• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERANCANGAN VLAN

3.3 Tahapan Percobaan Dengan Menggunakan Flowchart

Prosedur perancangan VLAN menggunakan Cisco Packet Tracer 5.33 dalam bentuk flowchartterlihat pada Gambar 3.5.

MULAI

Rangkailah jaringan VLAN sesuai dengan ketentuan

Tidak

Ya

Pemberian IP address sub-interface untuk masing-masing VLAN dalam

Router

Konfigurasi Dynamic Routing RIPv2 dalam router

Konfigurasi DHCP untuk masing-masing VLAN

Konfigurasi Switch VLAN

Membuat VLAN database

VLAN database sudah tersimpan

A

Tidak

Ya

Tidak Setting default gateway pada VLAN

Mengaktifkan koneksi VLAN ke router

Pemberian membership pada VLAN atau IP subnet address based

Pengalamatan IP DHCP pada PC Semua PC sudah memperoleh IP Ping IP tujuan B C X

Tidak

Ya

Gambar 3.5 Flowchartperancangan. BERHENTI

Mendapat balasan dari

IP tujuan

Catat hasil balasan C

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Hasil Perancangan

Pengujian dari hasil konfigurasi VLAN dari program cisco packet tracer 5.33 dilakukan dengan menggunakan perintah ping. Aplikasi ini dapat diakses dari command promptyang terdapat pada masing-masing hostyang terhubung ke jaringan.

Tabel 4.1 Alokasi IP untuk setiap VLAN.

VLAN database Alokasi IP

VLAN 2/HRD VLAN 3/Keuangan VLAN 4/IT VLAN 5/Penjualan 192.168.2.0/24 192.168.3.0/24 192.168.4.0/24 192.168.5.0/24

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa satu buah jaringan VLAN dapat mengandung banyak database VLAN dan masing-masing VLAN dapat mengandung subnet IP yang berbeda untuk lebih mudah dikenali serta untuk memudahkan pengembangan jaringan dimasa depan. Hal ini dikarenakan masih banyaknya IP yang tersedia untuk ditambahkan. Untuk menunjukkan unjuk kerja dari VLAN ini, maka data yang diambil adalah ping. Data yang diambil berasal dari ping pada VLAN 2 yang bernama HRD. Berikut merupakan data ping yang diambil dari PC0 :

1. Pingdari PC0 (192.168.2.3) VLAN 2 ke PC2 (192.168.2.3) VLAN 2 :

Gambar 4.1PingPC0 ke PC2

2. Pingdari PC0 (192.168.2.3) VLAN 2 ke PC9 (192.168.3.48) VLAN 3 :

3. Pingdari PC0 (192.168.2.3) VLAN 2 ke PC25 (192.168.4.7) VLAN 4 :

Gambar 4.3PingPC0 ke PC25

4. Pingdari PC0 (192.168.2.3) VLAN 2 ke PC19 (192.168.5.3) VLAN 5 :

4.2 Pengujian Delay

Delay adalah waktu tunda saat paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik lain yang menjadi tujuannya. Delaydiperoleh dari selisih waktu kirim antara satu paket TCP dengan paket lainnya.

a. Pengujian Delaydari VLAN 2 ke VLAN 2

Dari hasil capturedata pengujian ping tadi didapatkan data rata-rata delay dengan menggunakan persamaan (2.1) sebagai berikut :

Rata-rata delay = Total delay/ Total paket yang diterima = 0,031 s / 4

= 7,75 ms

Total delaydidapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan delayyang ada antara paket satu dengan paket lainnya. Tabel 4.2 menunjukan hasil perhitungan rata-rata delaydari pengujian pingyang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 2.

