• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Tahap-Tahap Penelitian

Dimulai dengan penelitian pendahuluan, pembuatan desain, penelitian nyata, dan diakhiri dengan penulisan laporan, tahapan penelitian ini menguraikan rencana pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.73Berikut prosedur yang akan digunakan dalam penelitian ini:

1. Tahap pra-lapangan, di mana semuanya sudah diatur sebelum memulai operasi penelitian yang sebenarnya Tugas yang dilakukan meliputi pengumpulan proposal penelitian.

2. Kerja lapangan, yaitu kunjungan langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan dan mencatat informasi yang diperoleh melalui prosedur yang meliputi wawancara, observasi, dan pencatatan.

3. Pada tahap analisis dan penulisan laporan, peneliti memeriksa hasil data yang dikumpulkan dan memverifikasi keakuratan atau keabsahan temuan

72 Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, 330.

73 Tim Penyusun IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, 48.

penelitian. Sebuah laporan penelitian kemudian ditulis oleh peneliti untuk menampilkan temuan mereka.

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelitian

1. Profil SLB Negeri Branjangan Jember

Profil singkat SLB Negeri Branjangan Jember terangkum dalam tabel sebagai berikut:74

Tabel 4. 1

Profil SLB Negeri Branjangan Jember

1 Nama Sekolah SLB NEGERI BRANJANGAN JEMBER

2 Status Negeri

3 Alamat Jl. Branjangan No. 1, Dsn Semenggu RT 01/06 Ds. Bintoro, Kec. Patrang, Kab Jember, Jawa Timur

4 Email SLBnbranjanganjember@gmail. com 5 Website SLBnbranjangan. sch. Id

6 NSS 814052403001

7 NIS 283090

8 NPSN 20524122

9 Akreditasi A

10 Tahun Pendirian 2020 11 Nama Kepala

Sekolah

Hj. Arida Choirun Nisa, S. Pd, M. Pd / HP 0813 3650 0071

12 Pergub No 88 tahun 2020 tentang perubahan kedua atas Peraturan Gubernur jawa timur no 43 tahun 2018 tentang nomenklatur, susunan organisasi, uraian tugas dan fungsu serta tata kerja unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, beserta lampiran ( No urut : 661)

13 Jumlah Siswa 110 orang 14 Jumlah Guru PNS 6 orang 15 Jumlah GTT 30 orang 16 Jumlah PPT 17 orang

17 Status Tanah Hak guna bangunan 18 Luas Tanah 5603 M2

19 Status Bangunan Pemerintahan 20 Luas Bangunan 3345,26 M2

74 Documrntasi, SLB Negeri Branjangan

53

21 Instalasi Air Sumur

22 Batas Selatan Jl. Raya Branjangan 23 Batas Timur Sungai

24 Batas Utara Pemukiman

25 Batas barat Area Yayasan SLB Jember Sumber: Dokumen SLB Negeri Branjangan Jember 2. Perjalanan Panjang SLBn Branjangan Jember

Sekolah Luar Biasa (SLB) Branjangan yang dulunya merupakan sekolah swasta dan sekarang menjadi sekolah negeri terletak di Desa Bintoro, Kecamatan Patrang, dan Kabupaten Jember. Bagaimana transisi panjang dari SLB Branjangan yang dikelola yayasan ke SLB Negeri Branjangan yang dikelola Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur mengubah statusnya? Berikut adalah memonya.75

SLB Branjangan didirikan bertepatan dengan hari pahlawan 10 November 1979 oleh Yayasan Sekolah Luar Biasa (YSLB) Jember yang diprakarsai oleh PMI Cab. Jember dibawah ketua bapak Dr. Soenarjo sekaligus sebagai ketua yayasan pada saat ini dengan sekretarisnya bapak H. M. Ihsan BA dan Ketua harian Bapak H. Syahri. 76

