LAMPIRAN I
ILUSTRASI GEDUNG SAT BRIMOB POLDA SUMUT
LAMPIRAN II
KONFIGURASI ROUTING RIP
Router 1: Router>en
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname R1
R1(config)#int fa0/0
R1(config-if)#ip addr 192.168.0.253 255.255.255.0
R1(config-if)#no sh
R1(config-if)#exit
R1(config)#int s2/0
R1(config-if)#ip addr 202.91.9.1 255.255.255.252
R1(config-if)#no sh
R1(config-if)#clock rate 2000000
R1(config-if)#exit
R1(config)#router rip
R1(config-router)#net 192.168.0.0
R1(config-router)#net 192.168.3.0
R1(config-router)#net 192.168.5.0
R1(config-router)#net 192.168.10.0
R1(config-router)#net 202.91.9.0
R1(config-router)#exit
Router 2 : Router>en
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname R2
R2(config-if)#ip addr 202.91.9.2 255.255.255.252
R2(config-if)#no sh
R2(config-if)#clock rate 2000000
R2(config-if)#exit
R2(config)#int s3/0
R2(config-if)#ip addr 202.91.9.5 255.255.255.252
Router 3 : Router>en
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname R3
R3(config)#int fa0/0
R3(config-if)#ip addr 192.168.10.253 255.255.255.0
R3(config-if)#no sh
R3(config-if)#exit
R3(config)#int s2/0
R3(config-if)#ip addr 202.91.9.6 255.255.255.252
R3(config-if)#no sh
R3(config-if)#clock rate 2000000
R3(config-if)#exit
R3(config)#int s3/0
R3(config-if)#ip addr 202.91.9.10 255.255.255.252
LAMPIRAN III
PRINT SCREEN HASIL SIMULASI RIP
Lampiran III menunjukkan contoh hasil pengujian protokol RIP yang dilakukan
pada masing-masing jaringan untuk mendapat nilai parameter delay, packet loss
dan throughput.
PAGI (08.00-12.00)
1. Gedung A ke Gedung C (192.168.0.1 ke 192.168.10.10 )
2. Gedung A ke Gedung B lantai 1 (192.168.0.4 ke 192.168.3.1 )
3. Gedung A ke Gedung B lantai 2 ( 192.168.0.5 ke 192.168.5.5 )
5. Gedung B lantai 1 ke Gedung B lantai 2 (192.168.3.4 ke 192.168.5.8 )
6. Gedung B lantai 2 ke Gedung A (192.168.5.6 ke 192.168.0.6 )
7. Gedung A ke Gedung C (192.168.0.7 ke 192.168.10.9 )
8. Gedung B lntai 1 ke Gedung B lantai 2 (192.168.3.5 ke 192.168.5.2 )
10.Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.2 ke 192.168.5.8 )
SIANG (12.00-17.00)
1. Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.6 ke 192.168.5.4 )
2. Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.7 ke 192.168.5.8 )
3. Gedung C ke Gedung B lantai 2 (192.168.10.8 ke 192.168.5.2 )
5. Gedung B lantai 1 ke Gedung A (192.168.5.1 ke 192.168.0.7 )
6. Gedung A ke Gedung B lantai 2 (192.168.0.6 ke 192.168.5.2 )
7. Gedung A ke Gedung B lantai 1 (192.168.0.4 ke 192.168.3.5 )
MALAM (17.00-21.00)
2. Gedung A ke Gedung C (192.168.5.5 ke 192.168.0.5)
DAFTAR PUSTAKA
[1] Syafrizal, Melwin, 2005, Pengantar Jaringan Komputer, Jogja : Andi Offset
[2] Hartono, Eddy, 2006, Konsep dan aplikasi pemograman client server dan
sistem terdistribusi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
[3] Anonim. 2008. “BAB II Local Area Network dan layanan”. Repository
US
[4] Saiful, Dian. 2013. “Perancangan Jaringan LAN Pada Gedung Perkantoran
Dengan Menggunakan Software Cisco Packet Tracer”. Skripsi pada Jurusan
TeknikElektro, Universitas Sumatera Utara (diakses pada tanggal 12 Maret 2016)
[5] Gunawan, Dedi. 2010. Modul CCNA PLUS. Indonesia CCIE Factory. Hal
1-52.
[6] Kun, ahmad. 2009. “Protokol Routing Distance Vector” (diakses tanggal
10April 2016)
[7] Adhikari, J.P,. 2012. Performance Analysis of Protocols RIP and EIGRP.
International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering 2(5): 107 - 111.
[8] Singh, J., & Mahajan, R., 2013. Simulation Based Comparative Study Of
RIP, OSPF and EIGRP. International Journal of Advanced Research in
Computer Science and Software Engineering 3(8): 285 - 288.
[9] Ryan, Nathan Gusti. 2011. “Step By Step Panduan Menggunakan Cisco
Packet Tracer5”. (diakses tanggal 13 Mei 2016)
[10] European Telecomunication Standart Institute (ETSI). Telecommunications
and Internet Protocol Harmonization Over Network (TIPHON).“In General
BAB III
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN
3.1 Diagram Alir Metode Pengambilan Data
Perancangan jaringan dan pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan simulator Cisco Packet Tracerdan pengujian langsung di lapangan
pada SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Adapun diagram alir metode pengambilan
data yakni seperti Gambar 3.1.
Mulai
Perancangan jaringan LAN SAT BRIMOB POLDA SUMUT dengan Cisco Packet Tracer
Melakukan setting interface setiap perangkat
Analisis perbandingan data jaringan LAN di SAT BRIMOB dan LAN menggunakan Cisco Packet Tracer dengan parameter yang sudah ditentukan
Selesai
Ya Melakukan pengujian jaringan pada
SAT BRIMOB POLDA SUMUT
3.2 Pengenalan Software Cisco Packet Tracer
Cisco Packet Traceradalah salah satu aplikasi yang dibuat dan dikembangkan oleh Cisco. Cisco Packet Tracermensimulasikan cara kerja suatu
jaringan berdasarkan topologi dan konfigurasi yang diberlakukan oleh
penggunanya persis seperti aslinya. Cara untuk mendapatkan software Packet
Tracer hanya dengan mengakses website dan mendownload-nya lewat http://www.cisco.com/web/learning/netacad/course_catalog/PacketTracer.html.
Dalam software ini komponen-komponen yang disediakan pada Cisco
Packet Tracer sudah lengkap serta simulasi fungsional benar-benar mirip perangkat Cisco sebenarnya sehingga simulator ini sangat akurat sebagai
pendekatan implementasi yang nyata. Software Packet Tracer juga berfungsi untuk
mengetahui cara kerja pada tiap-tiap alat yang digunakan dalam proses simulasi.
Ketika sudah berhasil mendapakan software tersebut, maka akan muncul tampilan
jendela awal dari Packet Tracer yang diperlihatkan pada Gambar 3.2 [9].
Simulator Packet Tracer memiliki beberapa tampilan awal menu utama
pada aplikasinya yang memiliki fungsi masing-masing seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 3.3 [9].
Gambar 3.3 Tampilan Menu Utama Simulator Packet Tracer
Berikut ini fungsi dari masing – masing item yang sudah diberi tanda pada
tampilan awal Packet Tracer seperti Gambar 3.3[9]
1. Tampilan Menu
Kolom menu pada bagian atas sebelah kiri ini merupakan bagian yang
setiap software-nya berguna sebagai pilihan menu dari sekelompok perintah,
diantaranya adalah menu File, Edit, Options, View, Tools, Extensions dan Help.
2. Shortcut
Kolom shortcut memudahkan untuk menjalankan suatu perintah yang
Save, Print, Activity Wizard, Copy, Paste, Undo, Redo, Zoom In, Zoom Reset, Zoom Out, Drawing Palette dan Custom Device Dialog. Dan pada sisi kanan juga akan ditemukan shortcut Network Information dan Contents.
