B. Strategi PPF yang Dikembangkan untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis dan Mengkreasi Mahasiswa Teknik Konversi Energi
4. Tahap Validasi
Tahap validasi strategi perkuliahan dilakukan dalam 2 kegiatan, yaitu: (a)
ujicoba terbatas menggunakan 1 kelas sebagai sampel penelitian dengan kegiatan
revisinya, dan (b) ujicoba luas menggunakan 2 kelas sebagai sampel penelitian
dengan kegiatan revisinya. Fokus kegiatan adalah melakukan ujicoba terhadap
model pembelajaran DIBI melalui perkuliahan tatap-muka, dan ujicoba petunjuk
terbatas digunakan untuk merevisi strategi perkuliahan, sedangkan data ujicoba
luas, selain untuk merevisi strategi perkuliahan, juga untuk mengukur efektivitas
dan dampak PPF yang dikembangkan.
Ujicoba Terbatas Model Pembelajaran DIBI
Data rerata skor pre-test, post-test dan NG mahasiswa kelas ujicoba
terbatas diperlihatkan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Rerata Skor Pre-test, Post-test, NG Tiap Mahasiswa Ujicoba Terbatas
No Mahasiswa Rerata Skor No Mahasiswa Rerata Skor
Pre-test Post-test NG Pre-test Post-test NG
1 U01 28,6 32,1 0,05 18 U18 53,6 53,6 0 2 U02 53,6 64,3 0,23 19 U19 64,3 67,9 0,10 3 U03 35,7 35,7 0 20 U20 35,7 39,3 0,06 4 U04 46,4 57,1 0,20 21 U21 21,4 53,6 0,41 5 U05 32,1 60,7 0,42 22 U22 21,4 46,4 0,32 6 U06 35,7 60,7 0,39 23 U23 42,9 42,9 0 7 U07 32,1 32,1 0 24 U24 21,4 50,0 0,36 8 U08 50,0 75,0 0,50 25 U25 35,7 42,9 0,11 9 U09 35,7 57,1 0,33 26 U26 28,6 57,1 0,40 10 U10 28,6 42,9 0,20 27 U27 50,0 64,3 0,29 11 U11 28,6 46,4 0,25 28 U28 39,3 57,1 0,29 12 U12 35,7 42,9 0,11 29 U29 28,6 57,1 0,40 13 U13 21,4 50,0 0,36 30 U30 57,1 57,1 0 14 U14 35,7 35,7 0 31 U31 35,7 35,7 0 15 U15 42,9 46,4 0,06 32 U32 42,9 60,7 0,31 16 U16 35,7 46,4 0,17 Rerata: 37,4 50,3 0,21 17 U17 39,3 39,3 0 Standar Deviasi: 10,8 11,0 16,30
Peningkatkan kemampuan menganalisis dan mengkreasi, serta penguasaan
konsep diketahui dari gain ternormalisasi (NG) mahasiswa. Rerata skor pre-test,
post-test dan NG kelas ujicoba kemampuan berpikir mahasiswa diperlihatkan
Tabel 4.12 Rerata Skor Pre-test, Post-test dan NG Kemampuan Berpikir Kelas Ujicoba Terbatas
No. Kemampuan Berpikir Rerata Skor
Pre-test*) Post-test *) NG 1 Keseluruhan 37,4 50,3 0,21 2 Menganalisis 34,2 45,4 0,17 3 Defferentiating 28,1 43,8 0,22 4 Organizing 24,5 52,1 0,37 5 Attributing 53,1 39,4 -0,29 6 Mengkreasi 46,9 58,0 0,21 7 Generating 46,9 64,1 0,32 8 Planning 58,6 69,5 0,26 9 Constructing 31,3 34,4 0,05 *) : Skor maksimum 100
Tabel 4.13 Rerata Skor Pre-test, Post-test dan NG Penguasaan Konsep Kelas Ujicoba Terbatas
No. Penguasaan Konsep dalam Pokok Bahasan Rerata Skor
Pre-test*) Post-test*) NG 1 Besaran Satuan 49,0 67,7 0,37 2 Kinematika 37,5 52,3 0,24 3 Dinamika 35,9 41,7 0,09 *) : Skor maksimum 100
Pada ke-2 tabel di atas tampak rerata skor post-test lebih tinggi dari
pre-test, kecuali attributing. Ini berarti kegiatan ujicoba terbatas model pembelajaran
DIBI melalui perkuliahan tatap-muka, termasuk mampu meningkatkan
kemampuan berpikir dan penguasaan konsep mahasiswa. Untuk peningkatan
kemampuan berpikir, tampak menganalisis lebih rendah dari mengkreasi.
