• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

III. 1 1 Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia

III. 6 Teknik Analisis Data

4.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Sebuah penelitian dapat dikatakan baik apabila data yang terdapat pada penelitian tersebut valid dan dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam melaksanakan penelitian ini untuk memperoleh hasil yang maksimal maka peneliti melaksanakan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Pra Penelitian

Tahap awal dalam penelitian ini adalah pra penelitian yang dilakukan di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Dalam melakukan pra penelitian, peneliti meminta ijin kepada pihak Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia untuk melakukan penelitian yang berlokasi di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Untuk mempermudah memperoleh ijin dari kelurahan maka peneliti menyertakan surat ijin pra penelitian dari Dekan FISIP USU.

2. Penelitian Kepustakaan (Studi Kepustakaan)

Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang mempelajari dan mengumpulkan data-data dan literatur serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian ini. Penelitian kepustakaan berguna untuk mencari data- data sekunder yang memiliki kaitan atau hubungan dengan penelitian.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden sehingga diperoleh data primer sebagai hasil dari penelitian. Dalam upaya memperoleh data mengenai tanggapan masyarakat terhadap perilaku budaya anak punk, maka peneliti menyebarkan kuesioner kepada kepala keluarga Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia yang menjadi responden dalam penelitian ini. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada 72 orang responden yang dipilih melalui teknik Random Sampling.

Universitas Sumatera Utara 4. 2. Teknik Pengolahan Data

Setelah kuesioner dibagikan dan diisi oleh seluruh responden. Tahap berikutnya peneliti melakukan pengolahan data. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan penulis dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Penomoran kuesioner

Kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut sebagai pengenal. 2. Editing

Proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengisian data pada kotak kode yang disediakan.

3. Coding

Proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke kotak-kotak kode yang telah disediakan dalam kuesioner dalam bentuk angka.

4. Inventarisasi variabel

Data mentah yang diperoleh dimasukkan kedalam lembar FC (fotron cobol) sehingga memuat seluruh data dalam satu kesatuan.

5. Tabulasi data

Pada tahap ini data FC dimasukkan kedalam tabel, dimana penulis menggunakan cara manual dan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 13.0 for Windows. Sebaran data dalam tabel meliputi kategori frekuensi, persentase dan selanjutnya dianalisa.

4. 3. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal adalah suatu analisa yang dilakukan dengan membagikan variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan persentasi dari setiap kategori (Singarimbun,1995:266). Berikut pemaparan dan pembahasannya.

4. 3. 1 Karakteristik Responden

Karakteristik masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang masyarakat

50

Universitas Sumatera Utara Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Karakteristik yang digunakan dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :

Tabel 4. 1 Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Pria 41 56,9

2. Wanita 31 43,1

Total 72 100

Sumber : P1/FC.3

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh kaum Pria, sebanyak 41 (56,9%) responden, dan sisanya adalah kaum Wanita sebanyak 31 (43,1%) responden. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia, kepala keluarga di daerah tersebut didominasi oleh kaum Pria.

Tabel 4. 2 Usia

No. Usia Frekuensi Persentase (%)

1. 21-30 tahun 8 11,1 2. 31-40 tahun 26 36,1 3. 41-50 tahun 29 40,3 4. > 51 tahun 9 12,5 Total 72 100 Sumber : P2/FC.4

Dalam Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 72 responden dalam penelitian ini sebanyak 29 (40,3%) responden berusia 41 hingga 50 tahun. Ada 26 responden yang berusia 31 hingga 40 tahun (36,1%), 9 responden yang berusia lebih dari 51 tahun (12,5%), dan 8 responden yang berusia 21-30 tahun (11,%). Dari data di lapangan terlihat bahwa mayoritas kepala keluarga di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Kecamatan Medan Helvetia masih dalam usia yang

Universitas Sumatera Utara terbilang cukup produktif. Peneliti menganggap usia seperti ini memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap kuesioner.

