• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Virtual Local Area Network (Vlan) Dengan Dynamic Routing Menggunakan Cisco Packet Tracer 5.33

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Virtual Local Area Network (Vlan) Dengan Dynamic Routing Menggunakan Cisco Packet Tracer 5.33"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I 1. RouterCisco 2620XM

Pemberian nama pada router:

Router>en

Router#config terminal

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

Router(config)#hostname R1 R1(config)#end

R1#

%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console R1#

Langkah pemberian IP address sub-interface untuk masing-masing VLAN di dalam router:

R1>en

R1#config terminal

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

R1(config)#int f0/0

R1(config-if)#no shutdown

R1(config-if)#

(2)

%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0, changed state to up

R1(config-if)#int f0/0.1

%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0.1, changed state to up

%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0.1, changed state to up

R1(config-subif)#encapsulation dot1q 1

R1(config-subif)#ip add 192.168.1.1 255.255.255.0 R1(config-subif)#int f0/0.2

%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0.2, changed state to up

%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0.2, changed state to up

R1(config-subif)#encapsulation dot1q 2

R1(config-subif)#ip address 192.168.2.1 255.255.255.0 R1(config-subif)#int f0/0.3

%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0.3, changed state to up

(3)

R1(config-subif)#encapsulation dot1q 3

R1(config-subif)#ip address 192.168.3.1 255.255.255.0 R1(config-subif)#int f0/0.4

%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0.4, changed state to up

%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0.4, changed state to up

R1(config-subif)#encapsulation dot1q 4

R1(config-subif)#ip address 192.168.4.1 255.255.255.0 R1(config-subif)#int f0/0.5

%LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0.5, changed state to up

%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0.5, changed state to up

R1(config-subif)#encapsulation dot1q 5

R1(config-subif)#ip address 192.168.5.1 255.255.255.0 R1(config-subif)#exit

R1(config)#end R1#

%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console

Langkah mengaktifkan konfigurasi Dynamic Routing RIP version 2 di dalam router:

(4)

R1#config terminal

%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console

Langkah untuk mengaktifkan konfigurasi DHCP untuk masing-masing VLAN :

R1>en

(5)

R1(config)#exit R1#

%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console

R1#config terminal

R1(dhcp-config)#ip dhcp excluded-address 192.168.3.1 192.168.3.2

R1(config)#exit R1#

%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console

R1#config terminal

(6)

R1(config)#exit R1#

%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console

R1#config terminal

R1(dhcp-config)#ip dhcp excluded-address 192.168.5.1 192.168.5.2

R1(config)#exit R1#

%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console

2.SwitchVLAN

(7)

Switch-VLAN#vlan database

% Warning: It is recommended to configure VLAN from config mode,

as VLAN database mode is being deprecated. Please consult user

documentation for configuring VTP/VLAN in config mode.

Switch-VLAN(vlan)#vlan 2 name HRD

Mengaktifkan koneksi VLAN ke router/naik ke layer 3 inter-VLAN routing:

Switch-VLAN#config terminal

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

(8)

Switch-VLAN(config-if)#switchport mode trunk

%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/1, changed state to down

%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/1, changed state to up

Switch-VLAN(config-if)#end Switch-VLAN#

%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console

Pemberian membershippada VLAN atau IP subnet address based:

Switch-VLAN#config terminal

(9)

Setting Default-gatewaypada VLAN 1 :

Switch-VLAN#config terminal

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

Switch-VLAN(config)#int vlan 1

Switch-VLAN(config-if)#ip address 192.168.1.2 255.255.255.0 Switch-VLAN(config-if)#no shutdown

%LINK-5-CHANGED: Interface Vlan1, changed state to up Switch-VLAN(config-if)#

%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface Vlan1, changed state to up

Switch-VLAN(config-if)#exit

Switch-VLAN(config)#ip default-gateway 192.168.1.1 Switch-VLAN(config)#end

Switch-VLAN#

(10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sofana I, 2008. Membangun Jaringan Komputer. Bandung : Informatika

2. Dwiarum Astriani. 2013. “Perancangan VLAN dengan cisco packet tracer”.http://ilmukomputer.org/2013/01/30/perancangan-sederhana-vlan-dengan-cisco-packet-tracer/

3. Yanto. 2011. “Analisis QOS (Quality Of Service) Pada Jaringan Internet (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas

Tanjungpura)”.http://jurnal.untan.ac.id/index.php/justin/article/down load/880/858.

4. Faruq. 2011. “ Praktikum 14 Analisa QoS

Jaringan”.http://lecturer.eepis-its.edu/~zenhadi/kuliah/Jarkom1/Prakt%20Modul%2014%20Analis a%20QoS.pdf

5. Cisco CCNA Exploration 4.0. Routing Protocols and Concepts,2007

6. Todd Lammle, 2004 ”Cisco Certified Network Associate Study Guide, Forth Edition”, SYBEX Inc.

7. Janssen, Cory. 2010. Virtual Local Area Network (VLAN). http://www.techopedia.com/definition/4804/virtual-local-area-network-vlan.

8. Whitten, J.L.Bentley, L.D., Dittman, “K.C. ―TCP/IP routing propesional refrence.“Indianapolis, McGraw-Hill, 2008

(11)
(12)

BAB III

PERANCANGAN VLAN 3.1 Perancangan Jaringan VLAN

Pada Tugas Akhir ini penulis membuat sebuah rancangan jaringan awal seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Diasumsikan jaringan mencakup sebuah gedung yang terdiri dari 4 lantai. Dimana masing-masing lantai mewakili departemen masing-masing, yaitu lantai 1 departemen HRD, lantai 2 departemen keuangan, lantai 3 departemen IT, dan lantai 4 departemen penjualan. Setiap host pada satu departemen selalu berhubungan dengan host-hostpada departemennya.

Gambar 3.1 Rancangan jaringan

(13)

departemen di kelompokkan menjadi sebuat VLAN ID. Pembagian VLAN ID dapat berdasarkan departemen pada VLAN ini diperlihatkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pembagian VLAN ID

Departemen VLAN ID

Pada rancangan jaringan ini menggunakan satu buah router 2620XM, satu buah switch2950-24, empat buah hub, dan tiga puluh dua PC.

3.2 Langkah Konfigurasi Jaringan VLAN

Jaringan pada Gambar 3.1 akan dikonfigurasikan dengan menggunakan ketentuan-ketentuan berikut :

1. Setiap host dapat mengakses hostyang berada dengan jaringan yang sama dengannya.

2. Setiap hostmemiliki akses untuk berhubungan dengan host yang memiliki alamat jaringan yang berbeda.

3. Koneksiswitchdengan routermerupakan koneksi trunk-link. 4. Routerdikonfigurasi RIP versi 2.

5. Menggunakan konfigurasi Dynamic Routing.

Sebelum dilakukan konfigurasi, tiap-tiap perangkat diberi pengenal agar dapat berhubungan dengan perangkat lainnya. Adapun nilai-nilai yang diberikan adalah :

(14)

DNS : 8.8.8.8

VLAN ID 1 : 192.168.1.1 / 24 Default VLAN 1 VLAN ID 2 : 192.168.2.1 / 24 VLAN name HRD VLAN ID 3 : 192.168.3.1 / 24 VLAN name Keuangan VLAN ID 4 : 192.168.4.1 / 24 VLAN name IT

VLAN ID 5 : 192.168.5.1 / 24 VLAN name Penjualan

Hasil rancangan jaringan yang akan dikonfigurasikan dengan menggunakan cisco packet tracer 5.33 dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Rancangan VLAN dengan Cisco Packet Tracer 5.33

Adapun langkah-langkah lengkap konfigurasi jaringan tersebut dapat dilihat pada lembar lampiran. Konfigurasi awal dapat dilihat sebagai berikut:

1. RouterCisco 2620XM Pemberian nama pada router:

Router>en

(15)

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

Router(config)#hostname R1 R1(config)#end

R1#

%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console R1#

%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console Switch-VLAN#vlan database

% Warning: It is recommended to configure VLAN from config mode,

as VLAN database mode is being deprecated. Please consult user

documentation for configuring VTP/VLAN in config mode.