Tabel 4.2 Hasil perhitungan delaydari VLAN 2 ke VLAN 2 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Total paket yang diterima 4 packet

Total delay 0,031 s

Rata-rata delay 7,75 ms

b. Pengujian Delaydari VLAN 2 ke VLAN 3

Dari pengujian ping maka didapatkan rata-rata delay dengan menggunakan persamaan (2.1) sebagai berikut :

Rata-rata delay = Total delay/ Total paket yang diterima = 0,075 s / 4

Total delaydidapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan delayyang ada antara paket satu dengan paket lainnya. Tabel 4.3 menunjukan hasil perhitungan rata-rata delaydari pengujian pingyang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 3.

Tabel 4.3 Hasil perhitungan delaydari VLAN 2 ke VLAN 3 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Total paket yang diterima 4 packet

Total delay 0,075 s

Rata-rata delay 18,75 ms

c. Pengujian Delaydari VLAN 2 ke VLAN 4

Dari pengujian ping maka didapatkan rata-rata delay dengan menggunakan persamaan (2.1) sebagai berikut :

Rata-rata delay = Total delay/ Total paket yang diterima = 0,083 s / 4

= 20,75 ms

Total delaydidapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan delayyang ada antara paket satu dengan paket lainnya. Tabel 4.4 menunjukan hasil perhitungan rata-rata delaydari pengujian pingyang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 4.

Tabel 4.4 Hasil perhitungan delaydari VLAN 2 ke VLAN 4 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Total paket yang diterima 4 packet

Total delay 0,083 s

d. Pengujian Delaydari VLAN 2 ke VLAN 5

Dari pengujian ping maka didapatkan rata-rata delay dengan menggunakan persamaan (2.1) sebagai berikut :

Rata-rata delay = Total delay/ Total paket yang diterima = 0,078 s / 4

= 19,5 ms

Total delaydidapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan delayyang ada antara paket satu dengan paket lainnya. Tabel 4.5 menunjukan hasil perhitungan rata-rata delaydari pengujian pingyang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 5.

Tabel 4.5 Hasil perhitungan delaydari VLAN 2 ke VLAN 5 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Total paket yang diterima 4 packet

Total delay 0,078 s

Rata-rata delay 19,5 ms

4.3 Pengujian Throughput

Throughput adalah kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.

a. Pengujian throughputdari VLAN 2 ke VLAN 2

Dari pengujian ping maka didapatkan throughput dengan menggunakan persamaan (2.3) sebagai berikut :

Throughput = Paket data yang diterima / Lama pengamatan = 128 bytes / 0,031 s

= 4129,03 bytes/s = 33,03 kbps

Tabel 4.6 menunjukan hasil perhitungan throughput dari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 2.

Tabel 4.6 Hasil perhitungan throughputdari VLAN 2 ke VLAN 2 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat

Paket data yang diterima 128 bytes Lama pengamatan 0,031 s

Throughput 33,03 kbps

b. Pengujian throughputdari VLAN 2 ke VLAN 3

Dari pengujian ping maka didapatkan throughput dengan menggunakan persamaan (2.3) sebagai berikut :

Throughput = Paket data yang diterima / Lama pengamatan = 128 bytes / 0,075 s

= 1706,66 bytes/s = 13,65 kbps

Tabel 4.7 menunjukan hasil perhitungan throughput dari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 3.

Tabel 4.7 Hasil perhitungan throughputdari VLAN 2 ke VLAN 3 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat

Paket data yang diterima 128 bytes Lama pengamatan 0,075 s

c. Pengujian throughput dari VLAN 2 ke VLAN 4

Dari pengujian ping maka didapatkan throughput dengan menggunakan persamaan (2.3) sebagai berikut :

Throughput = Paket data yang diterima / Lama pengamatan = 128 bytes / 0,083 s

= 1542,16 bytes/s = 12,33 kbps

Tabel 4.8 menunjukan hasil perhitungan throughput dari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 4.

