Kementerian
Koperasi dan UKM mengawali kegiatan One Village One Product pada tahun 2008. Tahapan pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut :A. Tahun Pertama (Koordinasi):
1. Identifikasi potensi yang diusulkan daerah untuk dikembangkan melalui pendekatan
OVOP.
2. Mengadakan rapat koordinasi dan evaluasi penetapan lokasi pengembangan Program OVOP yang memenuhi kriteria seleksi.
3. Menyusun Rencana Tindak Pengembangan OVOP di masing‐masing lokasi/daerah potensial ditetapkan.
4. Identifikasi peran Koperasi dan UKM penghela di daerah potensial yang sudah ditetapkan.
5. Melakukan sosialisasi konsep pengembangan Program OVOP di lokasi terpilih.
6. Tindaklanjut rancana aksi (action plan) yang sudah ditetapkan dan mungkin dilakukan pada tahun pertama.
B. Tahun Kedua (Kerjasama):
1. Peningkatan nilai tambah komoditasa/produk unggulan melalui industri pengolahan (processing) agar dapat menghasilkan value chain.
2. Peningkatan akses pasar komoditas/produk yang dihasilkan melalui temu usaha (business matching) serta melakukan promosi diajang lokal dan internasional.
3. Peningkatan supply chain produk unggulan OVOP.
4. Peningkatan kapasitas SDM melalui pendampingan, penyuluhan, pelatihan dan studi banding.
C. Tahun Ketiga (Kelanjutan):
1. Peningkatan akses pasar komoditas/produk unggulan melalui industri pengolahan
(processing) yang memberikan value chain.
2. Peningkatan akses pasar komoditas/produk yang dihasilkan melalui temu usaha
(business matching) serta promosi produk unggulan OVOP diajang lokal dan
internasional.
4. Peningkatan kapasitas SDM melalui pendampingan, penyuluhan, pelatihan dan studi banding.
D. Tahun Keempat (Peningkatan Berkelanjutan):
1. Peningkatan dan perluasan pendampingan komunitas masyarakat lokal sesuai dengan potensi ekonomi daerah.
2. Peningkatan nilai tambah produk melalui industri pengolahan dan memberi kemasan
(packaging).
3. Peningkatan promosi ekonomi masyarakat secara menyeluruh (budaya, produk dan potensi alam) ditingkat provinsi.
4. Peningkatan promosi komoditas/produk unggulan OVOP secara nasional dan internasional (festival dan ajang pameran).
E. Tahun Kelima (Lanjutan):
1. Peningkatan dan perluasan pendampingan komunitas masyarakat lokal sesuai potensi daerah setempat.
2. Peningkatan nilai tambah produk melalui pengolahan dan memberi kemasan.
3. Peningkatan promosi ekonomi masyarakat secara menyeluruh (budaya, produk dan potensi alam).
4. Peningkatan promosi produk unggulan OVOP secara nasional dan internasional (festival dan ajang pameran).
Dari berbagai diskusi yang dilakukan Tim OVOP, maka beberapa persoalan penting untuk diperhatikan agar Program OVOP dapat berhasil dilaksanakan, yaitu :
1. Program OVOP dapat dilaksanakan tanpa perintah atau paksaan dari pihak pemerintah, namun merupakan minat dan tekad yang datang dari masyarakat di pedesaan/daerah setempat.
2. Program OVOP tidak sepenuhnya mengandalkan pembiayaan oleh subsidi atau anggaran dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3. Minat masyarakat pedesaan/daerah berhak memiliki inisiatif dan sukarela menentukan sendiri komoditas/produk atau kegiatan yang sesuai untuk kepentingan desa/daerahnya. Landasan ini akan menimbulkan rasa tanggungjawab terhadap kegagalan ataupun keberhasilan usahanya.
4. Masyarakat setempat menentukan komoditas/produk khas dan sesuai untuk desa/daerahnya masing‐masing. Mereka dapat mengolahnya serta meningkatkan mutu berdasarkan teknologi tepat‐guna untuk meningkatkan nilai tambah (added value). 5. Nilai tambah dari hasil Program OVOP perlu diilustrasikan dengan membandingkan
barang‐barang konsumsi lainnya, sehingga memperjelas nilai laba yang diperoleh setelah mengikuti program tersebut.
6. Pemerintah dapat memberikan bimbingan teknis untuk pengolahan produksi dan pemasaran produk sesuai kebutuhan masyarakat setempat.
7. Dalam Program OVOP harus diupayakan agar tidak mengembangkan pola meniru, karena hal tersebut tidak menguntungkan. Setiap desa/daerah harus mampu menyajikan keunikan dengan ciri khas produk yang dipilihnya. Peranan pemerintah untuk dapat membuat persaingan sehat antar desa dengan memanfaatkan keunikan masing‐masing desa/daerah.
8. Komoditas/produk lokal akan lebih menarik perhatian dari luar daerah mereka. Masyarakat setempat akan bangga terhadap komoditas/produik yang dikembangkannya, dan pembangunan wilayah tersebut akan menciptakan lapangan kerja. Sehingga urbanisasi dapat tercegah.