Switch-VLAN(vlan)#vlan 2 name HRD VLAN 2 added:

(16)

Switch-VLAN(vla

3. Pengalamatan IP DHCP pada Setiap PC akan

kemudian pilih icon Ip yang terlihat pada Gambar 3

VLAN(vlan)#vlan 3 name Keuangan

3. Pengalamatan IP DHCP pada PC

akan mendapat IP DHCP dengan cara memilih Ip Configurationpada tab desktoppada tampilan ambar 3.3.

Gambar 3.3 Tampilan PC

(17)

Pilih DHCP pada list pengisian ip configuration pada masing-masing PC. PC akan otomatis mendapatkan ip address, seperti pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Settingan IP Configuration

3.3 Tahapan Percobaan Dengan Menggunakan Flowchart

Prosedur perancangan VLAN menggunakan Cisco Packet Tracer 5.33 dalam bentuk flowchartterlihat pada Gambar 3.5.

MULAI

Rangkailah jaringan VLAN sesuai dengan ketentuan

(18)

Tidak

Ya

Pemberian IP address sub-interface untuk masing-masing VLAN dalam

Router

Konfigurasi Dynamic Routing RIPv2 dalam router

Konfigurasi DHCP untuk masing-masing VLAN

Konfigurasi Switch VLAN

Membuat VLAN database

VLAN database sudah tersimpan

A

(19)

Tidak

Ya

Tidak Setting default gateway pada VLAN

Mengaktifkan koneksi VLAN ke router

Pemberian membership pada VLAN atau IP subnet address based

Pengalamatan IP DHCP pada PC

Semua PC sudah memperoleh IP

Ping IP tujuan B

C

(20)

Tidak

Ya

Gambar 3.5 Flowchartperancangan. BERHENTI

Mendapat balasan dari

IP tujuan

Catat hasil balasan C

(21)

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Hasil Perancangan

Pengujian dari hasil konfigurasi VLAN dari program cisco packet tracer 5.33 dilakukan dengan menggunakan perintah ping. Aplikasi ini dapat diakses dari command promptyang terdapat pada masing-masing hostyang terhubung ke jaringan.

Tabel 4.1 Alokasi IP untuk setiap VLAN.

VLAN database Alokasi IP

(22)

1. Pingdari PC0 (192.168.2.3) VLAN 2 ke PC2 (192.168.2.3) VLAN 2 :

Gambar 4.1PingPC0 ke PC2

2. Pingdari PC0 (192.168.2.3) VLAN 2 ke PC9 (192.168.3.48) VLAN 3 :

(23)

3. Pingdari PC0 (192.168.2.3) VLAN 2 ke PC25 (192.168.4.7) VLAN 4 :

Gambar 4.3PingPC0 ke PC25

4. Pingdari PC0 (192.168.2.3) VLAN 2 ke PC19 (192.168.5.3) VLAN 5 :

(24)

4.2 Pengujian Delay

Delay adalah waktu tunda saat paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik lain yang menjadi tujuannya. Delaydiperoleh dari selisih waktu kirim antara satu paket TCP dengan paket lainnya.

a. Pengujian Delaydari VLAN 2 ke VLAN 2

Dari hasil capturedata pengujian ping tadi didapatkan data rata-rata delay dengan menggunakan persamaan (2.1) sebagai berikut :

Rata-rata delay = Total delay/ Total paket yang diterima = 0,031 s / 4

= 7,75 ms

Total delaydidapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan delayyang ada antara paket satu dengan paket lainnya. Tabel 4.2 menunjukan hasil perhitungan rata-rata delaydari pengujian pingyang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 2.

Tabel 4.2 Hasil perhitungan delaydari VLAN 2 ke VLAN 2

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Total paket yang diterima 4 packet

Total delay 0,031 s

Rata-rata delay 7,75 ms

b. Pengujian Delaydari VLAN 2 ke VLAN 3

Dari pengujian ping maka didapatkan rata-rata delay dengan menggunakan persamaan (2.1) sebagai berikut :

Rata-rata delay = Total delay/ Total paket yang diterima = 0,075 s / 4

(25)

Total delaydidapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan delayyang ada antara paket satu dengan paket lainnya. Tabel 4.3 menunjukan hasil perhitungan rata-rata delaydari pengujian pingyang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 3.

Tabel 4.3 Hasil perhitungan delaydari VLAN 2 ke VLAN 3

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Total paket yang diterima 4 packet

Total delay 0,075 s

Rata-rata delay 18,75 ms

c. Pengujian Delaydari VLAN 2 ke VLAN 4

Dari pengujian ping maka didapatkan rata-rata delay dengan menggunakan persamaan (2.1) sebagai berikut :

Rata-rata delay = Total delay/ Total paket yang diterima = 0,083 s / 4

= 20,75 ms

Total delaydidapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan delayyang ada antara paket satu dengan paket lainnya. Tabel 4.4 menunjukan hasil perhitungan rata-rata delaydari pengujian pingyang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 4.

Tabel 4.4 Hasil perhitungan delaydari VLAN 2 ke VLAN 4

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Total paket yang diterima 4 packet

Total delay 0,083 s

(26)

d. Pengujian Delaydari VLAN 2 ke VLAN 5

Dari pengujian ping maka didapatkan rata-rata delay dengan menggunakan persamaan (2.1) sebagai berikut :

Rata-rata delay = Total delay/ Total paket yang diterima = 0,078 s / 4

= 19,5 ms

Total delaydidapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan delayyang ada antara paket satu dengan paket lainnya. Tabel 4.5 menunjukan hasil perhitungan rata-rata delaydari pengujian pingyang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 5.

Tabel 4.5 Hasil perhitungan delaydari VLAN 2 ke VLAN 5

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Total paket yang diterima 4 packet

Total delay 0,078 s

Rata-rata delay 19,5 ms

4.3 Pengujian Throughput

Throughput adalah kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.

a. Pengujian throughputdari VLAN 2 ke VLAN 2

Dari pengujian ping maka didapatkan throughput dengan menggunakan persamaan (2.3) sebagai berikut :

(27)

= 4129,03 bytes/s = 33,03 kbps

Tabel 4.6 menunjukan hasil perhitungan throughput dari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 2.

Tabel 4.6 Hasil perhitungan throughputdari VLAN 2 ke VLAN 2

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Paket data yang diterima 128 bytes

Lama pengamatan 0,031 s

Throughput 33,03 kbps

b. Pengujian throughputdari VLAN 2 ke VLAN 3

Dari pengujian ping maka didapatkan throughput dengan menggunakan persamaan (2.3) sebagai berikut :

Throughput = Paket data yang diterima / Lama pengamatan = 128 bytes / 0,075 s

= 1706,66 bytes/s = 13,65 kbps

Tabel 4.7 menunjukan hasil perhitungan throughput dari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 3.

Tabel 4.7 Hasil perhitungan throughputdari VLAN 2 ke VLAN 3 Parameter yang dihitung Nilai yang didapat

Paket data yang diterima 128 bytes Lama pengamatan 0,075 s

(28)

c. Pengujian throughput dari VLAN 2 ke VLAN 4

Dari pengujian ping maka didapatkan throughput dengan menggunakan persamaan (2.3) sebagai berikut :

Throughput = Paket data yang diterima / Lama pengamatan = 128 bytes / 0,083 s

= 1542,16 bytes/s = 12,33 kbps

Tabel 4.8 menunjukan hasil perhitungan throughput dari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 4.

Tabel 4.8 Hasil perhitungan throughputdari VLAN 2 ke VLAN 4

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Paket data yang diterima 128 bytes

Lama pengamatan 0,083 s

Throughput 12,33 kbps

d. Pengujian throughput dari VLAN 2 ke VLAN 5

Dari pengujian ping maka didapatkan throughput dengan menggunakan persamaan (2.3) sebagai berikut :

Throughput = Paket data yang diterima / Lama pengamatan = 128 bytes / 0,078 s

= 1641,02 bytes/s = 13,12 kbps

(29)

Tabel 4.9 Hasil perhitunganthroughputdari VLAN 2 ke VLAN 5

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Paket data yang diterima 128 bytes

Lama pengamatan 0,078 s

Throughput 13,12 kbps

4.4 Pengujian Packet loss

Packet loss adalah jumlah paket data yang hilang per detik. Packet loss dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, mencakup penurunan signaldalam media jaringan, melebihi batas saturasi jaringan, paket yang corrupt yang menolak untuk transit, dan kesalahan perangkat keras jaringan.

a. Pengujian packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 2

Dari pengujian ping maka didapatkan packet loss dengan menggunakan persamaan (2.2) sebagai berikut :

Packet loss =(୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫ ି ୮ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୧ ୲ ୣ ୰ ୧ ୫ ୟ) ୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୷ ୟ ୬ ୥ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫x 100

= 4 - 4 x100 % 4

= 0 %

Tabel 4.10 menunjukan hasil perhitungan packet lossdari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 2.