Peningkatan sub-indikator kemampuan menganalisis tertinggi pada organizing
dan mengkreasi pada generating. Untuk penguasaan konsep, perolehan NG
besaran-satuan tertinggi dan dinamika terendah. Kajian ini menjadi bahan revisi
strategi perkuliahan yang dikembangkan, khususnya model pembelajaran DIBI.
Hasil observasi pembelajaran dalam ujicoba terbatas model pembelajaran
DIBI dibedakan untuk aktivitas dosen (pengajar) dan aktivitas mahasiswa
tempat penelitian, dengan pendidikan terakhir S2 Fisika. Hasil penilaian aktivitas
dosen dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan aktivitas mahasiswa pada Tabel 4.15.
Tabel 4.14 Penilaian Aktivitas Dosen dalam Kegiatan Ujicoba Terbatas
No. Tahap
Pelaksanaan Aspek yang Diobservasi
Nilai 0 1 2 3 4 1. Pendahuluan Meminta mahasiswa mengumpulkan tagihan tugas
pendahuluan
V Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada mahasiswa V Membagi mahasiswa dalam kelompok kecil V 2. Penyajian
Masalah
Menyajikan permasalahan kepada mahasiswa V Masalah yang disajikan relevan dg materi yg dibahas V Memberi motivasi mahasiswa untuk menyelesaikan
permasalahan
V 3. Perumusan
Hipotesis
Memberi kesempatan mahasiswa merumuskan jawaban sementara (hipotesis) terhadap masalah yang diajukan
V
Memperhatikan dan menghargai jawaban mahasiswa pada LKM
V 4. Pengujian
Hipotesis
Meminta mahasiswa untuk memperhatikan LKM dan demonstrasi.
V Meminta beberapa mahasiswa terlibat demonstrasi V Memotivasi mahasiswa merefleksikan hasil
observasi-nya dengan membuat/mengajukan pertaobservasi-nyaan penuntun serta memperbaiki jawaban “salah” terkait pertanyaan dalam perumusan masalah.
V
Mengawasi pekerjaan kelompok secara bergiliran V Membimbing mahasiswa yang mengalami kesulitan
dalam menjawab pertanyaan dalam tahap perumusan hipotesis
V
Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai V 5. Perumusan dan Pengambilan Kesimpulan
Mengarahkan mahasiswa pada kegiatan diskusi V Menghargai pendapat mahasiswa yang berbeda V Memotivasi mahasiswa untuk berperan dalam diskusi V Memberi kesempatan pada mahasiswa menanggapi
masalah
V
Mengembangkan pertanyaan V
Mengambil kesimpulan V
6 Penutup Meminta mahasiswa untuk merangkum semua yang telah dipelajari
V Meminta mahasiswa untuk mengumpulkan LKM
materi perkuliahan yang baru selesai dipelajari.
V Memberikan tugas pendahuluan untuk materi
selanjutnya kepada mahasiswa
V Keterangan skala penilaian:
-Tidak terlaksana : 0 -Terlaksana cukup baik : 3 -Terlaksana tidak baik : 1 -Terlaksana baik : 4 -Terlaksana kurang baik : 2
Deskripsi aktivitas dosen setiap tahapan dijelaskan sebagai berikut. Dalam
mengumpulkan tugas pendahuluan dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Dosen
juga membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok kecil. Hasil 1x observasi,
observer memberi penilaian 3. Dalam tahap penyajian masalah, dosen menyajikan
masalah dengan menceritakan kasus atau masalah terkait pokok bahasan. Dosen
mengajukan sejumlah pertanyaan kepada mahasiswa, seperti tercantum dalam
LKM. Sambil mengajukan pertanyaan, dosen memberi motivasi para mahasiswa
agar merespon secara baik setiap pertanyaan yang diajukan dalam LKM. Hasil 1x
observasi, observer memberi penilaian 4.
