• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

2.1.4 Tahapan Sistem Pendukung Keputusan

Berdasarkan pernyataan dari Simon yang dikutip oleh (Latif et al., 2018), ada 3 fase dalam proses pengambilan, diantaranya sebagai berikut:

1. Penelusuran (Intelligence)

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari ruang lingkup problematika secara proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diprosess dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah.

2. Perancangan (Design)

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi menguji kelayakan solusi.

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Pemilihan (Choice)

Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

Berikut ini adalah gambar tentang arsitektur sistem pendukung keputusan :

Gambar 2.1 Prosedur Pengambilan Keputusan (sumber : (Latif et al., 2018)) 2.1.5 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Kusrini yang dikutip oleh (Wulandari, 2015), tujuan dari sistem pendukung keputusan adalah:

1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi terstruktur.

2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukan dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.

3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manager lebih dari perbaikan efesiensinya.

4. Kecepatan komputasi, komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya rendah.

5. Peningkatan produktifitas, membangun satu kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar bisa sangat mahal. Pendukung terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memungkinkan para anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbeda (hemat biaya perjalanan).

6. Dukungan kualitas, komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat.

7. Berdaya saing.

8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan.

2.1.6 Perbandingan Metode Sistem Pendukung Keputusan

Terdapat beberapa metode dalam penyelesaian sistem pendukung keputusan. Berikut beberapa metode yang menggunakan Multi Attribute Decision Making (MADM) (Achtar, 2015):

1. Analytical Hierarchy Process (AHP) 2. Simple Addative Weighting (SAW)

3. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)

Berikut tabel perbandingan beberapa metode SPK berdasarkan kelebihan dan kekurangannya (Achtar, 2015):

16

Tabel 2.1 Perbandingan Metode (Sumber : (Achtar, 2015))

METODE DESKRIPSI KELEBIHAN KEKURANGAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Suatu pendekatan dasar dalam pengambilan keputusan bertujuan untuk memilih pilihan terbaik dari sejumlah alternatif dengan mempertimbangkan beberapa kriteria.

1. Kesatuan (unity).

2. Kompleksitas (complexity).

3. Saling ketergantungan (interdepence).

4. Pengukuran (measurement).

5. Konsistensi (consistent).

6. Sintesis (synthesis).

7. Trade off.

8. Penilaian dan konsensus (judgement and consensus).

9. Pengulangan proses (process repetition)

1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya.

2. Tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.

SIMPLE ADDATIVE WEIGHTING (SAW)

Suatu metode yang menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah

1. Data penilaian yang diinput tidak berupa data crips, berbeda dengan metode Multi Attribute Decisoin Making (MADM) klasik lainnya dimana nilai input harus berupa data crips.

1. Mengabaikan fuzziness of executivess selama proses pengambilan keputusan.

2. Beberapa kriteria dapat memiliki struktur kualitatif atau memiliki

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

alternatif berdasarkan kriteria yang ditentukan.

2. Perhitungan pembobotan kriteria yang tidak terlalu rumit. memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif. Konsep ini banyak digunakan pada beberapa model MADM untuk menyelesaikan masalah keputusan secara praktis.

1. Konsep sederhana dan mudah dipahami.

2. Teknik komputasi efisien.

3. Memiiki kemampuan untuk mengatur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk matematis sederhana.

Harus adanya bobot yang ditetapkan dan dihitung terlebih dahulu.

18

2.2 Metode Simple Additive Weighting (SAW)

Metode Simple Additive Weighting (SAW) adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu. Metode simple additive weighting (SAW) sering juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua kriteria.

Perhitungan dengan metode SAW akan menghasilkan nilai terbesar yang akan dijadikan alternatif terbaik. Dalam metode SAW, pembuat keputusan menentukan kriteria dan bobot untuk setiap kriteria (Wicaksono, 2018).

Inti dari SAW adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. Pada dasarnya ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif & obyektif. Masing – masing pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses perankingan alternatif bisa ditentukan secara bebas. Sedangkan pada pendekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil keputusan. Berdasarkan penjelasan tersebut penulis menggunakan pendekatan subyektif dalam menentukan nilai bobot setiap atribut.