Tabel 4.10 Hasil perhitungan packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 2

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Paket data yang dikirim 4

Paket data yang diterima 4

(30)

b. Pengujian packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 3

Dari pengujian ping maka didapatkan packet lossdengan persamaan (2.2) sebagai berikut :

Tabel 4.11 menunjukan hasil perhitungan packet lossdari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 3.

Tabel 4.11 Hasil perhitungan packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 3

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Paket data yang dikirim 4

Paket data yang diterima 4

Packet loss 0 %

c. Pengujian packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 4

Dari pengujian ping maka didapatkan packet lossdengan persamaan (2.2) sebagai berikut :

(31)

Tabel 4.12 Hasil perhitungan packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 4

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Paket data yang dikirim 4

Paket data yang diterima 4

Packet loss 0 %

d. Pengujian packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 5

Dari pengujian ping maka didapatkan packet lossdengan persamaan (2.2) sebagai berikut :

Packet loss =(୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫ ି ୮ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୧ ୲ ୣ ୰ ୧ ୫ ୟ) ୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୷ ୟ ୬ ୥ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫x 100

= 4 - 4 x100 % 4

= 0 %

Tabel 4.13 menunjukan hasil perhitungan packet lossdari pengujian ping yang dilakukan dari VLAN 2 ke VLAN 5.

Tabel 4.13 Hasil perhitungan packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 5

Parameter yang dihitung Nilai yang didapat Paket data yang dikirim 4

Paket data yang diterima 4

Packet loss 0 %

(32)

Tabel 4.14 Hasil pengujian jaringan

Parameter Pengujian Hasil

Delay

PC0 ke PC2 7,75 ms PC0 ke PC9 18,75 ms PC0 ke PC25 20,75 ms PC0 ke PC19 19,5 ms

PC0 ke PC2 33,03 kbps PC0 ke PC9 13,65 kbps PC0 ke PC25 12,33 kbps PC0 ke PC19 13,12 kbps

Dari Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa hasil pengujian (PC0 VLAN 2) ke (PC02 VLAN 2) memiliki delayyang tidak besar yaitu 7,75 ms. Sedangkan pada pengujian (PC0 VLAN 2) ke (PC9 VLAN 3) menghasilkan delay yang lebih besar yaitu 18,75 ms. Hal ini diakibatkan jarak yang mempengaruhi delay. Namun rata-rata nilai delay masih berkisar <150 ms, dimana nilai delay tersebut termasuk dalam kategori sangat bagus sesuai dengan Tabel 2.1.

Sedangkan Packet loss untuk setiap pengujian pada masing-masing VLAN bernilai 0%. Sehingga dapat disimpulkan setiap pengujian pengiriman paket pertama dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer tidak akan mengalami kehilangan paket (lost), dimana nilai tersebut termasuk kategori sangat bagus menurut Tabel 2.2.

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pengujian delaymenurut softwareCisco Packet Tracer,

untuk hasil delay terbesar terjadi ketika pengujian (PC0 VLAN 2) ke (PC25 VLAN 4) yaitu sebesar 20,75 ms.

2. Untuk hasil throughputmenurut softwareCisco Packet Tracer, untuk hasil terkecil terjadi ketika pengujian (PC0 VLAN 2) ke (PC25 VLAN 4) yaitu sebesar 12,33 kbps.

3. Berdasarkan hasil pengujian packet loss menurut software Cisco Packet Tracer untuk setiap pengujian sebesar 0%.

5.2 Saran

1. Perancangan VLAN dapat dikembangkan menjadi sebuah jaringan yang lebih kompleks.

(34)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Umum

Jaringan LAN adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relatif kecil,

umumnya dibatasi oleh area lingkungan seperti sebuah perkantoran di sebuah

gedung dan biasanya jangkauannya tidak lebih dari 1 kilometer persegi. Beberapa

model konfigurasi LAN biasanya berupa sebuah komputer yang dijadikan sebagai

file server yang digunakan untuk menyimpan perangkat lunak ataupun sebagai perangkat lunak yang dapat digunakan oleh komputer-komputer yang terhubung

ke dalam jaringan lokal.

Komputer-komputer yang terhubung dengan suatu file server biasanya disebut workstation. Biasanya kemampuan workstation lebih kurang di bawah dari file server-nya dan mempunyai aplikasi lain di dalam media penyimpanannya selain aplikasi untuk jaringan. Kebanyakan LAN menggunakan media kabel

untuk menghubungkan antara satu komputer dengan komputer lainnya. LAN

merupakan jaringan komunikasi yang terbatas pada daerah yang kecil.

2.2 Sistem Jaringan Komputer

Ada beberapa jenis jaringan komputer yang dibedakan atas dasar ruang

lingkupnya yaitu antara lain [1] :

(35)

2. WAN (Wide Area Network) adalah jaringan yang diperluas ke area yang lebih luas misalnya satu blok kota, dimana untuk menghubungkannya

sering menggunakan saluran telepon yang telah tersedia.

3. MAN (Metropolitan Area Network) adalah LAN yang diperluas sehingga dapat meliputi kota dengan diameter 50 km. Tidak menggunakan Ethernet

atau Tiken Passing tetapi menggunakan DQDB (Distributed Queque Dual Bus).

2.2.1 Topologi LAN

Topologi secara fisik dari suatu jaringan lokal merujuk kepada konfigurasi

kabel, komputer dan perangkat lainnya. Adapun jenis-jenis topologi LAN adalah

sebagai berikut :

1. Linear Bus (Garis Lurus)

Topologi linear Bus terdiri dari satu jalur kabel utama dimana pada masing-masing ujungnya diberikan sebuah terminator. Semua nodes pada jaringan terkoneksi pada sebuah kabel utama (backbone). Jaringan-jaringan

Ethernet dan Local Talk menggunakan topologi ini. Kelebihan dari topologi linear Bus adalah :

a. Mudah dalam mengkonfigurasi komputer atau perangkat lain ke dalam

sebuah kabel utama.

b. Tidak terlalu banyak menggunakan kabel dibandingkan dengan topologi

star / bintang.

Kekurangan dari topologi linear Bus adalah :

(36)

b. Membutuhkan terminator pada kedua sisi kabel utamanya.

c. Sangat sulit mengidentifikasi permasalahan jika jaringan sedang down

atau rusak

d. Sangat tidak disarankan dipakai sebagai salah satu solusi pada

penggunaan jaringan di gedung besar.

Gambar 2.1 Topologi Linear Bus

Pada Gambar 2.1 memperlihatkan topologi jaringan linear bus, pada gambar tersebut kita dapat melihat backbone dan terminator dari backbone.

2. Star (bintang)

Topologi model ini dirancang yang mana setiap nodes terkoneksi ke jaringan melewati sebuah concentrator.

Data yang dikirim ke jaringan lokal akan melewati concentrator sebelum melanjutkan ke tempat tujuannya, concentrator akan mengatur dan mengendalikan keseluruhan fungsi jaringan dan juga bertindak sebagai repeater. Konfigurasi jaringan model ini menggunakan kabel Twisted Pair dan dapat digunakan pada kabel coaxial atau kabel fibre optic.

Kelebihan topologi Star (bintang) adalah :

(37)

b. Tidak mengakibatkan gangguan pada jaringan ketika akan

memasang atau memindahkan perangkat jaringan lainnya.

c. Mudah untuk mendeteksi kesalahan dan memindahkan

perangkat-perangkat lainnya.

Kekurangan dari topologi Star (bintang) adalah

a. Membutuhkan lebih banyak kabel daripada topologi linear bus. b. Membutuhkan concentrator dan apabila concentrator rusak maka

semua node yang terkoneksi tidak dapat terdeteksi.

c. Lebih mahal daripada topologi linear bus karena biaya untuk pembelian concentrator.