Awalnya, SLB ini didirikan dengan sewa rumah di jalan Bungur Kelurahan Gebang Kecamatan Patrang, bernama SLB ABC Jember dengan empat orang guru, sebagai kepala sekolah, pak Tamzun dan tiga orang guru, bu Ambarwiyah, bu Mubarokah dan pak Fanani. Kemudian tahun 1981 pindah di gedung SD Inpres di Jalan Imam Bonjol (sekarang sebelah SLB Negeri Branjangan Jember) pada tahun 1981 saat Jember di

75 Kepala Sekolah, Wawancara, 14 Februari 2022

76 Kepala Sekolah, Wawancara, 14 Februari 2022

kepalai bapak Supono, diberi tanah di jalan Jawa oleh pemerintah dan diberi bantuan gedung. Kepala cabang dinas saat itu adalah B. Dra. Hj.

Afifah pada tahun 1983, pindah ke jalan Jl. Jawa 77 bertambah seorang guru pak Wahyono dan bu Mubarokah di Jln. Imam Bonjol mendirikan SLB YPAC.77

Dalam perkembangannya, tahun 1986 mendapat bantuan tanah dari Pemkab Jember yang saat itu bupatinya bapak Soerjadi tahun 1987 mendapat tiga kotage dari organisasi wanita negara Belanda. Tahun 1991 gedung tersebut ditempati sebagai kelas sekaligus sebagai asrama siswa.

Tahun itu juga SLB ABC, dikembangkan masing-masing jurusan menjadi tiga lembaga sekolah, yakni SLB-A dikepalai Drs. Wahyono, SLB-B dikepalai Drs. Achmad Sudiyono, SLB-C dikepalai Drs. Tamzun.

Tahun 2019 A dikepalai Bu Arida Choirun Nisa, M. Pd. SLB-B dikepalai oleh SLB-Bu Sri Mustainah, S. Pd (sedangkan Pak Drs. Achamd S, M. Pd, SH menjadi kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember).

Kemudian SLB-B dan autis dikepalai Bu Jariyatur Robiah, S. Pd, dan SLB-C dalam perkembangannya dikepalai Bu Tutik Pujiastuti, S. Pd, dari tiga lembaga tersebut pada tahun 2020 hadir sebagai Sekolah Negeri.78

Menurut Achmad, pengalihan SLB Branjangan dari swasta ke BUMN diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pendidikan bagi tenaga honorer. Kesejahteraan guru, khususnya yang ditangani oleh yayasan, belum memenuhi kebutuhan anak autis, tunanetra, tuli, dan tunagrahita,

77 Kepala Sekolah, Wawancara, 14 Februari 2022

78 Kepala Sekolah, Wawancara, 14 Februari 2022

yang kini lebih terjamin karena ditangani langsung oleh pemerintah. "Ini tujuan kami, kenapa lembaga yang beraset 14 miliar lebih, kami serahkan kepada pemerintah tanpa kompensasi apapun, agar pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ini lebih optimal dan kesejahteraan guru lebih terjamin," katanya.

Suhartono, Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Luar Biasa Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, mengatakan dengan mendirikan sekolah umum, pemerintah bertanggung jawab penuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Akibatnya, pendidik guru dituntut untuk lebih inovatif dalam membentuk peserta didik sesuai kurikulum guna menghasilkan generasi yang mandiri dan berdaya saing di bidang pendidikan.

Sebagai lembaga yang dikelola negara, kepala SLB Negeri Branjangan kini akan memiliki peran yang lebih besar dan kuat dalam meningkatkan kualitas pendidikan di bidang pendidikan luar biasa, terutama mengingat kontribusi semua pemangku kepentingan terhadap penemuan dan penemuannya. misi masa depan, "usainya usai peresmian dan tasyakuran penyerahan SLB Branjangan, Bintoro, Rabu (30/06/2021)

Sementara kepala sekolah SLB Negeri Branjangan, Arida Choirun Nisa mengatakan telah mempersiapkan segala sesuatu memasuki masa peralihan swasta menjadi sekolah negeri. 79

79 Kepala Sekolah, Wawancara, 14 Februari 2022

Utamanya terkait sumber daya manusia (SDM) yang ada di SLB Branjangan. Jika dulu mereka tanggung jawab yayasan, kini mereka sudah menjadi organ atau bagian dari Gubernur dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemprov Jatim.