3. Alat Umum
Bagian ini menyediakan akses yang biasanya menggunakan peralatan
workspace. Bagian ini merupakan sebuah perintah, antara lain : memilih (Select), memindahkan tata ruang (Move Layout), menempatkan catatan (Place Note),
menghapus (Delete), memeriksa (Inspect), serta menambahkan PDU sederhana
dan kompleks (Resize Shape).
4. Logical dan Physical Workspace
Pada bagian ini disediakan dua macam workspace, yaitu Logical dan
Physical. Dimana Logical Workspace merupakan tempat untuk membuat sebuah simulasi jaringan komputer. Physical Workspace merupakan tempat untuk
memberi suatu dimensi physical ke topologi jaringan komputer. Hal tersebut bisa
memberikan pengertian skala dan penempatan suatu jaringan komputer pada suatu
lingkungan.
5. Tempat/Area Kerja
Area ini merupakan sebuah tempat dimana akan merencanakan atau
membuat sebuah jaringan, mengamati simulasi pada jaringan tersebut serta
mengamati beberapa macam informasi dan statistik.
6. Realtime / Simulation
Pada bagian ini tersedia dua fitur yang diantaranya mode Realtime dan
mode Simulation. Dimana dalam mode Realtime, jaringan seperti device yang
nyata dengan respon yang real-time untuk semua aktivitas jaringan. Dalam mode
7. Network Component Box
Bagian ini merupakan tempat dimana untuk memilih alat dan koneksi yang
akan digunakan pada workspace untuk membuat sebuah jaringan komputer.Dalam
bagian ini juga terdapat dua fitur yaitu pemilihan peralatan dan koneksi serta
pemilihan jenis peralatan dan koneksi yang lebih spesifik contohnya jenis
penghubung dan jenis kabel.
8. Pemilihan Jenis Alat / Koneksi
Bagian ini merupakan bagian dari kolom tujuh, dimana pada kolom
tersebut digunakan untuk memilih sebuah alat yang digunakan dan ditempatkan
pada workspace. Alat tersebut antara lain adalah Routers, Switches, Hubs, Wireless
Device, Connections, End Devices, Wan Emulation, Custom Made Devices dan Multiuser Connection.
9. Pemilihan Jenis Alat / Koneksi Spesifik
Bagian ini merupakan lanjutan dari bagian diatas, dimana alat koneksi yang
telah dipilih akan dibagikan menjadi beberapa jenis-jenisnya secara lebih rinci.
Alat dan koneksi yang telah dispesifikasikan tersebutlah yang akan digunakan
dalam rancangan atau pembuatan jaringan yang sesuai dengan keinginan.
10. Jendela Informasi Status
Bagian ini merupakan keterangan untuk melihat informasi status dari paket
serta untuk mengatur skenario selama berlangsungnya simulasi jaringan yang telah
dibuat.
3.3 Perancangan Jaringan
Langkah – langkah awal pengimplementasian dengan menggunakan
software Packet Tracer adalah sebagai berikut [9]:
1. Membuat model jaringan dan memilih perangkat yang mendukung protokol
2. Mengalokasikan IP untuk port-port perangkat pada jaringan. Setelah
langkah-langkah awal dilakukan maka jaringan siap dikonfigurasi dengan
routing protokol RIP.
3. Kemudian menganalisis kinerja RIP dengan menggunakan parameter delay,
packet loss dan throughput.
3.3.1 Model Jaringan
Realisasi model jaringan yang akan disimulasikan diperlihatkan pada
Gambar3.4. Dari gambar model jaringan SATUAN BRIMOB POLDA
SUMUTdapat dilihat terdapat empat jaringan yakni gedung A 1lantai,gedung B
2lantai, gedung C 1 lantai, masing-masing membentuk jaringan komputer sendiri.
Setiap jaringan memiliki IP address-nya masing-masing dengan kelas yang sama
untuk dapat berkomunikasi dan menggunakan switch agar semua PC dapat
terhubung.
3.3.2 Pengalokasian IP Address
Pengalokasian IP address diperlukan untuk mengidentifikasi suatu host
pada suatu jaringan, Tabel 3.1 menunjukkan alokasi IP address pada
masing-masing lokasi gedung SAT BRIMOB POLDA SUMUT disesuaikan dengan
jumlah host yang ada. IP address dibuat dengan cara klik pada perangkat yang
ingin diberi IP address, pilih desktop, pilih IP configuration, kemudian masukkan
nomor IP address.
Tabel 3.1 Alokasi IP Address pada Gedung
NO Lokasi Jumlah Host Alokasi IP
1. Gedung A 7 192.168.0.1 - 192.168.0.7 2. Gedung B lt 1 7 192.168.3.1 - 192.168.3.7 3. Gedung B lt 2 8 192.168.5.1 - 192.168.0.8 4. Gedung C 10 192.168.10.1 - 192.168.10.10
Pengalokasian IP address selanjutnya dilakukan untuk masing-masing
router yang digunakan. Tabel 3.2 menunjukkan alamat IP address untuk interface– interface yang ada pada router dimana setiap jaringan mengunakan. Alokasi IP address dipilih berdasarkan karakteristik dari router dimana pada koneksi interface suatu router ke router lain berada pada subnet mask 255.255.255.252.
Pengalokasian IP address dilakukan pada menu yang ditunjukan Gambar 3.5
Perintah-perintah yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Untuk Fast Ethernet
1. enable
2. configure terminal
3. interface fa 0/0 Misal yang akan di setting adalah fast ethernet 0/0. 4. ip address 192.168.0.253
subnetmask 255.255.255.0 5. no shutdown
6. end
b. Untuk Serial 1. enable
2. configure terminal
3. interface serial 2/0 Misal yang akan di setting adalah serial 2/0 ip route 202.91.9.1
subnetmask 255.255.255.252 4. no shutdown
5. clock rate 2000000 6. end
Tabel 3.2 Alokasi IP Address Pada Interface Router
Router Interface IP Address
Gedung A
Fast Ethernet 0/0 192.168.0.253
Serial 2/0 202.91.9.1
Gedung B
Fast Ethernet 0/0 192.168.3.253
Fast Ethernet 1/0 192.168.5.253
Serial 2/0 202.91.9.2
Serial 3/0 202.91.9.5
3.3.3 Konfigurasi dengan Protokol RIP
Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu
jaringan adalah mengkonfigurasi router-router dengan protokol yang telah
ditentukan agar dapat berkomunikasi meskipun berada pada jaringan yang
berbeda. Masing-masing router akan dikonfigurasi dengan menggunakan protokol
RIP. Protokol RIP akan memanajemen tiga jaringan tersebut dan akan
menunjukkan kinerjanya.
Adapun cara mengkonfigurasi router dengan protokol RIP pada Packet
Tracer yakni dengan mengklik router yang akan mulai dikonfigurasi setelah itu muncul tampilan menu pilih CLI (Command Line Interface). Pada CLI konfigurasi
router siap untuk dilakukan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Tampilan Menu CLI
Konfigurasi tiap-tiap router RIP dapat dilihat pada Lampiran II. Berikut ini
perintah-perintah yang digunakan pada menu CLI untuk mengkonfigurasi router
dengan menggunakan protokol RIP.
Konfigurasi pada R1 :
Router# configure terminal
Router(config)# router rip
Router (config-router)# network 202.91.9.0
Router (config-router)# exit
Router#
Setelah masing-masing router telah selesai dikonfigurasi dengan protokol
RIP maka untuk memastikan bawa router-router telah saling mengenali satu sama
lain, verifikasi dilakukan dengan menggunakan perintah ‘show ip route’ pada IOS
command line. Gambar 3.7 adalah hasil eksekusi yang dilakukan pada router R1.
Gambar 3.7 Tampilan Hasil Konfigurasi Protokol RIP
Dari hasil verifikasi yang telah dilakukan dengan perintah ‘show ip route’
kode “C” menunjukkan bahwa router R1 terhubung secara fisik dengan suatu
3.3.4 Pengujian Jaringan
Setelah melewati proses – proses berupa pengaktifan interface,
pengalokasian IP, dan pengkonfigurasian routing protokol dengan RIP, maka
selanjutnya dilakukan pengujian jaringan dengan Ping test. Ping atau Packet
Internet Groper adalah sebuah program utilitas yang digunakan untuk memeriksa konektivitas jaringan. Cara melakukan ping test sebagai berikut[9]:
• klik salah satu PC dari satu gedung
• klik menu desktop kemudian pilih command prompt • ketik : ping [ip_address_tujuan]
3.4 Parameter Sistem
Berikut ini parameter yang dapat dihitung terkait dengan analisis kinerja
RIP yaitu delay, packet loss, dan throughput.