Gambar 2.2 Topologi Star

Pada Gambar 2.2 memperlihatkan topologi jaringan star, pada gambar tersebut kita dapat melihat concentrator yang merupakan bagian paling vital dari topologi ini.

3. Ring (cincin)

Topologi Ring (cincin) menggunakan teknik konfigurasi yang sama dengan topologi star tetapi pada topologi ini terlihat bahwa jalur media transmisi menyerupai suatu lingkaran tertutup menyerupai cincin sehingga diberi nama

(38)

Gambar 2.3 Topologi Ring

Pada Gambar 2.3 terlihat bahwa concentrator dari topologi ring berbentuk lingkaran tetapi sebenarnya yang berbentuk lingkaran itu adalah kabel untuk

menghubungkan dari kartu jaringan ke concentrator.

4. Tree (pohon)

Topologi model ini merupakan perpaduan antara topologi linear bus dan

star, yang mana terdiri dari kelompok-kelompok workstation dengan konfigurasi

star yang terkoneksi ke kabel utama yang menggunakan topologi Linear Bus. Topologi ini memungkinkan untuk pengembangan jaringan yang telah ada dan

memungkinkan untuk mengkonfigurasi jaringan sesuai dengan kebutuhan.

Kelebihan dari topologi Tree adalah:

a. Proses konfigurasi jaringan dilakukan dari titik ke titik pada

masing-masing segmen.

b. Didukung oleh banyak perangkat keras dan perangkat lunak

Kekurangan dari topologi Tree adalah

a. Keseluruhan panjang kabel pada tiap-tiap segmen dibatasi oleh

(39)

b. Jika jaringan utama rusak maka keseluruhan segmen ikut rusak

juga.

c. Sangat relatif sulit untuk dikonfigurasi dan proses pengkabelannya

dibandingkan dengan topologi jaringan yang lain.

Gambar 2.4 Topologi Tree

Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa topologi tree merupakan gabungan dari beberapa topologi.

2.3 Perangkat Keras dan Jaringan

Perangkat Keras (Hardware) jaringan komputer adalah perangkat yang secara fisik dapat dilihat dan diraba, yang membentuk suatu kesatuan, sehingga

dapat membangun sebuah jaringan komputer.

2.3.1 Network Interface Card(NIC)

NIC (Network Interface Card) atau yang biasa disebut LAN card ini adalah sebuah kartu yang berfungsi sebagai jembatan dari komputer ke sebuah

(40)

Gambar 2.5 Network Interface Card 2.3.2 Hub / Switch (Konsentrator)

Sebuah konsentrator (Hub atau switch) adalah sebuah perangkat yang menyatukan kabel-kabel network dari tiap workstation, server atau perangkat lain. Dalam topologi bintang, kabel twisted pair datang dari sebuah workstation

masuk kedalam hub atau switch.

Hub dan switch mempunyai banyak lubang port RJ-45 yang dapat dipasang konektor RJ-45 dan terhubung ke sejumlah komputer. Beberapa jenis

hub dapat dipasang bertingkat (stackable) hingga 4 susun. Biasanya hub maupun

switch memiliki jumlah lubang sebanyak 4 buah, 8 buah, 16 buah, hingga 24 buah.

Switch merupakan konsentrator yang memiliki kemampuan manajemen trafik data lebih baik bila dibandingkan hub. Saat ini telah terdapat banyak tipe

switch yang manageable, selain dapat mengatur trafik data, juga dapat diberi IP

Address.

Switch merupakan konsentrator yang memiliki kemampuan manajemen trafik data lebih baik bila dibandingkan hub. Saat ini telah terdapat banyak tipe

switch yang manageable, selain dapat mengatur trafik data, juga dapat diberi IP

(41)

lapisan pengaman serat besi. Lapisan serat besi tersebut membantu menutupi

gangguan dari arus listrik, lalu lintas kendaraan atau mesin dan komputer.

Selain sangat sulit untuk konfigurasi, kabel ini pula sangat tidak tahan

terhadap serangan dari sinyal-sinyal tertentu. Tetapi memiliki kelebihan karena

dapat mendukung penggunaan kabel yang panjang di antara jaringan daripada

kabel Twisted Pair. Ada dua jenis tipe kabel ini yaitu kabel thick coaxial dan kabel thin coaxial.

Kabel thin coaxial disebut juga dengan 10Base2 (thinnet) dimana angka 2 menunjukan pada panjang maksimum untuk setiap segmen kabel tersebut yaitu

200 meter, namun kenyataannya hanya dapat menjangkau sampai 185 meter.

Kabel ini sangat populer terutama pada penggunaan jaringan yang linear.

Kabel thick coaxial disebut juga dengan 10Base5 (thicket) dimana angka 5 menunjukan pada panjang maksimum untuk setiap segmen kabel tersebut yaitu

500 meter, dan satu kekurangan dari kabel jenis ini adalah tidak lentur dan sangat

relatif sulit untuk mengkonfigurasinya. Tipe konektor untuk kabel jenis ini adalah

konektor Bayone-Neill-Concelman (BNC). Pada Gambar 2.10 dapat dilihat bentuk dari kabel koaksial.

(42)

4. Kabel Fibre Optic

Kabel fibre optic (serat optik) mempunyai kemampuan mentransmisikan sinyal melalui jarak yang relatif jauh daripada kabel coaxial ataupun kabel

twisted, serta memiliki kecepatan yang baik. Kabel ini sangat baik digunakan untuk fasilitas konferensi radio atau layanan interaktif. Pada Gambar 2.11 dapat

dilihat bentuk dari kabel fiber optik.

Gambar 2.11 Kabel Fiber Optik

2.4 Model Referensi OSI

Untuk menyelenggarakan komunikasi berbagai macam vendor komputer, diperlukan sebuah aturan baku yang standar dan disetujui berbagai pihak. Seperti

halnya dua orang yang berlainan bangsa, maka untuk berkomunikasi memerlukan

penerjemah/interpreter atau satu bahasa yang dimengerti kedua belah pihak. Dalam dunia komputer dan telekomunikasi, interpreter identik dengan protokol. Untuk itu maka badan dunia yang menangani masalah standardisasi ISO

(International Standardization Organization) pada akhir 70an, membuat aturan baku yang dikenal dengan nama model referensi OSI (Open System Interconnection). Dengan demikian diharapkan semua vendor perangkat telekomunikasi harus berpedoman pada model referensi ini dalam

(43)

Model referensi OSI terdiri dari 7 lapisan, mulai dari lapisan fisik hingga

aplikasi. Model referensi ini tidak hanya berguna untuk produk-produk LAN saja,

tetapi juga sangat diperlukan dalam membangun jaringan Internet. OSI

menjelaskan bagaimana data dan informasi jaringan berkomunikasi dari sebuah

aplikasi pada sebuah komputer berjalan melalui jaringan, menuju ke aplikasi di

komputer lain. OSI menjelaskan melalui pendekatan pemecahan menjadi

lapisan-lapisan (layer). Analogi konsep layer adalah seperti dalam departemen / bidang dalam sebuah perusahaan, setiap departemen memiliki tugas yang berbeda, dan

hanya terfokus padahal tertentu sesuai pembagian tugas. Pada Gambar 2.12 dapat

dilihat struktur 7 lapis jaringan OSI.

Gambar 2.12 Model Referensi OSI

2.4.1 Physical Layer

Lapisan fisik (physical layeratauPHY Layer) adalah lapisan pertama dalam model referensi jaringan OSI (lapisan ini merupakan lapisan terendah) dari

tujuh lapisan lainnya. Lapisan ini mendefinisikan antarmuka dan mekanisme

(44)

sinkronisasi antar bit, pengaktifan koneksi dan pemutusannya, dan beberapa

karakteristik kelistrikan untuk media transmisi (seperti halnya

kabel UTP/STP, kabel koaksial, atau kabel fiber-optic). Protokol-protokol pada level PHY mencakup IEEE 802.3, RS-232C, dan X.21. Repeater, transceiver, kartu jaringan/network interface card (NIC), dan pengabelan beroperasi di dalam lapisan ini.