(Wicaksono, 2018).

Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matrik keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.

Metode SAW mengenal adanya 2 atribut yaitu kriteria (benefit) dan kriteria biaya (cost) perbedaan mendasar dari kedua kriteria ini adalah dalam pemilihan kriteria ketika mengambil keputusan (Wicaksono, 2018).

Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matrik keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.

Metode ini merupakan metode yang paling terkenal dan paling banyak digunakan dalam menghadapi situasi Multiple Attribute Decision Making (MADM). MADM

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

itu sendiri merupakan suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu (Wicaksono, 2018).

Metode SAW ini mengharuskan pembuat keputusan menentukan bobot bagi setiap atribut. Skor total untuk alternatif diperoleh dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian antara rating (yang dapat dibandingkan lintas atribut) dan bobot tiap atribut. Rating tiap atribut haruslah bebas dimensi dalam arti telah melewati proses normalisasi matriks sebelumnya (Wicaksono, 2018).

Langkah penyelesaian SAW sebagai berikut (Wicaksono, 2018):

1. Menentukan alternatif, yaitu Ai.

2. Menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu Ci.

3. Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria.

4. Menentukan bobot preferensi atau tingkat kepentingan (W) setiap kriteria W

= [W1 W2 W3 W4].

5. Membuat tabel rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria.

6. Membuat matrik keputusan yang dibentuk dari tabel rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria nilai setiap alternatif (Ai) pada setiap kriteria (Cj) yang sudah ditentukan, dimana i=1,2 m dan j=1,2,..n

7. Melakukan normalisasi matrik keputusan dengan cara menghitung nilai rating kinerja ternormalisasi (rij) dan alternatif Ai pada kriteria Cj.

Formula untuk melakukan normalisasi tersebut adalah sebagai berikut : penghitungan normalisasi berdasarkan persamaan cost atau benefit.

Gambar 2.2 Rumus Normalisasi (Sumber : (Wicaksono, 2018))

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dimana dengan !"# adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif

$" pada atribut %# : i = 1,2 …,m dan j = 1,2…,n Keterangan:

• Max &'( = Nilai terbesar dari setiap kriteria i.

• Min &'( = Nilai terkecil dari setiap kriteria i.

• &'( = nilai atribut yang dimiliki dari setiap kriteria.

• Benefit = jika nilai terbesar adalah terbaik.

• Cost = jika nilai terkecil adalah terbaik.

8. Hasil dari nilai rating kerja ternormalisasi (rij) membentuk matrik ternormalisasi (R).

9. Hasil akhir dari preferensi (Vi) diperoleh dari penjumlahan dari perkalian elemen baris matrik ternormalisasi (R) dengan bobot preferensi (W) yang bersesuai elemen kolom matrik (W).

Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai :

Gambar 2.3 Rumus Nilai Preferensi Sumber : (Wicaksono, 2018)

Nilai preferensi untuk setiap alternatif ()') diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian antara rating kinerja ternormalisasi dengan bobot setiap kriteria.

rumus sebagai berikut:

Keterangan:

• )' = Ranking untuk setiap alternatif

• *( = Nilai bobot ranking (dari setiap kriteria)

• +'( = Nilai rating kinerja ternormalisasi

hasil perhitungan nilai Vi yang lebih besar mengidentifikasikan bahwa alternatif Ai merupakan alternatif terbaik.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kelebihan dari metode simple additive weighting dibandingkan dengan model pengambil keputusan lainnya terletak pada kemampuannya untuk melakukan penilaian secara lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dan bobot preferensi yang sudah ditentukan, selain itu SAW juga dapat menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada karena adanya proses perankingan setelah menentukan bobot untuk setiap atribut. Kelebihan lainnya dari metode simple additive weighting (SAW) adalah penilaian akan lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dari bobot preferensi yang sudah ditentukan dan adanya perhitungan normalisasi matriks sesuai dengan nilai atribut (antara nilai benefit dan cost) dan juga akan memberikan kemudahan dalam melakukan manajemen data. Intinya bahwa pada metode SAW ini menentukan nilai bobot pada setiap kriteria untuk menentukan alternatif optimal (Wicaksono, 2018).

