibel, yang menjadi angka kunci dari sistem perencanaan dan kontrol yang berarti.

Berikut akan disajikan contoh biaya standar dan biaya sesungguhnya : Tabel 2-8

PT. ABC

Biaya Standar dan Biaya Sesungguhnya Untuk Bulan Januari 2006

Biaya Kuantitas Standar Kuantitas Sesungguhnya Harga Standar Harga Sesungguhnya Bahan baku 4.000 unit 5.000 unit Rp. 20 Rp. 15 Tenaga kerja 1.000 unit 2.000 unit Rp. 10 Rp. 20

Perhitungan selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar adalah: a. Model Satu Selisih

1. Selisih Biaya Bahan Baku = (KSt x HSt) – (KS x HS)

= (4.000 x Rp.20) – (5.000 x Rp.15) = Rp.5.000 L

2. Selisih Biaya Tenaga Kerja = (JKSt x TUSt) – (JKS x TUS) = (1.000 x Rp.10) – (2.000 xRp.20) = Rp.30.000 R

b. Model Dua Selisih

1. Selisih Biaya Bahan Baku

a. Selisih harga bahan baku = (HSt – HS) x KS

= (Rp.20 – Rp.15) x 5.000 = Rp.25.000 L

b. Selisih kuantitas bahan baku = (KST – KS) x HSt = (4.000 – 5.000) x Rp.20 = Rp.20.000 R

2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung

a. Selisih tarif upah = (TUSt – TUS) x JKS = (Rp.10 – Rp.20) x 2.000 = Rp.20.000 R

b. Selisih efisiensi upah = (JKSt- JKS) x TUSt

= (1.000 – 2000) x Rp.10

= Rp.10.000 R

c. Model Tiga Selisih

1. Selisih Biaya Bahan Baku

a. Selisih harga bahan baku = (HSt –HS) x KSt

= (Rp.20 – Rp.15) x 4.000

= Rp.20.000 L

b. Selisih kuantitas bahan baku = (KSt – KS) x HS

= (4.000 – 5.000) x Rp.15

2. Selisih Biaya Tenaga Kerja

a. Selisih tarif upah = (TUSt – TUS) x JKSt

= (Rp.10 – Rp.20) x 1.000

= Rp.10.000 R

b. Selisih efisiensi upah = (JKSt – JKS) x TUSt

= (1.000 – 2.000) x Rp.10

= Rp. 10.000 R

c. Selisih tarif/efisiensi upah = (JKSt –JKS) – (TUSt – TUS)

= (1.000 – 2.000) – (Rp.10 – Rp.20)

= Rp. 10.000 R

Keterangan :

TUS = Tarif upah standar TUS = Tarif upah sesungguhnya JKSt = Jam kerja standar

JKS = Jam kerja sesungguhnya HSt = Harga standar

HS = Harga sesungguhnya KSt = Kuantitas standar KS = Kuantitas sesungguhnya

Dengan adanya contoh diatas, dapat diketahui berapa selisih yang terjadi diantara biaya standar dan biaya yang sesungguhnya sehingga pihak manajemen dapat menganalisa penyebab terjadinya selisih tersebut dan kemudian mencari jalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan. Oleh karenanya, pengawasan terhadap biaya produksi akan semakin menjadi lebih efektif dengan diterapkannya biaya standar dalam perusahaan.

Dengan mengembangkan harga unit dan kuantitas standar, suatu varian keseluruhan dapat diuraikan menjadi varian harga dan varian efisiensi atau pemakaian. Dengan melakukan penguraian ini, seorang menajer mendapat informasi yang lebih. Jika variannya unfavorable (tidak menguntungkan), seorang manajer dapat memberitahu apakah hal itu disebabkan oleh perbedaan harga aktual dan harga yang direncanakan untuk tingkat aktivitas aktual, atau karena keduanya.

Dokumen terkait