• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahun 2014 (15 Januari 2014) maka :

BATAS USIA PENSIUN

Nomor 5 Tahun 2014 (15 Januari 2014) maka :

a. Batas usia pensiun Pejabat Pimpinan Tinggi Utama, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, dan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon I dan eselon II) adalah 60 (enam puluh) tahun tanpa melalui mekanisme perpanjangan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.

b. Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Pimpinan Tinggi Madya, dan Pimpinan Tinggi Pratama (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon I dan eselon II) belum berusia 60 (enam puluh) tahun tetapi keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil telah ditetapkan karena mencapai batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun atau lebih

45 dan pemberhentiannya ditetapkan berlaku terhitung mulai akhir Januari 2014 dan seterusnya, berlaku ketentuan sebagai berikut:

1) apabila tidak diberhentikan dari jabatannya, maka batas usia pensiunnya 60 (enam puluh) tahun;

2) apabila telah diberhentikan dari jabatannya, maka batas usia pensiunnya 58 (lima puluh delapan) tahun;

3) apabila telah diberhentikan dari jabatannya dan usianya lebih dari 58 (lima puluh delapan) tahun, maka diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan pemberhentian dari jabatannya.

c. Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1) dan angka 2) telah diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena mencapai batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun atau lebih dan pemberhentiannya ditetapkan berlaku terhitung mulai akhir Januari 2014 dan seterusnya, berlaku ketentuan sebagai berikut:

1) apabila keputusan pemberhentiannya telah ditetapkan baik yang sudah diterima maupun yang belum diterima oleh yang bersangkutan dan masih bersedia melaksanakan tugas, maka keputusan pemberhentian dan kenaikan pangkat pengabdiannya (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) ditinjau kembali; 2) apabila keputusan pemberhentiannya telah ditetapkan, baik yang sudah diterima

maupun yang belum diterima oleh yang bersangkutan tetapi tidak bersedia lagi

melaksanakan tugas, maka mengajukan surat pernyataan tidak bersedia lagi

melaksanakan tugas secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian, dan keputusan pemberhentian serta pemberian kenaikan pangkat pengabdiannya yang sudah ditetapkan (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) tetap berlaku.

Contoh:

Seorang Pegawai Negeri Sipil lahir pada tanggal 3 Maret 1956. Pada saat ini yang bersangkutan masih menduduki jabatan Kepala Dinas Pendidikan di Kota Bekasi dan telah ditetapkan pemberhentiannya dengan keputusan Presiden yang berlaku terhitung mulai akhir Maret 2014.

Dalam hal demikian, apabila yang bersangkutan masih bersedia melaksanakan tugas, maka keputusan pemberhentiannya dan kenaikan pangkat pengabdiannya (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) ditinjau kembali.

46 Apabila yang bersangkutan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, maka mengajukan surat pernyataan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian, dan keputusan pemberhentian serta pemberian kenaikan pangkat pengabdiannya yang sudah ditetapkan (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) tetap berlaku.

d. Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang sebelumnya menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Pimpinan Tinggi Madya, dan Pimpinan Tinggi Pratama (sebelumnya dikenal sebagai jabatan struktural eselon I dan eselon II) dan sedang menjalani masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:

1) apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun telah berusia 58 (lima puluh delapan) tahun atau lebih, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun dan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai peraturan perundang-undangan.

2) apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun belum berusia 58 (lima puluh delapan) tahun dan yang bersangkutan masih bersedia melaksanakan tugas, maka ditugaskan kembali dengan ketentuan tidak berhak lagi mengajukan masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun pada saat akan mencapai batas usia pensiun 58 (lima puluh delapan) tahun.

3) apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun belum berusia 58 (lima puluh delapan) tahun, dan tidak bersedia melaksanakan tugas

kembali, maka yang bersangkutan mengajukan permohonan berhenti atas permintaan

sendiri secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian.

Keputusan pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Contoh 1:

Seorang Pegawai Negeri Sipil lahir pada tanggal 12 Juli 1956, sebelumnya menduduki jabatan Kepala Biro Kepegawaian di Kementerian Sosial. Pada saat ini yang bersangkutan sedang menjalani masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun yang akan berakhir pada bulan Juli 2014.