Tabel 4.15 Penilaian Aktivitas Mahasiswa Kelas Ujicoba Terbatas
No. Aspek yang Diobservasi Nilai
0 1 2 3 4 1. Mahasiswa menanggapi masalah yang diajukan dosen pada tahap
pendahuluan
V 2. Mahasiswa merumuskan jawaban pertanyaan pada tahap perumusan
hipotesis
V 3. Mahasiswa terlibat dalam kegiatan demonstrasi V
4. Mahasiswa mengamati kegiatan demonstrasi V
5. Mahasiswa membuat dan, atau mengajukan pertanyaan penuntun pada tahap uji hipotesis
V 6. Mahasiswa melakukan perbaikan jawaban yang dianggap masih salah
ketika merumuskan hipotesis.
V
7. Mahasiswa mengemukakan ide atau pendapat V
8. Mahasiswa melakukan kegiatan diskusi V
9. Mahasiswa mengkomunikasikan hasil pekerjaan atau kegiatan kelompoknya
V
10. Kemandirian mahasiswa dalam belajar V
11. Intensitas pertanyaan mahasiswa kepada dosen V 12 Kejadian-kejadian yang tidak relevan (bercanda, ngobrol, mengganggu
teman, mencari perhatian, melamun, dan lainnya (sebutkan) ...
V Keterangan:
Skala Penilaian no. 1 sampai dengan 10
-Tidak terlaksana : 0 -Terlaksana cukup baik : 3 -Terlaksana tidak baik : 1 -Terlaksana baik : 4 -Terlaksana kurang baik : 2
Skala Penilaian no. 11
-Tidak ada pertanyaan : 0 -5 sampai dengan 6 buah pertanyaan : 3 -1 sampai dengan 2 buah pertanyaan : 1 -Lebih dari 6 buah pertanyaan : 4 -3 sampai dengan 4 buah pertanyaan : 2
Skala Penilaian no. 12
-Tidak ada kejadian : 4 -5 sampai dengan 6 kejadian : 1 -1 sampai dengan 2 kejadian : 3 -Lebih dari 6 kejadian : 0 -3 sampai dengan 4 kejadian : 2
Dalam tahap perumusan hipotesis, dosen memberi kesempatan kepada
mahasiswa merumuskan jawaban sementara (hipotesis) terhadap masalah yang
diajukan. Dosen menghargai setiap jawaban mahasiswa. Hasil 1x observasi,
observer memberi penilaian 4. Dalam tahap pengujian hipotesis, dosen meminta
beberapa mahasiswa terlibat demonstrasi dan mahasiswa lain memperhatikan
demonstrasi. Dosen memotivasi para mahasiswa agar mengajukan pertanyaan
penuntun, merefleksikan hasil observasi, berdiskusi dan memperbaiki jawaban
yang salah. Dosen mengawasi pekerjaan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan,
membimbing mahasiswa yang kesulitan menjawab pertanyaan, dan mendorong
mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai. Hasil 1x observasi, observer
memberi penilaian 3. Dalam tahap perumusan dan pengambilan kesimpulan,
dosen mengarahkan mahasiswa pada kegiatan diskusi terkait kesimpulan yang
akan diambil. Dosen menghargai perbedaan pendapat mahasiswa, memotivasi
agar berperan dalam diskusi, memberi kesempatan menanggapi masalah,
mengembangkan pertanyaan dan mengambil kesimpulan. Hasil 1x observasi,
observer memberi penilaian 3.
Dalam tahap penutup, dosen mengingatkan kembali mahasiswa agar
merangkum semua isi kegiatan sebagai persiapan menghadapi post-test
perkuliahan. Jika ada jawaban pertanyaan belum rampung, mahasiswa terkait
disarankan bertanya pada sesama rekan. Dosen mengakhiri perkuliahan dengan
meminta mahasiswa mengumpulkan LKM yang telah dikerjakan, dan memberi
tugas pendahuluan baru untuk perkuliahan berikutnya. Hasil 1x observasi,
terhadap aktivitas dosen adalah 3,36 dan sudah termasuk di atas kategori
terlaksana cukup baik.
