• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.3.1 Karakterisasi Ubi Kayu

Persiapan bahan baku utama penelitian diawali pemisahan lapisan kulit ari yang berwarna coklat dengan cara dikupas. Ubi kayu yang telah dibersihkan dari kulit ari kemudian diparut menggunakan mesin parut hingga menjadi bubur ubi kayu. Bubur ubi kayu kemudian dikarakterisasi sifat kimia antara lain analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar pati,

kadar serat kasar, kadar selulosa, kadar hemiselulosa dan kadar lignin. Prosedur analisa karakterisasi bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3.2 Penentuan Konsentrasi Bahan Baku Ubi Kayu dan Asam Sulfat (H2SO4) pada Proses Hidrolisis Asam

Hidrolisis asam dalam penelitian ini dilakukan dalam satu tahap menggunakan otoklafdimana suhu dan waktu hidrolisis dilakukan secara manual. Waktu hidrolisis dihitung ketika kondisi suhu telah tercapai.

Pada tahap ini dilakukan penentuan konsentrasi bahan baku ubi kayu dan H2SO4. Bubur ubi kayu dihidrolisis secara asam dengan beberapa perlakuan yaitu

konsentrasi 15, 18, 20, 25 dan 30% (g/vol) dengan konsentrasi H2SO4 0,4 M dan

konsentasi 17, 18, 20, 25 dan 30% (g/vol) dengan konsentrasi H2SO4 1 M selama

10-20 menit dengan suhu 121oC dan tekanan 1-1,5 bar pada otoklaf. Diagram alir proses hidrolisis asam di sajikan pada Gambar 5.

Ubi Kayu Pemarutan Hidrolisis asam Hidrolisat asam H2SO4 Konsentrasi 0,4 dan 1 M

Konsentrasi Bubur Ubi kayu 15,17,18,20,25 dan 30% (g/vol)

Gambar 5. Proses hidrolisis asam

Hidrolisat asam yang dihasilkan diamati secara visual dan diukur total padatan terlarut dengan refraktometer, sehingga konsentrasi padatan dan H2SO4

terbaik dapat ditentukan. Hidrolisat asam dari proses hidrolisis dengan konsentrasi padatan ubi kayu dan H2SO4 terbaik dilakukan pengukuran total gula, gula

tahapan ini digunakan sebagai bahan baku pada penelitian tahap berikutnya dengan proses detoksifikasi.

3.3.3 Penentuan Konsentrasi Arang Aktif dan Lama Waktu Kontak pada Proses Detoksifikasi Arang Aktif

Pada penelitian ini, sistem detoksifikasi dilakukan dalam 2 tahapan yaitu metode overliming dan arang aktif (modifikasi metode Converti et al. 1999). Pada tahap overliming, hidrolisat asam yang dihasilkan dari proses hidrolisis dengan konsentrasi ubi kayu dan asam sulfat (H2SO4) terbaik ditambahkan larutan kapur

tohor (Ca(OH)2) untuk menaikkan pH menjadi pH 10. Konsentrasi larutan

Ca(OH)2 yang digunakan sebesar 16,77% (Jenkins 1966). Larutan ini didapat dari

hasil penambahan kapur tohor (CaO) dengan air (H2O), dengan perbadingan 1 : 5.

Setelah ditambahkan Ca(OH)2, kemudian hidrolisat diaduk selama 30 menit dan

dilakukan penyaringan untuk menghilangkan kandungan kapur dan senyawa lain yang mengendap. Selanjutnya asam sulfat (H2SO4) ditambahkan pada hidrolisat

untuk menurunkan pH hidrolisat hingga mencapai pH 5,5 6. Asam sulfat (H2SO4) yang digunakan untuk menurunkan pH hidrolisat memiliki konsentrasi

0,4 M. Karena pada metode overliming kandungan HMF dan furfural di dalam hidrolisat masih cukup tinggi. Maka diperlukan metode lanjutan untuk mengurangi kandungan HMF dan furfural yaitu adsorpsi arang aktif.