Dalam hal demikian, karena pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun telah berusia 58 (lima puluh delapan) tahun, maka yang

47 bersangkutan diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai akhir bulan Juli 2014 dan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai peraturan perundang-undangan.

Contoh 2:

Seorang Pegawai Negeri Sipil lahir pada tanggal 1 April 1957, sebelumnya menduduki jabatan Direktur Perancangan Peraturan Perundang-undangan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pada saat ini yang bersangkutan sedang menjalani masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun yang akan berakhir pada bulan April 2014. Dalam hal demikian, karena pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun berusia 57 (lima puluh tujuh) tahun, maka yang bersangkutan ditugaskan kembali dan tidak berhak lagi mengajukan masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun pada saat akan mencapai batas usia pensiun 58 (lima puluh delapan) tahun.

Contoh 3:

Seorang Pegawai Negeri Sipil lahir pada tanggal 22 Maret 1957, sebelumnya menduduki jabatan Asisten Deputi II di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Pada saat ini yang bersangkutan sedang menjalani masa bebas tugas atau masa

persiapan pensiun yang akan berakhir pada bulan Maret 2014.

Dalam hal demikian, karena pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun berusia 57 (lima puluh tujuh) tahun maka yang bersangkutan ditugaskan kembali.

Apabila yang bersangkutan tidak bersedia melaksanakan tugas kembali, maka mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian.

Keputusan pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

e. Batas usia pensiun Pejabat Administrator, Pejabat Pengawas, dan Pejabat Pelaksana (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon lll ke bawah dan fungsional umum) adalah 58 (lima puluh delapan) tahun.

48 f. Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan Administrator, Jabatan Pengawas, dan Jabatan Pelaksana (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon lll ke bawah dan jabatan fungsional umum) belum berusia 56 (lima puluh enam) tahun, tetapi keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil telah ditetapkan karena mencapai batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun dan pemberhentiannya ditetapkan berlaku terhitung mulai akhir Januari 2014 dan seterusnya, berlaku ketentuan sebagai berikut:

1) apabila keputusan pemberhentiannya telah ditetapkan baik yang sudah diterima maupun yang belum diterima oleh yang bersangkutan dan masih bersedia melaksanakan tugas, maka keputusan pemberhentian dan kenaikan pangkat pengabdiannya (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) ditinjau kembali; dan

2) apabila keputusan pemberhentiannya telah ditetapkan, baik yang sudah diterima oleh yang bersangkutan tetapi tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, maka mengajukan surat pernyataan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian, dan keputusan pemberhentian serta pemberian kenaikan pangkat pengabdiannya yang sudah ditetapkan (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) tetap berlaku.

Contoh :

Seorang Pegawai Negeri Sipil lahir pada tanggal 2 Januari 1958. Pada saat ini yang bersangkutan masih menduduki jabatan Kepala Bagian Keuangan di Kota Yogyakarta dan telah ditetapkan keputusan pemberhentiannya oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara terhitung mulai akhir Januari 2014.

Dalam hal demikian, apabila yang bersangkutan masih bersedia melaksanakan tugas, maka keputusan pemberhentian dan kenaikan pangkat pengabdiannya (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) ditinjau kembali.

Apabila yang bersangkutan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, maka mengajukan surat pernyataan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian, dan keputusan pemberhentian serta pemberian kenaikan pangkat pengabdiannya yang sudah ditetapkan (apabila mendapat kenaikan pangkat pengabdian) tetap berlaku.

g. Dalam hal terdapat Pejabat Administrator, Pejabat Pengawas, dan Pejabat Pelaksana (sebelumnya dikenal sebagai pejabat struktural eselon III ke bawah dan fungsional

49 umum), sedang menjalani masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:

1) apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun dan masih bersedia melaksanakan tugas, maka ditugaskan kembali dengan ketentuan tidak berhak lagi mengajukan masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun pada saat akan mencapai batas usia pensiun 58 (lima puluh delapan) tahun.

2) apabila pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun dan tidak bersedia melaksanakan tugas

kembali, maka yang bersangkutan mengajukan permohonan berhenti atas permintaan

sendiri secara tertulis bermaterai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian. Keputusan pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Contoh:

Seorang Pegawai Negeri Sipil lahir pada tanggal 16 Januari 1958, sebelumnya menduduki jabatan Pengagenda Surat di Kementerian Perindustrian. Pada saat ini yang bersangkutan sedang menjalani masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun yang akan berakhir pada bulan Januari 2014.

Dalam hal demikian, karena pada saat berakhirnya masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun telah mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun dan masih bersedia melaksanakan tugas, maka yang bersangkutan ditugaskan kembali dan tidak berhak lagi mengajukan masa bebas tugas atau masa persiapan pensiun pada saat akan mencapai batas usia pensiun 58 (lima puluh delapan) tahun

Apabila yang bersangkutan tidak bersedia melaksanakan tugas kembali, maka mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri kepada Pejabat Pembina Kepegawaian.

Keputusan pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sesuai dengan Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor : K.26-30/V.28-6/99 tanggal 11 Maret 2014 tentang Penjelasan terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang masih bersedia/tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, antara lain dijelaskan bahwa :

50 Dalam hal terdapat PNS yang sedang menjalani Masa Persiapan Pensiun (MPP) maupun tidak sedang menjalani MPP dan tidak bersedia lagi melaksanakan tugas, baik keputusan/pertimbangan teknis pensiun yang telah ditetapkan maupun yang belum ditetapkan, yang terhitung mulai tanggal (TMT) pensiunnya mulai berlaku 1 Februari 2014 sampai dengan 1 Desember 2015 yang mencapai Batas Usia Pensiun (BUP) minimal 56 (lima puluh enam) tahun, maka keputusan pemberhentian dan keputusan pensiun termasuk keputusan kenaikan pangkat pengabdian dapat diberikan apabila memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal terdapat PNS yang keputusan pemberhentian/pertimbangan teknis pensiunnya telah ditetapkan dan TMT pensiunnya mulai berlaku 1 Februari 2014 sampai dengan 1 Desember 2015 yang mencapai BUP minimal 56 (lima puluh enam) tahun, apabila bersedia lagi melaksanakan tugas maka keputusan/pertimbangan teknis pensiun yang bersangkutan akan ditinjau kembali.

Dalam hal terdapat PNS yang menyatakan bersedia lagi melaksanakan tugas, kemudian mengajukan pemberhentian sebelum mencapai usia 58 (lima puluh delapan) tahun, atau belum diusulkan pensiunnya, kemudian mengajukan pemberhentian sebelum mencapai usia 58 (lima puluh delapan) tahun, maka diberhentikan dengan hormat sebagai PNS serta diberikan kenaikan pangkat pengabdian apabila memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundangan.

h. Batas usia pensiun (BUP) bagi pejabat fungsional yang tidak diatur perpanjangan batas usia pensiunnya berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 yang berlaku saat ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah tersendiri. Sebagaimana diketahui bahwa BUP bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional tersebut, pada tanggal 19 Maret 2014 telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2014 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang mencapai Batas Usia Pensiun bagi Pejabat Fungsional.

Dalam Pertaturan Pemerintah tersebut dijelaskan bahwa :

(1) Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional yang telah mencapai Batas Usia Pensiun diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

(2) Batas Usia Pensiun sebagaimana dimaksud yaitu:

a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat fungsional Ahli Muda dan Ahli Pertama serta Pejabat fungsional Keterampilan;

51 1) Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya;

2) Jabatan Fungsional Apoteker;

3) Jabatan Fungsional Dokter yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri;

4) Jabatan Fungsional Dokter Gigi yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri;

5) Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Muda dan Pertama; 6) Jabatan Fungsional Medik Veteriner;

7) Jabatan Fungsional Penilik;

8) Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah;

9) Jabatan Fungsional Widyaiswara Madya dan Muda; atau 10) Jabatan Fungsional lain yang ditentukan oleh Presiden.

c. 65 (enam puluh lima) tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku:

1) Jabatan Fungsional Peneliti Utama dan Peneliti Madya yang ditugaskan secara penuh di bidang penelitian;

2) Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Utama dan Madya; 3) Jabatan Fungsional Widyaiswara Utama;

4) Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi Utama; 5) Jabatan Fungsional Perekayasa Utama; 6) Jabatan Fungsional Pustakawan Utama;

7) Jabatan Fungsional Pranata Nuklir Utama; atau

8) Jabatan Fungsional lain yang ditentukan oleh Presiden.

i. Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan sementara dari jabatan negeri karena ditahan oleh pihak yang berwajib karena menjadi tersangka tindak pidana dan belum berusia 56 (lima puluh enam) tahun pada Desember 2013, maka batas usia pensiunnya 58 (lima puluh delapan) tahun.

