• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Pengumpulan dan Analisis Data

Dalam dokumen KATA PENGANTAR Bagian I : (Halaman 39-43)

METODE PENELITIAN

2.4. Tahapan Pengumpulan dan Analisis Data

a. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei ke lapangan kepada responden/narasumber sbb.:

(i) Indepth Interview (wawancara) kepada narasumber/responden di seluruh kecamatan di setiap wilayah kabupaten/kota.

(ii) Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan narasumber di seluruh kabupaten/kota dan di provinsi. Dalam hal pelaksanaan FGD di tingkat kabupaten/kota tidak dapat dilaksanakan maka akan dilakukan melalui Indepth Interview (wawancara).

(iii) Kegiatan FGD di tingkat kabupaten/kota dan provinsi dilakukan 2 kali yakni:

- FGD pertama dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh bobot tujuan, kriteria, dan sektor ditingkat provinsi dan bobot kriteria ditingkat kabupaten/kota.

- FGD kedua dilaksanakan dengan maksud untuk mengkonfirmasikan hasil penetapan KPJU unggulan di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota dan memperoleh informasi mengenai kendala dan permasalahan yang dihadapi untuk pengembangan masing-masing KPJU unggulan.

b. Terdapat dua kelompok kriteria yang akan digunakan untuk menyaring KPJU menjadi KPJU unggulan, yaitu:

(i) Kriteria untuk Bayes di tingkat kecamatan, yakni 1) jumlah unit/rumah tangga, 2) jangkauan pemasaran, 3) sumbangan terhadap perekonomian lokal dan 4) ketersediaan bahan baku.

(ii) Kriteria untuk AHP di tingkat kabupaten/kota, yakni:1) Tenaga Kerja (TK) terdidik, 2) bahan baku, 3) modal, 4) sarana produksi/usaha, 5) teknologi, 6) sosial budaya, 7) manajemen usaha, 8) ketersediaan pasar, 9) harga, 10) penyerapan TK dan 11) sumbangan terhadap perekonomian. Kriteria untuk AHP di tingkat kabupaten/kota ini merupakan referensi untuk melakukan seleksi KPJU unggulan. Dengan demikian, kriteria dimungkinkan untuk disesuaikan dengan kondisi perekonomian/kebijakan/prioritas pengembangan di masing-masing wilayah penelitian.

c. Tahap Pembobotan

(i) Pada tingkat provinsi : 1) pembobotan tujuan, 2) pembobotan sektor/sub sektor ekonomi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan keunggulan daya saing daerah/produk, dan 3) pembobotan kriteria. Pembobotan kriteria terdiri dari 1) kriteria penentuan KPJU unggulan tingkat kecamatan dan 2) kriteria penentuan KPJU Unggulan tingkat kabupaten/kota.

Hasil pembobotan terhadap tujuan serta kriteria digunakan untuk penetapan KPJU Unggulan di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota. Nilai pembobotan ini berlaku sama untuk semua kecamatan dan kabupaten/kota serta sektor/sub sektor dalam suatu provinsi.

(ii) Pada tingkat kabupaten/kota: pembobotan sektor/sub sektor ekonomi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan keunggulan daya saing daerah/produk.

Nilai pembobotan ini digunakan dalam rangka penetapan KPJU Unggulan lintas sektor di tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan metode Bayes.

d. Tahap Penentuan KPJU di tingkat Kecamatan

Berdasarkan daftar KPJU seluruh kecamatan pada suatu kabupaten/kota yang diperoleh dari data sekunder atau nara sumber, dilakukan penetapan KPJU tingkat kecamatan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

(i) Jumlah unit usaha/rumahtangga pada setiap kecamatan yang bersumber dari data sekunder/statistik.

(ii) Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditas/produk (persepsi narasumber).

(iii) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (saprodi/saprotan) dan atau sarana usaha (persepsi narasumber).

(iv) Kontribusi KPJU terhadap perekonomian daerah (persepsi narasumber).

Analisis untuk penetapan KPJU dilakukan dengan menggunakan Metode Bayes.

Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat nara sumber yang diperoleh melalui pertemuan atau kunjungan ke kecamatan dengan nara sumber di tingkat kecamatan, misal Kepala Kecamatan, Mantri Tani, Mantri Statistik, Pejabat atau Staf Seksi Perekonomian, Tokoh Masyarakat yang mengetahui potensi ekonomi daerah setempat (disesuaikan dengan kondisi kecamatan di masing-masing daerah). Jumlah responden di setiap kecamatan minimal sebanyak 3 orang.