Penilaian observer terhadap aspek nomor 1, 3, 5, 7, dan 9 aktivitas
mahasiswa didasarkan pada proporsi-jumlah mahasiswa yang melaksanakan
kegiatan di lapangan. Penilaian observer terhadap aspek nomor 2, 4, 6, 8, dan 10
aktivitas mahasiswa didasarkan pada proporsi-kolektif (persentase) mahasiswa
yang melaksanakan kegiatan di lapangan. Dalam memberi penilaian, baik untuk
aktivitas dosen dan aktivitas mahasiswa, observer telah dipandang mampu
membedakan skala penilian 0, 1, 2, 3, dan 4, sesuai keterbatasan alokasi waktu
perkuliahan (100 menit). Sebagai bentuk kelemahan instrumen ini, seharusnya
kriteria penilaian 0, 1, 2, 3 dan 4 dijelaskan lebih dahulu kepada observer
sehingga kualitas penilaian terhadap aspek nomor 1 sampai dengan 10 aktivitas
mahasiswa dapat diberikan lebih akurat.
Aktivitas mahasiswa selama ujicoba terbatas model pembelajaran DIBI
tampak dapat mengikuti tahapan kegiatan pembelajaran. Selama ujicoba terbatas,
aktivitas mahasiswa yang mendapat penilaian observer adalah: (a) menanggapi
permasalahan yang diajukan dosen; (b) merumuskan jawaban setiap pertanyaan
dalam LKM; (c) keterlibatannya dalam demonstrasi, memperhatikan demonstrasi,
membuat dan, atau mengajukan pertanyaan penuntun, dan merevisi jawaban
pertanyaan yang masih salah; (d) mengemukakan ide atau pendapat, berdiskusi
dan mengkomunikasikan pekerjaan atau hasil kegiatan kelompok. Selain observer
memberi penilaian pada aspek di atas, juga memberi penilaian pada aspek lain,
keseluruhan, rerata penilaian observer terhadap 1x observasi aktivitas mahasiswa
adalah 2,75 dan belum termasuk kategori terlaksana cukup baik.
Rekapitulasi hasil kuesioner mahasiswa kelas ujicoba terbatas dapat dilihat
pada Tabel 4.16. Rerata persentase mahasiswa memilih SS, S, TS dan STS,
berturut-turut adalah 12%, 65%, 23%, dan 0. Jika pilihan SS, S, TS dan STS
diberi pembobotan 4, 3, 2, dan 1 dan setiap persentase dikali bobotnya, maka
diperoleh indeks respon mahasiswa, yaitu: 2,89 Skala Likert (Zainul, 1997).
Dengan demikian, sebagian besar mahasiswa memberi respon setuju (77%
responden) atau hampir positif (2,89 skala Likert) terhadap aspek-aspek yang
diukur sebagai dampak dari pelaksanaan draf model pembelajaran DIBI.
Tabel 4.16 Tanggapan Mahasiswa Kelas Ujicoba Terbatas terhadap Model Pembelajaran DIBI
No Aspek yang Diukur Nomor
pertanyaan
Pilihan Jawaban (%) SS S TS STS 1. Penerimaan mahasiswa terhadap sistimatika model
pembelajaran DIBI 1 & 17. 14 63 23 0
2.
Kemampuan model pembelajaran DIBI dalam mengembangkan kemampuan menganalisis dan mengkreasi mahasiswa.
2, 5, 7, 8, 9, 11, 16 &
18.
