• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Model Pelatihan dalam Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan

Model pelatihan dalam Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan akan menggunakan gabungan dua model, pembelajaran

eksperiensial (experiential learning) dan pembelajaran direktif (directive learning).

1. Pembelajaran Eksperiensial

Pembelajaran eksperiensial atau pengalaman terstruktur. Model ini sebagaimana diungkapkan oleh Pfeiffer & Jones (1979; dalam Supratiknya, 2008) berusaha menciptakan pengalaman buatan secara berkelompok yang memberi kesempatan peserta untuk menemukan sendiri makna hasil belajarnya dari pengalaman tersebut. Model ini bertumpu pada dua pilar aktivitas inti yaitu refleksi dan sharing peserta (Supratiknya, 2008).

Model ini terdiri dari lima fase sebagai berikut (Pfeiffer & Jones 1979; dalam Supratiknya, 2008):

a. Fase Mengalami (Experiencing): Peserta terlibat dalam suatu

kegiatan, bisa melakukan, mengamati, atau mengungkapkan sesuatu entah sendiri atau bersama kelompok.

b. Fase Membagikan Pengalaman (Publishing): Peserta membagikan apa yang dirasakan, dialami, diamati kepada peserta lain.

c. Fase Memproses Pengalaman (Processing): Peserta mendiskusikan pola dan dinamika kelompok yang muncul dari pengalaman dan sharing pengalaman yang dilakukan.

d. Fase Merumuskan Kesimpulan (Generalizing): Peserta

menyimpulkan poin-poin pembelajaran dari pengalaman yang dialami.

e. Fase Menerapkan (Applying): Peserta mencoba merencanakan untuk menerapkan poin-poin pembelajaran yang telah diperoleh dalam hidup sehari-hari.

Fase-fase tersebut terangkum dalam gambar berikut: Experiencing

Applying The Activity Phase Publishing Planning How to Sharing Reactions Use the Learning and Observations

Generalizing Processing

Developing Discussing Principles Patterns and

Dynamics

Gambar 3.1. Siklus Pembelajaran Eksperiensial (diadaptasi dari Pfeiffer & Jones 1979; dalam Supratiknya, 2008) 2. Pembelajaran Direktif

Pembelajaran direktif (directive learning) meletakkan pembelajar sebagai penerima informasi dan fasilitator sebagai pemberi informasi. Pembelajar menerima informasi dari fasilitator secara langsung atau direktif melalui komunikasi dan perilaku-perilaku tertentu (Aimeur, Dufort, Leibu, dan Frasson, 2001).

Pembelajaran direktif menekankan pada umpan balik segera oleh fasilitator dari respon pembelajar (Glogoff, 2005). Hal ini berarti fasilitator merupakan sumber informasi utama dalam transfer informasi dari fasilitator kepada pembelajar.

b. Metode Pelatihan dalam Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan

Ada delapan metode pembelajaran atau pelatihan khas yang menggunakan model belajar dari pengalaman (Abella, 1986; dalam Supratiknya, 2008) yang akan digunakan dalam Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan, yaitu:

a. Latihan gugus tugas: Peserta diminta untuk mengerjakan tugas tertentu dalam kelompok kecil (3-8 orang) kemudian mempresentasikan hasilnya pada seluruh kelas. Tujuannya untuk mengerjakan isi pembelajaran dalam kelompok kecil agar masing-masing dapat berkontribusi secara aktif.

b. Diskusi kasus: Peserta mempelajari dan mendiskusikan suatu kasus yang disajikan entah secara tertulis, melalui rekaman audio, maupun melalui rekaman video. Tujuannya agar peserta mampu merumuskan pelajaran yang dapat dipetik dari kasus tersebut.

c. Simulasi dan permainan: Peserta mengalami suatu simulasi atau

permainan yang diformalkan sehingga bisa menarik inti dari apa yang ingin dipelajari. Tujuannya adalah menghadirkan kembali proses, kejadian, atau serangkaian situasi yang bisa peserta analisis tanpa mengalami dan menanggung resiko yang mungkin terjadi dari kejadian aslinya.