Tabel 4. 3 Pendidikan

No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1. SD 7 9,7 2. SLTP 11 15,2 3. SLTA 9 12,5 4. Diploma (D1, D2, D3) 36 50 5. Perguruan Tinggi 9 12,5 Total 72 100 Sumber : P3/ FC.5

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 72 responden yang ada dalam penelitian ini terdapat 7 responden (9,7%) yang pendidikannya SD, 11 responden (15,2%) yang latar belakang pendidikannya SLTP, 9 responden (12,5%) yang pendidikannya tamatan SLTA, 36 responden (50%) yang pendidikannya Diploma (D1, D2, dan D3) dan 9 responden (12,5%) yang pendidikannya dari perguruan tinggi. Dari hasil penelitian ini dapat digambarkan kalau masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Kecamatan Medan Helvetia memiliki latar belakang pendidikan yang beragam, dimana responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah lulusan Diploma dan hanya sebagian kecil yang pendidikannya tamatan SD. Dari data di lapangan terlihat bahwa kepala keluarga di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Kecamatan Medan Helvetia tidak banyak yang melanjutkan sekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi dan masih ada juga yang tamatan SD. Sebagian besar yang lulusan diploma banyak yang langsung bekerja atau bekeluarga.

52

Universitas Sumatera Utara Tabel 4. 4

Pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1. Pegawai Negeri 7 9,7 2. Pegawai Swasta 8 2,8 3. Wiraswasta 43 59,7 4. Mahasiswa 18 25 5. Pelajar 2 2,8 Total 72 100 Sumber : P4/ FC.6

Pada tabel 4. 4 diatas, dari 72 responden yang ada di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia sebanyak 43 (59,7%) responden berprofesi sebagai wiraswasta. Dari data yang ada di lapangan, memang sebagian besar responden adalah wiraswasta yang beraktifitas di lingkungan Pasar Sei Sikambing. Dari hasil penelitian ini dapat digambarkan kalau masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Kecamatan Medan Helvetia memiliki pekerjaan yang beragam walaupun dengan perbandingan persentase yang sangat mencolok, dimana responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta. Dengan adanya keberagaman pekerjaan yang dimiliki responden, maka hal tersebut akan membantu peneliti dalam menggambarkan bagaimana pandangan masyarakat dari berbagai kalangan yang ada di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Kecamatan Medan Helvetia ini dalam menanggapi perilaku budaya anak punk yang beaktifitas di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia.

Universitas Sumatera Utara 4. 3. 2 Pengetahuan Tentang Anak Punk

Tabel 4. 5

Pengetahuan tentang keberadaan anak punk

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Mengetahui 0 0 2. Kurang Mengetahui 25 34,7 3. Mengetahui 35 48,6 4. Sangat Mengetahui 12 16,7 Total 72 100 Sumber : P5/ FC.7

Berdasarkan tabel 4. 5 diatas, dari 72 responden yang ada dalam penelitian ini sebanyak 35 (48,6%) responden mengetahui tentang keberadaan anak punk yang ada di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Sisanya, sebanyak 12 (16,7%) responden yang sangat mengetahui tentang keberadaan anak punk tersebut dan sebanyak 25 (34,7%) responden yang kurang mengetahui tentang keberadaan anak punk yang ada di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Hal ini menunjukkan bahwa, sebagian besar responden yang ada dalam penelitian ini mengetahui bahwa anak punk yang berada di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia tersebut memang ada dalam lingkungan masyarakat mereka walaupun masih banyak juga masyarakat di Lingkungan II Sei Sikambing C II Medan Helvetia yang kurang mengetahui tentang keberadaan dan eksistensi anak punk tersebut.

54

Universitas Sumatera Utara Tabel 4. 6

Frekuensi bertemu secara langsung dengan anak punk No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Pernah 2 2,8 2. Kadang- kadang 23 31,9 3. Sering 39 54,2 4. Sangat Sering 8 11,1 Total 72 100 Sumber : P6/ FC.8

Dari tabel 4. 6 diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 39 (54,2%) responden sering bertemu dengan anak punk yang berada di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. 23 (31,9%) responden menjawab kadang-kadang, 8 (11,1%) responden menjawab sangat sering dan sisanya sebanyak 2 (2,8%) responden menjawab tidak pernah. Dari data yang ada di lapangan, peneliti memperoleh data bahwa memang masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan sering menjumpai anak punk yang ada di kawasan Kelurahan Sei Sikambing C II Medan.

Tabel 4. 7

Berkomunikasi secara langsung dengan anak punk

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Pernah 3 4,2 2. Kadang- kadang 34 47,2 3. Sering 11 15,3 4. Sangat Sering 24 33,3 Total 72 100 Sumber : P7/ FC.9

Dapat dilihat dari tabel 4. 7 diatas, sebanyak 34 (47,2%) responden menjawab kadang kadang ketika ditanya frekuensi berkomunikasi secara langsung dengan anak punk. Data yang lain terdapat sebanyak 24 (33,3%) responden menjawab sangat sering, 11 (15,3%) menjawab sering, dan 3 (4,2%) menjawab

Universitas Sumatera Utara tidak pernah berkomunikasi secara langsung dengan anak punk. Hal ini menyimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia menyatakan bahwa mereka hanya terkadang saja berkomunikasi secara langsung dengan anak punk.

Tabel 4. 8

Ketertarikan dengan topik pembicaraan

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Tertarik 4 5,6 2. Kurang Tertarik 37 51,4 3. Tertarik 22 30,6 4. Sangat Teratrik 9 12,5 Total 72 100 Sumber : P8/ FC. 10

Berdasarkan data yang ada dari tabel 4. 8 diatas, sebanyak 37 (51,4%) responden menjawab kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan sewaktu berkomunikasi dengan anak punk dan sebanyak 22 (30,6%) responden menyatakan tertarik dengan topik pembicaraan yang dilakukan. Sisanya sebanyak 9 (12,5%) responden menyatakan sangat tertarik dan sebanyak 4 (5,6%) menyatakan tidak tertarik dengan topik pembicaran yang dilakukan sewaktu responden berkomunikasi dengan anak punk. Dapat disimpulkan dari data diatas bahwa sebagian besar masyarakat di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia menyatakan bahwa mereka tidak tertarik dengan topik pembicaraan yang dilakukan sewaktu berkomunikasi dengan anak punk.

56

Universitas Sumatera Utara 4. 3. 3 Perilaku Verbal

Tabel 4. 9

Memahami topik pembicaraan

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Paham 6 8,3 2. Kurang Paham 34 47,2 3. Paham 14 19,4 4. Sangat Paham 18 25 Total 72 100 Sumber : P9/ FC. 11

Dari data yang dapat dilihat pada tabel 4. 9, sebanyak 34 (47,2%) responden mengaku kurang memahami topik pembicaraan sewaktu berkomunikasi dengan anak punk. 18 ( 25%) responden mengaku sangat paham dengan topik pembicaraan, dan 14 (19,4%) mengaku paham dengan topik yang dibicarakan. Frekuensi yang paling kecil, sebanyak 6 responden (8,3%) mengaku tidak paham dengan topik pembicaraan yang dilakukan dengan anak punk yang ada di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Berdasarkan data diatas, peneliti berpendapat bahwa sebagian besar masyarakat di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan kurang memahami topik pembicaraan yang mereka lakukan dengan anak punk.

Tabel 4. 10

Frekuensi berkomunikasi dengan anak punk

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Pernah 3 4,2 2. Kadang-kadang 32 44,4 3. Sering 20 27,8 4. Sangat Sering 17 23,6 Total 72 100 Sumber : P10/ FC. 12

Universitas Sumatera Utara Dari tabel 4. 10 yang ada diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 32 (44,4%) responden menjawab kadang kadang ketika ditanya tentang seberapa sering mereka berkomunikasi dengan anak punk yang ada di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia. Sisanya, sebanyak 20 (27,8%) menjawab sering, 17 (23,6%) menjawab sangat sering dan 3 (4,2%) menjawab tidak pernah. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia tidak terlalu sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan komunitas anak punk yang ada di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia.

Tabel 4. 11

Kejelasan informasi yang diperoleh

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Jelas 2 2,8 2. Kurang Jelas 22 30,6 3. Jelas 37 51,4 4. Sangat Jelas 11 15,3 Total 72 100 Sumber : P11/ FC. 13

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan, dapat dilihat pada tabel 4. 11 diatas bahwa sebanyak 37 (51,4%) responden mengaku memperoleh informasi secara jelas dari komunitas anak punk yang ada di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia tentang perilaku budaya anak punk tersebut dan sebanyak 22 (30,6%) responden menjawab kurang jelas memperoleh informasi tentang perilaku budaya anak punk. Sisanya sebanyak 11 (15,%0 menjawab sangat jelas dan 2 (2,8%) menjawab tidak jelas. Dalam ini dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia mengaku memperoleh informasi tentang perilaku budaya anak punk yang ada di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia secara jelas.