12 67 21 0 3. Tingkat motivasi mahasiswa 3 & 12. 8 72 20 0 4. Tingkat pemahaman konsep mahasiswa terhadap
materi yang diajarkan. 4 & 19. 11 61 28 0 5. Tingkat penerimaan mahasiswa terhadap model
pembelajaran DIBI untuk materi perkuliahan 6 &13. 8 67 25 0 6. Tingkat kuriositas mahasiswa (minat dan rasa ingin
tahu). 10 & 21. 13 61 27 0
7. Tingkat kebermaknaan model pembelajaran DIBI
pada diri mahasiswa. 14 & 20. 13 72 15 0 8. Keberlanjutan (kontinuitas) penggunaan model
pembelajaran DIBI pada materi perkuliahan lain 15 & 22. 14 66 20 0 Keterangan:
- SS: Sangat Setuju - TS : Tidak Setuju - S : Setuju - STS : Sangat Tidak Setuju
Selama kegiatan ujicoba terbatas model pembelajaran DIBI, juga
dianalisis masalah yang muncul pada setiap perkuliahan, guna penyempurnaan
Tabel 4.17 Hasil Analisis Masalah Pelaksanaan Model Pembelajaran DIBI dalam Kegiatan Ujicoba Terbatas
No. Masalah dan Penyelesaiannya
1. Hari/Tanggal : Senin, 11/10/10 Pokok Bahasan : Besaran-Satuan
- Waktu uji hipotesis terlalu lama, perlu penyesuaian untuk kegiatan yang bersangkutan. - Jumlah soal/pertanyaan dalam LKM untuk tahap merumuskan hipotesis terlalu banyak
hingga mahasiswa tidak mampu mengerjakan semua pertanyaan dalam waktu yang disediakan. Perlu pengurangan jumlah soal/pertanyaan dalam pelaksanaan tahapan tsb. - Jumlah mahasiswa yang mengajukan pertanyaan kurang banyak, perlu dirumuskan
implementasi kegiatan diskusi interaktif antara dosen dengan mahasiswa dan mahasiswa dengan mahasiswa.
- Kegiatan pengerjaan LKM disusun sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang ada dalam LKM terlaksana sesuai alokasi waktu yang disediakan.
2 Senin, 18/10/10
Pokok bahasan: Kinematika
- Indikator kemampuan menganalisis seperti menentukan titik tinjauan, bias, nilai dan maksud kehadiran konsep, sebaiknya dipilih salah satu saja! Ini dilakukan untuk menghindari kerumitan dalam aktivitas berpikir bagi mahasiswa pribadi.
- Pelaksanaan proses pembelajaran hendaknya fokus pada pengembangan ke-6 sub-indikator kemampuan berpikir, yaitu: tiga sub-sub-indikator kemampuan menganalisis dan tiga sub-indikator kemampuan mengkreasi.
3 Jumat, 22/10/10
Pokok bahasan: Dinamika I
- Soal tugas pendahuluan sebaiknya ditambahkan sehingga mencapai jumlah 15 soal dengan target utama mendukung inkuiri mahasiswa sesuai topik yang disajikan. - Dalam LKM hendaknya dirancang suatu kegiatan yang betul-betul terimplementasi
secara nyata, terutama untuk kegiatan mahasiswa dalam menyusun pertanyaan penuntun. Yang terpenting: bagaimanakah caranya agar hal ini terealisasi dalam setiap pelaksanaan perkuliahan tatap-muka dengan model pembelajaran DIBI.
- Tiap topik perkuliahan yang terkait dengan kegiatan demonstrasi dalam tahap menguji hipotesis hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga kegiatan pembelajaran betul-betul efektif mencapai target pembelajaran yang akan dievaluasi.
4 Senin, 25/10/10
Pokok bahasan: Dinamika II
- Untuk efektivitas kegiatan mahasiswa dalam proses pembelajaran maka distribusi waktu 100 menit, sebaiknya dilakukan pembagian antara lain: (a) waktu untuk pendahuluan: 10 menit; (b) waktu untuk kegiatan inti meliputi: (i) mengajukan masalah: 5 menit, (ii) merumuskan hipotesis: 30 menit, (iii) menguji hipotesis melalui demonstrasi: 25 menit, (iv) merumuskan dan mengambil kesimpulan: 25 menit; dan (c) waktu untuk kegiatan penutup: 5 menit.
- Konten kegiatan yang harus disajikan dalam setiap tahap pembelajaran antara lain: - Pendahuluan. Kaitkan dengan topik demonstrasi masing-masing. Sajikan dengan
pertanyaan-pertanyaan menantang, dengan mengkondisikan “semua mahasiswa mau melakukan aktivitas berpikir”.