3.4.1 Delay
Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau juga waktu proses
yang lama.. Persamaan 1 adalah perhitungan delay[10] :
��������� − ���� = ����� �����
����� ����� ���� �������� (1)
Tabel 3.3 Kategori jaringan berdasarkan nilai delay (versi TIPHON)
Kategori Besar Delay Sangat Bagus <150 ms
Bagus 150 s/d 300 ms
Sedang 300 s/d 450 ms
Buruk >450 ms
3.4.2 Packet Loss
terjadi karena sejumlah faktor, mencakup penurunan sinyal dalam media jaringan,
melebihi batas saturasi jaringan, dan paket yang corrupt yang menolak untuk
transit serta kesalahan hardware jaringan.Persamaan 2 perhitungan packet
loss[10]:
����������= ����� ���� ������� −����� ������������
����� ���� ���� ������� × 100%(2)
Tabel 3.4 Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss(versi TIPHON)
Kategori Packet Loss Sangat Bagus 0%
Bagus 3%
Sedang 15%
Buruk 25%
3.4.3 Throughput
Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan
bandwidth. Karena throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat fix, sementara throughput
sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi. Persamaan 3 adalah
perhitungan Throughput[10]:
BAB IV
ANALISIS KINERJA
4.1 Umum
Kinerja suatu jaringan sangat bergantung dari routing protokol jaringan
yang digunakan. Kebutuhan akan konektivitas yang cepat dapat menunjang
terpenuhinya layanan sesuai dengan yang diharapkan pengguna. Sama juga halnya
pada jaringan yang berbeda namun tetap ingin saling berbagi paket data dengan
nilai waktu tundaan seminimal mungkin serta paket yang diterima sama persis
dengan paket yang dikirim.
Pada bab IV dianalisis bagaimana kinerja dari RIP sebagai routing protokol
yang diimplementasikan pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT dan
jaringan ini dirancang menggunakan simulator Cisco Packet Tracer6.2.Parameter
yang menjadi bahan analisis adalah delay, packet loss dan throughput. Kemudian
untuk melihat seberapa meningkatnya kinerja darirouting protokol RIP pada simulasi
Cisco Packet Tracer6.2maka dibandingkan dengan routing protokol RIP keadaan
sebenarnya pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT
4.2 Hasil Pengujian Simulasi Cisco Packet Tracer
Pengujian pada jaringan dilakukan sebanyak tiga kali dimana dilakukan
pada waktu pagi pukul 08.00 - 12.00 WIB , waktu siang pukul 12.00 – 17.00 WIB
dan waktu malam pukul 17.00 – 21.00 WIB.
Dari hasil perancangan simulasi menggunakan simulator Cisco Packet
Tracer 6.2 maka didapat masing-masing nilai dari parameter delay, packet loss dan throughput.
4.2.1 Delay
Hasil pengujian untuk delay dalam jaringan menggunakan routing protokol
RIP dapat dilihat pada lampiran III. Nilai rata-rata delay menurut Cisco Packet
Table 4.1 Pengujian delay pagi (08.00 – 12.00 WIB)
Uji ke- Pengujian Jaringan Total Delay (ms)
Total paket
Delay rata-rata (ms) 1. 192.168.0.1 ke 192.168.10.10 46 100 0,46
2. 192.168.0.4 ke 192.168.3.1 43 100 0,43
3. 192.168.0.5 ke 192.168.5.5 36 96 0,375
4. 192.168.10.1 ke 192.168.0.2 57 100 0,57
5. 192.168.3.4 ke 192.168.5.8 36 94 0,382
6. 192.168.5.6 ke 192.168.0.6 35 98 0,357
7. 192.168.0.7 ke 192.168.10.9 54 100 0,54
8. 192.168.3.5 ke 192.168.5.2 27 96 0,281
9. 192.168.3.3 ke 192.168.10.7 38 100 0,38
10. 192.168.10.2 ke 192.168.5.8 37 98 0,377
Delay rata-rata (ms) 0,415
Grafik 4.1 Pengujian delay pagi
Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada
Tabel 4.1 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata delay untuk kinerja dari RIP
tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada dalam kisaran <150 ms.
Uji ke- Pengujian Jaringan Total Delay (ms) paket Total Delay rata-rata (ms) 1. 192.168.10.6 ke 192.168.5.4 38 98 0,387
2. 192.168.10.7 ke 192.168.5.8 27 100 0,27
3. 192.168.10.8 ke 192.168.5.2 28 98 0,285
4. 192.168.10.10 ke 192.168.5.3 28 98 0,285
5. 192.168.9.1 ke 192.168.0.7 24 100 0,24
6. 192.168.0.6 ke 192.168.9.2 29 99 0,292
7. 192.168.0.4 ke 192.168.0.5 37 100 0,37
Delay rata-rata (ms) 0,30
Grafik 4.2 Pengujian delay siang
Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada
Tabel 4.2 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata delay untuk kinerja dari RIP
Tabel 4.3 Pengujian delay malam (17.00 – 21.00 WIB)
Uji ke- Pengujian Jaringan Total Delay (ms)
Total paket
Delay rata-rata (ms) 1. 192.168.3.5 ke 192.168.0.1 28 100 0,28
2. 192.168.5.5 ke 192.168.0.5 24 100 0,24
3. 192.168.10.5 ke 192.168.3.3 37 100 0,37
Delay rata-rata (ms) 0,29
Grafik 4.3 Pengujian delay malam
Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada
Tabel 4.3 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata delay untuk kinerja dari RIP
tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada dalam kisaran <150 ms.
Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter
delay keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.4.
Table 4.4Hasil Pengujian Untuk Delay
Waktu ( WIB ) Delay (ms) 08.00 – 12.00 0,415
12.00 – 17.00 0,30
Grafik 4.4 Hasil Pengujian Untuk Delay
Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada
Tabel 4.4, delay yang paling lama terjadi pada pukul 08.00-12.00 WIB yaitu 0,415
ms karena trafik yang padat sedangkan delay pada pukul 12.00-17.00 WIB yaitu
0,30 ms karena trafik mulai renggang dan delay pada pukul 17.00-21.00 WIB yaitu
0,29 karena trafik yang rendah.
4.2.2 Packet Loss
Hasil pengujian packet loss dalam jaringan menggunakan routing RIP
dapat dilihat pada lampiran III. Nilai rata-rata packet loss menurut Cisco Packet
Tracer 6.2 diperlihatkan pada Tabel 4.5 , Tabel 4.6 dan Tabel 4.7
Tabel 4.5 Pengujian packet loss pagi (08.00 – 12.00 WIB)
Uji
ke- Pengujian Jaringan
Jumlah paket dikirim
Jumlah paket diterima
Packet Loss (%) 1. 192.168.0.1 ke 192.168.10.10 100 100 0
2. 192.168.0.4 ke 192.168.3.1 100 100 0
3. 192.168.0.5ke 192.168.5.5 100 96 4
4. 192.168.10.1 ke 192.168.0.2 100 100 0
6. 192.168.5.6 ke 192.168.0.6 100 98 2
7. 192.168.0.7 ke 192.168.10.9 100 100 0
8. 192.168.3.5 ke 192.168.5.2 100 96 4
9. 192.168.3.3 ke 192.168.10.7 100 100 0
10. 192.168.10.2 ke 192.168.5.8 100 98 2
Packet Loss rata-rata (%) 1,8
Grafik 4.5 Pengujian packet loss pagi
Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada
Tabel 4.5 maka disimpulkan bahwa rata-rata packet loss untuk kinerja dari RIP
tergolong dalam kategori bagus karena berada diantara 0 % – 3 % .