Tabel 4.8 Hasil perhitungan throughputdari VLAN 2 ke VLAN 4 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat

Paket data yang diterima 128 bytes Lama pengamatan 0,083 s

Throughput 12,33 kbps

d. Pengujian throughput dari VLAN 2 ke VLAN 5

Dari pengujian ping maka didapatkan throughput dengan menggunakan persamaan (2.3) sebagai berikut :

Throughput = Paket data yang diterima / Lama pengamatan = 128 bytes / 0,078 s

= 1641,02 bytes/s = 13,12 kbps

Tabel 4.9 menunjukan hasil perhitungan throughput dari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 5.

Tabel 4.9 Hasil perhitunganthroughputdari VLAN 2 ke VLAN 5 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat

Paket data yang diterima 128 bytes Lama pengamatan 0,078 s

Throughput 13,12 kbps

4.4 Pengujian Packet loss

Packet loss adalah jumlah paket data yang hilang per detik. Packet loss dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, mencakup penurunan signaldalam media jaringan, melebihi batas saturasi jaringan, paket yang corrupt yang menolak untuk transit, dan kesalahan perangkat keras jaringan.

a. Pengujian packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 2

Dari pengujian ping maka didapatkan packet loss dengan menggunakan persamaan (2.2) sebagai berikut :

Packet loss =(୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫ ି ୮ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୧ ୲ ୣ ୰ ୧ ୫ ୟ)

୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୷ ୟ ୬ ୥ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫x 100 = 4 - 4 x100 %

4 = 0 %

Tabel 4.10 menunjukan hasil perhitungan packet lossdari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 2.

Tabel 4.10 Hasil perhitungan packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 2 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat

Paket data yang dikirim 4 Paket data yang diterima 4

b. Pengujian packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 3

Dari pengujian ping maka didapatkan packet lossdengan persamaan (2.2) sebagai berikut : Packet loss =(୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫ ି ୮ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୧ ୲ ୣ ୰ ୧ ୫ ୟ) ୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୷ ୟ ୬ ୥ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫x 100 = 4 - 4 x100 % 4 = 0 %

Tabel 4.11 menunjukan hasil perhitungan packet lossdari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 3.

Tabel 4.11 Hasil perhitungan packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 3 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat

Paket data yang dikirim 4 Paket data yang diterima 4

Packet loss 0 %

c. Pengujian packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 4

Dari pengujian ping maka didapatkan packet lossdengan persamaan (2.2) sebagai berikut : Packet loss =(୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫ ି ୮ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୧ ୲ ୣ ୰ ୧ ୫ ୟ) ୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୷ ୟ ୬ ୥ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫x 100 = 4 - 4 x100 % 4 = 0 %

Tabel 4.12 menunjukan hasil perhitungan packet lossdari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 4.

Tabel 4.12 Hasil perhitungan packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 4 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat

Paket data yang dikirim 4 Paket data yang diterima 4

Packet loss 0 %

d. Pengujian packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 5

Dari pengujian ping maka didapatkan packet lossdengan persamaan (2.2) sebagai berikut : Packet loss =(୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫ ି ୮ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୧ ୲ ୣ ୰ ୧ ୫ ୟ) ୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୷ ୟ ୬ ୥ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫x 100 = 4 - 4 x100 % 4 = 0 %

Tabel 4.13 menunjukan hasil perhitungan packet lossdari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 5.

Tabel 4.13 Hasil perhitungan packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 5 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat

Paket data yang dikirim 4 Paket data yang diterima 4

Packet loss 0 %

Dari hasil pengujian perancangan dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer dapat dilihat bahwa host antar VLAN dapat terkoneksi dengan baik.