Berdasarkan analisis Bayes ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kecamatan.

e. Tahap Penentuan Kandidat KPJU di tingkat kabupaten/kota dengan Metode Borda.

Berdasarkan hasil KPJU dari seluruh kecamatan di suatu kabupaten/kota dengan metode Bayes, dilakukan pemilihan KPJU kabupaten/kota dengan metode Borda.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 5 (lima) Kandidat KPJU untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kabupaten/kota untuk dipilih sebagai KPJU unggulan kabupaten/kota.

f. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor dengan Metode AHP di Tingkat Kabupaten/Kota Tahap Pertama.

Tahap ini dilaksanakan dalam rangka proses penyaringan untuk menetapkan KPJU unggulan per sektor/sub sektor pada tingkat kabupaten/kota. Kriteria yang digunakan untuk proses penetapan KPJU unggulan kabupaten/kota adalah sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 2. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan UMKM Tingkat Kabupaten Kota Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan 1 Tenaga Kerja Terampil

(skilled)

Tingkat pendidikan

Pelatihan yang pernah diikuti Pengalaman kerja

Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan/ pelatihan 2 Bahan Baku

(Khusus untuk sektor industri)

Ketersediaan/kemudahan bahan baku Harga perolehan bahan baku

Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak) Kesinambungan bahan baku

10 Mutu bahan baku

3 Modal Kebutuhan investasi awal Kebutuhan modal kerja

Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan 4 Sarana Produksi/Usaha Ketersediaan/kemudahan memperoleh

Harga

5 Teknologi Kebutuhan teknologi

Kemudahan (memperoleh teknologi) 6 Sosial Budaya

(faktor endogen)

Ciri khas lokal

Penerimaan masyarakat Turun temurun

7 Manajemen Usaha Kemudahan untuk memanage 8 Ketersediaan Pasar Jangkauan/wilayah pemasaran

Kemudahan mendistribusikan

9 Harga Stabilitas harga

10 Penyerapan TK Kemampuan menyerap TK 11 Sumbangan terhadap

perekonomian wilayah

Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn

keberadaan usaha ini (backward & forward linkages) Analisis untuk penetapan KPJU unggulan dari hasil pemilihan KPJU di kabupaten/kota, dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (Saaty, 2000).

Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat nara sumber yang diperoleh melalui Focus Group Disscussion (FGD) atau wawancara tahap pertama dengan nara sumber di tingkat kabupaten/kota, misal: pejabat dinas/instansi, asosiasi usaha, Kadin, Bappeda, BPS, perbankan dan peneliti/dosen perguruan tinggi setempat. Berdasarkan analisis AHP ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU Unggulan untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

Melalui forum FGD atau wawancara, dimintakan pula pendapat dari para nara sumber mengenai alternatif kebijakan yang harus diambil dalam rangka pengembangan usaha KPJU unggulan yang telah terindentifikasi.

g. Tahap Konfirmasi 5 (lima) KPJU Unggulan untuk Setiap Sektor/Sub Sektor Ekonomi di tingkat Kabupaten/Kota Tahap Kedua

Pada tahap ini dilakukan konfirmasi 5 (lima) KPJU unggulan melalui Focus Group Disscussion (FGD) atau wawancara tahap kedua untuk setiap sektor/sub sektor yang telah diperoleh dengan menggunakan metode AHP, dan konfirmasi rekomendasi kebijakan untuk KPJU unggulan.

h. Tahap Penentuan KPJU unggulan Lintas Sektor dengan Metode Bayes dan analisis kendala & permasalahan yang dihadapi di Tingkat Kabupaten/Kota.

Berdasarkan hasil pemilihan KPJU per sektor/sub sektor di tingkat kabupaten/kota dengan metode AHP, dilakukan pemilihan KPJU lintas sektor dengan metode Bayes, untuk memperoleh skor terbobot yang merupakan hasil kali antara skor KPJU unggulan dengan bobot sektor/sub sektor ekonomi dari KPJU unggulan yang bersangkutan. Dalam hal ini sebelumnya dilakukan normalisasi nilai skor KPJU unggulan yang bersangkutan.

Berdasarkan perhitungan dengan metode diatas,ditetapkan maksimal 10 (sepuluh) KPJU Unggulan lintas sektor ditingkat kabupaten/kota.

Selanjutnya, masing-masing KPJU Unggulan lintas sektor dimaksud diidentifikasi kekuatan dan kelemahan pada saat ini. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari KPJU unggulan dapat mengunakan metode SWOT.

