• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Jaringan local Area Network Menggunakan Cisco Packet Tracer pada Satuan Brimob Polisi Daerah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Jaringan local Area Network Menggunakan Cisco Packet Tracer pada Satuan Brimob Polisi Daerah Sumatera Utara"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I

ILUSTRASI GEDUNG SAT BRIMOB POLDA SUMUT

(2)

LAMPIRAN II

KONFIGURASI ROUTING RIP

Router 1: Router>en

Router#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

Router(config)#hostname R1

R1(config)#int fa0/0

R1(config-if)#ip addr 192.168.0.253 255.255.255.0

R1(config-if)#no sh

R1(config-if)#exit

R1(config)#int s2/0

R1(config-if)#ip addr 202.91.9.1 255.255.255.252

R1(config-if)#no sh

R1(config-if)#clock rate 2000000

R1(config-if)#exit

R1(config)#router rip

R1(config-router)#net 192.168.0.0

R1(config-router)#net 192.168.3.0

R1(config-router)#net 192.168.5.0

R1(config-router)#net 192.168.10.0

R1(config-router)#net 202.91.9.0

R1(config-router)#exit

(3)

Router 2 : Router>en

Router#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

Router(config)#hostname R2

R2(config-if)#ip addr 202.91.9.2 255.255.255.252

R2(config-if)#no sh

R2(config-if)#clock rate 2000000

R2(config-if)#exit

R2(config)#int s3/0

R2(config-if)#ip addr 202.91.9.5 255.255.255.252

(4)

Router 3 : Router>en

Router#conf t

Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.

Router(config)#hostname R3

R3(config)#int fa0/0

R3(config-if)#ip addr 192.168.10.253 255.255.255.0

R3(config-if)#no sh

R3(config-if)#exit

R3(config)#int s2/0

R3(config-if)#ip addr 202.91.9.6 255.255.255.252

R3(config-if)#no sh

R3(config-if)#clock rate 2000000

R3(config-if)#exit

R3(config)#int s3/0

R3(config-if)#ip addr 202.91.9.10 255.255.255.252

(5)

LAMPIRAN III

PRINT SCREEN HASIL SIMULASI RIP

Lampiran III menunjukkan contoh hasil pengujian protokol RIP yang dilakukan

pada masing-masing jaringan untuk mendapat nilai parameter delay, packet loss

dan throughput.

PAGI (08.00-12.00)

1. Gedung A ke Gedung C (192.168.0.1 ke 192.168.10.10 )

2. Gedung A ke Gedung B lantai 1 (192.168.0.4 ke 192.168.3.1 )

3. Gedung A ke Gedung B lantai 2 ( 192.168.0.5 ke 192.168.5.5 )

(6)

5. Gedung B lantai 1 ke Gedung B lantai 2 (192.168.3.4 ke 192.168.5.8 )

6. Gedung B lantai 2 ke Gedung A (192.168.5.6 ke 192.168.0.6 )

7. Gedung A ke Gedung C (192.168.0.7 ke 192.168.10.9 )

8. Gedung B lntai 1 ke Gedung B lantai 2 (192.168.3.5 ke 192.168.5.2 )

(7)

10.Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.2 ke 192.168.5.8 )

SIANG (12.00-17.00)

1. Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.6 ke 192.168.5.4 )

2. Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.7 ke 192.168.5.8 )

3. Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.8 ke 192.168.5.2 )

(8)

5. Gedung B lantai 1 ke Gedung A (192.168.5.1 ke 192.168.0.7 )

6. Gedung A ke Gedung B lantai 2 (192.168.0.6 ke 192.168.5.2 )

7. Gedung A ke Gedung B lantai 1 (192.168.0.4 ke 192.168.3.5 )

MALAM (17.00-21.00)

(9)

2. Gedung A ke Gedung C (192.168.5.5 ke 192.168.0.5)

(10)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Syafrizal, Melwin, 2005, Pengantar Jaringan Komputer, Jogja : Andi Offset

[2] Hartono, Eddy, 2006, Konsep dan aplikasi pemograman client server dan

sistem terdistribusi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

[3] Anonim. 2008. “BAB II Local Area Network dan layanan”. Repository

US

pdf

[4] Saiful, Dian. 2013. “Perancangan Jaringan LAN Pada Gedung Perkantoran

Dengan Menggunakan Software Cisco Packet Tracer”. Skripsi pada Jurusan

TeknikElektro, Universitas Sumatera Utara (diakses pada tanggal 12 Maret 2016)

[5] Gunawan, Dedi. 2010. Modul CCNA PLUS. Indonesia CCIE Factory. Hal

1-52.

[6] Kun, ahmad. 2009. “Protokol Routing Distance Vector” (diakses tanggal

10April 2016)

[7] Adhikari, J.P,. 2012. Performance Analysis of Protocols RIP and EIGRP.

International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering 2(5): 107 - 111.

[8] Singh, J., & Mahajan, R., 2013. Simulation Based Comparative Study Of

RIP, OSPF and EIGRP. International Journal of Advanced Research in

Computer Science and Software Engineering 3(8): 285 - 288.

[9] Ryan, Nathan Gusti. 2011. “Step By Step Panduan Menggunakan Cisco

Packet Tracer5”. (diakses tanggal 13 Mei 2016)

[10] European Telecomunication Standart Institute (ETSI). Telecommunications

and Internet Protocol Harmonization Over Network (TIPHON).“In General

(11)

BAB III

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN

3.1 Diagram Alir Metode Pengambilan Data

Perancangan jaringan dan pengambilan data dilakukan dengan

menggunakan simulator Cisco Packet Tracerdan pengujian langsung di lapangan

pada SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Adapun diagram alir metode pengambilan

data yakni seperti Gambar 3.1.

Mulai

Perancangan jaringan LAN SAT BRIMOB POLDA SUMUT dengan Cisco Packet Tracer

Melakukan setting interface setiap perangkat

Analisis perbandingan data jaringan LAN di SAT BRIMOB dan LAN menggunakan Cisco Packet Tracer dengan parameter yang sudah ditentukan

Selesai

Ya Melakukan pengujian jaringan pada

SAT BRIMOB POLDA SUMUT

(12)

3.2 Pengenalan Software Cisco Packet Tracer

Cisco Packet Traceradalah salah satu aplikasi yang dibuat dan dikembangkan oleh Cisco. Cisco Packet Tracermensimulasikan cara kerja suatu

jaringan berdasarkan topologi dan konfigurasi yang diberlakukan oleh

penggunanya persis seperti aslinya. Cara untuk mendapatkan software Packet

Tracer hanya dengan mengakses website dan mendownload-nya lewat http://www.cisco.com/web/learning/netacad/course_catalog/PacketTracer.html.

Dalam software ini komponen-komponen yang disediakan pada Cisco

Packet Tracer sudah lengkap serta simulasi fungsional benar-benar mirip perangkat Cisco sebenarnya sehingga simulator ini sangat akurat sebagai

pendekatan implementasi yang nyata. Software Packet Tracer juga berfungsi untuk

mengetahui cara kerja pada tiap-tiap alat yang digunakan dalam proses simulasi.

Ketika sudah berhasil mendapakan software tersebut, maka akan muncul tampilan

jendela awal dari Packet Tracer yang diperlihatkan pada Gambar 3.2 [9].

(13)

Simulator Packet Tracer memiliki beberapa tampilan awal menu utama

pada aplikasinya yang memiliki fungsi masing-masing seperti yang diperlihatkan

pada Gambar 3.3 [9].

Gambar 3.3 Tampilan Menu Utama Simulator Packet Tracer

Berikut ini fungsi dari masing – masing item yang sudah diberi tanda pada

tampilan awal Packet Tracer seperti Gambar 3.3[9]

1. Tampilan Menu

Kolom menu pada bagian atas sebelah kiri ini merupakan bagian yang

setiap software-nya berguna sebagai pilihan menu dari sekelompok perintah,

diantaranya adalah menu File, Edit, Options, View, Tools, Extensions dan Help.

2. Shortcut

Kolom shortcut memudahkan untuk menjalankan suatu perintah yang

(14)

Save, Print, Activity Wizard, Copy, Paste, Undo, Redo, Zoom In, Zoom Reset, Zoom Out, Drawing Palette dan Custom Device Dialog. Dan pada sisi kanan juga akan ditemukan shortcut Network Information dan Contents.

