• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

3. METODE PENELITIAN

3.2. Tahapan Penelitian 1 Persiapan

Tahap persiapan dilakukan dengan menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk mengambil larva chironomida dari Danau Lido. Pada tahap ini dibutuhkan wadah berupa botol sampel sebagai tempat untuk menampung massa telur chironomida. Jumlah botol yang dibutuhkan adalah sembilan buah sesuai dengan wadah pemeliharaan di laboratorium. Selanjutnya dilakukan pengambilan massa telur yang berlokasi di Danau Lido. Pengambilan telur dilakukan pada pagi hari. Massa telur yang diambil diusahakan dalam kuantitas yang sama untuk masing-masing botol sampel agar jumlah larva yang nantinya dipelihara untuk masing-masing wadah pemeliharaan jumlahnya seragam. Pengambilan massa telur dilakukan di sekitar Karamba Jaring Apung dengan menggunakan bantuan kuas (Lampiran 2). Selain massa telur, dilakukan pula pengambilan air dari Danau Lido tersebut sebagai media pemeliharaan larva chironomida di laboratorium.

3.2.2. Pelaksanaan

Larva chironomida yang ditumbuhkan di laboratorium diambil dalam bentuk massa telur yang berasal dari Danau Lido. Massa telur ditetaskan pada cawan petri yang berbeda untuk masing-masing wadah. Pengamatan selama lebih kurang 24 jam pertama sejak telur diambil dari alam dilakukan setiap 4 jam dengan kamera yang dihubungkan dengan mikroskop. Setelah telur menetas menjadi larva, larva kemudian dipindahkan ke wadah plastik pemeliharaan berukuran 34x26x7 cm3 yang diisi air Danau Lido setinggi 4 cm. Wadah pemeliharan (Lampiran 3) ini dilengkapi dengan penutup yang dibuat dari kain kassa nyamuk (Gambar 2). Hal ini dilakukan untuk menghindari insekta lain yang berpotensi menjadi predator bagi larva chironomida.

Media kultur massa telur yang dipelihara di dalam wadah pemeliharaan adalah air yang diberi tambahan bahan organik berupa kotoran kuda. Pertimbangan penambahan bahan organik didasarkan pada teknik kultur chironomida oleh Mc Larney et al. (2003). Teknik kultur dilakukan dengan menumbuhkan chironomida pada kolam berukuran 2 m x 1 m x 0.5 m. Bahan organik yang digunakan adalah kotoran kuda dengan konsentrasi 1,0 mg/l. Penelitian dilakukan dengan menerapkan dua perlakuan. Wadah pertama adalah kontrol berupa media air dari Danau Lido tanpa penambahan bahan organik, perlakuan kedua ditambahkan bahan organik dengan konsentrasi 0,5 mg/l, dan perlakuan ketiga dengan konsentrasi 1 mg/l. Penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan mencobakan bahan organik konsentrasi 1 mg/l dan 2 mg/l menyebabkan massa telur chironomida membusuk. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan konsentrasi bahan organik 0,5 mg/l dan 1,0 mg/l. Bahan organik yang digunakan dibungkus dengan kain kassa dan diletakkan di masing-masing sudut wadah pemeliharaan (Gambar 3). Kotoran kuda yang sudah dikeringkan diayak hingga diperoleh bagian yang halus (Lampiran 3). Bagian inilah yang digunakan sebagai sumber bahan organik dalam wadah pemeliharaan.

Masing-masing variasi perlakuan dicobakan dalam 3 ulangan sehingga wadah pemeliharaan yang digunakan terdiri dari 9 wadah. Ketika massa telur yang dipelihara menetas menjadi larva chironomida, larva dipindahkan ke wadah plastik. Pengamatan terhadap pertumbuhan larva chironomida dilakukan setiap

hari. Pengukuran kualitas air berupa suhu, DO, dan COD dilakukan setiap tiga hari sekali, sedangkan pengukuran pH dilakukan setiap satu minggu sekali. Suhu dan DO diukur dengan menggunakan DO meter sedangkan pH diukur dengan pH meter. Parameter in situ langsung dilakukan di ruang pemeliharaan sementara untuk parameter ex situ yakni COD dilakukan di Laboratorium Fisika Kimia Perairan bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor (Lampiran 4).