58

Universitas Sumatera Utara Tabel 4. 12

Pengaruh waktu dalam proses komunikasi

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Berpengaruh 7 9,7 2. Kurang Berpengaruh 8 11,1 3. Berpengaruh 39 54,2 4. Sangat Berpengaruh 18 25 Total 72 100 Sumber : P12/ FC. 14

Dari tabel 4. 12 yang ada diatas, sebanyak 39 (54,2%) responden menyatakan bahwa dalam proses komunikasi dengan anak punk yang ada di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia pengaruh waktu dianggap berpengaruh dan bahkan sebanyak 18 (25%) responden menganggap pengaruh waktu dalam proses berkomunikasi dengan anak punk sangatlah berpengaruh. Sisanya sebanyak 8 (11,1%) responden menganggap waktu dalam proses berkomunikasi kurang berpengaruh dan sebanyak 7 (9,7%) menganggap bahwa waktu tidak berpengaruh dalam proses komunikasi yang dilakukan dengan komunitas anak punk yang ada di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia.

Tabel 4. 13

Suasana penyampaian pesan

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Wajar 6 8,3 2. Kurang Wajar 23 31,9 3. Wajar 35 48,6 4. Sangat Wajar 8 11,1 Total 72 100 Sumber : P13/ FC. 15

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data yang ada pada tabel 4. 13 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 35 (48,6%) responden memilih opsi wajar dan sebanyak 23 (31,9%) memilih opsi kurang wajar. Sisanya, sebanyak 8 (11,1%) responden memilih opsi sangat wajar dan 6 responden (8,3%) memilih opsi tidak wajar. Dari data dilapangan dapat disimpulkan bahwa, dalam penelitian ini sebagian besar masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia berpendapat bahwa suasana dalam penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunitas punk yang ada di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia masih dalam kondisi wajar. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa anak punk dapat membuana suasana yang baik sewaktu mereka melakukan interaksi dengan masyarakat Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia.

Tabel 4. 14

Cara penyampaian pesan oleh anak punk

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Terbuka 3 4,2 2. Kurang Terbuka 35 48,6 3. Terbuka 24 33,3 4. Sangat Terbuka 10 13,9 Total 72 100 Sumber : P14/ F. 16

Berdasarkan data yang ada pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 35 (48,6%) responden dari total 72 responden berpendapat bahwa cara penyampaian pesan yang dilakukan oleh anak punk bersifat kurang terbuka dan sebanyak 24 (33,3%) responden berpendapat bahwa penyampaian pesan tersebut bersifat terbuka. Sisanya sebanyak 10 (13,9%) responden berpendapat bahwa penyampaian pesan oleh anak punk dalama perilaku budaya mereka bersifat sangat terbuka dan hanya 3 (4,2%) yang berpendapat tidak terbuka. Cara penyampaian pesan dalam perilaku budaya tentu sangatlah berpengaruh ketika berlangsungnya proses interaksi, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia

60

Universitas Sumatera Utara berpendapat bahwa cara penyampaian pesan yang dilakukan oleh anak punk di kawasan Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia pada umumnya bersifat kurang terbuka. Hal ini tentu sangat berpengaruh secara langsung ketika masyarakat melakukan proses komunikasi dengan komunitas anak punk di tempat lain, karena sudah mendapat gambaran sebelumnya terhadapc cara penyampaian anak punk yang ada di kawasan Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia.

Tabel 4. 15

Pemahaman terhadap isi pesan

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Jelas 8 11,1 2. Kurang Jelas 27 37,5 3. Jelas 24 33,3 4. Sangat Jelas 13 18,1 Total 72 100 Sumber : P15/ FC. 17

Pada tabel 4. 15 diatas dapat kita lihat bahwa 27 (37,5%) responden dari total 72 responden yang ada berpendapat bahwa pemahaman terhadap isi pesan yang disampaikan anak punk ternyata kurang jelas. Hal ini tidak berbanding terlalu jauh dengan 24 (33,3%) responden yang memilih opsi jelas. Hanya 13 (18,1%) responden yang memilih opsi sangat jelas memahami isi pesan yang disampaikan anak punk ketika proses komunikasi sedang berlangsung dan sisanya sebanyak 8 (11,1%) responden yang memilih opsi tidak jelas.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia yang menjadi responden dari penelitian ini berpendapat bahwa pesan yang didapat dari anak punk kurang jelas untuk dipahami. Hal ini tentu dapat menjadi tolak ukur masyarakat dan penilaian mereka dalam menanggapi perilaku budaya yang ada di kalangan anak punk Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia.