Yang pertama kita lakukan yakni untuk penataan GTK terlebih dahulu, karena saat ini masa transisi maka data guru dan siswa segera kita lakukan pencocokan dengan Dinas Pendidikan Provinsi, dan kita langsung akan menggarap program-program yang sudah dicanangkan untuk dikerjakan dan seluruhnya akan mewujudkan sesuai dengan arahan dari pihak dinas pendidikan Jawa Timur," laporannya.

3. The Cluster Of Vokasional Center

SLB Negeri Branjangan ini berada di Branjangan kota Jember, sekolah kami merupakan sekolah yang sudah berakreditasi A. Sekolah kami menggunakan kurikulum K-13 yang direvisi. Selain itu sekolah kami menyediakan beberapa program/kegiatan vokasi unggulan diantaranya membatik, tataboga, tata rias, salon kecantikan, sablon, pembuatan strap masker, menjahit, pertanian dan perikanan. Tak lupa juga dengan pendidikan karakter dari kami yaitu bina diri agar anak menjadi siswa yang mandiri dengan melakukan segala aktivitas dalam menuju kedewasaannya, bimbingan dan konseling, pembinaan kedisiplinan, pembinaan osn, dan kegiatan sosial masyarakat, bimbingan baca tulis

Al-Qur’an, bimbingan budi pekerti dan juara 3 pada FLS2N lomba desain grafis tingkat provinsi Jawa Timur tahun 2020. 80

B. Penyajian Data

Bagian penyajian data ini mencakup uraian tentang data yang disajikan dengan topik yang sesuai dengan pernyataan penelitian setelah proses perolehan data selesai dengan menggunakan berbagai metode dan prosedur yang dijelaskan pada bab III. Bagian ini nantinya akan dianalisis secara kritis dengan harapan diperoleh data yang dapat dipercaya. tepat. Untuk mempermudah dalam pendeskripsian pembahasan mengenai proses komunikasi verbal pada anak penyandang tunanetra di SLB Negeri Branjangan Jember, akan dibagi menjadi tiga kompoen sebagai berikut : 1) Bagaimana proses komunikasi verbal pada anak penyandang tunanetra di SLB Negeri Branjangan Jember. 2) Bagaimana karakteristik komunikasi verbal pada anak penyandang tunanetra di SLB Negeri Branjangan Jember.

1. Proses Komunikasi Verbal pada Anak Penyandang Tuna Netra di SLB Negeri Branjangan Jember.

Proses komunikasi verbal merupakan proses komunikasi dengan menggunakan bahasa dan tulisan dalam proses komunikasinya. Pada penelitian membahas proses komunikasi verbal pada anak tunanetra.

Dimana komunikasi yang dilakukan oleh anak tunanetra pada umumnya sama dengan anak normal pada uamumnya. Namun tidak bisa berkomunikasi dengan yang menggunakan indra penglihatan, hanya bisa

80 Kepala Sekolah, Wawancara, 14 Februari 2022

menggunakan komunikasi pendengaran dan dengan cara meraba. Seperti yang disampaikan oleh Suhri wali kelas VII.

Komunikasi biasa saja seperti pada anak umumnya. Cuma kalau mau menunjukkan sesuatu itu tidak asal tunjuk, harus dirabakan atau ditunjukkan misalnya, ini buku!. Bukunya ditunjukkan lebih dulu barangnya seperti ini. Kalau orang awas (bisa melihat) kan ambilkan buku! Kan sudah tau, oo itu buku dari jarak jauh. Kalau pada anak tuna netra dikenalkan dulu barangnya buku, terus misalnya ada perintah, ambilkan buku dipojok kanan, itu ooo buku sudah tau gambarannya buku seperti apa.81

Hal senada juga disampaikan oleh Feri selaku guru kesenian menyampaikan tentang proses komunikasi anak penyandang tunanetra di SLB Negeri Branjangan Jember.

Kalau komunikasi tuna netra itu sama dengan anak pada umumnya.

Cuma tuna netra itu harus menggunakan orientasi mobilitas.

Contohnya, kayak anak-anak itu bisa dengan sentuhan dulu biar dia reflek. Contohnya, kayak tadi saya narik Basori. Sebelum saya nyapa dia kan mengikuti arahan saya, tapi dia tidak tau kalau saya. Setelah kerasa, Bas nanti ke-saya ya. Enggih pak. Kalau langsung Bas, nanti si anak itu langsung kaget, kan tidak ada sensor penglihatan. dan kaget itu bukan termasuk hal komunikasi. Karena kaget itu termasuk dalam hal reflek antara lain teori komunikasi dan reflek. Kalau reflek itu gabungannya sama emosional.82

Proses komunikasi penyandang anak tunanetra dalam lingkup sekolah juga disampaikan oleh vivin selaku guru di SLB Negeri Branjangan Negeri Jember terkait bentuk proses komunikasinya Vivin menyampaikan.

Dengan mendengar informasi lisan dan kemudian menciptakan kesan pendengaran, seseorang dapat memahami gagasan tentang pengetahuan. Seorang anak muda yang buta mungkin, misalnya, mendengar seseorang menggambarkan seekor gajah dan kemudian membangun kesan pertama tentang bentuk binatang itu berdasarkan apa yang mereka dengar. Kemampuan yang harus dikuasai adalah pengembangan persepsi auditori, yang menjadi landasan bagi

81 Suhri, Wawancara, 14 Februari 2022.

82 Feri, Wawancara, 14 Februari 2022.

kemampuan berbahasa reseptif. Sebagai jenis bahasa ekspresif, pemahaman pertama tentang bentuk gajah dikomunikasikan secara vokal.83

Kemudian dikuatkan lagi oleh pendapat kepala sekolah SLB Negeri Branjangan mengenai proses komunikasi verbal pada anak penyandang tunanetra terkait seperti apa komunikasinya kepala sekolah SLB Negeri Branjangan Jember meyampaikan

Komunikasi anak tunanetra melalui pendengaran dan indra perasanya.

Karena anak tunanetra anak yang memiliki keterbatasan penglihatannya atau yang umum dimasyarakat itu tidak bisa melihat.

Jadi anak tunanetra itu proses komunikasinya dengan pendengaraanya.

Misalnya, kalau anak normal pada umumnya untuk memanggil tapi asalkan sama-sama kelihatan itu cukup dengan melambaikan tangan sebagai isyarat memanggil itu sudah mengerti. Beda dengan anak tunanetra meskipun orangnya ada didepan kita kalo kita tida memberikan respon berupa suara maka tidak akan ada respon.84

Hal yang senada juga disampaikan oleh salah satu siswa SLB Negeri Branjangan Jember mengenai proses komunkasinya di lingkungan sekolah.

Komunikasi saya itu mbk, biasanya dengan cara berbicara karena kami tidak bisa melihat, jadi kami berkomunikasi dengan cara mendengarkan dan berbicara. Selain itu, ketika saya ingin megetahui berupa suatu benda maka dengan cara diarahkan terlebih dahulu.

Maksudnya begini ketika saya ingin megetahui bentuk sebuat vas bunga maka saya dipegangkan dulu vas bunga yang kemudian saya dapat meraba vas bunga itu yang dengan begitu saya bisa memahami vas bunga itu bentuknya agak bulat misalnya. 85

Hasil wawancara tersebut kemudian didukung oleh hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SLB Negeri Branjangan Jember.

Proses komunikasi anak tunanetra dimulai dengan sebuah rangsangan pada anak tunanetra dengan cara sebuah sentuhan dan tegur sapa.