9. Perlu dilakukan penyuluhan oleh tenaga ahli secara berkala untuk meningkatkan kapasitas masyarakat pelaksana Program OVOP.
IV.RINTISAN ONE VILLAGE ONE PRODUCT
Untuk mencapai keberhasilan optimal, penentuan lokasi proyek percontohan (pilot project) model One Village One Product memerlukan ketelitian dan data yang akurat. Dari hasil survey/penelitian yang dilakukan Tim OVOP, maka sesuai kriteria yang ditetapkan Kementerian Koperasi dan UKM, lokasi awal yang dijadikan proyek percontohan pertama adalah bidang pertanian. Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut di Provinsi Jawa Barat terpilih dalam kegiatan sektor hortikultura.
Pilihan Desa Warung Kondang, Kabupaten Cianjur, ditetapkan Kementerian Koperasi dan UKM dengan mempercayakan kepada Koperasi Mitra Tani Parahyangan sebagai lembaga yang memiliki kegiatan multiguna bagi para anggotanya. Di Desa Cisurupan, Kabupaten Garut kegiatan Program OVOP dipercayakan kepada KUD Mandiri Cisurupan. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK melangkah lebih lanjut. Menetapkan agar Program OVOP menentukan tenaga ahli sebagai mitra kerjanya. Tenaga ahli yang dapat memberikan pelatihan serta pendampingan para petani di lokasi‐lokasi proyek percontohan tersebut.
Melalui Institut Pertanian Bogor (IPB), Kementerian Koperasi dan UKM menjalin kerjasama dengan Misi Teknik dari Taiwan yang memiliki keahlian di bidang pertanian. Untuk itu Tim OVOP yang dipimpin Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK menjajagi kemungkinan‐kemungkinan dukungan dan bimbingan teknis yang dapat diberikan oleh misi Taiwan. Penjajagan dilakukan melalui peninjauan ke beberapa lokasi sentra sayur‐mayur binaan Misi Teknik Taiwan di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari hasil peninjauan disimpulkan, bahwa sayur‐mayur yang dikembangkan dikedua lokasi tersebut dapat meningkatkan penghasilan para petani setempat. Dari keberhasilan Misi Teknik Taiwan membina para petani, Kementerian Koperasi dan UKM kemudian menjalin kerjasama. Implementasi Program OVOP di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut serta di Kabupaten Bangli diserahkan kepada Misi Teknik Taiwan. Misi ini akan memberikan pelatihan pertanian moderen, bimbingan peningkatan kualitas komoditas unggulan, bimbingan membuat kemasan yang sesuai dengan komoditas. Sekaligus mencarikan perluasan akses pasar.
Misi Teknik Taiwan telah memulai aktivitasnya di Indonesia sejak tahun 1970. Mengawali aktivitasnya dengan memperbaiki pola budidaya tanaman, pengembangan percontohan tanaman hortikultura, pertanian lahan miring dan sistem pengairannya, budidaya sapi perah dan mengadakan kursus di bidang ekonomi bagi para ibu‐ibu di pedesaan.
Tahun 1980, Misi teknik Taiwan ini melakukan budidaya sayuran bernilai ekonomis tinggi, pengembangan percontohan tanaman buah, produksi kedelai, budidaya kambing perah dan kambing potong, mengembangkan produk susu kambing, budidaya perikanan, pengembangan budidaya jamur Edibel dan proses makanan.
Kemudian pada tahun 1990, memperkenalkan model pembentukan kelompok tani yang lazim diterapkan di Taiwan, membina usaha agrobisnis. Proyek usaha agrobinis ini menselaraskan dengan sumberdaya setempat, mengembangkan produk pertanian sesuai potensi pasar, mengeterapkan teknik pertanian moderen, mendorong pertumbuhan industri hortikultura dan usaha agrobisnis di Indonesia, membangun sistem pemasaran yang efektif serta meningkatkan pendapatan para petani. Intinya, menjaga supply dan demand. Tugas utama Misi Teknik Taiwan, memperkenalkan pengalaman pertumbuhan pertanian di Taiwan, meningkatkan pendapatan para petani Indonesia, meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan. Tak terkecuali mempererat hubungan bilateral antara Taiwan dengan Indonesia, melalui hasil kerjasama di bidang pertanian. Kerjasama yang sudah direalisasikan Misi Teknik Taiwan dengan Kementerian Pertanian, Badan Bimbingan Massal Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Institut Pertanian Bogor.
Implementasi lapangan yang dilakukan Misi Teknik Taiwan dilaksanakan secara bertahap. Dimulai melakukan pelatihan dan kunjungan, membuat green house sebagai proyek percontohan, pengembangan percontohan, cara menanam dan memelihara, pelatihan kebersihan, memperkenalkan sistem kemasan serta melaksanakan akses pasar.
Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, I Wayan Dipta (kedua dari kanan) didampingi Tenaga Ahli
Pertanian dari Taiwan (ketiga dari kanan), mengunjungi ICDF di Yogyakarta [foto kiri]. I Wayan Dipta
(tengah) juga meninjau Kebun Percobaan Balai Benih Induk Hortikultura di Kaliurang, Yogyakarta. Dapat