Tabel 4.14 Hasil pengujian jaringan

Parameter Pengujian Hasil

Delay PC0 ke PC2 7,75 ms PC0 ke PC9 18,75 ms PC0 ke PC25 20,75 ms PC0 ke PC19 19,5 ms Packet loss PC0 ke PC2 0 % PC0 ke PC9 0 % PC0 ke PC25 0 % PC0 ke PC19 0 % Throughput PC0 ke PC2 33,03 kbps PC0 ke PC9 13,65 kbps PC0 ke PC25 12,33 kbps PC0 ke PC19 13,12 kbps

Dari Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa hasil pengujian (PC0 VLAN 2) ke (PC02 VLAN 2) memiliki delayyang tidak besar yaitu 7,75 ms. Sedangkan pada pengujian (PC0 VLAN 2) ke (PC9 VLAN 3) menghasilkan delay yang lebih besar yaitu 18,75 ms. Hal ini diakibatkan jarak yang mempengaruhi delay. Namun rata-rata nilai delay masih berkisar <150 ms, dimana nilai delay tersebut termasuk dalam kategori sangat bagus sesuai dengan Tabel 2.1.

Sedangkan Packet loss untuk setiap pengujian pada masing-masing VLAN bernilai 0%. Sehingga dapat disimpulkan setiap pengujian pengiriman paket pertama dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer tidak akan mengalami kehilangan paket (lost), dimana nilai tersebut termasuk kategori sangat bagus menurut Tabel 2.2.

Sementara untuk hasil throughputpada hasil pengujian (PC0 VLAN 2) ke (PC02 VLAN 2) dengan (PC0 VLAN 2) ke (PC09 VLAN 3) menghasilkan selisih throughputyang cukup besar yaitu 33,03 kbps dengan 13,65 kbps.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pengujian delaymenurut softwareCisco Packet Tracer,

untuk hasil delay terbesar terjadi ketika pengujian (PC0 VLAN 2) ke (PC25 VLAN 4) yaitu sebesar 20,75 ms.

2. Untuk hasil throughputmenurut softwareCisco Packet Tracer, untuk hasil terkecil terjadi ketika pengujian (PC0 VLAN 2) ke (PC25 VLAN 4) yaitu sebesar 12,33 kbps.

3. Berdasarkan hasil pengujian packet loss menurut software Cisco Packet Tracer untuk setiap pengujian sebesar 0%.

5.2 Saran

1. Perancangan VLAN dapat dikembangkan menjadi sebuah jaringan yang lebih kompleks.

2. Sebelum merancang atau membuat sebuah jaringan, baik itu dalam skala besar maupun kecil sebaiknya memanfaatkan software atau aplikasi simulasi perancangan jaringan, sehingga dapat dievaluasi kelemahan dan kelebihan rancangan sebelum diterapkan dalam dunia nyata.

BAB II DASAR TEORI

2.1 Umum

Jaringan LAN adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relatif kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan seperti sebuah perkantoran di sebuah gedung dan biasanya jangkauannya tidak lebih dari 1 kilometer persegi. Beberapa model konfigurasi LAN biasanya berupa sebuah komputer yang dijadikan sebagai

file server yang digunakan untuk menyimpan perangkat lunak ataupun sebagai perangkat lunak yang dapat digunakan oleh komputer-komputer yang terhubung ke dalam jaringan lokal.

Komputer-komputer yang terhubung dengan suatu file server biasanya disebut workstation. Biasanya kemampuan workstation lebih kurang di bawah dari file server-nya dan mempunyai aplikasi lain di dalam media penyimpanannya selain aplikasi untuk jaringan. Kebanyakan LAN menggunakan media kabel untuk menghubungkan antara satu komputer dengan komputer lainnya. LAN merupakan jaringan komunikasi yang terbatas pada daerah yang kecil.

2.2 Sistem Jaringan Komputer

Ada beberapa jenis jaringan komputer yang dibedakan atas dasar ruang lingkupnya yaitu antara lain [1] :

1. LAN (Local Area Network) adalah sekelompok komputer yang saling dihubungkan di dalam area tertentu.

2. WAN (Wide Area Network) adalah jaringan yang diperluas ke area yang lebih luas misalnya satu blok kota, dimana untuk menghubungkannya sering menggunakan saluran telepon yang telah tersedia.