Universitas Sumatera Utara Tabel 4. 16

Tanggapan terhadap isi pesan yang disampaikan anak punk No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Menarik 3 4,2 2. Kurang Menarik 45 62,5 3. Menarik 16 22,2 4. Sangat Menarik 8 11,1 Total 72 100 Sumber : P16/ FC. 18

Berdasarkan tabel 4. 16 yang ada diatas, dapat dilihat bahwa 45 (62,5%) responden dari total 72 responden yang ada menanggapi bahwa isi pesan yang disampaikan oleh anak punk bersifat kurang menarik. Jumlah tersebut berbanding dengan jarak yang jauh dengan responden yang memilih opsi menarik yaitu sebanyak 16 (22,2%) responden. Sisanya, sebanyak 8 (11,1%) responden berpendapat bahwa isi pesan yang disampaikan anak punk bersifat sangat menarik dan sebanyak 3 (4,2%) responden berpendapat tidak menarik.

Tabel 4. 17

Manfaat dari isi pesan yang disampaikan

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Bermanfaat 0 0 2. Kurang Bermanfaat 38 52,8 3. Bermanfaat 22 30,6 4. Sangat Bermanfaat 12 16,7 Total 72 100 Sumber : P17/ FC. 19

Tabel 4. 17 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 38 (52,8%) responden dari total 72 responden yang ada berpendapat bahwa pesan yang disampaikan oleh anak punk kurang bermanfaat bagi responden. Hanya 22 (30,6%) responden yang berpendapat bahwa pesan yang disampaikan anak punk tersebut bermanfaat dan

62

Universitas Sumatera Utara sisanya sebanyak 12 (16,7%) responden berpendapat bahwa isi pesan yang disampaikan sangat bermanfaat.

Dalam proses komunikasi tentu seringkali kita ingin mendapatkan manfaat dari setiap pesan atau informasi yang ada ketika proses komunikasi sedang berlangsung. Sebagian besar masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia berpendapat bahwa dalam perilaku budaya anak punk isi pesan yang didapat sewaktu proses komunikasi sedang berlangsung dianggap kurang bermanfaat.

Tabel 4. 18

Sifat dari isi pesan yang disampaikan anak punk

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Negatif 4 5,6 2. Negatif 27 37,5 3. Positif 34 47,2 4. Sangat Positif 7 9,7 Total 72 100 Sumber : P18/ FC. 20

Dapat dilihat pada tabel 4. 18 diatas bahwa sebanyak 34 (47,2%) responden dari total 72 responden berpendapat bahwa sifat dari isi pesan yang disampaikan punker adalah positif. Sisanya pada opsi negatif sebanyak 27 (37,5%) responden, opsi positif sebanyak 7 (9,7%) responden dan 4 (5,6%) responden memilih opsi sangat negatif. Ada perbandingan persentase yang cukup jauh antar responden yang memilih opsi positif dengan responden yang memilih opsi negatif. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, sebagian besar masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia berpendapat bahwa sifat dari isi pesan yang disampaikan anak punk dalam perilaku budaya mereka adalah positif.

Universitas Sumatera Utara 4. 3. 4 Perilaku Nonverbal

Tabel 4. 19

Penampilan dan gaya berpakaian anak punk

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Menarik 4 5,6 2. Kurang Menarik 29 40,3 3. Menarik 21 29,2 4. Sangat Menarik 18 25 Total 72 100 Sumber : P19/ FC. 21

Tabel 4. 19 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 29 (40,3%) responden berpendapat bahwa penampilan dan gaya berpakaian anak punk dalam perilaku budaya mereka dianggap kurang menarik. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jarak perbandingan persentase antar opsi kurang menarik dengan opsi lainnya. Hanya sebanyak 21 (29,2%) responden yang berpendapat bahwa penampilan dan gaya berpakaian anak punk di Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia tersebut bersifat menarik. Sisanya sebanyak, 18 (25%) responden berpendapat sangat menarik dan hanya 4 (5,6%) responden berpendapat tidak menarik. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia berpendapat kurang menarik terhadap gaya berpakaian dan penampilan anak punk di kawasan Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia.