Setelah metode overliming dilanjutkan tahap ke-2 yaitu penambahan arang aktif dengan konsentrasi 1, 2,5, 5 dan 10% pada hidrolisat dan lama waktu kontak arang aktif dengan hidrolisat selama 30, 45 dan 60 menit pada suhu 40 oC dan dengan pengaduk 150 rpm sehingga diharapkan dapat menyerap dengan baik kandungan toksik yang dihasilkan pada proses hidrolisis asam dan etanol yang dihasilkan pada proses fermentasi menjadi lebih baik dibandingkan dengan tanpa menggunakan arang aktif. Arang aktif yang digunakan memiliki ukuran pori pada permukaan luar 0,54 – 1,08 µm. Parameter yang diamati selama proses detoksifikasi meliputi konsentrasi HMF, furfural, total gula, gula pereduksi dan total asam. Prosedur analisa dapat dilihat pada Lampiran 1. Diagram alir proses detoksifikasi hidrolisat asam disajikan pada Gambar 6.

Hidrolisat Asam Hasil dari tahap 1

Hidrolisat pH10 Hidrolisat pH 5,5 Detoksifikasi Overliming Detoksifikasi Arang Aktif Hidrolisat Penyaringan Hidrolisat Larutan H2SO4 Larutan Ca(OH)2

Gambar 6. Proses detoksifikasi hidrolisat asam (modifikasi metode Converti et al. 1999)

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu konsentrasi arang aktif (A) dan waktu kontak (M) dengan dua ulangan.

Faktor 1. A = Konsentrasi arang aktif A1 = 1 %

A2 = 2,5 % A3 = 5 % A4 = 10 %

Faktor 2. M = Waktu Kontak M1 = 30 menit M2 = 45 menit M3 = 60 menit

Data hasil penelitian akan dianalisis sidik ragam dengan model matematis sebagai berikut :

Keterangan:

Yijk : Nilai pengamatan pada faktor konsentrasi arang aktif taraf ke-i,

faktor waktu kontak taraf ke-j dan ulangan ke-k µ : Nilai rata-rata umum

Ai : Pengaruh konsentrasi arang aktif taraf ke-i

Mj : Pengaruh lama waktu kontak taraf ke-j

(AM)ij : Pengaruh interaksi konsentrasi arang aktif taraf ke-i dan waktu

kontak taraf ke-j

εijk : Galat percobaan pada faktor konsentrasi arang aktif taraf ke-i, pada

faktor waktu kontak taraf ke-j dan ulangan ke-k i : Konsentrasi arang aktif ( i = 1, 2,5, 5 dan 10%) j : Lama waktu kontak ( j = 30, 45 dan 60 menit)

Parameter yang diamati meliputi kadar total gula, gula pereduksi HMF, furfural, dan total asam. Uji lanjut dengan Newman-keuls dilakukan untuk menentukan pengaruh perlakuan terhadap parameter.

3.3.4 Penentuan Laju Adsorpsi Arang Aktif

Setelah didapat konsentrasi arang aktif yang terbaik dari hasil proses detoksifikasi dengan berbagai konsentrasi dilakukan pengukuran laju adsorpsi arang aktif terhadap kandungan total gula, gula pereduksi, HMF dan furfural di dalam hidrolisat. Proses ini dilakukan untuk mengetahui pada menit ke berapa, arang aktif yang ada di dalam hidrolisat telah mencapai waktu terbaik dalam proses penjerapan senyawa inhibitor (HMF dan furfural).

Pada tahapan ini, konsentrasi bahan baku ubi kayu dan H2SO4 terbaik

dilakukan proses hidrolisis, kemudian didetoksifikasi dengan overliming terlebih dahulu sebelum ditambahkan konsentrasi arang aktif terbaik. Pada detoksifikasi arang aktif dilakukan proses pengadukan 150 rpm dengan suhu 40 oC. Tahap penarikan sampel dilakukan secara terus menerus pada hidrolisat yang diberi arang aktif. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 14 kali yaitu pada waktu menit ke 1, 3, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60. Parameter yang diamati meliputi kadar HMF, furfural, total gula, dan gula pereduksi.

Penentuan konstanta laju adsorpsi dilakukan dengan menentukan konstanta kesetimbangan adsorpsi. Penentuan kondisi kesetimbangan adsorpsi dilakukan

dengan memplotkan HMF dan furfural di dalam hidrolisat (c) dengan lama adsorpsi (t) (Kirk dan Othmer 1964).

