BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan Umum PT. Tiga Pilar Sejahtera Food,Tbk
1. Tahap – tahap Proses Yang dikerjakan
Tahap – tahap proses pembuatan mie di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food,
Tbk sebagai berikut :
a. Persiapan Bahan - bahan
Bahan baku yang telah disiapkan sesuai dengan komposisi
dituang ke dalam screw. Tabel komposisi mie instan dapat dilihat pada
Tabel 8. Fungsi screw adalah menaikkan tepung terigu dan tepung tapioka
ke dalam mesin mixer.
Tabel 8. Komposisi Mie Instan
No. Produk Komposisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 MIFEO MISCOK MIFCOK MISCO MIFCC MISBO MIFGH NC SHORR INHPGS MIKITA INSAB INMWFP 7NH+ 35TP+ 15 TG 7NH+ 35TP+ 15 TG 7NH+ 35TP+ 15 TG 7NH+ 35TP+ 15 TG 7NH+ 35TP+ 15 TG 7NH+ 25TP + 35 TG 7NH + 35 TP 9 NH + 10 TP 2 NH + 20 TP + 6 TM 9 NH + 10 TP 5 NH + 10 TP + 15 TG + 25 TM 9 NH + 15 TP
Keterangan :
TP : Tepung Tapioka
TG : Tepung Gaplek
TM : Tepung Mocaf
NH : Tepung Terigu Naga Hijau
b. Pencampuran ( mixing)
Mixing adalah proses pencampuran dengan pengadukan tepung
terigu dan bahan tambahan. Mixing kering adalah proses pencampuran
tepung terigu dengan tepung substitusi dengan kecepatan tinggi.
Sedangkan mixing basah adalah proses pencampuran tepung terigu dengan
tepung substitusi yang ditambah air alkali. Lama proses mixing kering
selama 3 menit dan waktu mixing basah selama 11 menit. Fungsi mixing
agar adonan menjadi homogen, dihasilkan adonan yang lunak, lembut,
halus dan kompak. Suhu selama mixing yaitu maksimal 34ºC. Selama
mixing kadar air dari bahan sebesar 32% - 34% .
Komposisi tepung yang digunakan dapat mempengaruhi
pencapaian adonan yang sesuai standar yang telah ditentukan sehingga
formulasi tepung harus dapat mencakup kandungan kimia yang
dibutuhkan dalam pembuatan adonan. Maka perlu adanya
pengkombinasian antara beberapa tepung agar faktor – faktor yang
dibutuhkan dapat diperoleh dari kombinasi beberapa merk tepung .
Faktor – faktor lain yang berpengaruh dalam proses mixing antara
lain:
1. Jumlah air alkali yang dicampurkan
Volume air alkali tidak boleh terlalu banyak atau sedikit,
karena jika penambahan air alkalinya terlalu banyak akan
menyebabkan adonan menjadi lembek dan jika penambahan air
alkalinya terlalu sedikit adonan yang dihasilkan akan rapuh dan mudah
patah.
2. Waktu mixing
Waktu mixing yang diperlukan 11-14 menit. Semakin lama
waktu mixing maka akan menyebabkan adonan yang dihasilkan
mempunyai suhu tinggi. Namun jika waktu mixing terlalu cepat maka
akibatnya akan mengurangi homogenitas adonan dan pengembangan
partikel pati tidak dapat maksimal.
3. Temperatur adonan
Jika suhu adonan lebih tinggi dari standar 34ºC, misalnya
suhunya diatas 40ºC maka adonan cenderung lembek dan lengket.
c. Pembentukan lembaran ( Sheeting dan Slitting )
Sheeting adalah pembentukan lembaran adonan mie dengan roll
press yang mempunyai perbedaan ketebalan sehingga pada proses ini akan
dicapai ketebalan tertentu dan lembaran siap untuk dislitting ( suatu proses
pemotongan lembaran – lembaran tipis menjadi untaian – untaian yang
bergelombang ). Faktor yang mempengaruhi hasil sheeting adalah kondisi
adonan ( kalis ), sheeting roll press dan kondisi roll press harus benar
karena jika sheeting roll press tidak seimbang akan menyebabkan tingkat
kematangan tidak seragam dan tingkat kering mie tidak seragam. Proses
sheeting ( pembentukan lembaran ) bertujuan untuk menghaluskan serat –
serat gluten dan membuat lembaran adonan.
Pengaturan celah roller dan kecepatan putaran roller dilakukan
untuk memperoleh adonan dengan ketebalan yang dikehendaki dan untuk
mendapatkan tingkat ketegangan adonan agar tidak terlalu tegang maupun
kendor.
Faktor – faktor yang berpengaruh dalam pengendalian proses ini
adalah :
1. Kerenggangan Roll Sheet
Lembaran adonan akan mengalami perenggangan pada saat
dipress dan terjadi relaksasi pada saat keluar dari roll press. Hal ini
menyebabkan permukaan lembaran adonan menjadi halus dan bersifat
kenyal. Agar perenggangan dan relaksasi berlangsung baik maka jarak
atau kerenggangan roll press diatur sedemikian rupa sehingga merata
diseluruh permukaan roll dan seimbang antara pasangan roll belakang
sampai depan.
2. Kedudukan roll slitter dan mangkok slitter
Kedudukan roll slitter sangat berpengaruh pada penampilan
untaian mie dan gelombang mie. Kedudukan roll slitter yang baik
adalah sejajar dan titik singgung permukaan merata. Jumlah untaian
mie pada setiap jalur dapat diatur dengan mengubah kedudukan
mangkok slitter.
3. Kebersihan
Kotoran yang timbul dan mengendap akan mengganggu
kelancaran terbentuknya lembaran adonan, untaian maupun
pembentukan gelombang mie. Endapan kotoran berasal dari
kontaminan maupun adonan yang mengering.
d. Pengukusan ( Steaming )
Steaming adalah proses pengukusan untaian mie yang keluar dari
slitter secara kontinyu dengan memakai steam ( uap air panas ). Pada
proses ini terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga dengan
terjadinya hal tersebut akan menyebabkan timbulnya kekenyalan mie. Hal
ini disebabkan oleh putusnya ikatan hydrogen, sehingga rantai ikatan
kompleks pati dan gluten lebih rapat. Pada waktu sebelum dikukus, ikatan
bersifat lunak dan fleksibel, tetapi setelah dikukus menjadi keras dan kuat.
Untaian – untaian mie yang bergelombang masuk ke dalam mesin
konveyor ( alat pemindah ) yang berjalan menuju steam box. Untaian mie
yang bergelombang diberi uap panas, sehingga pada proses ini akan
diperoleh mie yang mempunyai tekstur yang baik yaitu lembut, lunak dan
elastis. Alat yang digunakan untuk proses steaming adalah steamer.
e. Pemotongan ( forming cutting dan shaping folding )
Forming cutting adalah suatu proses memotong lajur mie dengan
ukuran mie tertentu. Faktor yang mempengaruhi forming cutting adalah
hasil sheeting dan kondisi slitter serta cutter. Kecepatan putaran alat
cutting sangat terbatas terutama berpengaruh terhadap ukuran mie yang
akan dihasilkan. Hal – hal yang mempengaruhi keberhasilan proses
cutting ini adalah kondisi pisau, folding box, roll nilon, dan rantai
transmisi. Ketegangan rantai – rantai di dalam cutter box harus
diperhatikan dengan seksama. Rantai yang terlalu kendor akan
menyebabkan :
o Conveyor net steam box jalannya tersendat
o Langkah perputaran pisau potong tidak stabil
o Langkah ayun cangkul pelipat mie tidak stabil
o Pelipat mie tidak sempurna
Pada kondisi maksimal, mesin cutting akan bekerja menghasilkan
sebanyak ±70 potongan tiap menitnya.
f. Penggorengan ( Frying )
Penggorengan merupakan proses pemberian sejumlah panas
kepada suatu bahan dengan media berupa minyak. Proses utama yang
terjadi selama penggorengan adalah transfer panas dan transfer massa
yang menyebabkan berbagai perubahan seperti perubahan sifat kimiawi,
fisika, dan mikrobiologi. Perubahan – perubahan tersebut akan
menyebabkan berubahnya pula sifat inderawi sehingga produk akan
nampak lebih menarik, lebih beraroma, enak dan siap dikonsumsi.
Tujuan dari penggorengan mie adalah untuk mematangkan dan
mengawetkan mie secara alami dengan cara mengurangi kadar air sampai
3 – 4 %. Suhu minyak yang tinggi menyebabkan air menguap dengan
cepat dan menghasilkan pori – pori halus pada permukaan mie, sehingga
waktu penyerapan air dipersingkat. Penggorengan ini diawali dengan
merapikan mie kedalam mangkok penggorengan. Tahap pertama yang
dilakukan adalah pemanasan minyak dan kemudian mie masuk kedalam
minyak panas. Pada proses ini terjadi perpindahan panas yang
mengakibatkan penguapan air dalam mie.
Tujuan proses frying adalah untuk mengurangi kadar air di dalam
mie. Kadar air setelah penggorengan adalah 3 – 4%, sehingga mie menjadi
matang, kaku dan awet. Pada proses penggorengan ditambahkan minyak
segar ke dalam ketel yang berguna untuk menggantikan minyak yang telah
hilang akibat diserap oleh bahan pangan yang digoreng, membantu
menghambat kehilangan minyak akibat panas. Minyak pengganti yang
ditambahkan jumlahnya tergantung dari jumlah awal minyak yang
digunakan, dan bertujuan mempertahankan kondisi minyak agar tetap
baik.
g. Pendinginan ( Cooling )
Cooling atau proses pendinginan adalah proses pendinginan mie
setelah proses penggorengan yang dilakukan dengan cara mengangkut mie
ke dalam ruang yang dilengkapi dengan sejumlah kipas untuk
menghembuskan sejumlah udara segar ke mie – mie yang dilewatkan
dalam ruangan tersebut.
Proses pendinginan mie bertujuan untuk mendinginkan mie panas
yang keluar dari proses penggorengan hingga diperoleh suhu mendekati
suhu kamar sebelum dikemas dengan etiket. Dengan diperolehnya suhu
mie yang rendah sebelum dikemas tersebut maka mie akan menjadi lebih
awet untuk disimpan dalam etiket selama beberapa waktu. Apabila mie
masih dalam keadaan panas kemudian langsung dikemas maka akan
terjadi keadaan di dalam etiket tersebut berkeringat, maksudnya adalah
terjadi penguapan air yang kemudian menempel pada bagian dalam
permukaan etiket. Pada keadaan ini temperatur di luar etiket lebih rendah
maka titik – titik uap air yang menempel di dalam permukaan dalam etiket
tersebut akan mengembun dan jatuh membasahi permukaan mie. Dengan
demikian mie akan mudah ditumbuhi jamur atau mikrobia yang akan
merusak mie sehingga umur simpan mie menjadi lebih pendek.
1) Temperatur
Temperatur udara yang masuk ke arah mie harus lebih rendah atau
sama dengan suhu kamar ( < 32ºC ), karena apabila temperatur lebih
tinggi maka praktisi tidak akan mampu mendinginkan mie.
2) Kipas angin
Semakin banyak fan yang digunakan, semakin banyak udara yang
dihembuskan, sehingga proses pendinginan dapat tercapai dengan
cepat.
3) Kondisi gelombang mie
Dengan semakin rapatnya gelombang mie, maka semakin sulit
membebaskan panas yang ada pada mie. Oleh karena itu membutuhkan
banyak udara segar yang dihembuskan atau semakin lama proses
pendinginan
h. Pengisian Seasoning
Seasoning adalah bumbu yang ditambahkan pada mie instant.
Seasoning terdiri dari 2 yaitu seasoning powder dan seasoning oil.
Pengisian dilakukan setelah mie keluar dari pendingin dan menuju
konveyor pembagi. Pemberian seasoning dilakukan secara manual oleh
tenaga kerja. Pengisian harus teliti tidak boleh sampai ada yang terlewati.
i. Pengemasan ( Packing )
Pengemasan ( packing ) dimaksudkan untuk melindungi dan
menjaga mutu produk dalam penyimpanan dan pendristribusian. Agar
produk mie instan tahan lama maka dibutuhkan pengemas primer yang
bersifat kedap air, rasa, bau, dan warna. Kemasan primer yang biasa
digunakan adalah plastik polipropilen atau polietilen. Kemasan ini bersifat
sekali pakai.
j. Kartoning
Proses kartoning adalah pembungkusan beberapa bungkus mie
dengan menggunakan karton. Proses ini dilakukan setelah mie sudah
dikemas dan ditata rapi didalam karton, kemudian disealer dan diberi
tanggal kadaluarsa, setiap karton berisi 40 bungkus mie instan.
Dalam dokumen
Proses produksi mie instan di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk SUNARTI 4369 2010
(Halaman 57-65)