Contoh:

Seorang Pegawai Negeri Sipil lahir pada tanggal 10 Mei 1958, pada saat ini yang bersangkutan sedang menjalani pemberhentian sementara dari jabatan negeri karena ditahan oleh pihak yang berwajib sejak 5 Juni 2013 dan sampai dengan Januari 2014 yang bersangkutan masih menjalani pemberhentian sementara karena belum ada putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.

52 Dalam hal demikian, maka yang bersangkutan batas usia pensiunnya adalah 58 (lima puluh delapan) tahun.

j.Dalam hal terdapat Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dari jabatan organik karena diangkat sebagai Pejabat Negara atau Kepala Desa, dan belum berusia 56 (lima puluh enam) tahun pada Desember 2013, maka batas usia pensiunnya adalah 58 (lima puluh delapan) tahun.

Contoh :

Seorang Pegawai Negeri Sipil lahir pada tanggal 5 Januari 1958, pada saat ini yang bersangkutan sebagai pejabat negara. Dalam hal demikian, maka yang bersangkutan batas usia pensiunnya adalah 58 (lima puluh delapan) tahun.

k. Batas usia pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan lain yang ditentukan Undang-Undang (antara lain Guru, Dosen, Jaksa, dan Panitera), dinyatakan tetap berlaku.

B. Masa Kerja Pensiun.

Apabila terdapat perubahan jumlah masa kerja dari yang bersangkutan maka bukti otentik mengenai hal tersebut berupa surat keputusan dari pejabat yang berwenang harus dilampirkan. Masa kerja yang dapat diperhitungkan sebagai masa kerja pensiun adalah sebagai berikut :

1. Masa kerja sebagai PNS termasuk sebagai pegawai bulanan, harian dan Calon Pegawai Negeri, dihitung penuh sebagai masa kerja pensiun (Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969);

2. Masa kerja sebagai PNS Daerah termasuk bulanan, harian dan Calon PNS dihitung penuh sebagai masa kerja pensiun (Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969);

3. Masa kerja sebagai anggota ABRI dihitung penuh sebagai masa kerja pensiun (Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969);

4. Masa kerja sebagai tenaga bulanan/harian dengan menerima penghasilan dari anggaran negara atau perusahaan negara, bank negara, dihitung penuh sebagai masa kerja pensiun (Pasal 6 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969);

5. Masa kerja sebagai pegawai sekolah swasta bersubsidi dihitung penuh sebagai masa kerja pensiun (Pasal 6 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969);

53 6. Masa kerja selama menjadi tentara pelajar dalam Pemerintah Republik Indonesia pada masa perjuangan fisik dihitung dua kali sebagai masa kerja pensiun (Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun1969);

7. Masa kerja selama berjuang sebagai Veteran Pembela Kemerdekaan dihitung penuh sebagai masa kerja pensiun (Pasal 6 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969);

8. Masa kerja selama berjuang sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan dihitung dua kali sebagai masa kerja pensiun (Pasal 6 ayat (1) huruf f dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969);

9. Masa kerja selama menjalankan kewajiban negara dalam kedudukan lain sebagai PNS dihitung penuh dengan ketentuan pada saat pemberhentian sebagai PNS telah bekerja sebagai PNS sekurang-kurangnya 5 tahun secara terus-menerus (Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969);

10. Masa kerja sebagai Swapraja dihitung penuh sebagai masa kerja pensiun (Pasal 1 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1960);

11. Masa kerja sebagai pegawai suatu badan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan waktu bekerja pada suatu badan swasta dihitung penuh sebagai masa kerja pensiun dengan ketentuan pada saat yang bersangkutan diberhentikan sebagai PNS, badan tersebut telah menjadi jawatan pemerintah (Pasal 1 ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1960);

12. Masa kerja sebagai pegawai Badan Jawatan Pemerintah dengan tidak menerima penghasilan dan angggaran Belanja Negara dihitung sebanyak-banyaknya 10 tahun dengan ketentuan pada saat pemberhentian sebagai PNS telah berkedudukan sebagai PNS sekurang-kurangnya 5 tahun secara terus-menerus (Pasal 1 ayat (1) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1969);

