• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

B. Penyajian Data dan Analisis

Penelitian ini menggunakan teori perlindungan konsumen yang diatur dalam perundang-undangan dan Maqashid Syariah sebagai hukum Islam.

45

Dalam praktik Transaksi jual beli baju preloved di Desa Tegalsari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Banyuwangi tidak sama dengan transaksi jual beli baju preloved yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tidak semua kegiatan

usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha sesuai dengan ajaran yang berlaku baik dari hukum positif maupun dari hukum Islam.

Dalam hal ini, point yang akan dibahas dalam penelitian ini akan dijelaskan secara sistematis tahap demi tahap dalam praktek jual beli baju preloved ini. Adapun hasil dari penelitian di Toko Store Banyuwangi Second

yang berada di di RT/RW: 02/02 Desa Tegalsari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Banyuwangi.adalah sebagai berikut:

1. Praktek Transaksi Jual Beli Baju Preloved di Desa Tegalsari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Banyuwangi.

Tren pakaian bekas impor saat ini menjadi primadona beberapa kalangan dikarenakan harganya yang murah tetapi belum tentu berkualitas baik. Harga pakaian bekas impor sangat miring, biasanya untuk satu buah kemeja bermerk terkenal jika kita membeli di swalayan atau di mall harganya bisa mencapai Rp 200.000- Rp 300.000, jika membeli pakaian bekas bisa mendapatkan satu kemeja dengan model dan merk yang sama dengan harga Rp 40.000.

Berbicara mengenai praktik transaksi jual beli baju preloved di Desa Tegalsari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Banyuwangi, berdasarkan data hasil penelitian yang dikumpulkan dari wawancara dan

observasi dengan kak Kevin Wijaya yang merupakan salah satu pemilik dari toko Store Banyuwngi Second tersebut beliau mengatakan bahwa:

“Saya membuka toko Store Banyuwangi Second ini kurang lebih 5 tahun. Saya mendapatkan baju-baju ini dari gudang Surabaya, saya membali baju preloved tersebut perkarung atau ada yang bilang bal-balan, harganya bervariasi tergantung dari kualitas barang, biasanya untuk hodie dan crewnek perkarungnya sekitar Rp. 6.000.000,00 sampai Rp 6.500.000,00. Dalam karung tersebut juga bervariasi merek dan jumlahnya, biasanya jumlahnya bisa sampai 150 sd 220 baju”.

Dari penjelasan informan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa transaksi jual beli baju preloved yang terjadi di Toko Store Banyuwangi Second yang berdomisili di Desa Tegalsari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Banyuwangi yakni :

a. Kak Kevin Wijaya selaku pemilik toko mengambil baju-baju preloved dari gudang Surabaya. Untuk pemesanan baju-baju preloved tersebut pemilik toko Store Banyuwangi Second menghubungi importir via online.

b. Pemilik toko Store Banyuwangi Second membeli baju-baju preloved kepada importir tersebut perkarung atau bal balan.

c. Harga baju-baju preloved perkarungnya pun bermacam-macam sekitar Rp. 6.000.000,00-6.500.000,00. Dalam karung tersebut juga bervariasi merek dan jumlahnya, biasanya jumlahnya bisa sampai 150 / 220 baju.

Dari penjelasan informan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, transaksi jual beli baju preloved yang terjadi di toko Store Banyuwangi Second yang ada di Desa Tegalsari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Banyuwangi ini pemilik membali baju-baju preloveddari seorang importir

47

dengan sistem karungan atau bal-balan dengan harga yang bervariasi sesuai dengan merek dan kualitas dari baju-baju preloved tersebut. Baju-baju tersebut dilihat dan dibedakan terlebih dahulu sebelum dimasukkam ke dalam toko, apabila ada baju-baju yang kotor maka akan dicuci terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam toko.

Hal lain juga dipertegas oleh salah satu karyawan Toko Store Banyuwangi Second yang lainnya, yang bernama mas Andi mengatakan:

“Saya bekerja di toko Store Banyuwangi Second ini kurang lebih 2 tahun yang saya ketahui toko ini termasuk murah, merek dan kualitasnya pun tak kala bagus dari baju-baju yang masih baru. Baju yang di dapat dari importir ini di chek terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke toko, apa bila kotor maka akan dicuci terlebih dahulu. Harganya pun terjangkau dari kisaran Rp.45.000 hingga Rp.150.000.”