2.4.2 Data Link Layer

Lapisan data-link(data link layer) adalah lapisan kedua dari bawah dalam model OSI, yang dapat melakukan konversi frame-frame jaringan yang berisi data yang dikirimkan menjadi bit-bit mentah agar dapat diproses oleh lapisan

fisik. Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara

perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area network (WAN), atau antara node di dalam sebuah segmen local area network

(LAN) yang sama. Lapisan ini bertanggungjawab dalam membuat frame, flow control, koreksi kesalahan dan pentransmisian ulang terhadap frame yang dianggap gagal. MAC address juga diimplementasikan di dalam lapisan ini. Selain itu, beberapa perangkat seperti Network Interface Card (NIC), switch layer

serta bridge jaringan juga beroperasi di sini.

Lapisan data-link menawarkan layanan pentransferan data melalui saluran fisik. Pentransferan data tersebut mungkin dapat diandalkan atau tidak. Beberapa

protokol lapisan data-link tidak mengimplementasikan fungsi Acknowledgment

(45)

checksumming). Pada kasus-kasus tersebut, fitur-fitur acknowledgment dan pendeteksian kesalahan harus diimplementasikan pada lapisan yang lebih tinggi,

seperti halnya protokol Transmission Control Protocol(TCP) (lapisan transport).

2.4.3 Network Layer

Lapisan jaringan atau Network layer adalah lapisan ketiga dari bawah dalam model referensi jaringan OSI. Lapisan ini bertanggung jawab untuk

melakukan beberapa fungsi berikut :

1. Pengalamatan logis dan melakukan pemetaan (routing) terhadap paket-paket melalui jaringan.

2. Membuat dan menghapus koneksi dan jalur koneksi antara dua node di dalam sebuah jaringan.

3. Mentransfer data, membuat dan mengkonfirmasi penerimaan, dan

mengeset ulang koneksi.

Network Layerjuga menyediakan layanan connectionlessdan connection

-oriented terhadap lapisan transport yang berada di atasnya. Network Layer juga melakukan fungsinya secara erat dengan Physical Layer (lapisan pertama) dan

data-link Layer (lapisan kedua) dalam banyak implementasi protokol dunia nyata.

Addressing dan routing adalah fungsi utama dari protokol network layer.

Addressing memungkinkan komunikasi data antar host pada jaringan yang sama atau jaringan yang berbeda (pengalamatan secara logical). Internet Protocol version 4 (IPv4) menyediakan pengalamatan hirarkis untuk paket yang membawa data kita. Routing merupakan fungsi yang berrtanggung jawab membawa data melewati sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur terbaik untuk dilewati

(46)

2.4.4 Transport Layer

Transport Layer melakukan segmentasi dan menyatukan kembali data yang tersegmentasi menjadi suatu arus data. Layanan-layanan yang terdapat di

transport layer melakukan segmentasi dan juga menyatukan kembali data yang sudah tersegmentasi dari aplikasi-aplikasi upper-layerdan menggabungkannya ke dalam arus data yang sama. Layanan-layanan ini menyediakan layanan

transportasi data dari ujung ke ujung dan dapat membuat koneksi logikal antara

hostpengirim dan hosttujuan pada sebuah internetwork.

Transport Layer bertanggung jawab untuk menyediakan mekanisme untuk multiplexing (multiplexing adalah teknik untuk mengirimkan atau menerima beberapa jenis data yang berbeda sekaligus pada saat bersamaan

melalui satu media networksaja), metode aplikasi-aplikasi upper-layer, membuat

session, dan memutuskan virtual circuit (koneksi yang terbentuk antara dua buah

host di jaringan, setelah melalui sebuah mekanisme yang disebut three-way handshake).

2.4.5 Session Layer

Session Layer bertanggung jawab untuk membentuk, mengelola dan kemudian memutuskan session-session antar presentation layer. Session layer

juga menyediakan kontrol dialog antar peralatan atau titik jaringan (node).

(47)

Kesimpulannya, session layermenjaga terpisahnya data dari aplikasi satu dengan data dari aplikasi yang lain.

Contoh Protokol dan Interface Session Layer(Menurut CISCO) :

1. Network File System (NFS). Dibuat oleh SUN Microsystem dan digunakan dengan metode TCP/IP dan workstation UNIX untuk akses yang transparan ke sumber daya remote.

2. Structure Query Language (SQL). Dibuat oleh IBM untuk menyediakan kepada pengguna suatu cara yang lebih mudah untuk mendefinisikan

kebutuhan informasinya pada sistem lokal dan remote.

3. Remote Procedure Cal(RPC). Merupakan tool untuk sistem client-server

yang digunakan untuk lngkungan yang berbeda-beda.

4. X Window. Digunakan secara luas oleh terminal-terminal pintar untuk

berkomunikasi dengan komputer UNIX.

5. AppleTalk Session Protokol (ASP). Mekanisme client-server yang membuat dan menjaga sessionantara client-server AppleTalk.

6. Digital Network Architecture Session Control Protocol (DNA SCP). Sebuah Protocol Session Layerdari DECnet.

2.4.6 Presentation Layer

Lapisan ini melakukan hanya suatu fungsi tunggal translasi dari berbagai

tipe pada syntaxsistem. Sebagai contoh, suatu koneksi antara PC dan mainframe

membutuhkan konversi dari EBCDIC character-encoding format ke ASCII dan banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Kompresi data (dan enkripsi yang

(48)

Layer ini pada dasarnya adalah penerjemah, pengkodean dan pengkonversi. Teknik transfer data yang berhasil adalah dengan mengadaptasi

data tersebut ke dalam format standar sebelum dikirim.

Tugas-tugas seperti kompresi, dekompresi, enkripsi dan dekripsi data

berhubungan pada Presentation Layer.

2.4.7 Application Layer

Application Layer, Layer tujuh, adalah lapisan paling atas baik di OSI maupun di TCP / IP model. Application layer adalah lapisan yang menyediakan

interface antara aplikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dan jaringan yang mendasarinya di mana pesan akan dikirim. Protokol Application Layerdigunakan untuk pertukaran data antara program yang berjalan pada sourcedan host tujuan. Ada banyak protokol Application Layer dan protokol terus dikembangkan.

Application layer berada pada ujung protocol stack TCP/IP. Application layer

pada TCP/IP adalah kumpulan dari beberapa komponen software yang mengirim dan menerima informasi dari port TCP dan UDP. Beberapa komponen pada application layer hanya sebagai alat untuk pengumpul informasi konfigurasi

network dan beberapa lainnya boleh jadi adalah sebuah user interface atau

Application Program Interface (API) yang mendukung desktop operating environment.

2.5 TCP/IP

Internet dapat terbentuk karena sekumpulan besar jaringan komputer

(49)

semata-mata merupakan kesepakatan yang bersifat teknis karena tidak ada suatu

badanpun di dunia ini yang berhak mengatur jalannya internet secara

keseluruhan. Adapun yang hanya dapat diatur dalam internet adalah penggunaan

protokolnya. TCP/IP dikembangkan sebelum model OSI ada. Namun demikian

lapisan-lapisan pada TCP/IP tidaklah cocok seluruhnya dengan lapisan-lapisan

OSI. Protokol TCP/IP hanya dibuat atas lima lapisan saja yaitu physical, data link, network, transport dan application.

Hanya lapisan aplikasi pada TCP/IP mencakupi tiga lapisan OSI teratas.

Khusus layer keempat, protokol TCP/IP mendefinisikan 2 buah protokol yakni

Transmission Control Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol (UDP). Sementara itu pada lapisan ketiga TCP/IP mendefinisikan Internetworking (IP), namun ada beberapa protokol lain yang mendukung pergerakan data pada lapisan

ini.

2.5.1 Kelas TCP/IP

Untuk mempermudah proses pembagiannya, IP address dikelompokkan dalam kelas-kelas. Dasar pertimbangan pembagian IP Address ke dalam kelas-kelas adalah untuk memudahkan pendistribusian pendaftaran IP address.

Dengan memberikan sebuah ruang nomor jaringan (beberapa blok IP

address) kepada ISP (Internet Service Provider) di suatu area diasumsikan penanganan komunitas lokal tersebut akan lebih baik dibandingkan dengan jika

setiap pemakai individual harus meminta IP address ke otoritas pusat yaitu

Internet Assigned Numbers Authority (IANA). IP address ini dikelompokan dalam lima kelas yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E. perbedaan

(50)

oleh sedikit jaringan namun jaringan ini memiliki anggota yang besar. Kelas C

dipakai oleh banyak jaringan, namun anggota masing-masing jaringan sedikit.