- Menyajikan masalah dan merumuskan hipotesis. Mahasiswa langsung dituntun tahap demi tahap untuk menjawab setiap pertanyaan yang ada. Oleh karena alokasi waktu hanya 30 menit maka pengerjaan 6 soal harus sudah selesai dan tiap soal dengan alokasi waktu 5 menit. Dosen menuntun dengan cara memberi batasan waktu untuk menghindari kegiatan-kegiatan mahasiswa tidak relevan.
- Menguji hipotesis (25 menit). Dalam kegiatan ini dosen langsung memilih salah satu kelompok mahasiswa (dari 8 kelompok mahasiswa agar dipilih secara bergiliran tiap minggu). Diadakan termin sepenuhnya untuk membuat pertanyaan penuntun. Kegiatan demonstrasi harus betul-betul mengarah kepada target pembelajaran, yaitu: enam pertanyaan, terutama ketika merumuskan dan mengambil kesimpulan.
- Merumuskan dan mengambil kesimpulan. Kondisikan mahasiswa dengan cara: pilih salah satu kelompok mahasiswa untuk mengkomunikasikan ide tentang kesimpulan
Tabel 4.17 Hasil Analisis Masalah Pelaksanaan Model Pembelajaran DIBI dalam Kegiatan Ujicoba Terbatas (Lanjutan)
No Masalah dan Penyelesaian Masalah Terkait
- yang dirumuskan. Pada saat bersamaan, kondisikan pula kelompok lain mau memberikan tanggapannya, sehingga ada interaksi secara timbal balik. Untuk satu kesimpulan hanya memiliki alokasi waktu 5 menit. Dosen dapat mengajukan pertanyaan penuntun dan memberikan momentum pelaksanaan (saat yang tepat): kapan kegiatan mengambil kesimpulan final yang benar segera dilaksanakan. - Penutup. Pada tahap ini, dosen membuka/mengadakan suatu termin diskusi untuk
evaluasi kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung. Berikan kesempatan pada salah satu kelompok untuk mewakilinya.
Catatan penting:
- Sebaiknya tugas pendahuluan, kegiatan pendahuluan, masalah yang disajikan, topik demonstrasi, konten kesimpulan diarahkan pada proses atau tahapan-tahapan berpikir (proses mental) dan kaitkan target pembelajaran yang akan dievaluasi.
Temuan-temuan selama kegiatan ujicoba terbatas, seperti: hasil tes
kemampuan berpikir atau penguasaan konsep, penilaian aktivitas
dosen-mahasiswa, pengukuran tanggapan mahasiswa dan hasil analisis masalah setiap
perkuliahan, selanjutnya dibahas sebagai berikut:
Temuan ke-1, draf model pembelajaran DIBI mampu meningkatkan
kemampuan berpikir atau penguasaan konsep mahasiswa dengan rerata skor NG
21%. Peningkatan ini termasuk kategori rendah (Hake dalam Guntur, 2004). Ini
disebabkan beberapa faktor, baik bersumber dari peneliti selaku kreator model
teoritik, dosen selaku implementor dan mahasiswa selaku objek pembelajaran.
Model pembelajaran DIBI adalah pendekatan ideal untuk tatanan teoretis.