d. Latihan bermain peran: Peserta diminta untuk memainkan peran

tertentu dalam sebuah psikodrama. Tujuannya peserta dapat menghayati interaksi dari peran yang dimainkan, baik dengan cara yang biasa maupun cara baru.

e. Diskusi kelompok: Peserta diberi kesempatan untuk bertukar pikiran secara bebas dalam kelompok atau sub-kelompok. Metode ini bisa dipakai sebagai “pemanasan”, sebagai penutup kegiatan, maupun kegiatan mandiri.

f. Latihan individual: Peserta diminta bekerja sendiri-sendiri untuk menerapkan pengalaman yang sudah diperoleh dari suatu program pelatihan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mentransfer pembelajaran yang sudah diperoleh dari program psikoedukasi tertentu ke dalam praktek nyata.

g. Presentasi atau lekturet: Trainer menyampaikan materi melalui

presentasi terstruktur kepada peserta. Biasanya presentasi atau lekturet ini menggunakan alat bantu multimedia agar peserta dapat memahami dengan lebih baik.

h. Modelling perilaku: Peserta diminta untuk menirukan suatu perilaku

tertentu langkah demi langkah (biasanya demonstrasi perilaku disampaikan melalui video). Tujuannya adalah mengajari peserta cara spesifik dalam menghadapi sebuah interaksi.

c. Rancangan Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan akan diadakan selama satu hari (one-day training). Berikut adalah rancangan Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan,

• Ice Breaking & Kontrak Belajar 08.00-09.00 (60”)

• Sesi I : Proaktivitas 09.00-10.30 (90”)

• Coffe Break 10.30-10.45 (15”)

• Sesi II : Visi 10.45-12.15 (90”)

• Makan Siang 12.15-13.00 (45”)

• Sesi III : Kepercayaan Diri 13.00-14.30 (90”)

• Sesi IV : Kebutuhan Berprestasi 14.30-16.00 (90”)

• Coffe break 16.00-16.15 (15”)

• Sesi V : Kreativitas 16.15-17.45 (90”)

• Evaluasi & Penutup 17.45-18.30 (45”)

2. Prosedur Penelitian

a. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti menyusun rancangan Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan yang berdasar pada lima komponen karakteristik wirausahawan. Peneliti kemudian mencari subyek dan trainer dari Divisi Training Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk melaksanakan pelatihan. Selain itu, peneliti juga mencari ijin penggunaan ruang pelatihan dan mempersiapkan modul-modul pelatihan.

Pada tahap ini juga, peneliti menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Alat ukur tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu serta direvisi sebelum digunakan agar butir-butir itemnya bersih serta sahih (Hadi, 2005).

b. Tahap Penelitian

Tahap penelitian ini meliputi pengukuran sebelum pelatihan dan pengukuran setelah pelatihan baik dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pengukuran sebelum pelatihan dilakukan dengan cara menyebar Tes Pengetahuan Materi Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan dan Skala Perilaku Karakteristik Wirausahawan kepada subyek eksperimen dan kontrol setelah dilakukan random assignment sebelum adanya perlakuan (berupa Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan pada Mahasiswa). Pengukuran setelah pelatihan dilakukan dengan cara menyebar form evaluasi reaksi Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan, Tes Pengetahuan Materi Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan, dan Skala Perilaku Karakteristik Wirausahawan kepada subyek eksperimen dan kontrol setelah adanya perlakuan (berupa Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan). Form evaluasi reaksi Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan dan Tes Pengetahuan Materi Pelatihan Pengembangan Karakteristik Wirausahawan diberikan pada langsung setelah pelatihan, sedangkan Skala Perilaku Karakteristik Wirausahawan diberikan dua minggu setelah pelatihan.

Dokumen terkait