Tabel 4.6 Pengujian packet loss siang (12.00 – 17.00 WIB)
Uji
ke- Pengujian Jaringan
Jumlah paket
dikirim
Jumlah paket
diterima
Packet Loss
(%)
1. 192.168.10.6 ke 192.168.5.4 100 98 2
2. 192.168.10.7 ke 192.168.5.8 100 100 0
3. 192.168.10.8 ke 192.168.5.2 100 98 2
4. 192.168.10.10 ke 192.168.5.3 100 98 2
6. 192.168.0.6 ke 192.168.5.2 100 99 1
7. 192.168.0.4 ke 192.168.3.5 100 100 0
Packet Loss rata-rata (%) 1
Grafik 4.6 Pengujian Packet Loss siang
Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada
Tabel 4.6 maka disimpulkan bahwa rata-rata packet loss untuk kinerja dari RIP
tergolong dalam kategori bagus karena berada diantara 0 % – 3 % .
Tabel 4.7 Pengujian packet loss malam (17.00 – 21.00 WIB)
Uji
ke- Pengujian Jaringan
Jumlah paket
dikirim
Jumlah paket
diterima
Packet Loss
(%)
1. 192.168.3.5 ke 192.168.0.1 100 100 0
2. 192.168.5.5 ke 192.168.0.5 100 100 0
3. 192.168.10.5 ke 192.168.3.3 100 100 0
Grafik 4.7 Pengujian packet loss malam
Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada
Tabel 4.7 maka disimpulkan bahwa rata-rata packet loss untuk kinerja dari RIP
tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada diantara 0%
Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter
packet loss keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.8.
Table 4.8 Hasil Pengujian Untuk Packet Loss
Grafik 4.8 Hasil Pengujian Untuk Packet Loss Waktu ( WIB ) Packet loss (%)
08.00 – 12.00 1,8
12.00 – 17.00 1
Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada
Tabel 4.8 packet loss yang paling tinggi pada pukul 08.00-12.00 yaitu 1,8 %
karena mengalami trafik yang padat sedangkan packet loss pada pukul 12.00-17.00
yaitu 1% karena trafik mulai renggang dan packet loss terendah pada pukul
17.00-21.00 yaitu 0% karena trafik yang rendah.
4.2.3 Throughput
Hasil pengujian untuk throughput menggunakan routing protokol RIP
dapat dilihat pada lampiran III. Nilai rata-rata throughput menurut Cisco Packet
Tracer 6.2 diperlihatkan pada Tabel 4.9 , Tabel 4.10 dan Tabel 4.11
Tabel 4.9 Pengujian Throughput pagi (08.00 – 12.00 WIB)
Uji
ke- Pengujian Jaringan
Besar data
Grafik 4.9 Pengujian Throughput pagi
Dari hasil pengujian throughput secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel
4.9 bahwa rata-rata throughputpada pagi hari diperoleh nilai 1475 kbps .
Tabel 4.10 Pengujian Throughput siang (12.00 – 17.00)
Uji
ke- Pengujian Jaringan
Besar data
(byte)
Waktu
max (ms)
Waktu
min (ms)
Throughput
(kbps)
1. 192.168.10.6 ke 192.168.5.4 256 956 2 268,34
2. 192.168.10.7 ke 192.168.5.8 256 162 2 1561
3. 192.168.10.8 ke 192.168.5.2 256 98 13 3011,76
4. 192.168.10.10 ke 192.168.5.3 256 97 10 2942,5
5. 192.168.9.1 ke 192.168.0.7 256 82 12 3657,14
6. 192.168.0.6 ke 192.168.9.2 256 93 2 2813,18
7. 192.168.0.4 ke 192.168.0.5 256 141 15 2031,7
Grafik 4.10 Pengujian Throughput siang
Dari hasil pengujian throughput secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel
4.10 bahwa rata-rata throughputpada siang hari diperoleh nilai 2326,5 kbps.
Table 4.11 Pengujian Throughput malam (17.00 – 21.00)
Uji
ke- Pengujian Jaringan
Besar data
(byte)
Waktu
max (ms)
Waktu
min (ms)
Throughput
(kbps)
1. 192.168.3.5 ke 192.168.0.1 256 86 15 3605,6
2. 192.168.5.5 ke 192.168.0.5 256 83 11 3555,5
3. 192.168.10.5 ke 192.168.3.3 256 107 14 2752,6
Throughput rata- rata (kbps) 3304,5
Grafik 4.11 Pengujian throughput malam
Dari hasil pengujian throughput secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel
Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter
throughputkeseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.12.
Table 4.12 Hasil Pengujian Untuk Throughput
Waktu ( WIB ) Throughput (kbps)
08.00 – 12.00 1475
12.00 – 17.00 2326,5
17.00 – 21.00 3304,5
Grafik 4.12 Hasil Pengujian Untuk Throughput
Dari hasil pengujian throughput yang secara keseluruhan diperlihatkan
pada Tabel 4.12 dapat dilihat kemampuan jaringan memiliki performa pukul
08.00-12.00 dengan nilai 1475 kbps hal ini disebabkan kepadatan trafik yang lebih
sibuk, sedangkan pukul 12.00-17.00 kemampuan jaringan dengan nilai 2326,6
kbps karena trafiknya mulai renggang dan pukul 17.00-21.00 kemampuan jaringan
sangat bagus dengan nilai 3304,5 kbps karena trafik yang rendah.
4.2.4 Hasil Analisa data di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT
Table 4.13 Data Percobaan Pagi (08.00-12.00 WIB)
4.14 Data Percobaan Siang (12.00-17.00 WIB)
Table 4.15 Data Percobaan Malam (17.00-21.00 WIB)
No Pengujian Jaringan Delay
(ms)
Packet loss (%)
Throughput (kbps) 1. 192.168.1.220 ke 192.168.1.252 0 0 256.000
4.3 Hasil Analisa Data Perbandingan 4.3.1 Delay
Dari data yang diperoleh, dengan menggunakan simulasi Cisco Packet
Tracer 6.2 dan pengambilan data langsung pada jaringan LAN di kantor SAT
No Pengujian Jaringan Delay
(ms)
Packet loss (%)
Throughput (kbps) 1. 192.168.1.103 ke 192.168.1.101 0 0 51.200
2. 192.168.1.103 ke 192.168.1.102 0 0 256.000
3. 192.168.1.103 ke 192.168.1.105 0 0 256.000
4. 192.168.1.103 ke 192.168.1.108 0 0 256.000
5. 192.168.1.103 ke 192.168.1.109 0 0 256.000
6. 192.168.1.103 ke 192.168.1.110 0,3 0 2.285,7
Rata rata 0,05 0 179.580,95
No Pengujian Jaringan Delay
BRIMOB POLDA SUMUT, maka diperoleh data perbandingan delay yang
ditunjukan pada Tabel 4.15.
Tabel 4.16 Perbandingan delay pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT
BRIMOB POLDA SUMUT
Waktu ( WIB )
Delay (ms)
Cisco Packet Tracer SAT BRIMOB
08.00 – 12.00 0,415 0,05
12.00 – 17.00 0,30 0
17.00 – 21.00 0,29 0
Rata-rata 0,33 0,016
Grafik 4.13 Perbandingan Delay pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT
BRIMOB POLDA SUMUT
Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada
Grafik 4.13, delay yang paling lama pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT
terjadi padapukul 08.00-12.00 WIB yaitu 0,05 ms . Hal ini dikarenakan trafik
yang padat. Nilai ini akan turun seiring dengan semakin rendahnya trafik jaringan
yaitu 0 mspada pukul 12.00-17.00 WIB dan pukul 17.00-21.00 WIB. Begitu juga
nilai Delay pada simulasi Ciso Packet Tracer 6.2yang sudah dijelaskan pada sub
bab sebelumnya. Dari hasil kedua percobaan diatas diperoleh nilai rata-rata untuk
simulasi Cisco Packet Tracer6.2dan 0,016 ms untuk aplikasi langsung di kantor
SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan kualitas jaringan LAN pada
kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT sangat baik.
4.3.2 Packet Loss
Dari data yang diperoleh, dengan menggunakan simulasi Cisco Packet
Tracer 6.2 dan pengambilan data langsung pada jaringan LAN di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT , maka diperoleh data perbandingan packet loss yang
ditunjukan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.17 Perbandingan Packet Loss pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT
BRIMOB POLDA SUMUT
Waktu ( WIB )
Packet Loss (%)
Cisco Packet Tracer SAT BRIMOB
08.00 – 12.00 1,8 0
12.00 – 17.00 1 0
17.00 – 21.00 0 0
Rata-rata 0,93 0
Grafik 4.14 Perbandingan Packet loss pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT
BRIMOB POLDA SUMUT
Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada
Grafik 4.14 packet loss untuk pengujian di kantor SAT BRIMOB POLDA
menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer 6.2 yang cenderung menurun
dikarenakan trafik yang semakin rendah seperti yang telah dijelaskan pada sub bab
sebelumnya.Dari hasil kedua percobaan diatas diperoleh nilai rata-rata packet loss
yang terjadi setiap harinya yaitu 0,93% untuk percobaan menggunakan simulasi
Cisco Packet Tracer6.2dan 0% untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa kualitas jaringan LAN pada kantor
SAT BRIMOB POLDA SUMUT tergolong sangat baik.
4.3.3 Throghput
Dari data yang diperoleh, dengan menggunakan simulasi Cisco Packet
Tracer 6.2 dan pengambilan data langsung pada jaringan LAN di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT , maka diperoleh data perbandingan throughput yang
ditunjukan pada Tabel 4.17
Tabel 4.18 Perbandingan Throughput pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT
BRIMOB POLDA SUMUT
Waktu ( WIB )
Throughput(kbps)
Cisco Packet Tracer SAT BRIMOB
08.00 – 12.00 1475 179.580
12.00 – 17.00 2326,5 256.000
17.00 – 21.00 3304,5 256.000
Grafik 4.15 Perbandingan Throughput pada Cisco Packet Tracer 6.2dan kantor SAT
BRIMOB POLDA SUMUT
Dari hasil pengujian throughput yang secara keseluruhan diperlihatkan
pada Grafik 4.15 dapat dilihat kemampuan jaringan kantor SAT BRIMOB POLDA
SUMUT memiliki performa yang sangat baik yaitu dengan nilai 179. 580 kbps
atau 179 Mbps pada pukul 08.00-12.00 WIB, hal ini disebabkan kepadatan trafik
yang lebih sibuk. Sedangkan pukul 12.00-17.00 WIB kemampuan jaringan SAT
BRIMOB POLDA SUMUT naik dengan nilai 256.000 kbps atau 256 Mbps
diakrenakan trafiknya mulai renggang. Begitu juga pukul 17.00-21.00 WIB
kemampuan jaringan sangat bagus dengan nilai 256.000 kbps atau 256 Mbps
karena trafik yang rendah. Begitu juga untuk nilai throughput pada simulasi Cisco
Packet Tracer 6.2 yang naik apabila trafik semakin rendah seperti yang ditunjukan pada sub bab sebelumnya, namun nilainya tidak sebagus pada kondisi asli
dilapangan pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Dari hasil kedua
percobaan diatas ,diperoleh nilai rata-rata throughput yang terjadi setiap hari yaitu
2368,6 kbps untuk percobaan menggunakan simulasi Cisco Packet Tracer dan
230.526,6 kbps untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA
SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa kualitas jaringan LAN pada kantor SAT
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan simulasi jaringan dan aplikasi langsung di kantor SAT
BRIMOB POLDA SUMUT yang telah dilakukan pada Tugas Akhir ini, maka
dapat diambil kesimpulan yakni sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata delay yang
terjadi setiap hari yaitu 0,33 ms untuk percobaan menggunakan simulasi
Cisco Packet Tracer dan 0,016 ms untuk aplikasi langsung di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan kualitas jaringan LAN
pada kantor SAT BRIMOP POLDA SUMUT sangat baik.
2. Dari hasil pengujian secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata packet loss
yang terjadi setiap hari yaitu 0,93% untuk percobaan menggunakan
simulasi Cisco Packet Tracer dan 0% untuk aplikasi langsung di kantor
SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa kualitas
jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT tergolong
sangat baik.
3. Dari hasil pengujian secara keseluruhan diperoleh nilai rata-rata throughput
yang terjadi setiap hari yaitu 2368,6 kbps untuk percobaan menggunakan
simulasi Cisco Packet Tracer dan 230.526,6 kbps untuk aplikasi langsung
di kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT. Hal ini menunjukan bahwa
kualitas jaringan LAN pada kantor SAT BRIMOB POLDA SUMUT
5.2 Saran
Berdasarkan simulasi jaringan yang telah dilakukan pada Tugas Akhir ini, maka dapat diambil kesimpulan yakni sebagai berikut :
1. Untuk Tugas Akhir selanjutnya dapat dilakukan menggunakan beberapa
jenis routing yang lain.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Pengertian Jaringan Komputer
Jaringan adalah kumpulan dari beberapa perangkat yang terkoneksi oleh
sebuah media pengiriman data, mekanisme yang memungkinkan perangkat yang
terdistribusi dan penggunanya untuk saling berkomunikasi dan berbagi sumber
daya. Suatu perangkat dapat berupa komputer, smartphone, printer, scanner
maupun perangkat keras lainnya yang dapat mengirim dan atau menerima data dari
perangkat keras lainnya yang terhubung di dalam jaringan. Jaringan komputer bisa
juga merupakan dua atau lebih komputer yang saling terkoneksi untuk dapat bisa
melakukan suatu pekerjaan organisasi. Dua komputer dikatakan saling terkoneksi
apabila keduanya dapat saling bertukar informasi atau data. Jaringan komputer saat
ini terdapat beberapa kategori, dimana ada jaringan yang hanya digunakan di
dalam satu ruangan sampai jaringan untuk saling bertukar informasi antar gedung
ataupun antar kota. Biasanya jaringan-jaringan tersebut saling terkoneksi untuk
membentuk jaringan komputer yang lebih besar, dan terhubung dengan internet
yang merupakan contoh dari sebuah jaringan yang paling dikenal.
Kebanyakan jaringan sekarang menggunakan processing terdistribusi,
dimana sebuah pekerjaan dilakukan dengan dibagi atas beberapa komputer. Di
dalam terdapat sebuah mesin utama yang bertanggung jawab atas semua aspek dari
sebuah proses, komputer lainnya akan menangani sebuah subnet. Sebuah jaringan
bisa dikatakan efektif apabila memenuhi beberapa kriteria. Beberapa diantaranya
yang dianggap paling penting adalah performance, reliability, dan security[3].
Performance di sini adalah waktu yang diperlukan sebuah pesan untuk sampai di tempat tujuan dari tempat asal pesan tersebut (transittime) dan waktu
yang terpakai pada saat melakukan permintaan sampai permintaan tersebut
direspon (response time). Performa dari sebuah jaringan tergantung dari beberapa
faktor, diantaranya adalah jumlah pengguna dari jaringan tersebut, media transmisi
yang digunakan pada jaringan, kapabilitas dari perangkat keras yang terkoneksi,
akurasi dari sebuah jaringan dapat lebih optimal, network reliability dapat diukur
dengan frekuensi jaringan yang gagal, waktu yang terpakai oleh sebuah link yang
rusak agar kembali bekerja dengan baik.
Sedangkan security (keamanan)diperlukan di dalam sebuah jaringan untuk
menjaga data dari akses yang tidak dikenal, mengamankan data dari serangan dan
manipulasi, menjaga implementing policies dan prosedur-prosedur untuk
mengembalikan data yang hilang [3] .
2.2 Jenis-Jenis Jaringan Komputer
Jenis jaringan berdasarkan jarak terbagi tiga yaitu Local Area Network
(LAN), Metropolitan Area Network (MAN) dan Wide Area Network (WAN) [4].