Artinya pembelajarannya mengkondisikan mahasiswa selalu aktif berpikir dan
bekerja menyelesaikan suatu masalah. Mahasiswa dituntut mampu merumuskan
jawaban setiap pertanyaan dalam LKM melalui hasil kegiatan merefleksikan
hasil-hasil yang terobservasi selama kegiatan demonstrasi berlangsung. Ada
diskusi interaktif yang dibangun dalam pembelajaran antara dosen dengan
mahasiswa dan, atau mahasiswa dengan mahasiswa, terutama untuk merumuskan
Dalam ujicoba terbatas model pembelajaran DIBI nampak dosen memiliki
2 fungsi yaitu: (a) membimbing dan mengarahkan perhatian mahasiswa
sedemikian rupa sehingga kegiatan perkuliahan mampu mengeksplorasi konsep
fisika implisit dalam perangkat peralatan demonstrasi; dan (b) membimbing dan
mengarahkan kegiatan diskusi sedemikian rupa, sehingga mahasiswa mampu
merumuskan dan menarik kesimpulan. Melalui model pembelajaran DIBI, dosen
menghantarkan mahasiswa menganalisis semua konsep fisika yang ada dalam
peralatan demonstrasi dan memadukan kembali semua konsep tersebut sebagai
konsep terpadu. Dengan kondisi teoritik model pembelajaran DIBI seperti di atas,
maka penyebab perolehan NG rendah dalam kegiatan ujicoba terbatas ini dapat
diverifikasi sebagai berikut:
a. Konten model pembelajaran DIBI belum sempurna. Model pembelajaran
DIBI dirumuskan dengan mengeleminasi satu tahapan PBI yaitu menguji
hipotesis dengan ILD. Langkah ini mengakibatkan kegiatan yang seharusnya
dilakukan oleh mahasiswa secara berkelompok diganti kegiatan demonstrasi
yang dilakukan bersama antara dosen dan mahasiswa. Bias yang terjadi
adalah konten kegiatan yang disajikan nampak tidak hanya menguji hipotesis
sebagai target utama namun juga mengarah kepada kegiatan yang mengampu
tujuan pembelajaran lebih luas. Akibatnya kegiatan kurang fokus kepada hasil
belajar yang dievaluasi. Kondisi ini menjadi saran atau masukan berarti untuk
merevisi petunjuk kegiatan dosen, agar dalam kegiatan demonstrasi yaitu
menguji hipotesis mampu selalu fokus kepada pengembangan ke-6
sub-indikator kemampuan menganalisis dan mengkreasi yang dikembangkan.
dan menarik kesimpulan, di mana dosen harus lebih mengkondisikan
mahasiswa pada kegiatan yang lebih meningkatkan aktivitas berpikir mereka
dengan cara menuntut lebih banyak bertanya, mau mengkomunikasikan
ide-idenya dan mau menanggapi pendapat mahasiswa lainnya dalam berdiskusi.
b. Dosen kurang menguasai skenario model pembelajaran DIBI. Kesenjangan
tatanan teoretis dan praktis di lapangan menyebabkan keraguan dosen
mengeksekusi model pembelajaran DIBI. Tuntutan skenario yang kompleks
yaitu mengkondisikan mahasiswa mau berpikir dan fokus kepada konten
kegiatan belajar, juga harus melakukan kegiatan demonstrasi sesuai tuntutan
hasil belajar yang dievaluasi. Dengan demikian, dosen dituntut mampu
berpikir terpadu, yaitu berbagi perhatian dan berpikir sesuai tuntutan
skenario. Pengalaman melaksanakan 4x perkuliahan dalam kegiatan ujicoba
terbatas dirasakan dapat memberi masukan berarti kepada dosen, khususnya
untuk kepentingan menerapkan model pembelajaran DIBI pada kegiatan
selanjutnya. Pengalaman ini mengkondisikan agar dosen lebih pragmatis,
praktis, efisien dan fokus pada target utama pembelajaran dalam setiap
pelaksanaan model pembelajaran DIBI.
c. Mahasiswa sebagai objek pelaksanaan model pembelajaran DIBI belum
terbiasa dengan sejumlah tuntutan yang harus dipenuhi dalam kegiatan
perkuliahan. Secara umum, perkuliahan tradisional selalu menggunakan
metode perkuliahan ceramah, karena dianggap metode ini paling mudah
dipersiapkan. Kapasitas konsep yang disajikan dalam kegiatan perkuliahan
dapat diperluas oleh dosen secara bebas, tanpa memperhatikan penguasaan
dan sumber kreativitas dalam perkuliahan sepenuhnya bersumber dari dosen.
Aktivitas berpikir yang dilakukan dosen lebih banyak dibandingkan
mahasiswa. Tradisi pendidikan tradisional sejak di SD, SMP, dan SMA atau
SMK masih berdampak kuat terhadap mahasiswa kelas ujicoba terbatas.