Kelas D dan E juga didefinisikan tetapi tidak digunakan dalam pengunaan

normal. Kelas D diperuntukkan bagi jaringan multicast dan kelas E untuk keperluan eksperimental.

2.5.2 Subnetting

Subnetting adalah cara membagi satu jaringan menjadi beberapa sub jaringan. Beberapa bit dari bagian Host ID dialokasikan menjadi bit tambahan

pada bagian NetID. Cara ini menciptakan sejumlah NetID tambahan dan

mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap jaringan tersebut. Gambar 2.13 adalah contoh sebuah jaringan dengan IP Address172.16.0.0.

Gambar 2.13 Satu jaringan dengan IP Address172.16.0.0

Gambar 2.13 menunjukkan bahwa jaringan tersebut hanya memiliki satu

IP jaringan yaitu 172.16.0.0 (Kelas B). Jadi untuk HostID akan menggunakan

NetID sebagai acuan pembagian IP Address dalam jaringan tersebut. Dengan

(51)

Gambar 2.14 Sebuah jaringan dipecah menjadi 3 subnet melalui subnetting

Beberapa alasan membangun subnettingialah sebagai berikut : 1. Mereduksi Trafik Jaringan

2. Mengoptimasi Performansi Jaringan

3. Memudahkan manajemen

4. Mengefektifkan jaringan yang dibatasi area geografis yang luas

2.6 Routing

Routing adalah kegiatan menentukan jalur pengiriman data dalam suatu jaringan, menentukan jumlah host dalam jaringan, dan lain-lain sehingga suatu kiriman paket data dapat sampai alamat tujuan berdasarkan IP address yang dituju.

2.6.1 Static Routing

Static routingadalah metode routing yang tabel jaringannya dibuat secara manual oleh admin jaringannya. Static routing mengharuskan admin untuk merubah route atau memasukkan command secara manual di router tiap kali terjadi perubahan jalur.

Keuntungan:

(52)

Kelemahan:

1. Rentan terhadap kesalahan penulisan

2. Lebih merepotkan dibandingkan dynamic routing 2.6.2 Dynamic Routing

Dynamic Routing (Router Dinamis) adalah sebuahrouteryang memiliki dan membuat tabel routingsecara otomatis, dengan mendengarkan lalu lintas jaringan dan juga dengan saling berhubungan antararouterlainnya. Protokol

routing mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi satu dengan yang lain dan saling

memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan data ke arah yang benar.

Dengan kata lain, routing dinamik adalah proses pengisian data routing di table routing secara otomatis.

Dynamic router mempelajari sendiri rute yang terbaik yang akan ditempuhnya untuk meneruskan paket dari sebuah network ke network lainnya. Administrator tidak menentukan rute yang harus ditempuh oleh paket-paket

tersebut. Administrator hanya menentukan bagaimana cara router mempelajari paket, dan kemudian router mempelajarinya sendiri. Rute pada dynamic routing

berubah, sesuai dengan pelajaran yang didapatkan oleh router.

Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan

yang sama maka perlu digunakan dynamic routing. Sebuah dynamic routing

(53)

mengikuti perubahan kondisi jaringan. Protokol routingmengatasi situasi routing

yang kompleks secara cepat dan akurat. Protokol routing didesain tidak hanya untuk mengubah ke rute backup bila rute utama tidak berhasil, namun juga didesain untuk menentukan rute mana yang terbaik untuk mencapai tujuan

tersebut.

Pengisian dan pemeliharaan tabel routing tidak dilakukan secara manual oleh admin. Router saling bertukar informasi routing agar dapat mengetahui alamat tujuan dan menerima tabel routing. Pemeliharaan jalur dilakukan berdasarkan pada jarak terpendek antara devicepengirim dan devicetujuan.

Keuntungan:

1. Lebih mudah untuk mengatur networkyang besar. 2. Akan memilih jalur lain yang ada bila suatu jalur rusak.

Kekurangan:

1. Update ARP table dibagikan ke semua komputer, berarti mengkonsumsi

bandwith.

2. Butuh RAM untuk menentukan jalur terbaik bila terjadi down.

3. Jalur ditentukan oleh sistem bukan admin.

Ada beberapa routing dynamicuntuk IP, dibawah ini adalah dinamik routing yang sering digunakan :

1. RIP (Routing Information Protocol) 2. OSPF (Open Shortest Path First)

3. IGRP (Interior Gateway Routing Protocol)

(54)

2.7 Pengertian VLAN

Virtual Local Area Networkatau disingkat VLAN merupakan sekelompok perangkat pada satu LAN atau lebih yang dikonfigurasikan sehingga dapat

berkomunikasi seperti halnya bila perangkat tersebut terhubung ke jalur yang

sama, padahal sebenarnya perangkat tersebut berada pada sejumlah segmen LAN

yang berbeda.

VLAN merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi

fisik seperti LAN. Penggunaan VLAN membuat pengaturan jaringan menjadi

fleksibel dimana segmen dapat dibuat berdasarkan tiap bagian atau departemen

tanpa bergantung pada lokasi workstationseperti Gambar 2.15 [2].

Gambar 2.15 Jaringan VLAN

VLAN memberikan kemudahan, fleksibilitas, serta sedikitnya biaya yang

dikeluarkan untuk membangunnya. VLAN membuat jaringan yang besar lebih

mudah untuk diatur manajemennya karena VLAN mampu untuk melakukan

(55)

Dengan kemampuan VLAN untuk melakukan konfigurasi secara terpusat, maka

sangat menguntungkan bagi pengembangan manajemen jaringan.

Menurut IEEE standard 802.1Q, Virtual LAN menawarkan sebuah

metode untuk membagi satu fisik network ke banyak broadcast domain. dalam

networkbesar, broadcast domain ini biasanya sama dengan batas IP subnet, yang masing-masing subnet mempunyai satu VLAN.

Sebuah VLAN membolehkan banyak Virtual LAN berdampingan dalam

sebuah fisik LAN (switch). Artinya jika ada dua mesin yang terhubung dalam

switch yang sama tidak dapat mengirim Ethernet frameske mesin lain meskipun dalam satu kabel yang sama. Jika dibutuhkan untuk komunikasi, maka sebuah

routerharus ditempatkan di antara dua VLAN tersebut untuk memforwardpaket, seperti jika ada dua LAN yang secara fisik terpisah.

Untuk mengenali trafik dari VLAN yang berbeda, 802.1Q standard

mendefinisikan sebuah metode yang disebut VLAN tagging. Dengan tagging,

switches memasukkan 4-bit VLAN tag ke dalam header dari masing-masing

frame. Sebuah tagmengandung 12-bit VLAN ID pengenal frameanggota VLAN. Dengan keunggulan yang diberikan oleh VLAN maka ada baiknya bagi

setiap pengguna LAN untuk mulai beralih ke VLAN. VLAN yang merupakan

pengembangan dari teknologi LAN ini tidak terlalu banyak melakukan

perubahan, tetapi telah dapat memberikan berbagai tambahan pelayanan pada

teknologi jaringan.

2.8 Prinsip Kerja VLAN

VLAN diklasifikasikan berdasarkan metode (tipe) yang digunakan untuk

(56)

Semua informasi yang mengandung penandaan/pengalamatan suatu VLAN

(tagging)disimpan dalam suatu database. Jika penandaan berdasarkan port yang digunakan, maka databaseharus mengindikasikan port-portyang digunakan oleh VLAN. Untuk mengatur penandaan biasanya digunakan switchyang manageable. Switch inilah yang bertanggung jawab menyimpan semua informasi dan konfigurasi suatu VLAN serta perlu dipastikan semua switch memiliki informasi yang sama. Switchakan menentukan ke mana data-data akan diteruskan. Ada dua jenis dari link (sambungan) di sebuah lingkungan switch, yaitu Access Link dan

Trunk Link.

2.9 Keuntungan VLAN

Saat ini, hampir semua switch manageable sudah mendukung VLAN di setiap port-port yang disediakan. Dengan adanya VLAN maka banyak keuntungan dan kemudahan yang akan diperoleh antara lain : broadcast control, keamanan (security) dan fleksibilitas.