Tabel 4. 20

Kewajaran penampilan dan gaya berpakaian anak punk No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Wajar 8 11,1 2. Kurang Wajar 30 41,7 3. Wajar 29 40,3 4. Sangat Wajar 5 6,9 Total 72 100 Sumber : P20/ FC. 22

64

Universitas Sumatera Utara Penampilan dan gaya berpakaian tentu merupakan bagian dari perilaku budaya, dan tentu akan menjadi perhatian ketika kita sedang melangsungkan proses komunikasi. Berdasarkan data pada tabel 4. 20 diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 30 (41,7%) responden berpendapat bahwa penampilan dan gaya berpakaian anak punk dalam kondisi kurang wajar. Namun, persentase tersebut tidak berbanding terlalu jauh dengan opsi wajar, karena sebanyak 29 (40,3%) dari responden yang ada menanggap bahwa penampilan dan gaya berpakaian anak punk tergolong wajar. Sisanya hanya 8 (11,1%) berpendapat bahwa hal tersebut tidak wajar dan sebanyak 5 (6,9%) berpendapat sangat wajar.

Tabel 4. 21

Penampilan dan gaya berpakaian punk dianggap menyimpang

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Menyimpang 7 9,7 2. Kurang Menyimpang 7 9,7 3. Menyimpang 40 55,6 4. Sangat Menyimpang 18 25 Total 72 100 Sumber : P21/ FC. 23

Jika dilihat pada tabel 4. 21 diatas terdapat perbandingan persentase yang cukup signifikan antara responden yang memilih opsi menyimpang dengan opsi yang lain. Dapat diperhatikan bahwa, sebanyal 40 (55,6%) responden dari total 72 responden yang ada di Lingkungan II Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia berpendapat bahwa penampilan dan gaya berpakaian punk merupakan suatu perilaku budaya yang menyimpang. Hanya sebagian kecil dari responden yang memilih opsi sangat menyimpang yaitu sebanyak 18 (25%) responden dari total keseluruhan responden yang ada dan sisanya sebanyak 7 (9,7%) responden menyatakan kurang menyimpang begitu juga dengan opsi tidak menyimpang dengan persentase yang sama sebesar (9,7%).

Universitas Sumatera Utara Tabel 4. 22

Gerakan badaniah dari anak punk

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Wajar 6 8,3 2. Kurang Wajar 37 51,2 3. Wajar 14 19,4 4. Sangat Wajar 15 20,8 Total 72 100 Sumber : P22/ FC. 24

Gerakan badaniah merupakan salah satu unsur penting dalam perilaku budaya dan juga merupakan unsur yang diperhatikan dalam proses komunikasi. Tabel 4. 22 menunjukkan persentase penilaian responden terhadap gerakan badaniah dari anak punk. Dapat dilihat dengan jelas bahwa sebanyak 37 (51,2%) responden memilih opsi kurang wajar atas penilaian dari gerakan badaniah anak punk dalam perilaku budaya mereka. Perbandingan yang tidak terlalu jauh ditunjukkan dalam opsi sangat wajar yaitu sebanyak 15 (20,8%) responden dengan pemilih opsi wajar yaitu sebanyak (19,4%) responden. Hanya sebagian kecil responden yang memilih opsi tidak wajar yaitu sebanyak 6 (8,3%) responden.

Tabel 4. 23

Frekuensi penggunaan gerak isyarat badan

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Pernah 0 0 2. Kadang-kadang 24 33,3 3. Sering 37 51,4 4. Sangat Sering 11 15,3 Total 72 100 Sumber : P23/ FC. 25

66

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel 4. 23 diatas, sebanyak 37 (51,4%) responden yang berpendapat bahwa anak punk yang berada di kawasan Kelurahan Sei Sikambing C II Medan Helvetia sering melakukan gerak isyarat badan dalam perilaku budaya mereka. Pada opsi kadang kadang, sebanyak 24 (33,3%) responden yang memilih, dan sisanya sebanyak 11 (15,3%) responden

Dokumen terkait