Hubungan antara konsentrasi penjerapan HMF dan furfural dalam adsorben (q) dengan konsentrasi penyerapan HMF dan furfural di dalam hidrolisat (c) dengan menggunakan model isoterm adsorpsi. Perhitungan nilai q dapat dilihat pada persamaan : (Kirk dan Othmer 1964)

q = co−ct xV

m……….(1)

Keterangan :

q = konsentrasi penjerapan HMF dan furfural di dalam adsorben (g/g) co = konsentrasi awal HMF dan furfural di dalam hidrolisat (g/l)

ct = konsentrasi HMF dan furfural di dalam hidrolisat dalam lama waktu adsorpsi tertentu (g/l)

V = volume hidrolisat (l) m = massa adsorben (g)

Nilai konstanta laju adsorpsi (k) dapat ditentukan dengan cara memplotkan nilai konsentrasi penjerapan HMF dan furfural di dalam adsorben (q) dengan nilai konsentrasi HMF dan furfural di dalam hidrolisat (c) pada persamaan Langmuir dan Freundlich.

Plot dari 1/q dan 1/c menghasilkan bentuk linear dari model Langmuir. Persamaan linear tersebut dapat dilihat pada persamaan 1 :

1 q

=

k qmaks 1 c

+

1 qmaks ……….…. (2)

Kemiringan dari hasil regresi linear persamaan 2 menghasilkan nilai k/qmaks

dimana k merupakan konstanta laju adsorpsi dan intersepnya menunjukan nilai 1/qmaks. Sedangkan Plot dari log q dan log c menghasilkan bentuk linear dari

model Freundlich. Persamaan linear tersebut dapat dilihat pada persamaan 3 :

log q = log k + n log c ……….…. (3)

Kemiringan atau slope dari hasil regresi linear persamaan 3 menghasilkan nilai n dan intersepnya menunjukan nilai konstanta laju adsorpsi (k) (Kirk dan Othmer 1964).

3.3.5 Penentuan Kondisi Hidrolisat terhadap Konsentrasi Etanol

Hidrolisat yang dihasilkan dari proses hidrolisis dengan konsentrasi ubi kayu dan asam sulfat (H2SO4) terbaik dilakukan proses penyimpanan.

Penyimpanan dilakukan di dalam inkubator pada suhu 30 oC. Pengamatan dilakukan setiap minggu dan parameter yang dianalisa meliputi pengukuran total gula dan gula pereduksi.

Setelah proses penyimpanan, dilakukan proses lanjut dengan detoksifikasi. Hidrolisat asam yang dihasilkan didetoksifikasi dengan overliming dan arang aktif dengan konsentrasi arang aktif dan lama waktu kontak terbaik. Sebagai pembanding hidrolisat asam dilakukan proses netralisasi. Proses netralisasi menggunakan NH4OH teknis dengan konsentrasi 21% hingga pH mencapai 5,5.

Diagram alir proses pembuatan bioetanol dari bahan baku ubi kayu disajikan pada Gambar 7.

Detoksifikasi Metode Overliming dan

Metode Arang Aktif

Pembanding Detoksifikasi Metode NH4OH Fermentasi Saccharomyces cerevisiae Hidrolisat

Penambahan nutrisi dan Pengaturan pH NPK dan Urea

Destilasi

Etanol Hidrolisat Asam

Penyimpanan minggu ke-0 Penyimpanan minggu ke-1 Penyimpanan minggu ke-2

Hirolisis asam

Detoksifikasi

Fermentasi

Destilasi

Hidrolisat yang dihasilkan setelah proses detoksifikasi kemudian dipanaskan pada suhu 105oC selama 5 menit sebelum fermentasi. Tujuan dari pemanasan adalah membunuh mikroba-mikroba selain ragi yang mengganggu proses fermentasi. Penurunan suhu sampai dengan 30oC dilakukan sebelum fermentasi

Mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae dalam bentuk ragi roti sebesar 0,23% dari total gula ditambahkan ke dalam hidrolisat yang sudah disiapkan untuk menjadi substrat fermentasi kemudian dilanjutkan penambahan nutrisi lain seperti urea sebesar 0,5% dari total gula dan NPK sebesar 0,06% dari total gula. (Susmiati 2010). Proses fermentasi dilakukan pada suhu ruang selama 96 jam. Pada waktu 24 jam pertama diberi perlakukan agitasi menggunakan orbital shaker (125 rpm) dengan sistem tertutup. Setelah 96 jam diakhiri dengan distilasi hidrolisat untuk menghasilkan etanol. Parameter yang dianalisa meliputi efesiensi penggunaan substrat, efesiensi fermentasi, rendemen etanol dan kadar etanol. Data yang didapat akan diolah secara deskriptif dengan cara penyusunan data ke dalam daftar, penggambaran grafik, analisa dan interpretasi data.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait