• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Produksi Bibit Jati Plus Perhutani di Kph Blitar

A. Penentuan Lokasi

4. Tahapan Produksi Bibit Jati Plus Perhutani di Kph Blitar

a. Pemeliharaan di Bedeng Induksi Akar

Selama bibit berada dalam bedeng induksi akar, kelembapan harus

dipertahankan 79 – 83% dan suhu dalam bedeng induksi akar sekitar 40

– 500C. dengan cara setelah penyiraman, plastik sungkup harus segera

ditutup lagi rapat – rapat hingga udara tidak dapat kluar masuk / kedap

udara. Udara yang masuk dapat membuat bibit yang belum berakar layu.

Sungkup harus selalu bersih dari lumut dan kotoran agar cahaya matahari

yang masuk tidak terhalangi.

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore dengan cara

penyiraman sistem pengkabutan, namun jika kondisi media terlalu lembab

penyiraman cukup dilakuakn 1 kali. Kecepatan berakarnya bibit

tergantung kualitas pucuk dan kondisi lingkungan. Pengamatan dilakukan

setiap hari selama 2 bulan, sebab setelah berumur 2 minggu bibit sudah

mulai ada yang berakar, 1 minggu setelah keluarnya akar bibit diberi

Ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi bibit jati sebelum

memasuki bedeng aklimatisasi. Yaitu antara lain sudah berakar, bibit tidak

layu saat di buka sungkupnya secara bertahap / terkena udara terbuka,

bibit yang berda didalam bedeng induksi akar selama 2 bulan lebih tidak

berakar dianggap gagal, bibit tidak mati / busuk, bibit sehat tidak

terserang fungi. Biasanya penyebab kegagalan bibit di tahap ini adalah

pemilihan pucuk dan perlakuan sebelum tanam yang kurang tepat, media

yang kurang bagus sehingga menyebabkan bibit terserag nematoda dan

fungi, kelembapan yang berlebihan sehingga mengakibatkan

pembusukan pada bakal bibit.

Pemeliharaan lain yang harus dilakukan saat bibit dibedeng induksi

akar adalah penyiangan gulma dan pembersihan daun layu / busuk serta

bibit yang mati dikeluarkan dari bedeng induksi akar, media bekas bibit

yang mati tidak boleh langsung digunakan / ditanami pucuk yang baru.

Media bekas dapat digunkan lagi dengan syarat media tersebut

diseterilisasikan dengan cara dijemur dan diberi fungisida. Setelah 2

bulan bibit dapat dipindahkan di bedeng aklimatisasi.

b. Pemeliharaan di Bedeng Aklimatisasi

Di bedeng aklimatisasi plastik sungkup dibuka secara bertahap selama

kurang lebih 2 minggu dengan tujuan agar bibit dapat menyesuaikan diri

dengan kondisi luar, selama proses adaptasi yang berlangsung selama 2

minggu bibit yang masih strees atau daun nya layu langsung dipindahkan

kembali ke bedeng induksi akar.

Penyiraman dilakukan dua kali sehari dengan percikan air yang halus,

kemudian bibit dipupuk daun Kristalon dengan dosis 2 g / liter air. Satu

plc, Pemupukan dilakukan 3 hari sekali. Selain pemupukan penyianggan

gulma dan daun yang kering juga perlu dilakukan.

Bibit diseleksi setiap hari selama 2 minggu perawatan dalam bedeng

aklimatisasi. Bibit yang berdaun hijau dan segar, tidak layu saat sungkup

dibuka sempurna, tidak cacat akibat serangan hama dan penyakit,

perakaran sudah merata dan kuat, tidak layu atau busuk pada bagian

akar nya. bibit yang telah terseleksi kemudian di pindahkan ke shading

area.

c. Pemeliharaan di Shading Area atau Dibawah Naungan.

Pemeliharaan di shading area dilakukan selama 2 minggu sebelum di

pindah di open area / areal terbuka, di shading area KPH Blitar bibit

dinaungi dengan pohon jati yang berusia 2 tahun di kanan kiri nya

sehingga intensitas cahaya hanya sekitar 30% saja, tujuan dari

pemeliharaan di shading area ini adalah untuk melatih bibit jati terkena

paparan cahaya matahari secara langsung di area terbuka.

Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari selama 2 minggu, untuk

menghindari akar menembus ketanah di KPH Blitar bibit dialasi dengan

plastik bagian bawahnya, bibit diatur sedemikian rupa hingga membentuk

bujursangkar tiap – tiap bujursangkar berisi 130 plc bibit, sedangkan jarak

antar bujursangkar 24 cm. Bibit dipupuk daun kristalon dengan dosis 2 g /

liter air. Satu tangki sprayer berkapasitas 14 liter, diperlukan 28 g pupuk

untuk 2.500 plc, Pemupukan dilakukan 3 hari sekali. Selain itu perlu

dilakukan pemberian insektisida dan nematisida karena bibit sudah

diletakan di area terbuka sehingga rawan terserang hama dan penyakit.

Karena media yang terkikis akibat penyiraman selama di bedeng induksi

akar hingga di shading area maka penambahan media juga perlu

merupakan jati yang cepat pertumbuhan nya maka perlu di adakan

pemotongan pada daun dan disisakan 1/3 nya pada bibit yang ukurannya

lebih tinggi dari yang lain nya sebelum dipindah di open area. Hal ini

bertujuan agar mengurangi penguapan dan menghambat pertumbuhan

agar bibit memiliki tinggi yang seragam, selain tinggi tanaman

penyeleksian juga dilakukan pada bibit yang kerdil, perakaran yang tidak

normal, cacat terserang hama dan penyakit, daun kering karena

penguapan berlebihan dan mati pucuk.

Bibit yang memiliki tinggi seragam, tidak kerdil, memiliki perakaran

yang tidak cacat, bibit sehat tidak cacat terserang hama maupun penyakit,

daun tidak kering atau layu serta tidak mati pucuk. Dapat segera

dipindahkan ke open area.

d. Pemeliharaan bibit stek pucuk di Open area atau di area terbuka.

Pemeliharaan di open area dimaksudkan untuk menyesuaikan bibit

Jati Plus Perhutani (JPP) dengan kondisi di lokasi tempat penanaman

atau agar waktu ditanam bibit tidak stress atau mati, bibit jati tidak diberi

naungan baik berupa shading net atau pohon pelindung selain itu di open

area juga merupakan tempat penyeleksian bibit jati yang dinyatan sesuai

setandart atau tidak di KPH Blitar bibit dipelihara di open area hanya

selama 4 - 6 minggu setelah itu bibit di distribusikan. Bibit yang sesuai

standart selanjutnya akan distribusikan untuk penanaman tegakan pohon

jati baru di perhutani dan sebagian ada yang dipasarkan. Untuk

pemeliharaan bibit di open area terdiri dari : penyiraman, penegakan

batang, pemupukan, pengurangan daun dan seleksi bibit, penyiangan,

penambahan media.

khusus pada bibit jati hasil stek pucuk yang miring atau bengkok pada

usia 10 hari di open area, pada dasar nya jati plus perhutani memiliki sifat

yang terus tumbuh lurus keatas jadi penegakan batang dapat dilakukan

dengan mudah, cukup dengan cara menekan media sedemikian rupa

sehingga bibit berdiri tegak lurus dan kokoh.

Pemupukan dibagi dalam duatahap yaitu pemupukan akar dan

pemupukan daun, Pemupukan akar adalah pemupukan yang

diaplikasikan pada akar, jenis pupuk yang digunakan adalah NPK,

pemberian pada saat bibit berumur 1 bulan dan diulangi pada umur 2

bulan dengan dosis 0,25 g per plc, pada musim kemarau pupuk diberikan

dalam bentuk cair pada media sebanyak 20 ml / plc namun apabila musim

penghujan pupuk dapat diberikan dalam bentuk butir sebanyak 2 butir di

lubang yang dibuat di kanan dan kiri tanaman dengan jarak kira – kira 1,5

cm, pemupukan harus dilakukan dengan cara hati – hati jangan sampai

terkena daun atau batang yang masih hijau karena dapat menimbulkan

gosong jika terkena daun atau batang segera dibilas dengan air.

Sedangkan pemupukan daun adalah pemupukan yang diaplikasikan pada

daun, jenis pupuk yang digunakan harus memiliki kandungan N yang

tinggi untuk memacu pertumbuhan tunas. Pupuk yang biasa digunakan

adalah Gandasil D, Kristalon, Growmore, dll untuk di KPH Blitar biasanya

menggunakan Kristalon. Dengan dosis 4 gram / liter atau setara dengan

3 sendok makan per tanki 14 liter untuk 7.500 plc. Penyemprotan

dilakukan dengan spreyer frekuensi pemberian saat bibit berusia 1

minggu di open area dan diulang seminggu sekali. Waktu pemberian

sebaiknya dilakukan setelah penyiraman pada pagi harisebelum pukul

Pengurangan daun dilakukan dengan menggunakan tangan (daun

dipetik) pada saat bibit sudah mencapai ketinggian 20 cm, yaitu saat daun

antar bibit saling menutupi dan daun terlalu banyak. Jumlah daun yang

ditinggalkan minimal 3 pasang, tujuan dari pengurangan daun adalah

untuk mengurangi persaingan dalam memperoleh cahya, mengurangi

penguapan yang berlebihan, mencegah serangan hama dan penyakit,

mempercepat pertumbuhan bibit yang tertekan, mempercepat

pembentukan kayu, mempercepat bentuk batang menjadi silindris,

penyiraman tidak terhalang oleh daun sehingga langsung ke media.

Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pengambilan daun yang gugur

atau kering.

Penyiangan dimaksudkan untuk menghilangkan gulma. Karena gulma

merupakan pesaing dalam memperoeh unsur hara, cahaya, dan air serta

bisa menjadi inang dari hama atau penyakit, penyiangan dilakukan secara

rutin tergantung dari keberadaan gulma itu sendiri. Di KPH Blitar

penyiangan gulma dilakukan 1 minggu sekali atau pada saat gulma mulai

banyak tumbuh.

Penambahan media dilakukan pada bibit yang medianya mengalami

pengikisan akibat penyiraman dan penyiangan hama, selain itu juga untuk

menambah unsur hara yang hilang, dan mempertahankan fungsinya

sebagai penopang berdirinya batang mengingat bibit hasil stek yang tak

memiliki akar tunjang sebagaimana yang dimiliki bibit hasil perbanyakan

secara generatif, di KPH Blitar proses penambahan media hanya

dilakukan bila ada bibit yang kekurangan media saja.

Pemangkasan akar dilakukan apabila akar telah keluar menembus

kompak tidak muda pecah, serta memudahkan pengangkutan bibit. Di

KPH Blitar Pemangkasan akar dilakukan 1 bulan sekali saat akar yang

keluar masi berbentuk serabut sehingga bibit tidak mudah stress.

Semakin besar akar yang tembus dan di pangkas menyebabkan bibit

semakin stress bahkan bisa mati. Jangan sampai kegiatan pemangkasan

akar bersamaan dengan pengangkutan bibit karena bibit akan stress,

setidaknya ada jarak waktu 1- 2 minggu.

Dokumen terkait