3. Alat Umum

Bagian ini menyediakan akses yang biasanya menggunakan peralatan

workspace. Bagian ini merupakan sebuah perintah, antara lain : memilih (Select), memindahkan tata ruang (Move Layout), menempatkan catatan (Place Note),

menghapus (Delete), memeriksa (Inspect), serta menambahkan PDU sederhana

dan kompleks (Resize Shape).

4. Logical dan Physical Workspace

Pada bagian ini disediakan dua macam workspace, yaitu Logical dan

Physical. Dimana Logical Workspace merupakan tempat untuk membuat sebuah simulasi jaringan komputer. Physical Workspace merupakan tempat untuk

memberi suatu dimensi physical ke topologi jaringan komputer. Hal tersebut bisa

memberikan pengertian skala dan penempatan suatu jaringan komputer pada suatu

lingkungan.

5. Tempat/Area Kerja

Area ini merupakan sebuah tempat dimana akan merencanakan atau

membuat sebuah jaringan, mengamati simulasi pada jaringan tersebut serta

mengamati beberapa macam informasi dan statistik.

6. Realtime / Simulation

Pada bagian ini tersedia dua fitur yang diantaranya mode Realtime dan

mode Simulation. Dimana dalam mode Realtime, jaringan seperti device yang

nyata dengan respon yang real-time untuk semua aktivitas jaringan. Dalam mode

(15)

7. Network Component Box

Bagian ini merupakan tempat dimana untuk memilih alat dan koneksi yang

akan digunakan pada workspace untuk membuat sebuah jaringan komputer.Dalam

bagian ini juga terdapat dua fitur yaitu pemilihan peralatan dan koneksi serta

pemilihan jenis peralatan dan koneksi yang lebih spesifik contohnya jenis

penghubung dan jenis kabel.

8. Pemilihan Jenis Alat / Koneksi

Bagian ini merupakan bagian dari kolom tujuh, dimana pada kolom

tersebut digunakan untuk memilih sebuah alat yang digunakan dan ditempatkan

pada workspace. Alat tersebut antara lain adalah Routers, Switches, Hubs, Wireless

Device, Connections, End Devices, Wan Emulation, Custom Made Devices dan Multiuser Connection.

9. Pemilihan Jenis Alat / Koneksi Spesifik

Bagian ini merupakan lanjutan dari bagian diatas, dimana alat koneksi yang

telah dipilih akan dibagikan menjadi beberapa jenis-jenisnya secara lebih rinci.

Alat dan koneksi yang telah dispesifikasikan tersebutlah yang akan digunakan

dalam rancangan atau pembuatan jaringan yang sesuai dengan keinginan.

10. Jendela Informasi Status

Bagian ini merupakan keterangan untuk melihat informasi status dari paket

serta untuk mengatur skenario selama berlangsungnya simulasi jaringan yang telah

dibuat.

3.3 Perancangan Jaringan

Langkah – langkah awal pengimplementasian dengan menggunakan

software Packet Tracer adalah sebagai berikut [9]:

1. Membuat model jaringan dan memilih perangkat yang mendukung protokol

(16)

2. Mengalokasikan IP untuk port-port perangkat pada jaringan. Setelah

langkah-langkah awal dilakukan maka jaringan siap dikonfigurasi dengan

routing protokol RIP.

3. Kemudian menganalisis kinerja RIP dengan menggunakan parameter delay,

packet loss dan throughput.

3.3.1 Model Jaringan

Realisasi model jaringan yang akan disimulasikan diperlihatkan pada

Gambar3.4. Dari gambar model jaringan SATUAN BRIMOB POLDA

SUMUTdapat dilihat terdapat empat jaringan yakni gedung A 1lantai,gedung B

2lantai, gedung C 1 lantai, masing-masing membentuk jaringan komputer sendiri.

Setiap jaringan memiliki IP address-nya masing-masing dengan kelas yang sama

untuk dapat berkomunikasi dan menggunakan switch agar semua PC dapat

terhubung.

(17)

3.3.2 Pengalokasian IP Address

Pengalokasian IP address diperlukan untuk mengidentifikasi suatu host

pada suatu jaringan, Tabel 3.1 menunjukkan alokasi IP address pada

masing-masing lokasi gedung SAT BRIMOB POLDA SUMUT disesuaikan dengan

jumlah host yang ada. IP address dibuat dengan cara klik pada perangkat yang

ingin diberi IP address, pilih desktop, pilih IP configuration, kemudian masukkan

nomor IP address.

Tabel 3.1 Alokasi IP Address pada Gedung

NO Lokasi Jumlah Host Alokasi IP

1. Gedung A 7 192.168.0.1 - 192.168.0.7 2. Gedung B lt 1 7 192.168.3.1 - 192.168.3.7 3. Gedung B lt 2 8 192.168.5.1 - 192.168.0.8 4. Gedung C 10 192.168.10.1 - 192.168.10.10

Pengalokasian IP address selanjutnya dilakukan untuk masing-masing

router yang digunakan. Tabel 3.2 menunjukkan alamat IP address untuk interface– interface yang ada pada router dimana setiap jaringan mengunakan. Alokasi IP address dipilih berdasarkan karakteristik dari router dimana pada koneksi interface suatu router ke router lain berada pada subnet mask 255.255.255.252.

Pengalokasian IP address dilakukan pada menu yang ditunjukan Gambar 3.5

(18)

Perintah-perintah yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Untuk Fast Ethernet

1. enable

2. configure terminal

3. interface fa 0/0 Misal yang akan di setting adalah fast ethernet 0/0. 4. ip address 192.168.0.253

subnetmask 255.255.255.0 5. no shutdown

6. end

b. Untuk Serial 1. enable

2. configure terminal

3. interface serial 2/0 Misal yang akan di setting adalah serial 2/0 ip route 202.91.9.1

subnetmask 255.255.255.252 4. no shutdown

5. clock rate 2000000 6. end

Tabel 3.2 Alokasi IP Address Pada Interface Router

Router Interface IP Address

Gedung A

Fast Ethernet 0/0 192.168.0.253

Serial 2/0 202.91.9.1

Gedung B

Fast Ethernet 0/0 192.168.3.253

Fast Ethernet 1/0 192.168.5.253

Serial 2/0 202.91.9.2

Serial 3/0 202.91.9.5

(19)

3.3.3 Konfigurasi dengan Protokol RIP

Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu

jaringan adalah mengkonfigurasi router-router dengan protokol yang telah

ditentukan agar dapat berkomunikasi meskipun berada pada jaringan yang

berbeda. Masing-masing router akan dikonfigurasi dengan menggunakan protokol

RIP. Protokol RIP akan memanajemen tiga jaringan tersebut dan akan

menunjukkan kinerjanya.

Adapun cara mengkonfigurasi router dengan protokol RIP pada Packet

Tracer yakni dengan mengklik router yang akan mulai dikonfigurasi setelah itu muncul tampilan menu pilih CLI (Command Line Interface). Pada CLI konfigurasi

router siap untuk dilakukan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Tampilan Menu CLI

Konfigurasi tiap-tiap router RIP dapat dilihat pada Lampiran II. Berikut ini

perintah-perintah yang digunakan pada menu CLI untuk mengkonfigurasi router

dengan menggunakan protokol RIP.

Konfigurasi pada R1 :

Router# configure terminal

Router(config)# router rip

(20)

Router (config-router)# network 202.91.9.0

Router (config-router)# exit

Router#

Setelah masing-masing router telah selesai dikonfigurasi dengan protokol

RIP maka untuk memastikan bawa router-router telah saling mengenali satu sama

lain, verifikasi dilakukan dengan menggunakan perintah ‘show ip route’ pada IOS

command line. Gambar 3.7 adalah hasil eksekusi yang dilakukan pada router R1.

Gambar 3.7 Tampilan Hasil Konfigurasi Protokol RIP

Dari hasil verifikasi yang telah dilakukan dengan perintah ‘show ip route’

kode “C” menunjukkan bahwa router R1 terhubung secara fisik dengan suatu

(21)

3.3.4 Pengujian Jaringan

Setelah melewati proses – proses berupa pengaktifan interface,

pengalokasian IP, dan pengkonfigurasian routing protokol dengan RIP, maka

selanjutnya dilakukan pengujian jaringan dengan Ping test. Ping atau Packet

Internet Groper adalah sebuah program utilitas yang digunakan untuk memeriksa konektivitas jaringan. Cara melakukan ping test sebagai berikut[9]:

• klik salah satu PC dari satu gedung

klik menu desktop kemudian pilih command prompt • ketik : ping [ip_address_tujuan]

3.4 Parameter Sistem

Berikut ini parameter yang dapat dihitung terkait dengan analisis kinerja

RIP yaitu delay, packet loss, dan throughput.

3.4.1 Delay

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau juga waktu proses

yang lama.. Persamaan 1 adalah perhitungan delay[10] :

��������� − ���� = ����� �����

����� ����� ���� �������� (1)

Tabel 3.3 Kategori jaringan berdasarkan nilai delay (versi TIPHON)

Kategori Besar Delay Sangat Bagus <150 ms

Bagus 150 s/d 300 ms

Sedang 300 s/d 450 ms

Buruk >450 ms

3.4.2 Packet Loss

(22)

terjadi karena sejumlah faktor, mencakup penurunan sinyal dalam media jaringan,

melebihi batas saturasi jaringan, dan paket yang corrupt yang menolak untuk

transit serta kesalahan hardware jaringan.Persamaan 2 perhitungan packet

loss[10]:

����������= ����� ���� ������� −����� ������������

����� ���� ���� ������� × 100%(2)

Tabel 3.4 Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss(versi TIPHON)

Kategori Packet Loss Sangat Bagus 0%

Bagus 3%

Sedang 15%

Buruk 25%

3.4.3 Throughput

Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan

bandwidth. Karena throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat fix, sementara throughput

sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi. Persamaan 3 adalah

perhitungan Throughput[10]:

(23)

BAB IV

ANALISIS KINERJA

4.1 Umum

Kinerja suatu jaringan sangat bergantung dari routing protokol jaringan

yang digunakan. Kebutuhan akan konektivitas yang cepat dapat menunjang

terpenuhinya layanan sesuai dengan yang diharapkan pengguna. Sama juga halnya

pada jaringan yang berbeda namun tetap ingin saling berbagi paket data dengan

nilai waktu tundaan seminimal mungkin serta paket yang diterima sama persis

dengan paket yang dikirim.

Pada bab IV dianalisis bagaimana kinerja dari RIP sebagai routing protokol

yang diimplementasikan pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT dan

jaringan ini dirancang menggunakan simulator Cisco Packet Tracer6.2.Parameter

yang menjadi bahan analisis adalah delay, packet loss dan throughput. Kemudian

untuk melihat seberapa meningkatnya kinerja darirouting protokol RIP pada simulasi

Cisco Packet Tracer6.2maka dibandingkan dengan routing protokol RIP keadaan

sebenarnya pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

4.2 Hasil Pengujian Simulasi Cisco Packet Tracer

Pengujian pada jaringan dilakukan sebanyak tiga kali dimana dilakukan

pada waktu pagi pukul 08.00 - 12.00 WIB , waktu siang pukul 12.00 – 17.00 WIB

dan waktu malam pukul 17.00 – 21.00 WIB.

Dari hasil perancangan simulasi menggunakan simulator Cisco Packet

Tracer 6.2 maka didapat masing-masing nilai dari parameter delay, packet loss dan throughput.

4.2.1 Delay

Hasil pengujian untuk delay dalam jaringan menggunakan routing protokol

RIP dapat dilihat pada lampiran III. Nilai rata-rata delay menurut Cisco Packet

(24)

Table 4.1 Pengujian delay pagi (08.00 – 12.00 WIB)

Uji ke- Pengujian Jaringan Total Delay (ms)

Total paket

Delay rata-rata (ms) 1. 192.168.0.1 ke 192.168.10.10 46 100 0,46

2. 192.168.0.4 ke 192.168.3.1 43 100 0,43

3. 192.168.0.5 ke 192.168.5.5 36 96 0,375

4. 192.168.10.1 ke 192.168.0.2 57 100 0,57

5. 192.168.3.4 ke 192.168.5.8 36 94 0,382

6. 192.168.5.6 ke 192.168.0.6 35 98 0,357

7. 192.168.0.7 ke 192.168.10.9 54 100 0,54

8. 192.168.3.5 ke 192.168.5.2 27 96 0,281

9. 192.168.3.3 ke 192.168.10.7 38 100 0,38

10. 192.168.10.2 ke 192.168.5.8 37 98 0,377

Delay rata-rata (ms) 0,415

Grafik 4.1 Pengujian delay pagi

Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada

Tabel 4.1 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata delay untuk kinerja dari RIP

tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada dalam kisaran <150 ms.

(25)

Uji ke- Pengujian Jaringan Total Delay (ms) paket Total Delay rata-rata (ms) 1. 192.168.10.6 ke 192.168.5.4 38 98 0,387

2. 192.168.10.7 ke 192.168.5.8 27 100 0,27

3. 192.168.10.8 ke 192.168.5.2 28 98 0,285

4. 192.168.10.10 ke 192.168.5.3 28 98 0,285

5. 192.168.9.1 ke 192.168.0.7 24 100 0,24

6. 192.168.0.6 ke 192.168.9.2 29 99 0,292

7. 192.168.0.4 ke 192.168.0.5 37 100 0,37

Delay rata-rata (ms) 0,30

Grafik 4.2 Pengujian delay siang

Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada

Tabel 4.2 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata delay untuk kinerja dari RIP

(26)

Tabel 4.3 Pengujian delay malam (17.00 – 21.00 WIB)

Uji ke- Pengujian Jaringan Total Delay (ms)

Total paket

Delay rata-rata (ms) 1. 192.168.3.5 ke 192.168.0.1 28 100 0,28

2. 192.168.5.5 ke 192.168.0.5 24 100 0,24

3. 192.168.10.5 ke 192.168.3.3 37 100 0,37

Delay rata-rata (ms) 0,29

Grafik 4.3 Pengujian delay malam

Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada

Tabel 4.3 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata delay untuk kinerja dari RIP

tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada dalam kisaran <150 ms.

Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter

delay keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.4.

Table 4.4Hasil Pengujian Untuk Delay

Waktu ( WIB ) Delay (ms) 08.00 – 12.00 0,415

12.00 – 17.00 0,30

(27)

Grafik 4.4 Hasil Pengujian Untuk Delay

Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada

Tabel 4.4, delay yang paling lama terjadi pada pukul 08.00-12.00 WIB yaitu 0,415

ms karena trafik yang padat sedangkan delay pada pukul 12.00-17.00 WIB yaitu

0,30 ms karena trafik mulai renggang dan delay pada pukul 17.00-21.00 WIB yaitu

0,29 karena trafik yang rendah.

4.2.2 Packet Loss

Hasil pengujian packet loss dalam jaringan menggunakan routing RIP

dapat dilihat pada lampiran III. Nilai rata-rata packet loss menurut Cisco Packet

Tracer 6.2 diperlihatkan pada Tabel 4.5 , Tabel 4.6 dan Tabel 4.7

Tabel 4.5 Pengujian packet loss pagi (08.00 – 12.00 WIB)

Uji

ke- Pengujian Jaringan

Jumlah paket dikirim

Jumlah paket diterima

Packet Loss (%) 1. 192.168.0.1 ke 192.168.10.10 100 100 0

2. 192.168.0.4 ke 192.168.3.1 100 100 0

3. 192.168.0.5ke 192.168.5.5 100 96 4

4. 192.168.10.1 ke 192.168.0.2 100 100 0

(28)

6. 192.168.5.6 ke 192.168.0.6 100 98 2

7. 192.168.0.7 ke 192.168.10.9 100 100 0

8. 192.168.3.5 ke 192.168.5.2 100 96 4

9. 192.168.3.3 ke 192.168.10.7 100 100 0

10. 192.168.10.2 ke 192.168.5.8 100 98 2

Packet Loss rata-rata (%) 1,8

Grafik 4.5 Pengujian packet loss pagi

Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada

Tabel 4.5 maka disimpulkan bahwa rata-rata packet loss untuk kinerja dari RIP

tergolong dalam kategori bagus karena berada diantara 0 % – 3 % .