2.2.1Local Area Network(LAN)
Local Area Network (LAN) merupakan suatu jaringan komputer yang menghubungkan suatu komputer dengan komputer lain untuk pemakaian
bersamaan dengan jarak yang terbatas. LAN memungkingkan user untuk berbagai
akses file yang sama dan membentuk komunikasi internal serta pemakaian
bersama perangkat elektronik seperti printer dan scan sehingga lebih efisien.
Gambar 2.1 merupakan topologi jaringan LAN [4].
Setiap personal computer (PC) yang menggunakan LAN membutuhkan
Network interface Card (NIC). Card ini berfungsi untuk memindahkan data dari PC ke jaringan dan jaringan ke PC. Ukuran LAN dapat ditentukan dengan
pembatasan jumlah user per software, atu dengan pembatasan jumlah pengguna
untuk mengakses sistem operasi. Selain ukuran, LAN dibedakan dari jenis jaringan
lainnya oleh media transmisi dan topologi, secara umum, LAN tertentu akan
menggunakan hanya satu media transmsi. Dan secara khusus, LAN memiliki
jangkauan kecepatan data sebesar 4-16 Mbps, akan tetapi sangat umum untuk
LAN untuk memilik kecepatan data sebesar 100 Mbps.
Biasanya, LAN menggunakan pendekatan jaringan broadcast lebih dari
pada pendekatan switching. Dengan broadcast communication network, tidak ada
node-node penengah padamasing-masing station terdapat sebuah transmiter/receiver yangmenghubungkan media dengan station lain. Sebuah transmisi dari suatu station disiarkan dan diterima oleh semua station-station
lain.Data biasanya ditransmisikan dalam bentuk paket.
2.2.2 Metropolitan Area Network (MAN)
Metropoloitan Area Network (MAN) adalah jaringan dengan ukuran berada di antara LAN dan WAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang
letaknya berdekatan atau juga antar kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pribadi (swasta) atau umum.
MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan
dengan jaringan televisi kabel. MAN adalah suatu rangkaian geografi yang luas
gabungan dari beberapa LAN dan WAN pada suatu lokasi kepada satu LAN dan
WAN pada lokasi yang lain dengan penyambungakn kepada backbone yang
dijalankan oleh standar telekomunikasi Jaringan MAN mampu mencapai antara 10
hingga 50 km.
Keunggulan dari MAN itu sendiri, MAN dapat mentransfer data dengan
berkecepatan tinggi, yang dapat menghubungkan berbagai lokasi contoh seperti
dari MAN itu sendiri biaya operasi mahal, rumitnya jika terjadi trouble jaringan
(network trouble shooting).Gambar 2.2 merupakan topologi jaringan MAN [4].
Gambar 2.2 Topologi jaringan MAN
2.2.3 Wide Area Network (WAN)
Wide Area Network (WAN) merupakan jaringan komputer jarak jauh untuk transmisi data, gambar, audio dan informasi video melalui area geografis yang
besar yang mungkin terdiri dari suatu negara, sebuah benua, atau bahkan seluruh
dunia. Gambar 2.3 merupakan topologi jaringan WAN [4].
Biasanya, WAN diimplementasikan menggunakan satu dari dua teknologi
iniCircuit Switching dan Packet switching.Circuit Switching merupakan jalur
komunikasi yang tepat di bangun diantara dua station melewati node atau
persimpangan jaringan. Jalur yang dimaksud adalah suatu rangkain jaringan fisik
yang terhubung diantara node. Pada masing-masing jaringan, suatu logical channel
dimasukkan kedalam proses koneksi ini. Data yang dikirimkan oleh sumber station
ditransmisikan sepanjang jalur yang tepat secara mungkin. Pada setiap node, data
yang masuk diarahkan atau dialihkan ke channel keluar yang tepat tanpa
mengalami penundaaan sama sekali. Contoh yang paling umum dalam hal circuit
switching adalah jaringan telepon.
Untuk jaringan packet switching menggunakan pendekatan yang berbeda.
Dalam hal ini, tidak perlu menggunakan kapasitas transmisi sepanjang jalur
melewati jaringan. Cukup dengan data dikirim keluar dengan menggunakan
rangkaian potongan-potongan kecil secara berurutan, yang disebut packet.
Masing-masing packet melewati jaringan dari suatu node ke node yang lain sepanjang jalur
yang membentang dari sumber ke tujuan pada setiap node, seluruh packet diterima,
disimpan dengcan cepat, dan ditransimisikan kenode berikutnya. Jaringan packet
switching umumnya dipergunakan untuk komunikasi dari terminal ke komputer dan komputer ke komputer [4].
2.3 TopologiJaringan
Topologi jaringan merupakan tampilan fisik jaringan yang menggambarkan
penempatan komputer-komputer di dalam jaringan dan bagaimana kabel ditarik
untuk menghubungkan komputer-komputer tersebut. Berikut adalah jenis-jenis
topologi jaringan [4].
2.3.1 Topologi Bus
Topologi ini merupakan bentangan satu kabel yang kedua ujungnya
ditutup, dimana sepanjang kabel terdapat node-node.Topologi bus menggunakan
sebuah kabel backbone dan semua host terhubung langsung pada kabel tersebut
• Node dihubungkan secara serial sepanjang kabel dan pada kedua ujung kabel ditutup dengan terminator.
• Sangat sederhana dalam instalasi dan biaya lebih murah.
• Apabila salah satu node rusak, maka keseluruhan jaringan akan lambat, sehingga node tidak berkomunikasi dalam jaringan [4].
Topologi Bus ditunjukkan pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Topologi Bus
2.3.2 TopologiRing
Topologi jaringan yang berupa lingkaran tertutup yang berisi node-node.
Signal mengalir dalam dua arah sehingga dapat menghindarkan terjadinya
collision, sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan data yang sangat cepat. Topologi Ring ditunjukkan pada Gambar 2.5
Semua komputer saling tersambung membentuk lingkaran (seperti bus
tetapi ujung-ujung bus disambung). Data yang dikirim diberi address tujuan
sehingga dapat menuju komputer yang dituju. Tiap komputer dapat diberi
repeater(transceiver) yang berfungsi sebagai:
• Listen State
Tiap bit dikirim kembali dengan mengalami delay waktu.
• Transmit State
Bila bit yang berasal dari paket lebih besar dari ring maka repeater akan
ring,repeater yang tengah memancarkan, menerima bit dari paket yang tidak dikirimnya harus menampung dan memancarkan kembali.
• Bypass State
Berfungsi untuk menghilangkan delay waktu dari stasiun yang tidak aktif.
Karakteristik topologi ring:
• Node dihubungkan secara serial disepanjang kabel dengan bentuk sepertilingkaran.
• Sangat sederhana
• Tipe kabel biasanya kabel UTP
• Paket data dapat mengalir dalam suatu arah (kiri atau kanan)
• Penggunaan sambungan point to point membuat transmission error dapat diperkecil.
• Jika salah satu node rusak maka seluruh node tidak bisa berkomunikasi dalam jaringan.
• Data yang dikirim bila melalui banyak komputer, transfer data menjadi lambat [4].
Gambar 2.5 Topologi Ring
2.3.3 Topologi Star
Topologi star menghubungkan semua komputer pada central atau
kabel – kabel network dari tiap workstasion, server atau perangkat lainnya [4].
Karakterisitik topologi star :
• Setiap node berkomunikasi langsung dengan hub
• Tipe kabel yang digunakan biasanya jenis UTP
• User dapat lebih banyak dibanding topologi bus, maupun ring.
• Akses ke station lain (client atau server) cepat.
• Dapat menerima workstation baru selama port di centralnode (hub/switch) tersedia.
• Bila setiap paket data yang masuk ke hub dibroadcast ke seluruh node yang terhubung sangat banyak (misalnya memakai hub 32 port), maka kinerja
akan semakin turun.
• Jika salah satu Ethernet card rusak, atau salah satu kabel pada terminal putus, maka keseluruhan jaringan masih tetap berkomunikasi tanpa adanya
gangguan.