Disamping itu untuk menentukan posisi KPJU tersebut dapat pula dilakukan pemetaan KPJU unggulan dengan analisis prospek dan potensi, dimana garis vertikal menunjukan tingkat prospek usaha KPJU dimaksud dan garis horizontal menunjukkan potensi/kondisi saat ini.

i. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor dengan Metode Borda di Tingkat Provinsi.

Pada tahap ini adalah proses seleksi lebih lanjut dalam rangka menetapkan KPJU per sektor/sub sektor ekonomi pada tingkat provinsi dengan metode Borda.

Pada setiap KPJU unggulan per sektor/sub sektor dari setiap kabupaten/kota dilakukan penjumlahan nilai skor dari komoditas yang muncul pada tiap-tiap kabupaten dengan nilai rangkingnya, sehingga pada setiap sektor/sub sektor ekonomi di provinsi diperoleh daftar KPJU berdasarkan urutan total nilai skornya.

Sesuai perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU per sektor/sub sektor ekonomi.

j. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Lintas Sektor dengan Metode Bayes di Tingkat Provinsi

Berdasarkan hasil penetapan KPJU unggulan per sektor/sub sektor di tingkat provinsi, maka dilakukan pemilihan KPJU lintas sektor di tingkat provinsi dengan menggunakan metode Bayes. Nilai skor masing-masing KPJU unggulan per sektor/subsektor yang telah dinormalisasi akan dikalikan dengan bobot sektor/subsektor ekonomi tingkat provinsi dari KPJU yang bersangkutan sehingga diperoleh nilai skor terbobot. Bobot sektor/subsektor tersebut diperoleh pada saat tahapan pembobotan Tujuan dan Kriteria di tingkat provinsi (FGD Pertama).

Berdasarkan nilai skor terbobot tersebut akan ditetapkan 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor ditingkat provinsi. Selanjutnya, masing-masing KPJU Unggulan lintas sektor dimaksud diidentifikasi kekuatan dan kelemahannya pada saat ini. Untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan dari KPJU unggulan dapat mengunakan metode SWOT.

Disamping itu untuk menentukan posisi KPJU tersebut dapat pula dilakukan pemetaan KPJU unggulan dengan analisis prospek dan potensi, dimana garis vertikal menunjukan tingkat prospek usaha KPJU dimaksud dan garis horizontal menunjukkan potensi/kondisi saat ini.

k. Dalam rangka penetapan KPJU unggulan lintas sektor di tingkat provinsi dilakukan pendalaman terhadap KPJU unggulan yang teridentifikasi berdasarkan perspektif Product Life Cycle (PLC).

l. Selain itu, terhadap KPJU Unggulan Lintas Sektor di tingkat provinsi juga perlu dilakukan pendalaman/analisis sejauh mana KPJU tersebut memiliki sumbangan pada pembentukan inflasi di masing-masing provinsi (misal:cabe, beras).

Apabila KPJU unggulan tersebut bukan penyumbang inflasi secara langsung, maka perlu dianalisis komoditas-komoditas pembentuknya (misal:roti yang dibuat dari gandum atau beras).

12 2.5. Narasumber Penelitian Tingkat Provinsi NTT

Peserta FGD I tingkat provinsi, yang adalah narasumber adalah para pimpinan SKPD, wakil Perguruan Tinggi, Perbankan dan wakil dari dunia usaha, diantaranya :

1. Kadiv UMKM Bank NTT

2. Kabid Industri Kecil DISPERINDAG Provinsi NTT 3. Sekretaris DEKRANASDA Provinsi NTT

4. Dekan FAPERTA Undana 5. Sekretaris BKPP Provinsi NTT 6. Dekan FE UNWIRA

7. Kasubag PDG Distanbun Provinsi NTT 8. KABAN BPS Provinsi NTT

9. Kasie Standarisasi DISBUDPAR Provinsi NTT 10. Dekan FPT UKAW

11. Kasie Pelaksanaan SDA DPU Provinsi NTT 12. Staf Biro Ekonomi Setda Provinsi NTT 13. Kasubid Produksi BAPPEDA Provinsi NTT 14. Waketum BPD PHRI

15. Kabid Geologi & SDM DISTAMBEN Provinsi NTT 16. KADIS DISPERINDAG Provinsi NTT

17. Kabid Budidaya Dinas Peternakan Provinsi NTT 18. Kasubag Perencanaan DKP Provinsi NTT 19. Kepala Bidang Koperasi KUMKM Provinsi NTT

2.6. Prinsip Penilaian Kriteria dan Rekomendasi Kebijakan

Dalam dokumen KATA PENGANTAR Bagian I : (Halaman 39-43)

Dokumen terkait