Tabel 4.6 Pengujian packet loss siang (12.00 – 17.00 WIB)

Uji

ke- Pengujian Jaringan

Jumlah paket

dikirim

Jumlah paket

diterima

Packet Loss

(%)

1. 192.168.10.6 ke 192.168.5.4 100 98 2

2. 192.168.10.7 ke 192.168.5.8 100 100 0

3. 192.168.10.8 ke 192.168.5.2 100 98 2

4. 192.168.10.10 ke 192.168.5.3 100 98 2

(29)

6. 192.168.0.6 ke 192.168.5.2 100 99 1

7. 192.168.0.4 ke 192.168.3.5 100 100 0

Packet Loss rata-rata (%) 1

Grafik 4.6 Pengujian Packet Loss siang

Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada

Tabel 4.6 maka disimpulkan bahwa rata-rata packet loss untuk kinerja dari RIP

tergolong dalam kategori bagus karena berada diantara 0 % – 3 % .

Tabel 4.7 Pengujian packet loss malam (17.00 – 21.00 WIB)

Uji

ke- Pengujian Jaringan

Jumlah paket

dikirim

Jumlah paket

diterima

Packet Loss

(%)

1. 192.168.3.5 ke 192.168.0.1 100 100 0

2. 192.168.5.5 ke 192.168.0.5 100 100 0

3. 192.168.10.5 ke 192.168.3.3 100 100 0

(30)

Grafik 4.7 Pengujian packet loss malam

Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada

Tabel 4.7 maka disimpulkan bahwa rata-rata packet loss untuk kinerja dari RIP

tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada diantara 0%

Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter

packet loss keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.8.

Table 4.8 Hasil Pengujian Untuk Packet Loss

Grafik 4.8 Hasil Pengujian Untuk Packet Loss Waktu ( WIB ) Packet loss (%)

08.00 – 12.00 1,8

12.00 – 17.00 1

(31)

Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada

Tabel 4.8 packet loss yang paling tinggi pada pukul 08.00-12.00 yaitu 1,8 %

karena mengalami trafik yang padat sedangkan packet loss pada pukul 12.00-17.00

yaitu 1% karena trafik mulai renggang dan packet loss terendah pada pukul

17.00-21.00 yaitu 0% karena trafik yang rendah.

4.2.3 Throughput

Hasil pengujian untuk throughput menggunakan routing protokol RIP

dapat dilihat pada lampiran III. Nilai rata-rata throughput menurut Cisco Packet

Tracer 6.2 diperlihatkan pada Tabel 4.9 , Tabel 4.10 dan Tabel 4.11

Tabel 4.9 Pengujian Throughput pagi (08.00 – 12.00 WIB)

Uji

ke- Pengujian Jaringan

Besar data

(32)

Grafik 4.9 Pengujian Throughput pagi

Dari hasil pengujian throughput secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel

4.9 bahwa rata-rata throughputpada pagi hari diperoleh nilai 1475 kbps .

Tabel 4.10 Pengujian Throughput siang (12.00 – 17.00)

Uji

ke- Pengujian Jaringan

Besar data

(byte)

Waktu

max (ms)

Waktu

min (ms)

Throughput

(kbps)

1. 192.168.10.6 ke 192.168.5.4 256 956 2 268,34

2. 192.168.10.7 ke 192.168.5.8 256 162 2 1561

3. 192.168.10.8 ke 192.168.5.2 256 98 13 3011,76

4. 192.168.10.10 ke 192.168.5.3 256 97 10 2942,5

5. 192.168.9.1 ke 192.168.0.7 256 82 12 3657,14

6. 192.168.0.6 ke 192.168.9.2 256 93 2 2813,18

7. 192.168.0.4 ke 192.168.0.5 256 141 15 2031,7

(33)

Grafik 4.10 Pengujian Throughput siang

Dari hasil pengujian throughput secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel

4.10 bahwa rata-rata throughputpada siang hari diperoleh nilai 2326,5 kbps.

Table 4.11 Pengujian Throughput malam (17.00 – 21.00)

Uji

ke- Pengujian Jaringan

Besar data

(byte)

Waktu

max (ms)

Waktu

min (ms)

Throughput

(kbps)

1. 192.168.3.5 ke 192.168.0.1 256 86 15 3605,6

2. 192.168.5.5 ke 192.168.0.5 256 83 11 3555,5

3. 192.168.10.5 ke 192.168.3.3 256 107 14 2752,6

Throughput rata- rata (kbps) 3304,5

Grafik 4.11 Pengujian throughput malam

Dari hasil pengujian throughput secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel

(34)

Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter

throughputkeseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.12.

Table 4.12 Hasil Pengujian Untuk Throughput

Waktu ( WIB ) Throughput (kbps)

08.00 – 12.00 1475

12.00 – 17.00 2326,5

17.00 – 21.00 3304,5

Grafik 4.12 Hasil Pengujian Untuk Throughput

Dari hasil pengujian throughput yang secara keseluruhan diperlihatkan

pada Tabel 4.12 dapat dilihat kemampuan jaringan memiliki performa pukul

08.00-12.00 dengan nilai 1475 kbps hal ini disebabkan kepadatan trafik yang lebih

sibuk, sedangkan pukul 12.00-17.00 kemampuan jaringan dengan nilai 2326,6

kbps karena trafiknya mulai renggang dan pukul 17.00-21.00 kemampuan jaringan

sangat bagus dengan nilai 3304,5 kbps karena trafik yang rendah.

4.2.4 Hasil Analisa data di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

(35)

Table 4.13 Data Percobaan Pagi (08.00-12.00 WIB)

4.14 Data Percobaan Siang (12.00-17.00 WIB)

Table 4.15 Data Percobaan Malam (17.00-21.00 WIB)

No Pengujian Jaringan Delay

(ms)

Packet loss (%)

Throughput (kbps) 1. 192.168.1.220 ke 192.168.1.252 0 0 256.000

4.3 Hasil Analisa Data Perbandingan 4.3.1 Delay

Dari data yang diperoleh, dengan menggunakan simulasi Cisco Packet

Tracer 6.2 dan pengambilan data langsung pada jaringan LAN di kantor SAT

No Pengujian Jaringan Delay

(ms)

Packet loss (%)

Throughput (kbps) 1. 192.168.1.103 ke 192.168.1.101 0 0 51.200

2. 192.168.1.103 ke 192.168.1.102 0 0 256.000

3. 192.168.1.103 ke 192.168.1.105 0 0 256.000

4. 192.168.1.103 ke 192.168.1.108 0 0 256.000

5. 192.168.1.103 ke 192.168.1.109 0 0 256.000

6. 192.168.1.103 ke 192.168.1.110 0,3 0 2.285,7

Rata rata 0,05 0 179.580,95

No Pengujian Jaringan Delay

(36)

BRIMOB POLDA SUMUT, maka diperoleh data perbandingan delay yang

ditunjukan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.16 Perbandingan delay pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT

BRIMOB POLDA SUMUT

Waktu ( WIB )

Delay (ms)

Cisco Packet Tracer SAT BRIMOB

08.00 – 12.00 0,415 0,05

12.00 – 17.00 0,30 0

17.00 – 21.00 0,29 0

Rata-rata 0,33 0,016

Grafik 4.13 Perbandingan Delay pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT

BRIMOB POLDA SUMUT

Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada

Grafik 4.13, delay yang paling lama pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

terjadi padapukul 08.00-12.00 WIB yaitu 0,05 ms . Hal ini dikarenakan trafik

yang padat. Nilai ini akan turun seiring dengan semakin rendahnya trafik jaringan

yaitu 0 mspada pukul 12.00-17.00 WIB dan pukul 17.00-21.00 WIB. Begitu juga

nilai Delay pada simulasi Ciso Packet Tracer 6.2yang sudah dijelaskan pada sub

bab sebelumnya. Dari hasil kedua percobaan diatas diperoleh nilai rata-rata untuk

(37)

simulasi Cisco Packet Tracer6.2dan 0,016 ms untuk aplikasi langsung di kantor

SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan kualitas jaringan LAN pada

kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT sangat baik.

4.3.2 Packet Loss

Dari data yang diperoleh, dengan menggunakan simulasi Cisco Packet

Tracer 6.2 dan pengambilan data langsung pada jaringan LAN di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT , maka diperoleh data perbandingan packet loss yang

ditunjukan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.17 Perbandingan Packet Loss pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT

BRIMOB POLDA SUMUT

Waktu ( WIB )

Packet Loss (%)

Cisco Packet Tracer SAT BRIMOB

08.00 – 12.00 1,8 0

12.00 – 17.00 1 0

17.00 – 21.00 0 0

Rata-rata 0,93 0

Grafik 4.14 Perbandingan Packet loss pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT

BRIMOB POLDA SUMUT

Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada

Grafik 4.14 packet loss untuk pengujian di kantor SAT BRIMOB POLDA

(38)

menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer 6.2 yang cenderung menurun

dikarenakan trafik yang semakin rendah seperti yang telah dijelaskan pada sub bab

sebelumnya.Dari hasil kedua percobaan diatas diperoleh nilai rata-rata packet loss

yang terjadi setiap harinya yaitu 0,93% untuk percobaan menggunakan simulasi

Cisco Packet Tracer6.2dan 0% untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa kualitas jaringan LAN pada kantor

SAT BRIMOB POLDA SUMUT tergolong sangat baik.

4.3.3 Throghput

Dari data yang diperoleh, dengan menggunakan simulasi Cisco Packet

Tracer 6.2 dan pengambilan data langsung pada jaringan LAN di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT , maka diperoleh data perbandingan throughput yang

ditunjukan pada Tabel 4.17

Tabel 4.18 Perbandingan Throughput pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT

BRIMOB POLDA SUMUT

Waktu ( WIB )

Throughput(kbps)

Cisco Packet Tracer SAT BRIMOB

08.00 – 12.00 1475 179.580

12.00 – 17.00 2326,5 256.000

17.00 – 21.00 3304,5 256.000

(39)

Grafik 4.15 Perbandingan Throughput pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT

BRIMOB POLDA SUMUT

Dari hasil pengujian throughput yang secara keseluruhan diperlihatkan

pada Grafik 4.15 dapat dilihat kemampuan jaringan kantor SAT BRIMOB POLDA

SUMUT memiliki performa yang sangat baik yaitu dengan nilai 179. 580 kbps

atau 179 Mbps pada pukul 08.00-12.00 WIB, hal ini disebabkan kepadatan trafik

yang lebih sibuk. Sedangkan pukul 12.00-17.00 WIB kemampuan jaringan SAT

BRIMOB POLDA SUMUT naik dengan nilai 256.000 kbps atau 256 Mbps

diakrenakan trafiknya mulai renggang. Begitu juga pukul 17.00-21.00 WIB

kemampuan jaringan sangat bagus dengan nilai 256.000 kbps atau 256 Mbps

karena trafik yang rendah. Begitu juga untuk nilai throughput pada simulasi Cisco

Packet Tracer 6.2 yang naik apabila trafik semakin rendah seperti yang ditunjukan pada sub bab sebelumnya, namun nilainya tidak sebagus pada kondisi asli

dilapangan pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Dari hasil kedua

percobaan diatas ,diperoleh nilai rata-rata throughput yang terjadi setiap hari yaitu

2368,6 kbps untuk percobaan menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer dan

230.526,6 kbps untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA

SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa kualitas jaringan LAN pada kantor SAT

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan simulasi jaringan dan aplikasi langsung di kantor SAT

BRIMOB POLDA SUMUT yang telah dilakukan pada Tugas Akhir ini, maka

dapat diambil kesimpulan yakni sebagai berikut :

1. Dari hasil pengujian secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata delay yang

terjadi setiap hari yaitu 0,33 ms untuk percobaan menggunakan simulasi

Cisco Packet Tracer dan 0,016 ms untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan kualitas jaringan LAN

pada kantor SAT BRIMOP POLDA SUMUT sangat baik.

2. Dari hasil pengujian secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata packet loss

yang terjadi setiap hari yaitu 0,93% untuk percobaan menggunakan

simulasi Cisco Packet Tracer dan 0% untuk aplikasi langsung di kantor

SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa kualitas

jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT tergolong

sangat baik.

3. Dari hasil pengujian secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata throughput

yang terjadi setiap hari yaitu 2368,6 kbps untuk percobaan menggunakan

simulasi Cisco Packet Tracer dan 230.526,6 kbps untuk aplikasi langsung

di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa

kualitas jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT

(41)

5.2 Saran

Berdasarkan simulasi jaringan yang telah dilakukan pada Tugas Akhir ini, maka dapat diambil kesimpulan yakni sebagai berikut :

1. Untuk Tugas Akhir selanjutnya dapat dilakukan menggunakan beberapa

jenis routing yang lain.

(42)

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Pengertian Jaringan Komputer

Jaringan adalah kumpulan dari beberapa perangkat yang terkoneksi oleh

sebuah media pengiriman data, mekanisme yang memungkinkan perangkat yang

terdistribusi dan penggunanya untuk saling berkomunikasi dan berbagi sumber

daya. Suatu perangkat dapat berupa komputer, smartphone, printer, scanner

maupun perangkat keras lainnya yang dapat mengirim dan atau menerima data dari

perangkat keras lainnya yang terhubung di dalam jaringan. Jaringan komputer bisa

juga merupakan dua atau lebih komputer yang saling terkoneksi untuk dapat bisa

melakukan suatu pekerjaan organisasi. Dua komputer dikatakan saling terkoneksi

apabila keduanya dapat saling bertukar informasi atau data. Jaringan komputer saat

ini terdapat beberapa kategori, dimana ada jaringan yang hanya digunakan di

dalam satu ruangan sampai jaringan untuk saling bertukar informasi antar gedung

ataupun antar kota. Biasanya jaringan-jaringan tersebut saling terkoneksi untuk

membentuk jaringan komputer yang lebih besar, dan terhubung dengan internet

yang merupakan contoh dari sebuah jaringan yang paling dikenal.

Kebanyakan jaringan sekarang menggunakan processing terdistribusi,

dimana sebuah pekerjaan dilakukan dengan dibagi atas beberapa komputer. Di

dalam terdapat sebuah mesin utama yang bertanggung jawab atas semua aspek dari

sebuah proses, komputer lainnya akan menangani sebuah subnet. Sebuah jaringan

bisa dikatakan efektif apabila memenuhi beberapa kriteria. Beberapa diantaranya

yang dianggap paling penting adalah performance, reliability, dan security[3].

Performance di sini adalah waktu yang diperlukan sebuah pesan untuk sampai di tempat tujuan dari tempat asal pesan tersebut (transittime) dan waktu

yang terpakai pada saat melakukan permintaan sampai permintaan tersebut

direspon (response time). Performa dari sebuah jaringan tergantung dari beberapa

faktor, diantaranya adalah jumlah pengguna dari jaringan tersebut, media transmisi

yang digunakan pada jaringan, kapabilitas dari perangkat keras yang terkoneksi,

(43)

akurasi dari sebuah jaringan dapat lebih optimal, network reliability dapat diukur

dengan frekuensi jaringan yang gagal, waktu yang terpakai oleh sebuah link yang

rusak agar kembali bekerja dengan baik.

Sedangkan security (keamanan)diperlukan di dalam sebuah jaringan untuk

menjaga data dari akses yang tidak dikenal, mengamankan data dari serangan dan

manipulasi, menjaga implementing policies dan prosedur-prosedur untuk

mengembalikan data yang hilang [3] .

2.2 Jenis-Jenis Jaringan Komputer

Jenis jaringan berdasarkan jarak terbagi tiga yaitu Local Area Network

(LAN), Metropolitan Area Network (MAN) dan Wide Area Network (WAN) [4].

2.2.1Local Area Network(LAN)

Local Area Network (LAN) merupakan suatu jaringan komputer yang menghubungkan suatu komputer dengan komputer lain untuk pemakaian

bersamaan dengan jarak yang terbatas. LAN memungkingkan user untuk berbagai

akses file yang sama dan membentuk komunikasi internal serta pemakaian

bersama perangkat elektronik seperti printer dan scan sehingga lebih efisien.

Gambar 2.1 merupakan topologi jaringan LAN [4].

(44)

Setiap personal computer (PC) yang menggunakan LAN membutuhkan

Network interface Card (NIC). Card ini berfungsi untuk memindahkan data dari PC ke jaringan dan jaringan ke PC. Ukuran LAN dapat ditentukan dengan

pembatasan jumlah user per software, atu dengan pembatasan jumlah pengguna

untuk mengakses sistem operasi. Selain ukuran, LAN dibedakan dari jenis jaringan

lainnya oleh media transmisi dan topologi, secara umum, LAN tertentu akan

menggunakan hanya satu media transmsi. Dan secara khusus, LAN memiliki

jangkauan kecepatan data sebesar 4-16 Mbps, akan tetapi sangat umum untuk

LAN untuk memilik kecepatan data sebesar 100 Mbps.