3. MAN (Metropolitan Area Network) adalah LAN yang diperluas sehingga dapat meliputi kota dengan diameter 50 km. Tidak menggunakan Ethernet

atau Tiken Passing tetapi menggunakan DQDB (Distributed Queque Dual Bus).

2.2.1 Topologi LAN

Topologi secara fisik dari suatu jaringan lokal merujuk kepada konfigurasi kabel, komputer dan perangkat lainnya. Adapun jenis-jenis topologi LAN adalah sebagai berikut :

1. Linear Bus (Garis Lurus)

Topologi linear Bus terdiri dari satu jalur kabel utama dimana pada masing-masing ujungnya diberikan sebuah terminator. Semua nodes pada jaringan terkoneksi pada sebuah kabel utama (backbone). Jaringan-jaringan

Ethernet dan Local Talk menggunakan topologi ini. Kelebihan dari topologi linear Bus adalah :

a. Mudah dalam mengkonfigurasi komputer atau perangkat lain ke dalam sebuah kabel utama.

b. Tidak terlalu banyak menggunakan kabel dibandingkan dengan topologi

star / bintang.

Kekurangan dari topologi linear Bus adalah :

b. Membutuhkan terminator pada kedua sisi kabel utamanya.

c. Sangat sulit mengidentifikasi permasalahan jika jaringan sedang down atau rusak

d. Sangat tidak disarankan dipakai sebagai salah satu solusi pada penggunaan jaringan di gedung besar.

Gambar 2.1 Topologi Linear Bus

Pada Gambar 2.1 memperlihatkan topologi jaringan linear bus, pada gambar tersebut kita dapat melihat backbone dan terminator dari backbone.

2. Star (bintang)

Topologi model ini dirancang yang mana setiap nodes terkoneksi ke jaringan melewati sebuah concentrator.

Data yang dikirim ke jaringan lokal akan melewati concentrator sebelum melanjutkan ke tempat tujuannya, concentrator akan mengatur dan mengendalikan keseluruhan fungsi jaringan dan juga bertindak sebagai repeater. Konfigurasi jaringan model ini menggunakan kabel Twisted Pair dan dapat digunakan pada kabel coaxial atau kabel fibre optic.

Kelebihan topologi Star (bintang) adalah :

b. Tidak mengakibatkan gangguan pada jaringan ketika akan memasang atau memindahkan perangkat jaringan lainnya.

c. Mudah untuk mendeteksi kesalahan dan memindahkan perangkat-perangkat lainnya.

Kekurangan dari topologi Star (bintang) adalah

a. Membutuhkan lebih banyak kabel daripada topologi linear bus. b. Membutuhkan concentrator dan apabila concentrator rusak maka

semua node yang terkoneksi tidak dapat terdeteksi.

c. Lebih mahal daripada topologi linear bus karena biaya untuk pembelian concentrator.

Gambar 2.2 Topologi Star

Pada Gambar 2.2 memperlihatkan topologi jaringan star, pada gambar tersebut kita dapat melihat concentrator yang merupakan bagian paling vital dari topologi ini.

3. Ring (cincin)

Topologi Ring (cincin) menggunakan teknik konfigurasi yang sama dengan topologi star tetapi pada topologi ini terlihat bahwa jalur media transmisi menyerupai suatu lingkaran tertutup menyerupai cincin sehingga diberi nama topologi bintang dalam lingkaran atau star-wired ring.

Gambar 2.3 Topologi Ring

Pada Gambar 2.3 terlihat bahwa concentrator dari topologi ring berbentuk lingkaran tetapi sebenarnya yang berbentuk lingkaran itu adalah kabel untuk menghubungkan dari kartu jaringan ke concentrator.

4. Tree (pohon)

Topologi model ini merupakan perpaduan antara topologi linear bus dan

star, yang mana terdiri dari kelompok-kelompok workstation dengan konfigurasi

star yang terkoneksi ke kabel utama yang menggunakan topologi Linear Bus. Topologi ini memungkinkan untuk pengembangan jaringan yang telah ada dan memungkinkan untuk mengkonfigurasi jaringan sesuai dengan kebutuhan.

