BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
B. Penyajian Data dan Analisis
Penyajian data merupakan bagian yang mengungkap data yang dihasilkan dalam penelitian sesuai dengan metode dan prosedur yang digunakan dengan system yang disesuaikan dengan fokus penelitian dan analisis data yang relevan. Dalam bab ini akan dikemukan secara rinci bukti-bukti yang diperoleh dan merupakan hasil penelitian, sehingga yang penting untuk dikemukakan dalam latar belakang objek adalah penyajian data dan analisis data.
Pada pembahasan ini akan di analisa hasil penelitian Implementasi metode At-Tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an di RA. Nurul Huda Krasak Kedungjajang Lumajang tahun pelajaran 2014/2015. Data yang dapat disajikan adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Pembelajaran Metode At-Tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an di RA Nurul Huda desa Krasak Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang Tahun Pelajaran 2014/2015.
Sebagai perencanaan pembelajaran guru diharapkan mampu merencanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan
belajar mengajar.
Berdasarkan hasil interview dengan Ustadzah Siti Hosita mengatakan:
“Dengan perencanaan pembelajaran guru diharapkan mampu merencanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Seorang guru harus betul-betul professional dalam mempersiapkan kompetensi guru, mempersiapkan bahan ajar, mempersiapkan materi, memilih media dan memilih metode penyampaian.
Seorang guru diharapkan untuk memiliki pengetahuan yang cukup baik dari segi materi untuk bisa mengajar dalam merencanakan pengajaran khususnya di usia dini harus disesuaikan baik agar pembelajaran bisa lebih efektif dan efisien.45
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat dibuktikan melalui observasi yaitu dalam perencanaan pembelajaran guru diharapkan mampu merencanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Seorang guru harus betul-betul professional dalam mempersiapkan kompetensi guru, mempersiapkan bahan ajar, mempersiapkan materi, memilih media dan memilih metode penyampaian.
Seorang guru diharapkan untuk memiliki pengetahuan yang cukup baik dari segi materi untuk bisa mengajar dalam merencanakan pengajaran khususnya di usia dini harus disesuaikan dengan baik agar pembelajaran bisa lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadzah Marpuk selaku Kepala Sekolah RA Nurul Huda menjelaskan:
“Pada dasarnya didalam merencanakan suatu pembelajaran itu sama, tergantung dari guru masing-masing dalam mempersiapkannya. Perencanaan tersebut terkait pembelajaran yaitu mempersiapkan semua alat dan bahan yang akan diajarkan meliputi RPP, Silabus, Prota, dan Promes. Kalau saya sendiri perencanaan atau persiapan sebelum mengajar ya belajar materi dan metode apa yang akan diajarkan dan sesuai dengan RKH (Rencana Kegiatan Harian) agar saat pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal dan optimal.”46
Berdasarkan dari penjelasan informan di atas peneliti dapat menganalisis bahwa, di dalam merencanakan suatu pembelajaran itu sama, tergantung dari guru