83 Vivin, Wawancara, 14 Februari 2022.

84 Kepsek, Wawancara,

85 Siswa, Wawancara,

Kemudian dalam pemberian suatu informasi dengan pendengaran yang kemudian dilanjutkan dengan perlakuan auditori. Contohnya, ketika ingin memberikan informasi bagaimana bentuk gajah pertama dengan mentranfer bentuk gajah itu seperti apa dengan melalui indra pendengaran.

Kemudian setelah informasi itu sudah disampaikan dilanjutkan dengan perlakuan auditori, maksudnya auditori adalah dengan merabakan media berupa patung gajah kepada anak tunanetra agar anak tunanetra bisa memahami bentuk gajah dengan cara mendengarkan dan meraba. Namun juga harus ada pendampingan dari orang yang dewasa atau yang disebut dengan seorang guru. Karena disamping praktek langsung sebelumnya ada penjelasan dari seorang guru.86

2. Karakteristik Komunikasi Verbal pada Anak Penyandang Tuna Netra di SLB Negeri Branjangan Jember.

Karakteristik adalah kualitas unik yang terkait dengan sesuatu sehingga dapat dikenali secara umum. Saat menerima informasi, anak tunanetra memiliki kualitas unik yang dapat diperhitungkan saat membina keterampilan komunikasi. Perkembangan verbalisme dalam kehidupan sehari-hari merupakan ciri yang pertama.87

Istilah 'kosa kata' dapat merujuk pada kata-kata tertulis, tanda-tanda tulisan tangan, atau simbol. Aturan untuk mengasosiasikan kata, tanda, dan simbol disebut sebagai tata bahasa. Saat berkomunikasi, satu orang memberikan informasi kepada orang lain. Ini dapat dicapai secara verbal,

86 Observasi, 14 Februari 2022.

87

vokal, dll. Seseorang dapat menghasilkan peristiwa dan mengekspresikan dirinya melalui komunikasi, misalnya, dengan mengungkapkan keinginannya.

Terkait karakteristik komunikasi verbal pada anak tunanetra berkaitan dengan pembendaharaan, intonasi, kesederhanaan, ketegasan dan ringkas.

Pada umumnya anak tunanetra lebih cepat dalam berbicara dibandingkan dengan anak normal dan anak disabilitas lainnya. Seperti yang disampaikan oleh Feri mengenai karakteristik komunikasi verbal anak tunanetra.

Karakteristik anak tuna netra itu ada yang mudah tersinggung ada yang tidak. Kalau mudah tersinggung kenapa? karena dirinya apa yang dirasakan oleh orang lain tidak pernah dirasakan oleh dirinya sendiri. Tapi ada juga orang yang tidak pernah tersinggung karena menganggap semua sama, hanya keterbatasannya dimata.88

Hal senada juga disampaikan oleh Vivin yang merupakan guru di SLB Negeri Branjangan Jember mengenai karakteristik komunikasi verbal pada anak penyandang tunanetra

Hal ini juga didasarkan pada ciri-ciri individu yang suka berfantasi dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat yang memungkinkan mereka untuk berpikir kritis bahwa keterampilan komunikasi berkembang pada anak tunanetra. Untuk melindungi rasa aman mereka sendiri, anak-anak tunanetra akan terus-menerus menanyakan tentang kondisi lingkungan sekitar mereka. Untuk mempertimbangkan gerakan dan aktivitas yang harus dilakukan agar merasa aman, penting untuk memahami bagaimana anak tunanetra memandang ruang dan posisi.

melakukan tindakan seperti mendengarkan diskusi orang lain atau

88 Feri, wawancara, 14 Februari, 2022.

bertanya kepada orang lain di daerah tersebut. setiap kali kurangnya keterampilan komunikasi. 89

Kepala sekolah SLB Negeri Branjangan Jember menyampaikan terkait karkteristik komunikasi verbal pada anak penyandang tunanetra

Anak tunanetra itu karakterternya dengan komunikasi verbal.