Topologi Star ditunjukkan pada Gambar 2.6
Gambar 2.6 Topologi Star
2.3.4 Topologi Mesh
Topologi Mesh menghubungkan setiap komputer secara point-to-point
artinya semua komputer akan saling terhubung satu-satu sehingga tidak akan
dijumpai link yang putus. Topologi ini juga biasanya digunakan pada lokasi yang
• Pada topologi mesh tiap komputer yang terhubung langsung dengan komputer lain (peer to peer).
• Setiap komputer mempunyai jalur sendiri-sendri dengan komputer lain.
• Kerugian dari penggunaan topologi ini adalah menggunakan ethernet dan kabel yang banyak sehingga dibutuhkan biaya yang banyak.
• Dari pengguna topologi ini adalah apabila ada salah satu jalur pada komputer putus, makan komputer tersebut masih dapat berhubungan
dengan jalur yang lain.
Topologi Mesh ditunjukkan pada Gambar 2.7
Gambar 2.7 Topologi Mesh
2.3.5 Topologi Tree
Topologi Tree merupakan kombinasi karakteristik antara topologi star dan
topologi bus. Topologi terdiri atas kumpulan topologi star yang dihubungkan
dalam satu topologi bus sebagai backbone, komputer-komputer dihubungkan ke
Gambar 2.8 TopologiTree Karakteristik topologi tree :
• Lebih mudah dikembangkan
• Jika terjadi kerusakan pada dalah satu node, maka hirarki di bawahnya juga akan mengalami kerusakan.
2.4 Perangkat Jaringan
Perangkat jaringan adalah semua komputer , peripheral, interface card dan
perangakat tambahan yang terhubung ke dalam sutu sistem jaringan komputer
untuk melakukan komunikasi data.
Membangun suatu jaringan, baik itu bersifat LAN (Local Area Network)
maupun WAN (Wide Area Network), kita membutuhkan media baik hardware
maupun software. Beberapa media hardware yang penting didalam membangun
suatu jaringan, seperti: kabel atau perangkat Wi-Fi, ethernet card, hub atau switch,
repeater, bridge atau router, dll. Berikut adalah penjelasan masing-masing perangkat [4].
2.4.1 Server
Server merupakan pusat kontrol dari jaringan komputer. Biasanyaberupa komputer berkecepatan tinggi dengan kapasitas RAM yang besar dan memiliki
2.4.2 Workstation
Semua komputer yang terhubung dengan jaringan dapat dikatansebagai
workstation. Komputer ini yang melakukan akses ke serverguna mendapat layanan yang telah disediakan oleh server[4].
2.4.3 Network Interface Card (NIC)
NIC sering disebut Ethernet Card, digunakan untuk menghubungkan
sebuah komputer ke jaringannya. NIC memberikan suatu koneksi fisik antara kabel
jaringan dengan bus internal komputer [4].Modul Network Interface Card (NIC)
ditunjukkan pada Gambar 2.9
Gambar 2.9 Modul Network Interface Card (NIC)
2.4.4 HUB
Alat ini disebut juga reapeater hub merupakan komponen jaringan yang
digunakan di dalam jaringan 10Mbps tradisional untuk menghubungkan
komputer-komputer dalam jaringan skala kecil (LAN). Pada perangkat hub, semua anggota
jaringan yang terhubung dengan perangakat ini melakukan transmisi data pada
jaringan (collision domain). Ini berarti, jika lebih dari satu komputer mengirim
data ke jaringan secara bersamaan, maka tidak satupun komputer yang dapat
memanfaatkan 100% bandwidth jaringan yang tersedia [4]. HUB ditunjukan pada
Gambar 2.10 HUB 2.4.5 Switch
Switch adalah device sederhana yang juga berfungsi untukmenghubungkan multiple komputer. Switch memang identikdengan hub, tetapi switch lebih cerdas dan memiliki performatinggi dibanding hub.Secara tipikal berikut kelebihan dari
switch :
• Mampu menginspeksi paket-paket data yang mereka terima
• Mampu menentukan sumber dan tujuan paket yang melaluinya
• Mampu mem-forward paket-paket dengan tepat.
Switch terbagi menjadi dua tipe utama; switch layer-2 dan layer-3.Switch layer-2 bekerja pada layer datalink model OSI danberdasarkan teknologi
bridging.Switch tipe ini membangun koneksilogika antar port berdasarkan pada alamar MAC.Switch layer-3 beroperasi pada layer-3 dari OSI model
danberdasarkan teknologi routing. Switch seperti ini membangunkoneksi logika
antar port berdasarkan alamat jaringan. Switch-switch ini dapat digunakan untuk
menghubungkan jaringan-jaringan yang berbeda dalam suatu internetwork. Switch
ini kadang disebut switch routing atau switch multilayer[4].Switch ditunjukkan
Gambar 2.11 Switch
2.4.6 Router
Router adalah perangkat jaringan yang digunakan untuk menghubungkan satu jaringan dengan jaringan lainnya untuk mendapatkan route (jalur) terbaik.
Router dapat memperkuat sinyal, mengkonsentrasikan beberapa koneksi, melakukan konversi format transmisi data, dan mengatur transfer data. Selain itu
router juga bisa melakukan koneksi ke WAN sehingga dapat menghubungkan LAN yang terpisah jauh. Router bekerja pada layer network dari model OSI untuk
memindahkan paket-paket antar jaringan menggunakan alamat logikanya. Router
memliki table routing yang melakukan pencatatan terhadap semua alamat jaringan
yang diketahui dan lintasan yang mungkin dilalui serta waktu tempuhnya.
Router bertugas melakukan routing paket data dari souce ke destination pada LAN, dan menyediakan koneksi ke WAN. Dalam lingkungan LAN, router
membatasi broadcast domain, menyediakan layanan Local address resolution
seperti ARP (Address Resolution Protocol) dan RARP (Reverse Address
Resolution Protocol). Dan membagi network dengan menggunakan struktur subnetwork[4].Router ditunjukkan pada Gambar 2.12
2.5 Internet Protokol Versi 4 (IPv4)
IP Address merupakan pengenal yang digunakan untuk memberi alamat pada tiap-tiap komputerdalam jaringan. Format IP address adalah bilangan 32 bit
yang tiap 8 bit-nya dipisahkan oleh tandatitik. Adapun format IP Address dapat
berupa bentuk‘biner’ (xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx dengan x
merupakan bilangan biner 0 atau 1). Ataudengan bentuk empat bilangan desimal
yang masing-masing dipisahkan oleh titik, bentuk ini dikenaldengan ‘dotted
decimal’ (xxx.xxx.xxx.xxx adapun xxx merupakan nilai dari 1 oktet yang berasal dari8 bit).Dikenal dua cara pembagian IP Address, yakni: classfull dan classless
addressing[5].
2.5.1 Classfull Addressing
Classfullmerupakan metode pembagian IP address berdasarkan kelas, dimana IP address (yangberjumlah sekitar 4 milyar) dibagi kedalam lima kelas
yaitu [5] :
Kelas A
Format : 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama : 0
Panjang NetID : 8 bit
Panjang HostID: 24 bit
Byte pertama : 0-127
Jumlah : 126 Kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
Jumlah IP : 16.777.214 IP Address disetiap Kelas A
Dekripsi : Diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yangbesar
Kelas B
Format : 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Panjang NetID : 16 bit
Panjang HostID: 16 bit
Byte pertama : 128-191
Jumlah : 16.384 Kelas B
Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai 191.255.xxx.xxx
Jumlah IP : 65.532 IP Address pada setiap Kelas B
Deskripsi : Dialokasikan untuk jaringan besar dan sedang
Kelas C
Format : 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh
Bit pertama : 110
Panjang NetID : 24 bit
Panjang HostID : 8 bit
Byte pertama : 192-223
Jumlah : 2.097.152 Kelas C
Range IP : 192.xxx.xxx.xxx s/d 223.255.255.xxx
Jumlah IP : 254 IP Address pada setiap Kelas C
Deskripsi : Digunakan untuk jaringan berukuran kecil
Kelas D
Format : 1110mmmm.mmmmmmm.mmmmmmm.mmmmmmm
Bit pertama : 1110
Bit multicast : 28 bit
Byte inisial : 224-247
Deskripsi : Kelas D digunakan untuk keperluan IPmulticasting
Kelas E
Format : 1111rrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr
Bit pertama : 1111
Bit cadangan : 28 bit
Deskripsi : Kelas E dicadangkan untuk keperluan eksperimen.