Kelebihan dari topologi Tree adalah:

a. Proses konfigurasi jaringan dilakukan dari titik ke titik pada masing-masing segmen.

b. Didukung oleh banyak perangkat keras dan perangkat lunak

Kekurangan dari topologi Tree adalah

a. Keseluruhan panjang kabel pada tiap-tiap segmen dibatasi oleh tipe kabel yang digunakan.

b. Jika jaringan utama rusak maka keseluruhan segmen ikut rusak juga.

c. Sangat relatif sulit untuk dikonfigurasi dan proses pengkabelannya dibandingkan dengan topologi jaringan yang lain.

Gambar 2.4 Topologi Tree

Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa topologi tree merupakan gabungan dari beberapa topologi.

2.3 Perangkat Keras dan Jaringan

Perangkat Keras (Hardware) jaringan komputer adalah perangkat yang secara fisik dapat dilihat dan diraba, yang membentuk suatu kesatuan, sehingga dapat membangun sebuah jaringan komputer.

2.3.1 Network Interface Card(NIC)

NIC (Network Interface Card) atau yang biasa disebut LAN card ini adalah sebuah kartu yang berfungsi sebagai jembatan dari komputer ke sebuah jaringan komputer. Komponen ini biasanya sudah terpasang secara onboard di beberapa komputer atau laptop. Gambar 2.5 menunjukkan bentuk dari NIC.

Gambar 2.5 Network Interface Card 2.3.2 Hub / Switch (Konsentrator)

Sebuah konsentrator (Hub atau switch) adalah sebuah perangkat yang menyatukan kabel-kabel network dari tiap workstation, server atau perangkat lain. Dalam topologi bintang, kabel twisted pair datang dari sebuah workstation

masuk kedalam hub atau switch.

Hub dan switch mempunyai banyak lubang port RJ-45 yang dapat dipasang konektor RJ-45 dan terhubung ke sejumlah komputer. Beberapa jenis hub dapat dipasang bertingkat (stackable) hingga 4 susun. Biasanya hub maupun

switch memiliki jumlah lubang sebanyak 4 buah, 8 buah, 16 buah, hingga 24 buah.

Switch merupakan konsentrator yang memiliki kemampuan manajemen trafik data lebih baik bila dibandingkan hub. Saat ini telah terdapat banyak tipe switch yang manageable, selain dapat mengatur trafik data, juga dapat diberi IP

Address.

Switch merupakan konsentrator yang memiliki kemampuan manajemen trafik data lebih baik bila dibandingkan hub. Saat ini telah terdapat banyak tipe switch yang manageable, selain dapat mengatur trafik data, juga dapat diberi IP

lapisan pengaman serat besi. Lapisan serat besi tersebut membantu menutupi gangguan dari arus listrik, lalu lintas kendaraan atau mesin dan komputer.

Selain sangat sulit untuk konfigurasi, kabel ini pula sangat tidak tahan terhadap serangan dari sinyal-sinyal tertentu. Tetapi memiliki kelebihan karena dapat mendukung penggunaan kabel yang panjang di antara jaringan daripada kabel Twisted Pair. Ada dua jenis tipe kabel ini yaitu kabel thick coaxial dan kabel thin coaxial.

Kabel thin coaxial disebut juga dengan 10Base2 (thinnet) dimana angka 2 menunjukan pada panjang maksimum untuk setiap segmen kabel tersebut yaitu 200 meter, namun kenyataannya hanya dapat menjangkau sampai 185 meter. Kabel ini sangat populer terutama pada penggunaan jaringan yang linear.