Komunikasi verbal itu mbk ada memiliki empat karakter pertama, pembendaharaan kata. Kedua, Intonasi. Ketiga, Humor dan yang terakhir kecepatan bicara. Yang pertama itu begini mbk ketika berkomunikasi dengan anak tunanetra diusahakan menggunakan kata-kata yang jelas, ringkas dan mudah dipahami oleh anak tunanetra.

Walaupun secara umum meskipun kita bicara dengan anak normal pada umumnya juga harus menggunakan kata yang jelas dan ringkas.

90

Feri selaku guru SLB Negeri Branjangan menyampaikan mengenai karakteristik anak penyandang tunanetra dalam kounikasi dengan oranglain di lingkungan sekolah.

Penggunaan bahasa oleh anak tunanetra memiliki ciri khas yaitu harus dapat mempengaruhi pemikirannya agar dapat melalui banyak tahapan proses penalaran yang dilakukan selama kegiatan menari. Agar petunjuk tentang gerak yang dimaksud oleh pelatih tari dapat dipahami secara efektif oleh anak tunanetra, bahasa yang digunakan guru tari harus bahasa yang benar-benar dipilih.91

89 Vivin, Wawancara, 14 Februari 2022

90 Kepala Sekolah, Wawancara, 14 Februari 2022.

91 Feri, Wawancara, 14 Februari 2022.

C. Pembahasan dan Temuan

1. Proses Komunikasi Verbal pada Anak Penyandang Tuna Netra di SLB Negeri Branjangan Jember.

Proses komunikasi anak tunanetra secara umum memiliki sedikit perbedaan dengan komunikasi anak normal lainnya. Yakni anak tunanetra tidak dapat berkomunikasi dengan menggunakan indra penglihatannya. Anak tunanetra hanya bisa berkomunikasi dengan menggunakan indra pendengaran dan indra perabanya. Artinya anak tunanetra akan memahami apa yang mereka dengar dan apa yang mereka sentuh. Meski demikian dalam proses pemahaman terhadap anak tunanetra dengan cara menyentuh tadi harus diarahkan terlebih dahulu oleh orang lain. Tanpa diarahkan oleh orang lain untuk menyentuhnya anak tunanetra tidak akan bisa dan hanya bisa menggunakan indra pendengarannya saja. Karena anak tunanetra memiliki gangguan pada penglihatannya.

Temuan diatas kemudian didialogkan dengan teori yang dikemukan oleh Mohammmad Effendi mengemukakan pendapatnya bahwa

“tunanetra mensubtitusi hilangnya indra penglihatan ini melalui kompensasi indra lain yang masih berfungsi, walaupun tidak secanggih dan selengkap jika dibarengi dengan penggunaan indra penglihatan”.92

Dan dikuatkan dengan teori yang dikembangkan oleh Didi Tarsidi yang menyatakan bahwa menyatakan bahwa indra yang dapat dilatihanak

92 Mohammad Effendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi Aksara.

2006), 37

dengan keterbatasan penglihatan yang buta, termasuk pendengaran, sentuhan, penciuman, dan penglihatan sisa. Akibatnya, sisa penglihatan harus bekerja sama dengan indra lainnya. Dengan belajar, seseorang dapat mengoptimalkan penggunaan keempat inderanya. Pemosisian dan Mobilitas.93

Selain itu anak tunanetra juga dalam komunikasi juga perlu yang namanya sebuah rangsangan agar dalam proses komunikasinya tidak terjadi kesalahpahaman. Maksudnya , ketika kita mengajak berkomunikasi dengan anak tunanetra maka alangkah lebih baik apabila kita sentuh dulu anaknya sebagai sebuah rangsangan yang menandakan bahwa kita akan mengajaknya berkomunikasi. Namun ketika kita langsung memangilnya akan menimbulkan kaget terhadap anak tunanetra karena secara fisik anak tunanetra tidak dapat melihat ketika kita memanggilnya anak tunanetra akan kaget dan bingung dengan siapa dan siapa yang memanggilnya.