Biasanya, LAN menggunakan pendekatan jaringan broadcast lebih dari

pada pendekatan switching. Dengan broadcast communication network, tidak ada

node-node penengah padamasing-masing station terdapat sebuah transmiter/receiver yangmenghubungkan media dengan station lain. Sebuah transmisi dari suatu station disiarkan dan diterima oleh semua station-station

lain.Data biasanya ditransmisikan dalam bentuk paket.

2.2.2 Metropolitan Area Network (MAN)

Metropoloitan Area Network (MAN) adalah jaringan dengan ukuran berada di antara LAN dan WAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang

letaknya berdekatan atau juga antar kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pribadi (swasta) atau umum.

MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan

dengan jaringan televisi kabel. MAN adalah suatu rangkaian geografi yang luas

gabungan dari beberapa LAN dan WAN pada suatu lokasi kepada satu LAN dan

WAN pada lokasi yang lain dengan penyambungakn kepada backbone yang

dijalankan oleh standar telekomunikasi Jaringan MAN mampu mencapai antara 10

hingga 50 km.

Keunggulan dari MAN itu sendiri, MAN dapat mentransfer data dengan

berkecepatan tinggi, yang dapat menghubungkan berbagai lokasi contoh seperti

(45)

dari MAN itu sendiri biaya operasi mahal, rumitnya jika terjadi trouble jaringan

(network trouble shooting).Gambar 2.2 merupakan topologi jaringan MAN [4].

Gambar 2.2 Topologi jaringan MAN

2.2.3 Wide Area Network (WAN)

Wide Area Network (WAN) merupakan jaringan komputer jarak jauh untuk transmisi data, gambar, audio dan informasi video melalui area geografis yang

besar yang mungkin terdiri dari suatu negara, sebuah benua, atau bahkan seluruh

dunia. Gambar 2.3 merupakan topologi jaringan WAN [4].

(46)

Biasanya, WAN diimplementasikan menggunakan satu dari dua teknologi

iniCircuit Switching dan Packet switching.Circuit Switching merupakan jalur

komunikasi yang tepat di bangun diantara dua station melewati node atau

persimpangan jaringan. Jalur yang dimaksud adalah suatu rangkain jaringan fisik

yang terhubung diantara node. Pada masing-masing jaringan, suatu logical channel

dimasukkan kedalam proses koneksi ini. Data yang dikirimkan oleh sumber station

ditransmisikan sepanjang jalur yang tepat secara mungkin. Pada setiap node, data

yang masuk diarahkan atau dialihkan ke channel keluar yang tepat tanpa

mengalami penundaaan sama sekali. Contoh yang paling umum dalam hal circuit

switching adalah jaringan telepon.

Untuk jaringan packet switching menggunakan pendekatan yang berbeda.

Dalam hal ini, tidak perlu menggunakan kapasitas transmisi sepanjang jalur

melewati jaringan. Cukup dengan data dikirim keluar dengan menggunakan

rangkaian potongan-potongan kecil secara berurutan, yang disebut packet.

Masing-masing packet melewati jaringan dari suatu node ke node yang lain sepanjang jalur

yang membentang dari sumber ke tujuan pada setiap node, seluruh packet diterima,

disimpan dengcan cepat, dan ditransimisikan kenode berikutnya. Jaringan packet

switching umumnya dipergunakan untuk komunikasi dari terminal ke komputer dan komputer ke komputer [4].

2.3 TopologiJaringan

Topologi jaringan merupakan tampilan fisik jaringan yang menggambarkan

penempatan komputer-komputer di dalam jaringan dan bagaimana kabel ditarik

untuk menghubungkan komputer-komputer tersebut. Berikut adalah jenis-jenis

topologi jaringan [4].

2.3.1 Topologi Bus

Topologi ini merupakan bentangan satu kabel yang kedua ujungnya

ditutup, dimana sepanjang kabel terdapat node-node.Topologi bus menggunakan

sebuah kabel backbone dan semua host terhubung langsung pada kabel tersebut

(47)

Node dihubungkan secara serial sepanjang kabel dan pada kedua ujung kabel ditutup dengan terminator.

• Sangat sederhana dalam instalasi dan biaya lebih murah.

Apabila salah satu node rusak, maka keseluruhan jaringan akan lambat, sehingga node tidak berkomunikasi dalam jaringan [4].

Topologi Bus ditunjukkan pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Topologi Bus

2.3.2 TopologiRing

Topologi jaringan yang berupa lingkaran tertutup yang berisi node-node.

Signal mengalir dalam dua arah sehingga dapat menghindarkan terjadinya

collision, sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan data yang sangat cepat. Topologi Ring ditunjukkan pada Gambar 2.5

Semua komputer saling tersambung membentuk lingkaran (seperti bus

tetapi ujung-ujung bus disambung). Data yang dikirim diberi address tujuan

sehingga dapat menuju komputer yang dituju. Tiap komputer dapat diberi

repeater(transceiver) yang berfungsi sebagai:

Listen State

Tiap bit dikirim kembali dengan mengalami delay waktu.

Transmit State

Bila bit yang berasal dari paket lebih besar dari ring maka repeater akan

(48)

ring,repeater yang tengah memancarkan, menerima bit dari paket yang tidak dikirimnya harus menampung dan memancarkan kembali.

Bypass State

Berfungsi untuk menghilangkan delay waktu dari stasiun yang tidak aktif.

Karakteristik topologi ring:

Node dihubungkan secara serial disepanjang kabel dengan bentuk sepertilingkaran.

• Sangat sederhana

• Tipe kabel biasanya kabel UTP

• Paket data dapat mengalir dalam suatu arah (kiri atau kanan)

Penggunaan sambungan point to point membuat transmission error dapat diperkecil.

Jika salah satu node rusak maka seluruh node tidak bisa berkomunikasi dalam jaringan.

• Data yang dikirim bila melalui banyak komputer, transfer data menjadi lambat [4].

Gambar 2.5 Topologi Ring

2.3.3 Topologi Star

Topologi star menghubungkan semua komputer pada central atau

(49)

kabel – kabel network dari tiap workstasion, server atau perangkat lainnya [4].

Karakterisitik topologi star :

Setiap node berkomunikasi langsung dengan hub

• Tipe kabel yang digunakan biasanya jenis UTP

User dapat lebih banyak dibanding topologi bus, maupun ring.

Akses ke station lain (client atau server) cepat.

Dapat menerima workstation baru selama port di centralnode (hub/switch) tersedia.

Bila setiap paket data yang masuk ke hub dibroadcast ke seluruh node yang terhubung sangat banyak (misalnya memakai hub 32 port), maka kinerja

akan semakin turun.

Jika salah satu Ethernet card rusak, atau salah satu kabel pada terminal putus, maka keseluruhan jaringan masih tetap berkomunikasi tanpa adanya

gangguan.

Topologi Star ditunjukkan pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Topologi Star

2.3.4 Topologi Mesh

Topologi Mesh menghubungkan setiap komputer secara point-to-point

artinya semua komputer akan saling terhubung satu-satu sehingga tidak akan

dijumpai link yang putus. Topologi ini juga biasanya digunakan pada lokasi yang

(50)

Pada topologi mesh tiap komputer yang terhubung langsung dengan komputer lain (peer to peer).

• Setiap komputer mempunyai jalur sendiri-sendri dengan komputer lain.

Kerugian dari penggunaan topologi ini adalah menggunakan ethernet dan kabel yang banyak sehingga dibutuhkan biaya yang banyak.

• Dari pengguna topologi ini adalah apabila ada salah satu jalur pada komputer putus, makan komputer tersebut masih dapat berhubungan

dengan jalur yang lain.

Topologi Mesh ditunjukkan pada Gambar 2.7

Gambar 2.7 Topologi Mesh

2.3.5 Topologi Tree

Topologi Tree merupakan kombinasi karakteristik antara topologi star dan

topologi bus. Topologi terdiri atas kumpulan topologi star yang dihubungkan

dalam satu topologi bus sebagai backbone, komputer-komputer dihubungkan ke

(51)

Gambar 2.8 TopologiTree Karakteristik topologi tree :

• Lebih mudah dikembangkan

Jika terjadi kerusakan pada dalah satu node, maka hirarki di bawahnya juga akan mengalami kerusakan.