Hal ini juga dikatanya oleh karyawan lain toko dip dip yang bernama mas Firman, beliau mengatakan bahwa :

“Saya bekerja di toko Store Banyuwangi Second kurang lebih 2 tahun, yang saya ketahui tentang toko Store Banyuwangi Second ini baju-baju yang didapat oleh kak Kevin dari gudang Surabaya yang dibeli perkarung atau bal-balan. Kemudian baju-baju tersebut dilihat merek dan kualitasnya sebelum dimasukkan ke dalam toko. Jika terdapat atau baju yang kotor maka akan dicuci terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke toko. Jika diperoleh dalam keadaan bersih dan rapi maka akan langsung di jual di toko. Harga dari baju-baju ini bermacam-macam mulai dari harga Rp 45.000 hingga harga Rp.150.000.”

Dari beberapa penjelasan informan di atas maka, dapat diambil kesimpulan atau poin-poin penting atas transaksi jual beli baju preloved yang di Desa Tegalsari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Jember ini yakni :

a. Baju-baju preloved diperoleh dari gudang Surabaya yang dibeli perkarung atau bal-balan oleh si pemilik toko.

b. Baju akan dilihat dan di bedakan terlebih dahulu sebelum masuk kedalam toko sesuai dengan brand dan kualitas dari baju-baju preloved tersebut.

c. Apa bila baju yang didapat dari seorang importir ada yang kotor maka akan dicuci terlebih dahulu sebelum masuk kedalam toko Store Banyuwangi Second.

d. Harga baju-baju preloved yang dijual kepada konsumen bermacam-macam mulai dari harga Rp 45.000 hingga harga Rp.150.000.

Adapun pendapat yang dijelaskan oleh salah satu konsumen toko Store Banyuwangi Second (Alvin) mengatakan bahwa :

“Saya sering membeli baju-baju ditoko Store Banyuwangi Second, karena bajunya bagus-bagus, bermerk dan harganya pun terjangkau.

Biasanya yang kalau di swalayan atau di mall harganya bisa mencapai Rp 200.000- Rp 300.000, jika membeli pakaian di Store Banyuwangi Second bisa mendapatkan satu baju dengan model dan merk yang sama dengan harga Rp 40.000. Pertama kali saya beli ditoko tersebut kata karyawannya baju-baju tersebut sudah bersih, akan tetapi sempet ada baju yang saya beli dan baju tersebut ada robek. Saya kompain ke toko Store Banyuwangi Second tapi tetep saya tidak dapat kompensasi.

Hal ini juga dipertegas oleh salah satu konsumen toko Store Banyuwangi Second (Sila), mengatakan sebagai berikut :

“Saya memang suka membeli pakaian di Store Banyuwangi Second karena pakaiannya bagu-bagus, bermerk dan harganya juga murah.

Biasanya kalau di mall harganya Rp 100.000 - Rp 400.000, jika membeli pakaian di Store Banyuwangi Second bisa mendapatkan satu hodie dengan model dan merk yang sama dengan harga Rp 80.000-Rp 100.000. waktu itu saya membeli hodie akan tetapi ada nodanya akhirnya saya rendam terlebih dahulu pakai air panas

49

kurang lebih 20 menit, setelah itu saya rendam pakai air sabun 10 menitan dan kemudian saya cuci bersih, sehingga setiap saya membeli baju di toko Store Banyuwangi Second saya melakukan proses tersebut sebelum dipakai dan alhamdulillah aman. Saya masih suka bingung kenapa baju trif yang dikemas dengan konsep butik dan sudah dicuci tapi tidak jauh beda dengan yang dijual pasar babebo."

Dari penjelasan informan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa konsumen tidak mendapatkan hak diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur. Hal lain yang dapat di tarik kesimpulan bahwa konsumen tidak mendapatkan kompensasi, berupa ganti rugi dan/atau penggantian sebagainya atas penjelasan penjual yang tidak sesuai dengan kualitas atau keadaan barang-barangnya.

Dari beberapa penjelasan informan di atas maka peneliti menarik beberapa kesimpulan atau poin-poin penting atas transaksi jual beli baju preloved yang di Desa Tegalsari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Banyuwangi ini yakni :

a. Konsumen tertarik akan pakaian tersebut dikarenakan brand dan harganya terjangkau murah.Biasanya yang kalau di swalayan atau di mall harganya bisa mencapai Rp 200.000- Rp 300.000, jika membeli pakaian di Store Banyuwangi Second bisa mendapatkansatu kemeja dengan model dan merk yang sama dengan harga Rp 40.000.