2.5.2 Classless Addressing
Metode classless addressing(pengalamatan tanpa kelas) saat ini mulai
banyak diterapkan, yaknidengan pengalokasian IP Address dalam notasi Classless
Inter Domain Routing (CIDR). Istilah lainyang digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk suatu jaringan secara lebihspesifik, disebut juga dengan Network Prefix.
Biasanya dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address
digunakan tanda garis miring(Slash) “/”, diikuti dengan angka yang menunjukan
panjang network prefix ini dalam bit.
Misalnya, ketika menuliskan network kelas A dengan alokasi IP
12.xxx.xxx.xxx, network prefixnyadituliskan sebagai 12/8. Angka /8 menunjukan
notasi CIDR yang merupakan jumlah bit yangdigunakan oleh network prefix,
yangberarti netmask-nya 255.0.0.0 dengan jumlah maksimum hostpada jaringan
sebanyak 16.777.214 node.
Contoh lain untuk menunjukan suatu network kelas B 167.205.xxx.xxx
digunakan: 167.205/18.Angka /18 merupakan notasi CIDR, yang berarti netmask
yang digunakan pada jaringan ini adalah255.255.192.0 dengan jumlah maksimum
host pada jaringan sebanyak 16.382 node[5].
2.5.3 Pengalokasian IP address
IP Address terdiri atas dua bagian yaitu network ID dan host ID. Network ID menunjukkan nomornetwork, sedangkan hostID meng-identifkasi-kan host
dalam satu network. Pengalokasian IP addresspada dasarnya ialah proses memilih
network ID dan host ID yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat atau tidaknya konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengalokasikan
IP address se-efisien mungkin [5].
Terdapat beberapa aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID
• Network ID 127.0.0.1 tidak dapat digunakan karena ia secara default digunakan dalam keperluan‘loop-back’. (‘Loop-Back’ adalah IP address
yang digunakan komputer untuk menunjuk dirinyasendiri).
• Host ID tidak boleh semua bitnya diset 1 (contoh klas A: 126.255.255.255), karena akandiartikan sebagai alamat broadcast. ID broadcast merupakan
alamat yang mewakili seluruhanggota jaringan. Pengiriman paket ke alamat
ini akan menyebabkan paket ini didengarkan olehseluruh anggota network
tersebut.
• Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0 (seluruh bit diset 0 seperti 0.0.0.0), karena IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai
alamat network. Alamat network adalah alamat yangdigunakan untuk
menunjuk suatu jaringan, dan tidak menunjukan suatu host.
• Host ID harus unik dalam suatu network (dalam satu network, tidak boleh ada dua host denganhost ID yang sama)
2.6 Routing Protocol
Routing adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya sehingga menjadi rute tertentu. Untuk melakukan
routing dalam suatu jaringan, kita membutuhkan suatu alat yang disebut router yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari sebuah jaringan ke jaringan
yang lainnya sehingga host-host yang ada pada suatu jaringan bisa berkomunikasi
dengan host-host yang ada pada jaringan yang lain.
Routing Protocol adalah protocol yang digunakan dalam dynamic routing. Routing protocol mengizinkan router-router untuk berbagi informasi tentang jaringan dan koneksi antar router.Agar router dapat mengetahui bagaimana
meneruskan paket-paket ke alamat yang dituju dengan menggunakan jalur yang
baik, router menggunakan peta atau tabel routing.Secara umum ada dua jenis
algoritma yang digunakan oleh protokol routing, yaitu :
1. Distance vector
Klasifikasi algoritma routing protocoldiperlihatkan pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Klasifikasi algoritma routing protocol
Routing distance vector bertujuan untuk menentukan arah atau vector dan jarak ke link-link lain dalam suatu internetwork. Informasi routing hanya diperoleh
dari router terdekat (tetangganya). Contohnya RIP (Routing Information
Protocol),IGRP (Interior Gateway Routing Protocol), EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol), BGP (Border Gateway Protocol) [6] .
Protokol routing distance vector biasanya menggunakan sebuah algoritma
routing dimana setiap router secara periodik mengirimkan update routing kepada semua tetangga (neighbor) dengan cara mem-broadcast seluruh isi tabel routing.
Protocol distance vector diperlihatkan pada Gambar 2.14
2.6.1 Algoritma Protokol Routing
Di dalam sebuah router terdapat protokol yang menjalankan router tersebut
dan setiap protokol memiliki algoritma masing-masing dalam pencarian rute
terpendek dalam mengirim informasi atau data [7]. Adapun algoritma protokol
routing diperlihatkan seperti gambar 2.15.
Gambar 2.15 Algoritma Protokol Routing 2.6.2 Routing Information Protocol (RIP)
Routing Infotmation Protocol (RIP) adalah sebuah protokol di dalam routing jaringan untuk mencari rute terbaik saat informasi atau data dikirim di dalam routing jaringan komputer. Protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior
Gateway Protocol (IGP) dan mendukung Variabel Length Subnet Mask (VLSM). Routing Information Protocol (RIP) memungkinkan sebuah perangkat untuk saling bertukar informasi tentang jaringan yang saling terhubung. RIPmenghitung rute
terbaik dalam meneruskan informasi dan perhitungan tersebut didasarkan pada
banyaknya jumlah hop ke jaringan tujuan. RIPtidak akan menangani jumlah hop
yang melebihi 15 hop. Apabila jaringan tujuan melebihi 15 hop maka jaringan
dianggap jauh [7]. Update tabel routing pada protokol RIP dilakukan setelah
interval waktu yang tetap, umumnya setelah setiap 90 detik. Setiap router akan
menjaga tabel routing dengan mengirimkan update berkala untuk dapat
RIP merupakan routing protokol yang paling mudah untuk dikonfigurasi. RIP memiliki 3 versi yaitu :
1. RIPv1
Spesifikasi asli versi RIP yang pertama, didefinisikan dalam RFC 1058,
classfull menggunakan routing. Update routing periodik pada versi ini tidak membawa informasi subnet kemudian kurang mendukung untuk Variable Length
Subnet Mask (VLSM). Keterbatasan dari versi ini tidak dapat memiliki subnet berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain, semua
subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama dan juga tidak ada
dukungan untuk router otentikasi sehingga membuat versi ini rentan terhadap
berbagai serangan.
2. RIPv2
Kekurangan yang terdapat di dalam spesifikasi RIP asli, RIP versi 2
(RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada tahun 1998.
Kemampuan dari protokol RIP versi ini yaitu mampu membawa informasi subnet,
sehingga mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR) dan juga
mendukung Variable Length Subnet Mask (VLSM). Untuk menjaga
kompatibilitas, maka batas hop masih tetap sampai 15 hop. RIPv2 memiliki
fasilitas yang sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal yaitu RIPv1. Upaya
dalam menghindari terjadinya beban host yang tidak perlu dan host yang tidak
berpartisipasi pada routing. RIPv2 dengan fiturnya akan me-multicast seluruh tabel
routing ke semua tabel routing yang berdekatan. Di dalam protokol versi ini,
pengalamatan menggunakan unicast masih boleh dipergunakan untuk aplikasi
khusus.
3. RIPng
RIP Next Generation (RIPng), yang didefinisikan dalam RFC 2080, adalah
perluasan dari RIPv2 untuk mendukung IPv6, generasi Internet Protocol
RIPmerupakan routing protocol yang paling mudahuntuk di konfigurasi.RIP memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. RIP menggunakan metode Triggered Update yaitu memiliki timer untuk
mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing.
Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router
tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan
tersebut (triggered update).
2. Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil
yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link
jaringan.
Selain itu, RIP juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:
1. Protokol ini hanya dapat mengirim paket data atau informasi hanya sampai
15 hop, jika paket data atau informasi yang dikirim berada pada hop 16