Mahasiswa belum terbiasa dengan kegiatan eksplorasi konsep implisit dalam
perangkat peralatan demonstrasi dapat dianggap sebagai salah satu penyebab
perolehan rerata skor NG kelas ujicoba terbatas yang rendah.
d. Belum dilakukan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap kegiatan
mahasiswa dalam mengerjakan tugas pendahuluan dan LKM. Padahal monev
oleh dosen pembimbing berkontribusi untuk memotivasi mahasiswa dalam
melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Fakta ini selanjutnya dijadikan
pertimbangan untuk memasukkan kegiatan monev baik untuk keberhasilan
perkuliahan tatap-muka (model pembelajaran DIBI) maupun perkuliahan
praktek (praktikum dan penelitian) dalam program perkuliahan yang
dikembangkan.
Temuan ke-2, perlakuan pembelajaran pada mahasiswa kelas ujicoba
terbatas meningkatkan semua sub-indikator kemampuan menganalisis, kecuali
attributing. Skor rerata NG attributing yang negatif disebabkan oleh penggunaan
konten kegiatan demonstrasi ketika menguji hipotesis, sangat sulit diarahkan
kepada pengembangan kemampuan menganalisis yaitu menentukan titik tinjauan,
bias, nilai, dan maksud kehadiran suatu konsep. Perlakuan pada mahasiswa kelas
ujicoba terbatas juga menyebabkan semua sub-indikator kemampuan mengkreasi
mengalami peningkatan secara positif. Peningkatan tertinggi terjadi pada
(kategori rendah). Kondisi ini merupakan kejadian yang wajar, sebab untuk level
kemampuan mengkreasi, kesulitan tertinggi sebagai hasil belajar adalah
constructing dan terendah adalah generating. Jika ditinjau dari karakter materi
fisika untuk pengembangan kemampuan mengkreasi, nampak materi untuk
constructing adalah tersulit dan materi untuk generating adalah termudah.
Temuan ke-3, nampak peningkatan kemampuan mengkreasi lebih tinggi
dari menganalisis. Ini dapat dijelaskan berdasarkan tingkat kemudahan karakter
materi pengembangan kemampuan berpikir melalui model pembelajaran DIBI.
Karakter materi untuk pengembangan kemampuan mengkreasi adalah lebih
familiar dibanding menganalisis. Materinya seperti menentukan titik tinjauan,
bias, nilai dan maksud kehadiran konsep adalah termasuk materi yang jarang
disajikan dan diperkenalkan dalam pembelajaran, baik di tingkat pendidikan SD,
SMP dan SMA atau SMK. Materi pembelajaran untuk pengembangan
kemampuan mengkreasi seperti menentukan hipotesis, prosedur kerja dan
membuat landasan teori adalah termasuk materi yang familiar dan telah
dibaca/dipelajari mahasiswa ketika melaksanakan praktikum bidang studi IPA,
Fisika, Kimia, dan Biologi di tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA/SMK. Ini
penyebab peningkatan kemampuan menganalisis lebih rendah dari mengkreasi.
Temuan ke-4, penguasaan konsep pokok bahasan besaran-satuan lebih
tinggi dari kinematika dan perolehan NG terendah terjadi pada dinamika. Ini
disebabkan konsep besaran-satuan memiliki struktur kognitif paling sederhana,
disusul oleh kinematika dan dinamika. Dilihat dari urutan penyajian materi
perkuliahan nampak pokok bahasan besaran-satuan disajikan lebih awal
besaran-satuan menjadi landasan kognitif bagi kinematika dan dinamika. Pokok
bahasan kinematika merupakan landasan kognitif bagi dinamika. Ditinjau dari
penggunaan perangkat peralatan demonstrasi ketika ujicoba terbatas model
pembelajaran DIBI nampak pembelajaran pokok bahasan besaran-satuan hanya
perlu sejumlah peralatan dengan tingkat kerumitan lebih sederhana dibandingkan
pokok bahasan lain. Fakta ini berkontribusi terhadap kondisi perolehan rerata skor
NG pokok bahasan besaran-satuan paling tinggi dibanding pokok bahasan lain.
Temuan ke-5, tentang aktivitas dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran.
Dalam 1x observasi penerapan model pembelajaran DIBI terhadap kelas ujicoba
terbatas, observer memberi penilaian terhadap aktivitas dosen sebesar 3,36 namun