2.3 Koperasi

2.3.1 Definisi Koperasi

Berdasarkan UU No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang-seorangan atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (Qurbani, 2015).

Menurut (Triayudi & Setiawan Hidayat, 2016), Koperasi atau Cooperative Organization bermakna organizatian owned by and operated for the benefit of those using its services atau dalam bahasa Indonesia diartikan bahwa organisasi koperasi adalah organisasi yang dimiliki sekaligus dioperasikan untuk kepentingan penggunaannya dalam hal ini adalah anggotanya.

2.3.2 Tujuan Koperasi

Menurut (Putri, 2017), Secara umum, tujuan dari pendirian koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya. Namun, berdasarkan UU 1945 No. 25 pasal 3 menjelaskan bahwa tujuan koperasi Indonesia meliputi 3 hal sebagai berikut:

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya.

2. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.

3. Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional.

2.3.3 Jenis Koperasi

Menurut (Putri, 2017), Jenis Koperasi berdasarkan bidang usahanya adalah sebagai berikut:

1. Koperasi Konsumsi

Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang berusaha menyediakan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya.

Contoh koperasi konsumsi salah satunya adalah koperasi pada kalangan mahasiswa yang biasanya mengkonsentrasikan usahanya pada penjualan alat-alat keperluan mahasiswa yakni buku-buku dan peralatan tulis

2. Koperasi Produksi

Koperasi Produksi ialah koperasi yang kegiatan utamanya melakukan kegiatan pemrosesan barang atau produk dari bahan mentah menjadi barang setengah jadi kemudian menjadi barang jadi yang siap untuk dijual ke pasar konsumen. Tidak hanya memproduksi barang, koperasi produksi juga terkait secara langsung dengan kegiatan memasarkan barang. Hal ini dikarenakan, tujuan utama koperasi produksi adalah untuk menyatukan kemampuan dan modal para anggotanya, guna menghasilkan barang-barang tertentu melalui suatu usaha yang mereka kelola dan miliki sendiri.

3. Koperasi Pemasaran

Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang dihasilkannya. Tujuan utama dari koperasi pemasaran adalah untuk menyederhanakan rantai tata niaga dan mengurangi sekecil mungkin keterlibatan pedagang perantara didalam memasarkan produk yang koperasi hasilkan. Dengan membentuk koperasi pemasaran, maka koperasi khususnya anggota koperasi akan memiliki peluang untuk

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menikmati margin atau laba usaha yang lebih besar serta dapat menjual barangnya dengan harga yang lebih murah.

4. Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang penyimpanan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada anggota koperasi yang membutuhkan bantuan modal. Tujuan adanya koperasi simpan pinjam adalah untuk mendidik para anggota koperasi agar bersikap hemat dan gemar menabung, serta membebaskan anggota koperasi dari jeratan para rentenir. Hal ini dikarenakan, jika masyarakat dan para anggota koperasi lebih memilih meminjam di koperasi simpan pinjam, maka ruang operasi yang tersedia bagi para rentenir semakin terbatas.

2.4 Rapid Application Development (RAD) 2.4.1 Pengertian RAD

Menurut (Mulyani, 2016), nama RAD dikenalkan oleh James Martin pada tahun 1991, yang mengacu pada life cycle pengembangan sistem. RAD mengadopsi teknik waterfall dan prototyping yang menggunakan manajemen, metode dan tools yang cukup kompleks.

Menurut pendapat McLeod dan Schell yang dikutip oleh (Mulyani, 2016) bahwa RAD merupakan metode yang memfokuskan pada kecepatan dalam pengembangan sistem untuk memenuhi kebutuhan pengguna atau pemilik sistem seperti prototyping namun mempunyai cakupan yang lebih luas.

Model RAD memiliki 3 tahapan sebagai berikut (Aswati & Siagian, 2016):

1. Rencana Kebutuhan (Requirement Planning)

User dan analyst melakukan pertemuan untuk mengidentifikasi tujuan dari sistem dan kebutuhan informasi untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini merupakan hal terpenting yaitu adanya keterlibatan dari kedua belah pihak.