1. Broadcast Control

Broadcast terjadi pada setiap protokol komunikasi, tetapi berapa banyak

broadcast terjadi tergantung dari jenis protokol tersebut, aplikasi yang berjalan pada jaringan tersebut dan bagaimana layanan tersebut digunakan. Semua

komponen jaringan yang menjadi anggota sebuah VLAN berada pada broadcast domain yang sama akan menerima semua broadcast jika terjadi komunikasi didalam VLAN tersebut. Setiap membuat VLAN baru maka kita akan otomatis

(57)

menghubungkan broadcast domain yang berbeda dibutuhkan sebuah router atau

device yang bekerja pada layer 3 (network layer). 2. Keamanan (Security)

Pada jaringan yang bersifat flat network, sistem keamanan pada umumnya dengan cara menambah router yang sekaligus berfungsi sebagai firewall diantara hub atau switch tersebut. Jadi sistem keamanan akan ditangani oleh router, hal ini memiliki beberapa kelemahan yakni setiap orang yang terhubung ke hub atau

switch tersebut akan dengan mudah mendapatkan akses terhadap resource yang ada pada jaringan fisik (HUB atau switch) tersebut. Pada jaringan tersebut juga setiap orang bisa menjalankan network analyzer atau program sniffing untuk melihat trafik yang terjadi pada jaringan. Dengan VLAN dan membuat kelompok

kelompok broadcast domain, administrator akan dapat mengendalikan setiap

port, resource dan pengguna yang ada pada jaringan tersebut. 3. Fleksibilitas

VLAN juga memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam jaringan, sebab user

pada broadcast domain yang sama tidak tergantung letak atau lokasi fisik user

tersebut terhubung. Pada Gambar 2.16 dapat dilihat bahwa lokasi fisik tidak

(58)

Gambar 2.16 Jaringan VLAN dosen berbeda lokasi fisik

2.10 Tipe-tipe VLAN

Ada dua tipe koneksi atau interface pada switch yang digunakan untuk implementasi VLAN yakni access-links dan trunk-links. Tipe koneksi ini akan ditentukan pada port-port sebuah switch melalui konfigurasi melalui sistem yang ada pada switch tersebut.

1.Access-links

Access-links adalah sebuah koneksi atau interface pada switch menuju peralatan jaringan seperti personal komputer, file server, router yang biasanya memiliki lan card (ethernet NIC) sehingga dapat berkomunikasi melalui jaringan. Komunikasi yang terjadi pada jaringan tersebut menggunakan standar ethernet frame yakni Ethernet II atau IEEE 802.3. Sebuah access-link hanya dapat terhubung dengan sebuah VLAN, contohnya pada Gambar 2.17 terdapat beberapa

(59)

2.Trunk-links

Sebuah trunk-links dapat membawa trafik dari beberapa VLAN sekaligus melalui satu koneksi. Untuk membawa trafik beberapa VLAN melalui sebuah

koneksi, misalnya antara dua switch, maka dibutuhkan koneksi trunk.. Pada Gambar 2.16 dapat dilihat sebuah koneksi trunk 3 buah switch. Koneksi antar komponen jaringan yang berbeda lokasi fisik tetapi tetap dalam satu VLAN

terjadi melalui koneksi trunk. Seperti Gambar 2.17, trunking yang terjadi antara

switch lantai II ke switch distribusi (catalyst 3550) kemudian dari switch

distribusi ke access switch di lantai III sehingga mampu melewatkan beberapa VLAN sekaligus.

Gambar 2.17Access-links dan trunk-links 2.11 Cisco Packet Tracer

Cisco Packet Tracer adalah salah satu aplikasi yang dibuat oleh Cisco sebagai simulator dalam pembelajaran Cisco Networking maupun simulasi dalam mendesain jaringan komputer. Dalam software ini telah tersedia beberapa alat-alat yang sering dipakai atau digunakan dalam merancang suatu sistem jaringan,

(60)

didalam PC. Tampilan awal pada aplikasi Cisco Packet Tracer ditunjukkan pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18 Tampilan awal Cisco Packet Tracer 2.11.1 Elemen Dasar Cisco Packet Tracer5.33

Pada tampilan dasar Cisco Packet Tracer 5.33, terdapat berbagai elemen dasar yang nantinya akan digunakan dalam perancangan sebuah jaringan.

Tampilan awal Cisco Packet Tracer5.33 dapat dilihat dalam Gambar 2.19.

(61)

Dari Gambar 2.19 dapat dilihat elemen-elemen dasar yang akan dijumpai

pada tampilan Cisco Packet Tracer5.33. Elemen-elemen tersebut adalah: 1. Toolbar

Toolbar menyediakan akses untuk perintah-perintah yang mengendalikan program secara umum, seperti File, Edit, Options, View, Edit, Extensions, dan

Help. Secara umum fungsi dari menu yang tersedia sama dengan program-program lain berbasis windows.

2. Device

Deviceberfungsi untuk membangun tampilan antar muka program dengan perangkat-perangkat yang telah tersedia seperti, Router, Switch, Hub, Wireless device, Connections, End Device, Wan Emulation, Custom made Device dan

Multi User Connections. 3. Sub-Device

Sub-device berisi pilihan-pilihan dari Device yang akan digunakan untuk membangun antar muka.

4. Properties

Properties berfungsi untuk menunjukkan status dari hasil simulasi jaringan.

5. Worksheet

Worksheetmerupakan jendela tempat untuk merancang topologi jaringan.

2.11.2 Pemilihan Perangkat yang Digunakan

(62)

device dan sub-device. Kemudian drag ke worksheet tempatkan sesuai dengan tempatnya. Setelah itu perangkat yang dipilih akan mempunyai default name.

2.11.3 Koneksi End Devicedengan Switch

Cisco Packet Tracer 5.33 menyediakan beberapa tipe switch pada Sub-Device. Pilih switchyang akan digunakan pada panel devicedan pilih jenis switch

pada sub-device, kemudian drag ke worksheet. Hal yang sama juga untuk end device untuk memunculkan perangkat pada worksheet. Untuk menghubungkan

End Device seperti PC atau Laptop dengan Switch yaitu memilih Connections

pada panel Device dan memilih Copper Straigh-Through pada Sub-Device. Kemudian hubungkan port Fastethernetyang diinginkan pada switchdengan port fastethernetpada end device. Apabila perangkat sukses terhubung maka titik pada ujung kabel connectionakan berwarna hijau seperti pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20 Tampilan koneksi End Devicedan Switch

(63)

maka dapat dilakukan dengan klik pada gambar PC dan pilih tab config dan

desktop, seperti terlihat pada Gambar 2.21.

Gambar 2.21 Konfigurasi pada PC

2.11.4 Koneksi Switchdengan Router

Langkah pertama yang dilakukan untuk melakukan koneksi switch ke

router yaitu dengan memilih switch dan router pada Device dan jenisnya pada

Sub-Device,kemudian dragke worksheetdan tempatkan sesuai yang diinginkan. Untuk menghubungkan kedua perangkat itu pilih Connection pada Device dan pilih Copper Straigh-Through. Klik pada routerdan pilih port Fast Ethernetyang akan digunakan, kemudian tarik kursor ke arah switchdan klik untuk menentukan

port Fast Ethernet yang akan digunakan pada switch sehingga switchdan router

(64)

Gambar 2.22 Koneksi Routerdengan Switch 2.11.5 Konfigurasi Switchdan Router

Pada sebuah jaringan komputer, perangkat-perangkat seperti router dan

switch harus dikonfigurasi untuk menghasilkan sebuah jaringan yang efektif dan sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Untuk mengkonfigurasi routerdan switch

pada program Cisco Packet Tracer 5.33 dapat dilakukan dengan cara mengklik pada gambar switchdan routeryang akan dikonfigurasi. Kemudian pilih tabCLI, dan ketikkan perintah no pada Command Line Interface sehingga bisa memasukkan perintah pada routerdan switch. Tampilan layar konfigurasi switch

(65)

Gambar 2.23 Tampilan Layar Konfigurasi Router

Gambar 2.24 Tampilan Layar Konfigurasi Switch

Tampilan yang terlihat pada tampilan layar konfigurasi router dan switch

(66)

2.12 Delay

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau juga waktu proses yang lama. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat standar kualitas Delay.