13. Masa kerja sebagai pegawai swasta dihitung penuh sebanyak-banyaknya 10 tahun dengan ketentuan pada saat pemberhentian sebagai PNS telah bekerja sebagai PNS sekurang-kurangnya 10 tahun secara terus menerus (Pasal 1 ayat (1) huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1960);

14. Masa kerja sebagai PNS pada pemerintah Republik Indonesia dahulu yang dialami antara tanggal 17 Agustus 1945 dan tanggal 1 Januari 1950 dihitung dua kali sebagai masa kerja pensiun dengan syarat PNS yang bersangkutan tidak pernah melakukan

54 tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip perjuangan dan telah mendaftarkan diri pada pemerintah Republik Indonesia sebelum tanggal 15 Februari 1950 (Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969);

15. Masa kerja sebagai Kepala Kelurahan dan perangkat kelurahan dihitung penuh sebagai masa kerja pensiun (Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1980).

C. Pejabat Yang Berwenang Memberhentikan PNS danCalon PNS

1. Presiden menetapkan pemberhentian PNS Pusat dan PNS Daerah yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c, Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d, dan Pembina Utama golongan ruang IV/e;

2. Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kepala Kepolisian Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tinggi/Tinggi Negara, Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional, serta Pimpinan Kesekretariatan Lembaga lain yang dipimpin oleh pejabat struktur eselon I dan bukan merupakan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen (Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat) menetapkan : a. Pemberhentian Calon PNS Pusat yang tidak memenuhi syarat untuk diangkat

menjadi PNS Pusat dilingkungannya; dan

b. Pemberhentian PNS Pusat yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b kebawah dilingkungannya.

3. Gubernur (Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi) menetapkan :

a. Pemberhentian Calon PNS Daerah Provinsi yang tidak memenuhi syarat untuk diangkat menjadi PNS Daerah di lingkungannya; dan

b. Pemberhentian PNS Daerah Provinsi yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b kebawah dilingkungannya.

Gubernur juga menetapkan Pemberhentian PNS Daerah Kabupaten/Kota yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a dan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.

Pejabat tersebut diatas dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain dilingkungan provinsi untuk menetapkan pemberhentian dengan hormat sebagai Calon PNS Daerah Provinsi dan PNS Daerah Provinsi yang berpangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d kebawah.

55 4. Bupati/Walikota (Pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten/Kota) menetapkan :

a. Pemberhentian Calon PNS Daerah Kabupaten/Kota yang tidak memenuhi syarat untuk diangkat menjadi PNS Daerah dilingkungannya;

b. Pemberhentian PNS Daerah Kabupaten/Kota yang berpangkat Penata Tingkat I Golongan Ruang III/d kebawah dilingkunagnnya.

Pejabat tersebut diatas dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya, untuk menetapkan pemberhentian dengan hormat sebagai Calon PNS Daerah Kabupaten/Kota dan PNS Daerah Kabupaten/Kota yang berpangkat Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d kebawah.

D. Pengajuan Usul Pemberhentian dan Pemberian Pensiun PNS Daerah

Bagi PNS Daerah yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c sampai dengan Pembina Utama golongan ruang IV/e yang ditujukan kepada Presiden dan tembusannya disampaikan kepada Kepala BKN, surat pengantar usul ditandatangani oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota (Gubernur/ Bupati/Walikota) atau pejabat lain yang diberi kuasa serendah-rendahnya Sekretaris Daerah Provinsi/Kabupaten/ Kota; Bagi PNS Daerah Privinsi/Kabupaten/Kota yang berpangkat Pembina Tingkat I

golongan ruang IV/b ke bawah yang ditujukan kepada Kepala Kantor Regional BKN surat pengantar usul ditandatangani oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota (Gubernur/ Bupati/Walikota) atau pejabat lain yang diberi kuasa serendah-rendahnya eselon II yang secara fungsional bertanggung jawab dibidang kepegawaian;

Pemberian kuasa kepada pejabat lain untuk menandatangani formulir nota persetujuan teknis dan surat pengantar usul kenaikan pangkat serta pemberhentian dan pemberian pensiun, harus ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota (Gubernur/ Bupati/Walikota) yang bersangkutan dan tembusannya disampaikan kepada Kepala BKN dan Kepala Kantor Regional BKN.

56

BAB VI

Dokumen terkait