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Desain Sistem (Design System)

Pada tahap ini keaktifan user yang terlibat menentukan untuk mencapai tujuan karena pada proses ini melakukan proses desain dan melakukan perbaikan-perbaikan apabila masih terdapat ketidaksesuaian desain user dan analyst. Seorang user dapat langsung memberikan komentar apabila terdapat ketidaksesuaian pada desain, merancang sistem dengan mengacu pada dokumentasi kebutuhan user yang dibutuhkan pada tahap sebelumnya. Keluaran dari tahapan ini adalah spesifikasi software yang meliputi organisasi sistem secara umum, struktur data dan yang lain.

3. Implementasi (Implementation)

Tahapan ini adalah tahapan pengembang programmer yang mengembangkan desain suatu program yang telah disetujui oleh user dan analyst. Sebelum diaplikasikan pada suatu organisasi terlebih dahulu dilakukan proses pengujian terhadap program tersebut apakah ada kesalahan atau tidak. Pada tahap ini user biasa memberikan tanggapan akan sistem yang sudah dibuat serta mendapat persetujuan mengenai sistem tersebut.

2.4.2 Kelebihan RAD

Menurut (Yurindra, 2017), beberapa keuntungan dalam menggunakan metode RAD adalah sebagai berikut:

a. Membeli sistem yang baru memungkinkan untuk lebih menghemat biaya ketimbang mengembangkan sendiri.

b. Proses pengiriman menjadi lebih mudah, hal ini dikarenakan proses pembuatan lebih banyak menggunakan potongan-potongan script.

c. Mudah untuk diamati karena menggunakan model prototype, sehingga user lebih mengerti akan sistem yang dikembangkan.

d. Lebih flexible karena pengembang dapat melakukan proses desain ulang pada saat yang bersamaan.

e. Bisa mengurangi penulisan kode yang kompleks karena menggunakan wizard.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

f. Keterlibatan user semakin meningkat karena merupakan bagian dari tim secara keseluruhan.

g. Mampu meminimalkan kesalahan-kesalahan dengan menggunakan alat-alat bantuan (CASE tools).

h. Mempercepat waktu pengembangan sistem secara keseluruhan karena cenderung mengabaikan kualitas.

i. Tampilan yang lebih standard dan nyaman dengan bantuan software pendukung.

2.4.3 Kelemahan RAD

Menurut (Yurindra, 2017), beberapa kelemahan dalam menggunakan metode RAD adalah sebagai berikut:

a. Dengan melakukan pembelian belum tentu bisa menghemat biaya dibandingkan dengan mengembangkan sendiri.

b. Membutuhkan biaya tersendiri untuk membeli peralatan-peralatan penunjang seperti misalnya software dan hardware.

c. Kesulitan melakukan pengukuran mengenai kemajuan proses.

d. Kurang efisien karena apabila melakukan pengkodean dengan menggunakan tangan bisa lebih efisien.

e. Ketelitian menjadi berkurang karena tidak menggunakan metode yang formal dalam melakukan pengkodean.

f. Lebih banyak terjadi kesalahan apabila hanya mengutamakan kecepatan dibandingkan dengan biaya dan kualitas.

g. Fasilitas-fasilitas banyak yang dikurangi karena terbatasnya waktu yang tersedia.

h. Sistem sulit diaplikasikan ditempat yang lain.

i. Fasilitas yang tidak perlu terkadang harus disertakan, karena menggunakan komponen yang sudah jadi, sehingga hal ini membuat biaya semakin meningkat.

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Pemrograman Java

Java sejak awal sudah didesain sebagai Bahasa pemrograman yang bisa berjalan diberbagai komputer termasuk telepon genggam. Bahasa ini dikembangkan pertama kali oleh James Gosling saat masih bergabung di Sun Microsystems, saat ini Sun sudah diakuisisi oleh Oracle sehingga menjadi bagian dari Oracle (EMS, 2015).

Bahasa Java awal dirilis tahun 1995. Sintaksnya banyak meniru sintaks yang terdapat pada C dan C++, hanya saja model objek dibuat lebih sederhana serta dukungan rutin-rutin level bawah yang minimal (EMS, 2015).