b. Permasalahan yang sering dialami oleh konsumen yakni ada noda dan warna robek. Banyak juga masyarakat tidak percaya kalau thrifting yang dikonsep seperti butik tapi isinya tidak jauh beda dengan yang ada

di pasar babebo karena masih banyak yang mengalami kecacatan tersembunyi seperti noda dan robek pada pakaian tersebut.

c. Ketika melakukan komplain konsumen tidak mendapat kompensasi, berupa ganti rugi dan/atau penggantian sebagainya atas penjelasan penjual yang tidak sesuai dengan kualitas atau keadaan barang-barangnya.

d. Konsumen tetap membeli barang tersebut walaupun terdapat cacat tersembunyi, karena brand yang berkualitas dan harganya terjangkau murah. Selain itu permasalahan tersebut konsumen mengatasinya dengan merendam pakaian-pakaian yang telah dibeli dengan air mendidih kurang lebih 20 menit kemudian dicuci bersih sebelum digunakan selain itu juga permasalahan tersebut konsumen mengatasinya dengan menjahit pakaian.

2. Praktek Transaksi Jual Beli Baju Preloved di Di Desa Tegalsari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Banyuwangi Perspektif Undang-undang Nomer 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari baik secara indiviu maupun kelompok serta keadaan apapun dan dimanapun pasti akan menjadi konsumenterhadap konsumen dari suatu produk barang atau jasa tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Keadaan yang universal di sisi lain menunjukkan adanya kelemahan konsumen, sehingga konsumen dikategorikan sebagai inverior dan produsen dikatagorikan sebagai superior. Oleh karena itu, konsumen pada dasarnya perlu

51

dilindungi oleh perlindungan hukum yang sifatnya universal. Mengingat posisi konsumen yang lebih lemah secara umum daripada posisi produsen yang lebih kuat dalam berbgai hal, maka perlu dibahas tentang perlindungan konsumen yang selalu tampak aktual dan selalu penting untuk dipelajari.

Di dalam Undang-undang Nomor. 8 tahun 1999 tentang, Perlindungan Konsumen dijelaskan hak–hak konsumen yang harus dipenuhi dan kewajiban pelaku usaha dan larangan-larangan pelaku usaha yang berkaitan dengan transaksi jual beli pakaian bekas.54

Dalam hal ini peneliti meninjau tentang transaksi jual beli baju preloved perspektif Undang-undang Nomor. 8 Tahun 1999 tentang,

Perlindungan Konsumen yang fokus kepada hak-hak konsumen, kewajiban pelaku usaha, larangan-larangan pelaku usaha serta asas-asas yang tercantum dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999. Berikut perinciannya terkait hak-hak konsumen yakni sebagai berikut:

a. Hak-Hak Konsumen55

Undang-undang perlindungan konsumen menjelaskan hak-hak konsumen adalah sebagai berikut:

1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

54Burhanuddin S, Pemikiran HukumPerlindungan Konsumen, 8

55Pasal 4 Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1999 tentang, Perlindungan Konsumen.

2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa dan memperoleh barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3) Hak atas informasi yang akurat, jelas, dan jujur tentang kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

4) Hak untuk didengakanr pendapat dan pengaduannya tentang barang dan/atau jasa yang digunakan;

5) Hak atas pembelaan dan perlindungan yang layak dan untuk menyelesaikan sengketa perlindungan konsumen secara etis;

6) Hak atas nasihat dan pendidikan konsumen;

7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara adil, jujur dan tanpa diskriminasi;

8) Hak atas kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, jika barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebaliknya yang tidak layak;

9) Hak yang diatur oleh ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Menurut hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa, pelaku usaha tidak memenuhi hak-hak konsumen sesuai pasal 4 undang-undang perlindungan konsumen angka (3), dan angka (8) yang mengatakan bahwa hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

53

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Hal ini ditunjukkan dengan transaksi jual beli baju preloved yang terjadi di Desa Tegalsari, dimana permasalahan yang sering dialami oleh konsumen yakni ada cacat tersembunyi dipakaian yang dibeli. Ketika melakukan komplain konsumen tidak mendapatkan hak atas kompensasi, dan/atau penggantian sebagainya atas penjelasan penjual yang tidak sesuai dengan kualitas atau keadaan barang-barangnya. Tentunya hal ini bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.

b. Kewajiban Pelaku Usaha56

Kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pelaku usaha/produsen diantaranya ialah:

1) Beritikad baik dalam menjalankan kegiatan usahanya;

2) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur tentang kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa, serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara adil dan jujur dan tanpa diskriminasi;

4) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa sesuai dengan kentuan yang berlaku;

56Pasal 7 Undang-Undang Nomor.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

5) Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk memeriksa, dan/atau menguji barang dan/atau jasa tertentu serta memberikan jaminan dan/atau jaminan atas barang yang diproduksi dan/atau dipasarkan;

6) Mengganti kerugian dan/atau mengganti kerugian yang timbul dari penggunaan, atau pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

7) Memberikan ganti rugi dan/atau penggantian jika barang dan/atau jasa yang diterima atau digunakan tidak sesuai dengan perjanjian.