Kabel thick coaxial disebut juga dengan 10Base5 (thicket) dimana angka 5 menunjukan pada panjang maksimum untuk setiap segmen kabel tersebut yaitu 500 meter, dan satu kekurangan dari kabel jenis ini adalah tidak lentur dan sangat relatif sulit untuk mengkonfigurasinya. Tipe konektor untuk kabel jenis ini adalah konektor Bayone-Neill-Concelman (BNC). Pada Gambar 2.10 dapat dilihat bentuk dari kabel koaksial.

4. Kabel Fibre Optic

Kabel fibre optic (serat optik) mempunyai kemampuan mentransmisikan sinyal melalui jarak yang relatif jauh daripada kabel coaxial ataupun kabel

twisted, serta memiliki kecepatan yang baik. Kabel ini sangat baik digunakan untuk fasilitas konferensi radio atau layanan interaktif. Pada Gambar 2.11 dapat dilihat bentuk dari kabel fiber optik.

Gambar 2.11 Kabel Fiber Optik

2.4 Model Referensi OSI

Untuk menyelenggarakan komunikasi berbagai macam vendor komputer, diperlukan sebuah aturan baku yang standar dan disetujui berbagai pihak. Seperti halnya dua orang yang berlainan bangsa, maka untuk berkomunikasi memerlukan penerjemah/interpreter atau satu bahasa yang dimengerti kedua belah pihak. Dalam dunia komputer dan telekomunikasi, interpreter identik dengan protokol. Untuk itu maka badan dunia yang menangani masalah standardisasi ISO (International Standardization Organization) pada akhir 70an, membuat aturan baku yang dikenal dengan nama model referensi OSI (Open System Interconnection). Dengan demikian diharapkan semua vendor perangkat telekomunikasi harus berpedoman pada model referensi ini dalam mengembangkan protokolnya.

Model referensi OSI terdiri dari 7 lapisan, mulai dari lapisan fisik hingga aplikasi. Model referensi ini tidak hanya berguna untuk produk-produk LAN saja, tetapi juga sangat diperlukan dalam membangun jaringan Internet. OSI menjelaskan bagaimana data dan informasi jaringan berkomunikasi dari sebuah aplikasi pada sebuah komputer berjalan melalui jaringan, menuju ke aplikasi di komputer lain. OSI menjelaskan melalui pendekatan pemecahan menjadi lapisan-lapisan (layer). Analogi konsep layer adalah seperti dalam departemen / bidang dalam sebuah perusahaan, setiap departemen memiliki tugas yang berbeda, dan hanya terfokus padahal tertentu sesuai pembagian tugas. Pada Gambar 2.12 dapat dilihat struktur 7 lapis jaringan OSI.

Gambar 2.12 Model Referensi OSI

2.4.1 Physical Layer

Lapisan fisik (physical layeratauPHY Layer) adalah lapisan pertama dalam model referensi jaringan OSI (lapisan ini merupakan lapisan terendah) dari tujuh lapisan lainnya. Lapisan ini mendefinisikan antarmuka dan mekanisme untuk meletakkanbit-bitdata di atas media jaringan (kabel, radio, atau cahaya). Selain itu, lapisan ini juga mendefinisikan tegangan listrik, arus listrik, modulasi,

sinkronisasi antar bit, pengaktifan koneksi dan pemutusannya, dan beberapa karakteristik kelistrikan untuk media transmisi (seperti halnya kabel UTP/STP, kabel koaksial, atau kabel fiber-optic). Protokol-protokol pada level PHY mencakup IEEE 802.3, RS-232C, dan X.21. Repeater, transceiver, kartu jaringan/network interface card (NIC), dan pengabelan beroperasi di dalam lapisan ini.

2.4.2 Data Link Layer

Lapisan data-link(data link layer) adalah lapisan kedua dari bawah dalam model OSI, yang dapat melakukan konversi frame-frame jaringan yang berisi data yang dikirimkan menjadi bit-bit mentah agar dapat diproses oleh lapisan fisik. Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area

Dokumen terkait