Persamaan perhitungan Delay[3] :

Delayrata-rata = ୘ ୭ ୲ ୟ ୪ ௗ ௘ ௟ ௔ ௬

୘ ୭ ୲ ୟ ୪ ୮ ୟ ୩ ୣ ୲ ୷ ୟ ୬ ୥ ୢ ୧ ୲ ୣ ୰ ୧ ୫ ୟ……….(2.1)

Tabel 2.1. Standar Kualitas Delay ( versi TIPHON)

Nilai Delay Kualitas

<150 ms Sangat bagus

150-300 ms Bagus

300-450 ms Sedang

>450 ms Buruk

Delay dalam jaringan TCP/IP dapat di golongkan sebagai berikut :

1. Packetization Delay

Delay yang disebabkan oleh waktu yang diperlukan untuk proses pembentukan paket IP dari informasi pengguna. Delay ini hanya terjadi sekali, yaitu di sumber informasi.

2. Queuing Delay

Delay ini disebabkan oleh waktu proses yang diperlukan oleh router didalam menangani antrian transmisi paket di sepanjang jaringan.

3. Delay Propogasi

Proses perjalanan informasi selama didalam media transmisi, misalnya SDH,

(67)

4. Transmission Delay

Transmission Delay adalah waktu yang diperlukan sebuah paket data untuk melintasi suatu media. Transmission delay ditentukan oleh kecepatan media dan besarnya paket data.

5. Processing Delay

Processing Delay adalah waktu yang diperlukan oleh suatu perangkat jaringan untuk melihat rute, mengubah header dan tugas switching.

2.13 Packet loss

Packet Loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Packet Loss dapat terjadi karena sejumlah faktor, mencakup penurunan sinyal dalam media jaringan,

melebihi batas saturasi jaringan, paket yang corrupt yang menolak untuk transit, kesalahan hardware jaringan.

Persamaan perhitungan packet loss[4] :

Packet loss =(୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫ ି ୮ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୧ ୲ ୣ ୰ ୧ ୫ ୟ)

୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୢ ୟ ୲ ୟ ୷ ୟ ୬ ୥ ୢ ୧ ୩ ୧ ୰ ୧ ୫x100%...………….…….(2.2)

Kegagalan paket di sebabkan oleh berbagai kemungkinan, diantaranya :

1. Congestion, disebabkan karena berlebihannya antrian didalam jaringan 2. Node, bekerja melebihi kapasitas buffer

3. Memory yang terbatas pada node

(68)

mengalir di dalam jaringan melebihi kapasitas bandwidth, maka policing control akan membuang kelebihan dari trafik yang ada.

Pada Tabel 2.2 dapat dilihat kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss.

Tabel 2.2. Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss(versi TIPHON)

Kategori Packet Loss

Sangat Bagus 0%

Bagus 3%

Sedang 15%

Buruk 25%

2.14 Throughput

Troughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan

bandwidth. Karena throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth

dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat fix, sementara

throughput sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi. Persamaan perhitungan Throughput [4] :

Throughput = ୔ ୟ ୩ ୣ ୲ ୷ ୟ ୬ ୥ ୢ ୧ ୲ ୣ ୰ ୧ ୫ ୟ

(69)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi komputer pada saat ini menunjukkan peningkatan yang sangat pesat dan menyentuh hampir segala aspek kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya kebutuhan dalam jaringan komputer,

diperlukan pengembangan jaringan LAN dalam suatu jaringan komputer. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan kebutuhan perangkat switchyang lebih banyak dan

akan menambah biaya perancangan.

VLAN dapat membagi sebuah LAN menjadi beberapa broadcast domain. Dalam implementasinya VLAN mempunyai keunggulan karena tidak memerlukan

perubahan fisik pada jaringan, tetapi dapat memberikan berbagai tambahan pada teknologi jaringan. Untuk dapat melihat kinerja sebuah jaringan komputer, seorang administrator jaringan memerlukan aplikasi Network Monitoring System

untuk simulasi yang dapat mencerminkan arsitektur dari jaringan komputer pada sistem jaringan yang digunakan. Cisco Packet Tracer merupakan software untuk

simulasi jaringan komputer yang paling mudah penggunaan dan instalasinya. Dengan menggunakan aplikasi Cisco Packet Tracer, simulasi data mengenai jaringan dapat dimanfaatkan menjadi informasi tentang keadaan koneksi suatu

komputer dalam suatu jaringan, apabila terjadi masalah dalam interkoneksi jaringan. Dalam pembangunan jaringan VLAN ada dua jenis routing, yaitu static

(70)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain :

1. Apa defenisi VLAN.

2. Bagaimana prinsip kerja VLAN.

3. Bagaimana konfigurasi VLAN dengan dynamic routingpada Cisco Packet

Tracer.

4. Evaluasi akhir dari rancangan VLAN menggunakan Cisco Packet Tracer.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk membuat dan menganalisis sebuah rancangan jaringan VLAN dengan dynamic routing

menggunakan Cisco Packet Tracer.

1.4 Batasan Masalah

Mengingat bahwa luas dan kompleksnya pembahasan yang akan

dilakukan dan untuk lebih mengarahkan pembahasan, maka perlu dilakukan pembatasan sebagai berikut :

1. Hanya membahas jaringan LAN secara umum.

2. Merancang VLAN menggunakan simulator Cisco Packet Tracer versi 5.33. 3. Konfigurasi alamat IP Hostdengan Dynamic routing.

4. Evaluasi akhir dari proses konfigurasi VLAN pada Cisco Packet Tracer dengan Dynamic Routing

(71)

1.5 Metode Penulisan

Adapun Metodologi penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Studi Literatur, yaitu berupa tinjauan dari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah yang berkaitan dengan jaringan komputer.

2. Implementasi, yaitu melakukan implementasi aplikasi berdasarkan studi

literature, studi diskusi, dan disertai dengan pengujian dan analisa.

3. Diskusi, yaitu berupa konsultasi dengan dosen pembimbing, dosen-dosen lain

dan rekan-rekan mahasiswa mengenai masalah yang timbul dalam penulisan.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini maka penulis

menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang

latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini BAB II : DASAR TEORI

Bab ini membahas tentang teori jaringan komputer,

(72)

BAB III : PERANCANGAN VLAN

Bab ini membahas perancangan VLAN menggunakan program Cisco Packet Tracer 5.33

BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISIS

Bab ini membahas tentang perancangan VLAN pengujian dan analisa VLAN pada aplikasi packet tracer 5.33.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan hasil Tugas Akhir ini dan saran

Gambar

Tabel 4.12 Hasil perhitungan packet loss dari VLAN 2 ke VLAN 4
Tabel 4.14 Hasil pengujian jaringan
Gambar 2.1 Topologi Linear Bus
Gambar 2.2 Topologi Star
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir ini merancang dua buah perancangan, yakni perancangan dengan topologi mesh dan ring dari empat buah gedung dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer

Adapun penulis mengambil data dari lapangan, yaitu dari kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT guna membandingkan hasilnya dengan penggunaan simulasi menggunakan Cisco packet tracer 6.2..

Sebelumnya dilakukan pengujian pengiriman paket data dengan menggunakan tools PDU yang berada di sebelah kanan pada simulator Cisco Packet Tracer tanpa gangguan

Berdasarkan pada Tugas Akhir sebelumnya sudah ada analisis tentang jaringan LAN dengan routing statis menggunakan Cisco Packet Tracer , jadi pada penulisan Tugas Akhir kali

Keywords : VLAN (Virtual Local Area Network), Subnetting, IP Address, CIDR ( Classless Internet Domain

Packet tracer adalah Packet Tracer adalah sebuah perangkat tools simulasi jaringan yang didevelop oleh Cisco, yang memiliki fungsi untuk membuat suatu simulator

Paper ini merancang dua buah perancangan, yakni perancangan dengan topologi mesh dan ring dari empat buah gedung dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer

Berdasarkan penjelasan diatas maka tujuan dari simulasi implementasi Generic Routing Encapsulation menggunakan CISCO Packet Tracer adalah dua jaringan dapat