Menurut pengamatan penulis di lapangan, dalam praktik yang terjadi, bahwa pelaku usaha tidak melakukan kewajibanya sesuai isi pasal 7 Undang-undang perlindungan konsumen huruf (b) dan huruf (f) yang mengatakan bahwa;

Hal ini ditunjukkan pada transaksi jual beli baju preloved yang terjadi di Desa Tegalsari dimana produsen tidak memberikan informasi secara jelas dan benar terhadap barang daganganya. Beberapa konsumen Permasalahan yang sering dialami oleh konsumen yakni ada cacat tersembunyi, dipakaian yang dibeli dan ada noda. Ketika melakukan komplain konsumen tidak mendapatkan kompensasi atau ganti rugi atas penjelasan penjual yang tidak sesuai dengan keadaan barang-barangnya.

Konsumen tetap melakukan pembeli tersebut walaupun terdapat cacat tersembunyi dan mendapati bagian yang robek

55

dikarenakan brand yang berkualitas dan harganya terjangkau murah.

Selain itu permasalahan tersebut konsumen mengatasinya dengan meremdam pakaian-pakaian yang telah dibeli dan kemudian dicuci ada juga yang dijahit sebelum digunakan.

c. Larangan-Larangan Bagi Pelaku Usaha

Adapun perbuatan-perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha antara lainsebagai berikut:

1) Pelaku usaha dilarang memproduksi keras dan/atau memasarkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar dan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku;

2) Pelaku usaha dilarang keras memmperjual belikan barang rusak, cacat, bekas dan tercemar tanpa memberikan informasi yang jelas dan akurat.

3) Pelaku usaha dilarang memasarkan persediaan farmasi, dan pangan rusak, cacat, bekas dan terkontaminasi, tanpa memberikan informasi yang lengkap dan akurat.

4) Pelaku usaha yang melanggar pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memasarkan barang dan/atau jasa tersebut dan harus menariknya dari peredaran.”57

Dalam hal ini toko Store Banyuwangi Second tidak memberi informasi yang benar dan lengkap terkait kondisi barang yang diperdagangkan, sehingga ada beberapa konsumen yang mengalami

57Pasal 8 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

kerugian (cacat tersembunyi). Hal ini juga bertentangan dengan peraturan undang-undang perlindungan konsumen tepatnya Pasal 8 Udang-Undang Nomor. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen d. Asas-asas Perlindungan Konsumen

Asas-asas perlindungan konsumen ialah, sebagai berikut58: 1) Asas Manfaat, asas ini dimaksudkan agar segala upaya untuk

memberikan perlindungan kepada konsumen dapat memberikan manfaat bagi konsumen dan produsen dalam segala aspek.

2) Asas Keadilan, asas inidimaksudkan untuk menciptakan keadilan bagi konsumen dan produsen. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan dasar kesempatan kepada konsumen dan produsen untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajibannya secara adil yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Asas keseimbangan, asas ini ditetapkan untuk menjamin keseimbangan dan kesejajaran posisi produsen dan konsumen.

4) Asas keselamatan dan keamanan konsumen, asas ini dapat dierapkan sebagai perlindungan keselamatan konsumen untuk menciptakan rasa aman dalam mengkonsumsi atau memanfaatan produk tersebut.

5) Asas kepastian hukum, kususnya untuk menjamin agar produsen dan konsumen dapat mematuhi ketentuan hukum yang telah ditetapakan sebagai penyelenggaraan perlindungan konsumen.59

58Ahmadi Miru dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, 25

57

Dalam penelitian ini, berdasarkan data temuan dilapangan menunjukan bahwa, objek penelitian tidak memenuhi asas perlindungan konsumen, point yang ke-4, ialah asas keamanan dan keselamatan konsumen yang bertujuan untuk keselamatan konsumen.

Sedangkan pada kenyataannya di sini objek penelitian yang diteliti yakni terkait transaksi jual beli baju prelovedyang terjadi di Desa Tegalsari, Kecamatan Tamansari Kabupaten Banyuwangi ada beberapa konsumen yang mengalami gatal-gatal dan juga ada cacat tersembunyi ketika membeli pakaian tersebut.

Dokumen terkait