Versi awal Java pada tahun 1996 sudah merupakan versi rilis dan bukan versi beta, sehingga dinamakan Java Versi 1.0. Java versi ini menyertakan banyak paket standar awal yang terus dikembangkan pada versi selanjutnya. Paket-paket yang ada antara lain (EMS, 2015):

• Java.lang : peruntukan kelas elemen-elemen dasar.

• Java.io : peruntukan kelas input dan output, termasuk penggunaan berkas.

• Java.until : peruntukan kelas pelengkap seperti struktur data dan kelas-kelas penanggalan.

• Java.net : peruntukan kelas TCP/IP, yang memungkinkan berkomunikasi dengan computer lain menggunakan jaringan TCP/IP.

• Java.awt : kelas dasar untuk aplikasi antarmuka dengan pengguna (GUI).

• Java.applet : kelas dasar aplikasi antarmuka untuk diterapkan pada penjelajah web.

Bahasa pemrograman java dibuat dengan memperhatikan beberapa prinsip berikut (EMS, 2015):

• Harus sederhana, berorientasi objek dan familier.

• Kuat dan aman.

• Tidak tergantung platform dan portabel.

• Bias dieksekusi dengan performa tinggi.

• Bias diinterpretasikan, threaded dan dinamis.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Mobile Application

Mobile application adalah sebuah aplikasi yang memungkinkan manusia melakukan mobilitas dengan menggunakan perlengkapan seperti PDA, telepon seluler (handphone). Dengan menggunakan aplikasi mobile, manusia dapat dengan mudah melakukan berbagai macam aktivitas mulai dari hiburan, berjualan, belajar, mengerjakan pekerjaan kantor, browsing, chatting email, dan lain sebagainya (Anjuliani & Astuti, 2015).

Saat ini teknologi mobile telah berkembang pesat termasuk teknologi mobile berbasis android yang mempunyai dukungan fitur aplikasi yang beragam, teknologi mobile memungkinkan aplikasi dapat diakses secara mudah dan cepat karena tidak membutuhkan tempat atau ruang yang besar dan dapat dibawa kemana-mana (Wirayuda, Setiawan, & Wibowo, 2013).

2.7 Android

Android adalah sistem operasi mobile berdasarkan modifikasi versi Linux.

Android awalnya dikembangkan oleh sebuah perusahaan pengembang yang namanya sama, Android, Inc. pada tahun 2005, sebagai bagian strateginya dalam memasuki pasar mobile, Google membeli Android dan mengambil alih pengembanganya sampai sekarang (Supriyanta & Widodo, 2016).

Google ingin Android terbuka dan bebas, oleh karena itu sebagian besar kode Android dilepas di bawah lisensi open source Apache, yang berarti bahwa siapapun yang ingin menggunakan Android dapat men-download sumber kode Android secara penuh. Terlebih lagi bagi vendor (biasanya pabrikan hardware) dapat menambahkan ekstensi propietari pada Android dan menyesuaikan Android untuk membedakan produk Android mereka dengan lainya. Model pengembangan ynag sederhana ini membuat Android sangat menarik dan telah mengusik ketertarikan banyak vendor. Terutama bagi perusahaan yang terpengaruh dengan fenomena iPhone Apple, sebuah kesuksesan produk yang luar biasa yang merevolusi industri smartphone. Perusahaan termasuk Motorola dan Sony yang selama bertahun-tahun mengembangkan sistem operasi mobile sendiri. Ketika iPhone diluncurkan, banyak perusahaan seperti ini berjuang untuk menemukan cara baru untuk merevitalisasi

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

produk mereka. Pabrikan ini melihat Android sebagai sebuah solusi, mereka meneruskan untuk mendesain hardware mereka dan menggunakan Android sebagai Sistem Operasi yang memberikan kekuasaanya (Supriyanta & Widodo, 2016).