Gambar 2. Wadah pemeliharaan larva chironomida skala laboratorium

Gambar 3. Tampak atas posisi peletakkan kantung bahan organik pada wadah pemeliharaan

Bahan Organik

Wadah Pemeliharaan X

Keterangan:

X: Penutup dari kassa nyamuk

A1,A2,A3: Kontrol (tanpa penambahan bahan organik) B1,B2,B3: Penambahan bahan organik konsentrasi 0,5 mg/l C1,C2,C3: Penambahan bahan organik konsentrasi 1 mg/l

A1 A2 A3

B1 B2 B3

3.2.3. Pengambilan contoh

Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam pengambilan massa telur dari Danau Lido untuk kemudian dipelihara di laboratorium adalah metode purposive sampling yaitu metode pengambilan contoh dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang sudah ada. Pengambilan larva dilakukan pada lokasi Karamba Jaring Apung (KJA), dengan pertimbangan bahwa chironomida dewasa diketahui lebih menyukai KJA sebagai tempat meletakkan massa telurnya. Pengambilan dilakukan dengan menggunakan bantuan kuas dan disimpan dalam botol sampel dengan jumlah sama dengan jumlah wadah pemeliharaan dan kuantitas telur untuk masing-masing wadah diseragamkan secara visual. Massa telur selanjutnya dimasukkan ke dalam botol kaca berukuran sedang. Botol kaca tersebut sebelumnya telah diisi dengan air yang berasal dari Danau Lido. Kemudian massa telur dibawa ke Laboratorium Biologi Mikro I dan ditetaskan di cawan petri. Pengamatan dilakukan setiap 4 jam sekali dengan mikroskop majemuk yang dihubungkan dengan kamera dan program video Quickcam. Setelah seluruh telur menetas, larva dipindahkan ke wadah plastik yang diletakkan di ruangan tertutup dengan kisaran suhu 26,1-27,4 0C. Wadah plastik diletakkan pada bagian ruangan yang tidak terkena sinar matahari secara langsung untuk menekan pertumbuhan alga yang diperkirakan dapat mengganggu pertumbuhan larva chironomida.

Pengambilan contoh yang dilakukan di laboratorium, yaitu pengambilan contoh larva yang dilakukan secara acak (randomize sampling) setiap hari selama 21 hari. Sampel larva diambil dengan menggunakan pipet drop. Larva yang diambil setiap pengambilan contoh berjumlah 10 ekor dari masing-masing wadah pemeliharaan. Jumlah pengambilan disesuaikan dengan perkiraan jumlah telur yang ditetaskan. Sampel selanjutnya dimasukkan ke dalam botol film dan diberi alkohol sebagai usaha preservasi atau pengawetan. Tahapan berikutnya, sampel dianalisis di laboratorium. Kualitas air di wadah pemeliharaan dipantau untuk memastikan kehomogenan kondisi lingkungan tempat pemeliharaan. Parameter yang diukur meliputi suhu, pH, dan COD dapat dilihat pada Tabel 1. Pengambilan sampel air dilakukan pada semua wadah pemeliharaan yang selanjutnya dianalisis di laboratorium.

Tabel 1. Metode dan alat yang digunakan pada pengukuran parameter fisika- kimia perairan.

Parameter Unit Alat Metode Pustaka Acuan

FISIKA

1. Suhu oC DO meter - APHA 1995

KIMIA 1. pH 2. DO 3. COD - mg/l mg/l pH meter DO meter - - -

Heat Dillution Method

APHA 1995 APHA 1995 Boyd 1998

3.2.4. Analisis laboratorium

Analisis sampel larva chironomida dilakukan di Laboratorium Biologi Mikro I, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Sampel larva chironomida yang telah diambil dari wadah pemeliharaan dan diawetkan dengan alkohol 70% dipindahkan ke dalam botol kaca yang telah diberi KOH 10%. Pemberian KOH dilakukan untuk membersihkan jaringan-jaringan internal chironomida untuk mempermudah proses identifikasi. Perendaman dengan KOH disesuaikan dengan ukuran chironomida. Setelah dirasa cukup bersih, chironomida disusun di atas kaca preparat dengan bantuan mikroskop bedah lalu diangin-anginkan hingga kering. Selanjutnya diberi Entellan® dan ditutup dengan menggunakan kaca penutup. Preparat inilah yang akan diidentifikasi dan dihitung ukuran tubuh yang terdiri dari panjang total, lebar badan, panjang kepala, dan lebar kepala. Proses identifikasi sekaligus pengukuran dilakukan dengan bantuan mikroskop majemuk yang terhubung dengan kamera optilab dan dilengkapi program Image Raster (Lampiran 7).

Pengukuran panjang total dilakukan dengan menarik garis lurus mulai dari ujung kepala hingga ujung bagian ekor larva chironomida. Pengukuran lebar badan dilakukan pada segmen kelima tubuh dihitung dari segmen sesudah kepala. Sedangkan pengukuran panjang kapsul kepala dilakukan dengan menarik garis lurus mulai dari ujung terdepan hingga sebelum segmen pertama. Lebar kepala diukur dengan menarik garis tegak lurus panjang kepala.

Dokumen terkait