45 Siti Hosita, Wawancara, Lumajang, 28 Juni 2015.
46 Marpuk, Wawancara, Lumajang, 28 Juni 2015.
yaitu mempersiapkan semua alat dan bahan yang akan diajarkan meliputi RPP, Silabus, Prota, dan Promes. perencanaan atau persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar materi dan metode apa yang akan diajarkan dan sesuai dengan RKH (Rencana Kegiatan Harian) agar saat pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal dan optimal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadzah Marpuk selaku Kepala Sekolah RA Nurul Huda menjelaskan:
“Mempersiapkan Kompetensi Guru dalam perencanaan pembelajran yaitu setiap bulan diadakan pembinaan sekaligus evaluasi terhadap Ustadzah yang mengajar di RA Nurul Huda, pembinaan tersebut bertujuan agar setiap Ustadzah mempunyai persiapan yang matang sebelum mengajar kepada peserta didik dan mengkaji kembali materi metode At-Tanzil yang dipandu dengan koordinator Lembaga RA Nurul Huda. dan setelah proses pembinaan selesai maka dilanjutkan dengan evaluasi, yang mana evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk”
(sesuai pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.47
Sementara itu berdasarkan penuturan dengan Ustadzah Marpuk selaku Kepala Sekolah RA Nurul Huda mengenai Kompetensi Guru di RA Nurul Huda dalam merencanakan pembelajaran yaitu setiap bulan diadakan pembinaan sekaligus evaluasi terhadap Ustadzah yang mengajar di RA Nurul Huda. Pembinaan tersebut bertujuan agar setiap Ustadzah mempunyai persiapan yang matang sebelum mengajar kepada peserta didik dan mengkaji kembali materi metode At-Tanzil yang dipandu dengan koordinator Lembaga RA Nurul Huda. Setelah proses pembinaan selesai maka dilanjutkan dengan evaluasi, yang mana evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana peserta didik “telah terbentuk” (sesuai pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
47
Kepala Sekolah RA Nurul Huda menjelaskan:
“Untuk membuat bahan ajar membutuhkan banyak sumber, tergantung kita membuat bahan ajar yang sesuai dengan materi pelajaran. Bahan ajar yang digunakan dalam menerapkan pembelajaran metode At-Tanzil di RA Nurul Huda yaitu dengan adanya buku panduan mengajar praktis untuk Ustadzah agar dapat menguasai dalam menyampaikan materi metode At-Tanzil dan target pencapaian kurikulum Al-Qur’an agar dijadikan patokan dalam mengajar.”48
Berdasarkan wawancara dengan informan di atas dapat dibuktikan melalui observasi yaitu dalam proses pembelajaran metode A-Tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an hendaknya memakai buku pedoman praktis mengajar Tanzil yang didalamnya terdapat petunjuk cara mengajar metode At-Tanzil, penggunaan alat peraga juga sangat penting dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dan target-target pencapaian kurikulum metode At-Tanzil.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadzah Halimatus Sa’diyah selaku Kepala Sekolah RA Nurul Huda menjelaskan:
“Materi yang diajarkan kepada peserta didik di RA Nurul Huda menggunakan materi yang sesuai dengan kurikulum yaitu materi pokok dan materi penunjang. Materi pokok adalah belajar membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode At-Tanzil serta ditambah dengan materi penunjang yaitu materi tambahan sebagai pelengkap materi pokok. Untuk materi pembelajaran yang sesuai dengan program harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Untuk pembelajaran Al-Qur’an yang meliputi membaca Al-Qur’an, makharijul huruf, tajwid, bacaan surat-surat pendek, dan do’a-do’a harian.49 Berdasarkan wawancara dengan informan di atas dapat dibuktikan melalui observasi yaitu Materi yang diajarkan kepada peserta didik di RA Nurul Huda menggunakan materi yang sesuai dengan kurikulum yaitu materi pokok dan materi penunjang. Untuk pembelajaran Al-Qur’an yang meliputi membaca Al-Qur’an, makharijul huruf, tajwid, bacaan surat-surat pendek, dan do’a-do’a harian.
48 Sutiatul Khoiroh, Wawancara, Lumajang, 29 Juni 2015.
49
penting, seorang guru dapat menggunakan media material maupun non material agar dalam proses belajar mengajar dapat tercapai tujuannnya yang secara efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadzah Halimatus Sa’diyah peneliti menanyakan tentang media apa yang digunakan di RA Nurul Huda, menjelaskan:
“Mengenai media pembelajaran yang digunakan di RA Nurul huda adalah bermacam-macam, diantara media itu adalah buku At-Tanzil jilid 1 sampai 6 serta buku hafalan do’a-do’a, selain itu peserta didik tentunya harus mempunyai buku tulis untuk belajar menulis.”50
Media pembelajaran yang digunakan di RA Nurul huda adalah bermacam-macam, diantara media itu adalah buku At-Tanzil jilid 1 sampai 6 serta buku hafalan do’a-do’a, selain itu peserta didik tentunya harus mempunyai buku tulis untuk belajar menulis.
2. Pelaksanaan pembelajaran Metode At-Tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an di RA Nurul Huda desa Krasak Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang Tahun Pelajaran 2014/2015
Salah satu hal memegang peranan penting bagi keberhasilan pembelajaran adalah proses pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran di sini adalah interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu kesatuan belajar dilakukan oleh pendidik dan peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Siti Hosita peneliti menanyakan tentang pelaksanaan pembelajaran, menjelaskan:
“Pelaksanaan proses pembelajaran Al-Qur’an berlangsung setiap hari sabtu sampai hari kamis, dimulai pada jam 07:30 dan di akhiri pada jam 08:30.
50 Halimatus Sa’diyah, Wawancara, Lumajang, 29 Juni 2015.
membaca do’a bersama-sama, membaca surat-surat pendek, membaca do’a-do’a harian secara bersama-sama. Kemudian dilanjutkan dengan proses belajar mengajar Al-Qur’an dengan metode At-Tanzil yang dipandu oleh Ustadzah masing-masing kelasnya. Sebelum memulai mengaji, para Ustadzah membagi waktunya menjadi 3 yaitu mengaji secara individual (satu persatu) secara bergantian, dan secara klasikal (bersama-sama). Peserta didik yang sudah selesai membaca Al-Qur’an secara individual, maka dilanjutkan dengan membaca sendiri dengan berulang-ulang. Setelah itu, Ustadzah memberi tugas kepada peserta didik untuk latihan menulis huruf hijaiyyah setelah semuanya selesai kemudian peserta didik diminta satu persatu untuk maju kedepan untuk menuliskan huruf hijaiyyah di papan tulis secara bergantian sampai proses pembelajaran selesai dilanjutkan dengan membaca do’a sebelum pulang dan pemberian salam dari Ustadzah. Kegiatan seperti itu merupakan gambaran rutinitas yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di RA Nurul Huda.”51
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadzah Sutiatul Khoiroh selaku Kepala Sekolah RA Nurul Huda menjelaskan:
“Metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an dengan metode At-Tanzil cara cepat belajar Al-Qur’an yang mana ada 6 jilid dan 1 pasca jilid.
Kebiasaan di RA Nurul Huda menggunakan metode yang variatif tetapi yang pasti digunakan dalam keseharian adalah metode klasikal dan individual.
Metode klasikal digunakan untuk materi penunjang seperti bacaan surat-surat pendek dan ini merupakan rutinitas peserta didik diawal pembelajaran pada kelas masing-masing yaitu kelas A dan Kelas B. Metode individual digunakan untuk materi pokok yaitu materi Al-Qur’an dengan menggunakan buku metode At-Tanzil cara cepat belajar Al-Qur’an dan ini merupakan kegiatan inti dalam pembelajaran. Dan untuk materi menulis huruf Al-Qur’an menggunakan metode pemberian tugas, sedangkan metode yang lain digunakan sesuai kebutuhan seperti metode resitasi (PR), metode menghafal dan lainnya.”52
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Ustadzah Marpuk selaku Kepala Sekolah RA Nurul Huda, mengatakan:
“Dalam proses kegiatan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode At-Tanzil untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat baik dari para Ustadzah sendiri maupun dari para peserta didik. Adapun faktor pendukungnya adalah metode At-Tanzil mempunyai alat peraga yang mendukung sehingga memudahkan dalam pembelajarannya dan faktor penghambatnya adalah berkaitan dengan para Ustadzah dan peserta didik itu sendiri, Misalnya: peserta didik yang tidak
51 Siti Hosita, Wawancara , Lumajang 29 Juli 2015.
52 Sutiatul Khoiroh, Wawancara, Lumajang, 29 Juni 2015.
Ustadzah kurang perhatian terhadap peserta didik.”
Ustadzah marpuk mengungkapkan bahwa dalam proses kegiatan pembelajaran Qur’an dengan metode At-Tanzil untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat baik dari para Ustadzah sendiri maupun dari para peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadzah Halimatus Sa’diyah memaparkan:
“Metode At-Tanzil di cetuskan oleh Pondok Pesantren Al-Khairat Bata-bata Pamekasan Madura. Nama penggagasnya adalah Ustadz Surtoto Suruju.
Adapun Nama “At-Tanzil” adalah identik dengan peluncuran perdananya yaitu pada malam peringatan “Nuzulul Qur’an” yaitu pada tanggal (17 Romadhon 1422 H). Yang disaksikan oleh para Ulama’ dan Umaro di Madura. Selain itu, beliau memaparkan bahwa tujuan metode At-Tanzil yaitu ingin memberikan kemudahan terutama untuk dewan Ustadz atau Ustadzah dalam memberikan pelajaran kepada peserta didik agar dapat diterima oleh peserta didik dengan mudah dan mempercepat kejenjang terahir yaitu Al-Qur’an.54
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Saiful Hasan selaku Koordinator RA Nurul Huda peneliti menanyakan alasan menggunakan metode At-Tanzil, mengatakan:
“Alasan Lembaga Pendidikan RA Nurul Huda memakai metode At-Tanzil yaitu ingin mengambil barakah dari sesepuh yang ada di Pondok Pesantren Manbaul Ulum Bata-bata Pamekasan Madura. Walaupun Abdinya yang berada di Lumajang belum bisa mondok langsung mulai dari sejak kecil ke Madura. Akan tetapi saya minta sambungan barakah ilmu ke Madura sehingga RA Nurul Huda berani untuk menerapkan At-Tanzil tujuan agar dapat sambungan do’a dan barakah ilmu dari pesantren Bata-bata Pamekasan Madura. Serta diharapkan juga dengan menggunakan metode At-Tanzil dalam proses pembelajaran Al-Qur’an yaitu mudah untuk dipahami oleh peserta didik maupun Ustadzah yang mengajar di RA Nurul Huda.55
Berdasarkan keterangan dari hasil wawancara dengan Ustadz Saiful Hasan selaku Koordinator RA Nurul Huda beliau menjelaskan bahwa Abdinya yang berada
53 Marpuk, Wawancara, Lumajang, 29 Juni 2015.
54 Halimatus Sa’diyah, Wawancara, Lumajang, 29 Juni 2015.
55
RA Nurul Huda berani untuk menerapkan At-Tanzil tujuan agar dapat sambungan do’a dan barakah ilmu dari pesantren Bata-bata Pamekasan Madura. Disamping itu pula dengan menggunakan metode At-Tanzil diharapkan peserta didik maupun para guru mendapatkan kemudahan dan pemahaman yang matang dalam proses belajar mengajar Al-Qur’an di RA Nurul Huda
Berdasarkan wawancara dengan informan di atas dapat dibuktikan melalui observasi yaitu Pelaksanaan proses pembelajaran Al-Qur’an berlangsung setiap hari sabtu sampai hari kamis, dimulai pada jam 07:30 dan di akhiri pada jam 08:30.
Sebelum proses pembelajaran Al-Qur’an dimulai peserta didik terlebih dahulu mebaca do’a bersama-sama, membaca surat-surat pendek, membaca do’a-do’a harian secara bersama-sama.
Kemudian dilanjutkan dengan belajar membaca Al-Qur’an dengan metode At-Tanzil yang dipandu oleh Ustadzah masing-masing kelasnya. Sebelum memulai mengaji, para Ustadzah membagi waktunya menjadi 3 yaitu mengaji secara individual (satu persatu) secara bergantian, secara klasikal (bersama-sama), dan klasikal baca simak. Peserta didik yang sudah selesai membaca Al-Qur’an secara individual, maka dilanjutkan dengan membaca sendiri dengan berulang-ulang. Setelah itu, Ustadzah memberi tugas kepada peserta didik untuk latihan menulis huruf hijaiyyah setelah semuanya selesai kemudian peserta didik diminta satu persatu untuk maju kedepan untuk menuliskan huruf hijaiyyah di papan tulis secara bergantian. Kemudian setelah proses pembelajaran membaca Al-Qur’an selesai peserta didik istirahat sekitar 30 menit kemudian peserta didik masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya seperti belajar berhitung dan lain sebagainya sampai proses pembelajaran selesai dilanjutkan dengan membaca do’a sebelum pulang dan pemberian salam dari
kegiatan belajar mengajar di RA Nurul Huda.
Bahan pokok merupakan kegiatan inti dalam pembelajaran yang mana berisi materi pelajaran baik materi pokok maupun materi penunjang. Berikut merupakan hasil wawancara dengan Asatidz, Orang tua Peserta didik dan peserta didik itu sendiri tentang kemampuan membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode At-Tanzil diantaranya:
Dari hasil wawancara dengan Ustadzah Sutiatul Khoiroh selaku Ustadzah jilid 1, mengatakan:
“Pada jilid 1 terdapat pokok bahasan pengenalan huruf hijaiyyah berharakat fathah dan yang paling ditekankan pada peserta didik adalah makharijul hurufnya. Walaupun peserta didik sudah bisa membaca, tetapi makharaj hurufnya masih belum sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yakni masih lemah.
Maka dari itu, Ustadzah .hendaknya memberikan penjelasan/ contoh-contoh huruf secara berulang-ulang dan huruf yang dianggap perlu saja sampai peserta didik benar-benar faham. Dalam mengajar pserta didik pada tahap awal (At-Tanzil jilid 1) mempelajari Al-Qur’an dibutuhkan kesabaran dan membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu berkisar antara dua atau sampai tiga bulan, apalagi dalam pengenalan huruf hijaiyyah berharakat fathah. Maka sangat diperlukan strategi atau cara yang benar-benar membuat santri semangat dalam belajar”.56
Dilanjutkan wawancara dengan Ustadzah Marpuk selaku Ustadzah Jilid 2, Beliau mengatakan bahwa:
“Di At-Tanzil Juz 2 peserta didik dikenalkan dengan huruf hijaiyyah bersambung dan juga pengenalan huruf berharakat fathatain serta huruf yang dibaca panjang dan pendek. Di At-Tanzil jilid 2 Ustadzah ahrus ekstra dan telaten serta menanamkan disiplin kepada peserta didik agar dalam melafalkan huruf tidak dibaca panjang. Contoh: an dibaca aan, in dibaca iin, un dibaca uun”.57
Dari hasil observasi dan wawancara dengan peserta didik jilid 2 yang duduk dikelas A (Anjani Filda Faradis, Maghfirotul lailiyah, Siti Jamilah), mereka mengatakan:
56 Sutiatul Khoiroh, Wawancara, 29 Juni 2015.
57
dan sambung dengan tepat dan benar serta bisa membaca dengan makharijul huruf dan sifat huruf dengan fasih”.
Dari hasil wawancara dengan peserta didik jilid 4 yang duduk dikelas B (Anjani Filda Faradis), mengatakan: “Pada At-Tanzil jilid 4 peserta didik tersebut sudah bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, karena mulai dari jilid 1 anak sudah mulai mempraktekkan membaca kemudian anak ditanya satu persatu.
Dari hasil wawancara dengan Ustadzah Siti Hosita selaku Ustadzah jilid 4, mengatakan:
“Makharijul huruf diajarkan sejak peserta didik mengaji At-Tanzil jilid 1 dan materi yang diterapkan adalah pada makharijul huruf karena termasuk materi awal nyang menentukan langkah kejenjang berikutnya. Walaupun peserta didik sudah bisa membaca akan tetapi makharijul hurufnya belum sesuai kaidah ilmu tajwid”.58
Dilanjutkan observasi dan wawancara dengan Ustadzah Siti Hosita selaku Ustadzah jilid 4, mengatakan:
“Metode At-Tanzil dirancang untuk mengajarkan peserta didik cara membaca langsung dengan petunjuk praktis dengan tartil dan tajwidnya. Sedangkan penerapan metode At-tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca dengan kaidah Ilmu Tajwid diperkenalkan secara teoritis dan praktis tanpa penjelasan yang panjang sejak peserta didik duduk dikelas A yakni pada peserta didik jilid 1 dan jilid 2.
Peserta didik kelas A jilid 1 dan jilid 2 baru pertama kali diperkenalkan huruf hijaiyyah, walaupun pada Akhirnya mereka akan diajarkan ilmu tajwidnya secara teoritis yaitu ketika peserta didik sudah berada di jilid 4. Sehingga setelah peserta didik menghatamkan jilid 1-4, mereka akan memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur’an dengan kaidah ilmu tajwid.
Pada At-Tanzil jilid 3 peserta didik sudah dikenalkan pada tanda baca panjang (mad thabi’i, mad wajib muttashil, mad jaiz munfashil) dan peserta didik sudah mulai
58
pengenalan huruf yang disukun dengan cara ditekan dalam membacanya (peserta didik tidak boleh membaca dengan dengung, dibaca panjang ataupun diseret).
Ustadzah harus lebih banyak menjelaskan dan mempraktikkan bacaan-bacaan yang hamper sama bunyinya.
Kemudian untuk At-Tanzil jilid 5 peserta didik diperkenalkan dengan bacaan idgham bigunnah, ikhfa’ syafawi, idhar syafawi, waqof, mad arid lissukun dan mad iwadl. Untuk At-Tanzil jilid 6 pokok bahasannya lebih memfokuskan pada gharib atau musykilat dan di ajarkan bersamaan dengan tadarus Al-Qur’an.
Pada At-Tanzil jilid 6 ini peserta didik diajarkan membaca Al-Qur’an disertai dengan tadarus Al-Qur’an. Selain itu, peserta didik juga diajarkan ilmu tajwid dan gharib/ musykilat secara praktis yang dimulai dari: bacaan saktah, imalah, tashil, isymam dan naql.
Setelah Ustadzah menjelaskan pokok pemelajaran tersebut,kemudian secara bergantian peserta didik memahami pokok materi yang sudah diajarkan, melafalkan serta menerapkan dan mempraktikkannya dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Ustadzah harus benar-benar ekstra dan telaten dalam mengajarkan materi tersebut.
Akan tetapi untuk At-Tanzil jilid 5 dan 6 di RA Nurul Huda tidak diterapkan dikarenakan jenjang pendidikan untuk tingkat RA/ TK hanya berjenjang 2 tahun dan untuk melanjutkan At-tanzil, sekaligus mengulang Juz 1 nanti setelah lulus dari lembaga pendidikan Raudlotul Athfal (RA) diarahkan ke lembaga TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) yang masih dibawah naungan LPIS (Lembaga Pendidikan Islam dan Sosial) Nurul Huda.
“Anak saya yang masih berusia 5 tahun sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan kaidah Ilmu tajwid”.59
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan sebelumnya rara-rata peserta didik yang masih jilid 1 menghatamkan jilidnya dalam jangka waktu 3 bulan, sampai peserta didik benar-benar bisa membaca huruf hijaiyyah tunggal, sambung serta makhorijul huruf dan sifat huruf. Sedangkan At-Tanzil jilid 2 dan jilid 3 rata-rata peserta didik menghatamkan jilidnya dalam jangka waktu 2-3 bulan, begitupun dengan jilid 4 sebelum wisuda sudah bisa mengahatamkan jilidnya. Sehingga ketika sudah lulus dari lembaga pendidikan RA Nurul Huda peserta didik yang masih berusia dini sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan terutama dalam membaca surat-surat pendek yang juga sebagai pelajaran tambahan sebelum pembelajaran At-Tanzil di mulai.60
Dari hasil wawancara dengan Ibu Endang selaku Wali peserta didik jilid 3, mengatakan: “Anak saya sudah bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid padahal anak saya masih TK”.61
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Ustadzah Marpuk selaku kepala sekolah RA Nurul Huda, beliau mengatakan bahwa:
“Untuk kemampuan membaca Al-qur’an dengan kaidah gharib/musykilat pada peserta didik di RA Nurul Huda masih belum pernah diajarkan karena berdasarkan metode dalam buku panduan At-Tanzil dijelaskan bahwa untuk pelajaran Gharib/ Musykilat peserta didik harus sudah menempuh materi/ jilid ke 5 dan jilid 6. Sebagai syarat mempelajari jilid selanjutnya yakni materi yang menerangkan tentang kaidah gharib/musykilat, sementara itu disini yakni di RA Nurul Huda peserta didik hanya menempuh pendidikan selambat-lambatnya dua tahun dan selama itu pula yang diajarkan hanya sampai pada jilid 4. Jadi tidak sampai selesai mempelajari jilid 6 sebagai syarat untuk
59 Enis, Wawancara, Lumajang, 30 Juli 2015.
60 Observasi, Lumajang, 2 Juni 2015.
61