2.4 Perangkat Jaringan

Perangkat jaringan adalah semua komputer , peripheral, interface card dan

perangakat tambahan yang terhubung ke dalam sutu sistem jaringan komputer

untuk melakukan komunikasi data.

Membangun suatu jaringan, baik itu bersifat LAN (Local Area Network)

maupun WAN (Wide Area Network), kita membutuhkan media baik hardware

maupun software. Beberapa media hardware yang penting didalam membangun

suatu jaringan, seperti: kabel atau perangkat Wi-Fi, ethernet card, hub atau switch,

repeater, bridge atau router, dll. Berikut adalah penjelasan masing-masing perangkat [4].

2.4.1 Server

Server merupakan pusat kontrol dari jaringan komputer. Biasanyaberupa komputer berkecepatan tinggi dengan kapasitas RAM yang besar dan memiliki

(52)

2.4.2 Workstation

Semua komputer yang terhubung dengan jaringan dapat dikatansebagai

workstation. Komputer ini yang melakukan akses ke serverguna mendapat layanan yang telah disediakan oleh server[4].

2.4.3 Network Interface Card (NIC)

NIC sering disebut Ethernet Card, digunakan untuk menghubungkan

sebuah komputer ke jaringannya. NIC memberikan suatu koneksi fisik antara kabel

jaringan dengan bus internal komputer [4].Modul Network Interface Card (NIC)

ditunjukkan pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 Modul Network Interface Card (NIC)

2.4.4 HUB

Alat ini disebut juga reapeater hub merupakan komponen jaringan yang

digunakan di dalam jaringan 10Mbps tradisional untuk menghubungkan

komputer-komputer dalam jaringan skala kecil (LAN). Pada perangkat hub, semua anggota

jaringan yang terhubung dengan perangakat ini melakukan transmisi data pada

jaringan (collision domain). Ini berarti, jika lebih dari satu komputer mengirim

data ke jaringan secara bersamaan, maka tidak satupun komputer yang dapat

memanfaatkan 100% bandwidth jaringan yang tersedia [4]. HUB ditunjukan pada

(53)

Gambar 2.10 HUB 2.4.5 Switch

Switch adalah device sederhana yang juga berfungsi untukmenghubungkan multiple komputer. Switch memang identikdengan hub, tetapi switch lebih cerdas dan memiliki performatinggi dibanding hub.Secara tipikal berikut kelebihan dari

switch :

• Mampu menginspeksi paket-paket data yang mereka terima

• Mampu menentukan sumber dan tujuan paket yang melaluinya

Mampu mem-forward paket-paket dengan tepat.

Switch terbagi menjadi dua tipe utama; switch layer-2 dan layer-3.Switch layer-2 bekerja pada layer datalink model OSI danberdasarkan teknologi

bridging.Switch tipe ini membangun koneksilogika antar port berdasarkan pada alamar MAC.Switch layer-3 beroperasi pada layer-3 dari OSI model

danberdasarkan teknologi routing. Switch seperti ini membangunkoneksi logika

antar port berdasarkan alamat jaringan. Switch-switch ini dapat digunakan untuk

menghubungkan jaringan-jaringan yang berbeda dalam suatu internetwork. Switch

ini kadang disebut switch routing atau switch multilayer[4].Switch ditunjukkan

(54)

Gambar 2.11 Switch

2.4.6 Router

Router adalah perangkat jaringan yang digunakan untuk menghubungkan satu jaringan dengan jaringan lainnya untuk mendapatkan route (jalur) terbaik.

Router dapat memperkuat sinyal, mengkonsentrasikan beberapa koneksi, melakukan konversi format transmisi data, dan mengatur transfer data. Selain itu

router juga bisa melakukan koneksi ke WAN sehingga dapat menghubungkan LAN yang terpisah jauh. Router bekerja pada layer network dari model OSI untuk

memindahkan paket-paket antar jaringan menggunakan alamat logikanya. Router

memliki table routing yang melakukan pencatatan terhadap semua alamat jaringan

yang diketahui dan lintasan yang mungkin dilalui serta waktu tempuhnya.

Router bertugas melakukan routing paket data dari souce ke destination pada LAN, dan menyediakan koneksi ke WAN. Dalam lingkungan LAN, router

membatasi broadcast domain, menyediakan layanan Local address resolution

seperti ARP (Address Resolution Protocol) dan RARP (Reverse Address

Resolution Protocol). Dan membagi network dengan menggunakan struktur subnetwork[4].Router ditunjukkan pada Gambar 2.12

(55)

2.5 Internet Protokol Versi 4 (IPv4)

IP Address merupakan pengenal yang digunakan untuk memberi alamat pada tiap-tiap komputerdalam jaringan. Format IP address adalah bilangan 32 bit

yang tiap 8 bit-nya dipisahkan oleh tandatitik. Adapun format IP Address dapat

berupa bentuk‘biner’ (xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx dengan x

merupakan bilangan biner 0 atau 1). Ataudengan bentuk empat bilangan desimal

yang masing-masing dipisahkan oleh titik, bentuk ini dikenaldengan ‘dotted

decimal’ (xxx.xxx.xxx.xxx adapun xxx merupakan nilai dari 1 oktet yang berasal dari8 bit).Dikenal dua cara pembagian IP Address, yakni: classfull dan classless

addressing[5].

2.5.1 Classfull Addressing

Classfullmerupakan metode pembagian IP address berdasarkan kelas, dimana IP address (yangberjumlah sekitar 4 milyar) dibagi kedalam lima kelas

yaitu [5] :

Kelas A

Format : 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh

Bit pertama : 0

Panjang NetID : 8 bit

Panjang HostID: 24 bit

Byte pertama : 0-127

Jumlah : 126 Kelas A (0 dan 127 dicadangkan)

Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx

Jumlah IP : 16.777.214 IP Address disetiap Kelas A

Dekripsi : Diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yangbesar

Kelas B

Format : 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh

(56)

Panjang NetID : 16 bit

Panjang HostID: 16 bit

Byte pertama : 128-191

Jumlah : 16.384 Kelas B

Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai 191.255.xxx.xxx

Jumlah IP : 65.532 IP Address pada setiap Kelas B

Deskripsi : Dialokasikan untuk jaringan besar dan sedang

Kelas C

Format : 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh

Bit pertama : 110

Panjang NetID : 24 bit

Panjang HostID : 8 bit

Byte pertama : 192-223

Jumlah : 2.097.152 Kelas C

Range IP : 192.xxx.xxx.xxx s/d 223.255.255.xxx

Jumlah IP : 254 IP Address pada setiap Kelas C

Deskripsi : Digunakan untuk jaringan berukuran kecil

Kelas D

Format : 1110mmmm.mmmmmmm.mmmmmmm.mmmmmmm

Bit pertama : 1110

Bit multicast : 28 bit

Byte inisial : 224-247

Deskripsi : Kelas D digunakan untuk keperluan IPmulticasting

Kelas E

Format : 1111rrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr

Bit pertama : 1111

Bit cadangan : 28 bit

(57)

Deskripsi : Kelas E dicadangkan untuk keperluan eksperimen.

2.5.2 Classless Addressing

Metode classless addressing(pengalamatan tanpa kelas) saat ini mulai

banyak diterapkan, yaknidengan pengalokasian IP Address dalam notasi Classless

Inter Domain Routing (CIDR). Istilah lainyang digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk suatu jaringan secara lebihspesifik, disebut juga dengan Network Prefix.

Biasanya dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address

digunakan tanda garis miring(Slash) “/”, diikuti dengan angka yang menunjukan

panjang network prefix ini dalam bit.

Misalnya, ketika menuliskan network kelas A dengan alokasi IP

12.xxx.xxx.xxx, network prefixnyadituliskan sebagai 12/8. Angka /8 menunjukan

notasi CIDR yang merupakan jumlah bit yangdigunakan oleh network prefix,

yangberarti netmask-nya 255.0.0.0 dengan jumlah maksimum hostpada jaringan

sebanyak 16.777.214 node.

Contoh lain untuk menunjukan suatu network kelas B 167.205.xxx.xxx

digunakan: 167.205/18.Angka /18 merupakan notasi CIDR, yang berarti netmask

yang digunakan pada jaringan ini adalah255.255.192.0 dengan jumlah maksimum

host pada jaringan sebanyak 16.382 node[5].