Keuntungan utama mengadopsi Android adalah Android menawarkan pendekatan terpadu pada pengembangan aplikasi. Pengembang hanya perlu mengembangkan untuk Android, dan aplikasi mereka dapat dijalankan pada banyak perangkat yang berbeda, sepanjang perangkat tersebut menggunakan Android. Pada dunia smartphone, aplikasi adalah bagian rantai sukses yang paling penting. Oleh karena itu pabrikan hardware melihat Android sebagai harapan terbaiknya untuk menantang serangan hebat iPhone, yang sudah memiliki dasar aplikasi yang besar (Supriyanta & Widodo, 2016).

Android telah mengalami sejumlah update sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2007 sampai yang diluncurkan terakhir tahun 2013. Tabel 2.6 berikut menunjukkan berbagai macam versi Android dan kode namanya. Kode nama versi Android menggunakan nama-nama kue agar mudah diingat (Supriyanta & Widodo, 2016).

Android memiliki banyak versi yang terus diperbaharui demi memperbaiki bug dan penambahan-penambahan fitur baru. Berikut merupakan versi-versi Android yang telah ada, yaitu (Supriyanta & Widodo, 2016):

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 2.2 Versi Android

(Sumber : (Irsyad, 2016))

2.7.1 Feature Android

Android bersifat open source dan bebas tersedia bagi pabrikan untuk penyesuaian, sehingga tidak ada konfigurasi hardware dan software yang tetap. Akan tetapi Android sendiri mendukung fitur-fitur berikut (Supriyanta

& Widodo, 2016):

a. Storage, menggunakan SQLite sebuah database relasional yang ringan.

b. Conectivity, mendukung GSM/EDGE, IDEN, CDMA, EV-DO, UMTS, Bluetooth, Wifi, LTE dan WiMAX

c. Messaging, mendukung SMS dan MMS.

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Web Browser, berdasarkan open source WebKit.

e. Media Support, mendukung berbagai tipe media, MPEG, MP4, 3GP, JPEG, PNG dan lain-lain.

f. Hardware support, accelerometer sensor, camera, digital compas, proximity sensor, dan GPS.

g. Multi touch, multi tasking, mendukung flash dan tethering, sharing koneksi internet.

Secara umum sistem operasi Android terbagi ke dalam 4 lapisan, yaitu kernel linux, libraries dan android runtime, application framework dan application. Kernel linux merupakan dasar dari sistem operasi Android.

Lapisan di atasnya adalah lapisan libraries. Pada lapisan ini berisi semua kode yang menyediakan fitur utama sistem operasi Android. Sebagai contoh, library SQLite menyediakan dukungan database sehingga sebuah aplikasi dapat menggunakanya untuk penyimpanan data. Library WebKit menyediakan fungsionalitas web browsing. Pada lapisan yang sama terdapat Android Runtime, yang menyediakan seperangkat library inti yang memungkinkan pengembang untuk menulis aplikasi android menggunakan bahasa pemrograman java (Supriyanta & Widodo, 2016).

Android runtime juga termasuk Dalvik Virtual Machine, yang memungkinkan setiap aplikasi android menjalankan prosesnya sendiri, dengan instance Dalvik Virtual Machine -nya (aplikasi android dikompilasi ke dalam dalvik executable). Dalvik adalah virtual machine yang khusus digunakan pasa Android dan optimal untuk perangkat mobile dengan baterai dengan memori dan CPU yang terbatas. Lapisan di atasnya adalah application framework, yang menampakkan berbagai macam kemampuan sistem operasi Android kepada pengembang aplikasi sehingga mereka dapat menggunakan pada aplikasi mereka. Lapisan yang paling atas adalah aplikasi, pada lapisan ini kita bisa menemukan aplikasi yang dikapalkan bersama dengan perangkat Android, seperti contacts, browser serta aplikasi-aplikasi yang di-download dari Play Store (Supriyanta & Widodo, 2016).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8 Android Studio

Android Studio merupakan sebuah Integrated Development Environment (IDE) khusus untuk membangun aplikasi yang berjalan pada platform android.

Android studio ini berbasis pada IntelliJ IDEA, sebuah IDE untuk bahasa pemrograman Java. Bahasa pemrograman utama yang digunakan adalah Java,

Android studio ini berbasis pada IntelliJ IDEA, sebuah IDE untuk bahasa pemrograman Java. Bahasa pemrograman utama yang digunakan adalah Java,

Dokumen terkait