Proses komunikasi verbal pada anak penyandang tunanetra dari hasil penelitian diatas mencakup empat aspek. Pertama, proses komunikasi pada saat belajar, Kedua, Proses komunikasi pada saat mengaji. Ketiga, Proses komunikasi pada saat belajar musik dan proses komunikasi pada saat berolahraga. Proses komunikasi verbal anak penyandang tunanetra pada saat pembelajaran dan saat mengaji prosesnya sama yakni

93 Didi Tarsidi. (2009). Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa. http://d-tarsidi.

blogspot. com/2009/03/dampak-ketunanetraan-terhadap. html. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2010.

menggunakan indra peraba dan pendengarannya. Menggunakan indra perabanya pada saat menyampaikan pesan dengan menggunakan alat yang disebut dengan braile. Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara diraba yang ada tulisannya.

Meskipun demikian tetap membutuhkan penguatan dari seorang guru tentang pesan yang didapat dari braile itu sendiri. Contohnya, dalam hal mengaji seorang anak tunanetra misalnya meraba braile kemudian menemukan bacaan Alhamdulillah. Anak tunanetra tidak akan mengetahui bagaimana cara membaca bacaan tersebut dia hanya mengetahui ada huruf apa saja dalam bacaan Alhamdulillah tersebut.

Agar anak penyandang tunanetra itu paham cara membacanya maka perlu penjelasan dari guru. Pada keadaan seperti ini indra pendengaran yang digunakan oleh anak penyandang tunanetra yang dikolaborasikan dari pengetahuannya tadi yang didapat dari braile.

Proses komunikasi anak penyandang tunanetra juga ditentukan oleh tingkat belajar anak itu sendiri. Mislanya, seperti yang dipaparkan diawal jika anaknya sudah tingkat membaca al qur an maka, setelah anak mendapat pesan dari alat yang namanya braile selanjutnya berupa penguatan bunyi bacaan dari yang didapat dari braile itu sendiri. Tapi, ketika anak itu masih pada tingkat mengenal huruf hijaiyah. Pertama anak mengenal huruf dari perabaanya dari braile yang kemudian guru memberitahukan nama huruf dari perabaanya itu sendiri.

Proses komunikasi anak penyandang tunanetra pada saat belajar musik hampir sama dengan yang dipapar sebelumnya. Dalam belajar musik anak penyandang tunanetra hal yang awal adalah mengenalkan alat musik yang akan dimainkan. Contoh anak penyandang tunanetra belajar alat musik drum. Guru itu pertama kali memberitahukan bahwa ini drum dengan cara dipegangkan kepada drum it. Kemudian memberikan penjelasan cara memainkannya yang disertakan dengan praktek dengan cara diperagakan.

Proses komunikasi anak penyandang tunanetra pada saat olahraga tidak menggunakan braile lebih dominan dengan cara sentuhan dan informasi suara. Contohnya, ketika senam pagi dalam senam ada gerakan yang nama kepala menghadap keatas. Ketika guru memerintahkan hal tersebut akan mudah dilakukan oleh anak yang tidak memiliki hambatan dalam penglihatannya. Namun, bagi anak yang memiliki hambatan dalam penglihatannya maka membutuhkan sebuah sentuhan langsung dan memberikan peraga langsung kepada anak penyandang tunanetra.

2. Karakteristik Komunikasi Verbal pada Anak Penyandang Tuna Netra di SLB Negeri Branjangan Jember.

Terkait karakteristik komunikasi verbal pada anak tunanetra berkaitan dengan pembendaharaan, intonasi, kesederhanaan, ketegasan dan ringkas. Pada umumnya anak tunanetra lebih cepat dalam berbicara dibandingkan dengan anak normal dan anak disabilitas lainnya. Untuk melindungi rasa aman mereka sendiri, anak-anak tunanetra akan

Dokumen terkait