2.5.3 Pengalokasian IP address

IP Address terdiri atas dua bagian yaitu network ID dan host ID. Network ID menunjukkan nomornetwork, sedangkan hostID meng-identifkasi-kan host

dalam satu network. Pengalokasian IP addresspada dasarnya ialah proses memilih

network ID dan host ID yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat atau tidaknya konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengalokasikan

IP address se-efisien mungkin [5].

Terdapat beberapa aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID

(58)

Network ID 127.0.0.1 tidak dapat digunakan karena ia secara default digunakan dalam keperluan‘loop-back’. (‘Loop-Back’ adalah IP address

yang digunakan komputer untuk menunjuk dirinyasendiri).

Host ID tidak boleh semua bitnya diset 1 (contoh klas A: 126.255.255.255), karena akandiartikan sebagai alamat broadcast. ID broadcast merupakan

alamat yang mewakili seluruhanggota jaringan. Pengiriman paket ke alamat

ini akan menyebabkan paket ini didengarkan olehseluruh anggota network

tersebut.

Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0 (seluruh bit diset 0 seperti 0.0.0.0), karena IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai

alamat network. Alamat network adalah alamat yangdigunakan untuk

menunjuk suatu jaringan, dan tidak menunjukan suatu host.

Host ID harus unik dalam suatu network (dalam satu network, tidak boleh ada dua host denganhost ID yang sama)

2.6 Routing Protocol

Routing adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya sehingga menjadi rute tertentu. Untuk melakukan

routing dalam suatu jaringan, kita membutuhkan suatu alat yang disebut router yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari sebuah jaringan ke jaringan

yang lainnya sehingga host-host yang ada pada suatu jaringan bisa berkomunikasi

dengan host-host yang ada pada jaringan yang lain.

Routing Protocol adalah protocol yang digunakan dalam dynamic routing. Routing protocol mengizinkan router-router untuk berbagi informasi tentang jaringan dan koneksi antar router.Agar router dapat mengetahui bagaimana

meneruskan paket-paket ke alamat yang dituju dengan menggunakan jalur yang

baik, router menggunakan peta atau tabel routing.Secara umum ada dua jenis

algoritma yang digunakan oleh protokol routing, yaitu :

1. Distance vector

(59)

Klasifikasi algoritma routing protocoldiperlihatkan pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Klasifikasi algoritma routing protocol

Routing distance vector bertujuan untuk menentukan arah atau vector dan jarak ke link-link lain dalam suatu internetwork. Informasi routing hanya diperoleh

dari router terdekat (tetangganya). Contohnya RIP (Routing Information

Protocol),IGRP (Interior Gateway Routing Protocol), EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol), BGP (Border Gateway Protocol) [6] .

Protokol routing distance vector biasanya menggunakan sebuah algoritma

routing dimana setiap router secara periodik mengirimkan update routing kepada semua tetangga (neighbor) dengan cara mem-broadcast seluruh isi tabel routing.

Protocol distance vector diperlihatkan pada Gambar 2.14

(60)

2.6.1 Algoritma Protokol Routing

Di dalam sebuah router terdapat protokol yang menjalankan router tersebut

dan setiap protokol memiliki algoritma masing-masing dalam pencarian rute

terpendek dalam mengirim informasi atau data [7]. Adapun algoritma protokol

routing diperlihatkan seperti gambar 2.15.

Gambar 2.15 Algoritma Protokol Routing 2.6.2 Routing Information Protocol (RIP)

Routing Infotmation Protocol (RIP) adalah sebuah protokol di dalam routing jaringan untuk mencari rute terbaik saat informasi atau data dikirim di dalam routing jaringan komputer. Protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior

Gateway Protocol (IGP) dan mendukung Variabel Length Subnet Mask (VLSM). Routing Information Protocol (RIP) memungkinkan sebuah perangkat untuk saling bertukar informasi tentang jaringan yang saling terhubung. RIPmenghitung rute

terbaik dalam meneruskan informasi dan perhitungan tersebut didasarkan pada

banyaknya jumlah hop ke jaringan tujuan. RIPtidak akan menangani jumlah hop

yang melebihi 15 hop. Apabila jaringan tujuan melebihi 15 hop maka jaringan

dianggap jauh [7]. Update tabel routing pada protokol RIP dilakukan setelah

interval waktu yang tetap, umumnya setelah setiap 90 detik. Setiap router akan

menjaga tabel routing dengan mengirimkan update berkala untuk dapat

(61)

RIP merupakan routing protokol yang paling mudah untuk dikonfigurasi. RIP memiliki 3 versi yaitu :

1. RIPv1

Spesifikasi asli versi RIP yang pertama, didefinisikan dalam RFC 1058,

classfull menggunakan routing. Update routing periodik pada versi ini tidak membawa informasi subnet kemudian kurang mendukung untuk Variable Length

Subnet Mask (VLSM). Keterbatasan dari versi ini tidak dapat memiliki subnet berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain, semua

subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama dan juga tidak ada

dukungan untuk router otentikasi sehingga membuat versi ini rentan terhadap

berbagai serangan.

2. RIPv2

Kekurangan yang terdapat di dalam spesifikasi RIP asli, RIP versi 2

(RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada tahun 1998.

Kemampuan dari protokol RIP versi ini yaitu mampu membawa informasi subnet,

sehingga mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR) dan juga

mendukung Variable Length Subnet Mask (VLSM). Untuk menjaga

kompatibilitas, maka batas hop masih tetap sampai 15 hop. RIPv2 memiliki

fasilitas yang sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal yaitu RIPv1. Upaya

dalam menghindari terjadinya beban host yang tidak perlu dan host yang tidak

berpartisipasi pada routing. RIPv2 dengan fiturnya akan me-multicast seluruh tabel

routing ke semua tabel routing yang berdekatan. Di dalam protokol versi ini,

pengalamatan menggunakan unicast masih boleh dipergunakan untuk aplikasi

khusus.

3. RIPng

RIP Next Generation (RIPng), yang didefinisikan dalam RFC 2080, adalah

perluasan dari RIPv2 untuk mendukung IPv6, generasi Internet Protocol

(62)

RIPmerupakan routing protocol yang paling mudahuntuk di konfigurasi.RIP memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. RIP menggunakan metode Triggered Update yaitu memiliki timer untuk

mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing.

Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router

tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan

tersebut (triggered update).

2. Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil

yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link

jaringan.

Selain itu, RIP juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

1. Protokol ini hanya dapat mengirim paket data atau informasi hanya sampai

15 hop, jika paket data atau informasi yang dikirim berada pada hop 16

Gambar

Gambar 3.2 Tampilan Awal Packet Tracer
Gambar 3.3 Tampilan Menu Utama Simulator Packet Tracer
Gambar 3.4 Realisasi Model Jaringan Pada Packet Tracer
Tabel 3.2 Alokasi IP Address Pada Interface Router
+7

Referensi

Dokumen terkait

Packet Tracer adalah software simulator alat-alat jaringan Cisco yang sering digunakan sebagai media pembelajaran dan pelatihan, dan juga dalam bidang penelitian simulasi

Pengujian dari hasil konfigurasi VLAN dari program cisco packet tracer 5.33 dilakukan dengan menggunakan perintah ping.. Hal ini dikarenakan masih banyaknya IP yang

Kali ini saya akan mengenalkan anda dengan Cisco Packet Tracer, ialah sebuah software keluaran dari cisco yang dapat digunakan untuk mensimulasikan dan untuk

Hasil pengujian ping test dari PC I1 gedung A ke PC J1 gedung B menggunakan.. Cisco

Packet Tracer adalah simulator alat-alat jaringan Cisco yang sering digunakan sebagai media pembelajaran dan pelatihan, dan juga dalam bidang penelitian simulasi jaringan

Packet tracer adalah Packet Tracer adalah sebuah perangkat tools simulasi jaringan yang didevelop oleh Cisco, yang memiliki fungsi untuk membuat suatu simulator

Menurut Sulaiman (2018:4) cisco packet tracer merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh cisco company bertujuan untuk melakukan simulasi jaringan komputer. Cisco

Didalam Cisco Packet Tracer Terdapat fungsi untuk melakukan sebuah simulasi untuk pengiriman packet dari PC ke PC lain, dan akan terlihat bagaimana sebuah PC mengirim pesan /