• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN PENSIUN PEJABAT NEGARA DAN PNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN PENSIUN PEJABAT NEGARA DAN PNS"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN

PENSIUN PEJABAT NEGARA DAN PNS

Penulis:

1. Drs. Suparjiyanta

2. Drs. Suranto

PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

(2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Janda/Duda Pegawai, antara lain ditegaskan bahwa pensiun adalah sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa Pegawai Negeri selama bertahun-tahun bekerja dalam dinas pemerintah. Setiap penghargaan tentu baru mempunyai nilai apabila diberikan tepat pada orangnya dan tepat pada waktunya, terkait dengan itu merupakan keharusan dari setiap pengelola kepegawaian yang ditugasi menyelesaikan administrasi pensiun untuk dapat melaksanakan tugas dan memberikan pelayanan dengan teliti, tekun dan sistematis, sehingga pemberian pensiun itu diberikan kepada yang berhak menerima tepat pada waktunya.

Karena berdasarkan pengalaman selama ini masih sering terdengar keluhan tentang keterlambatan dalam penyelesaian urusan pensiun baik untuk PNS, Pejabat Negara bahkan pensiun janda/dudanya. Hal ini disebabkan karena para calon pensiunan belum memahami secara jelas dokumen-dokumen apa yang harus disampaikan ke instansi yang berwenang menetapkan pensiun, atau mungkin karena pengelola kepegawaiannya yang diserahi tugas kurang memahami peraturan yang berlaku dibidang pensiun.

B. Diskripsi Singkat

Maksud dan tujuan diajarkannya mata Diklat ini adalah agar peserta Diklat dapat meningkatkan kompetensi kerja mereka setelah memahami tentang dasar hukum, tujuan, pengertian, persiapan pelaksanaan pemberhentian, dasar-dasar pemberhentian, jenis-jenis pemberhentian, besarnya pensiun, tata cara penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b kebawah serta pensiun janda/dudanya, tata cara penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c keatas serta pensiun janda/dudanya, ketentuan pelaksanaan pemberian pensiun kepada mantan Pejabat Negara dan janda/dudanya, masa kerja pensiun, batas usia pensiun serta Pejabat yang berwenang memberhentikan dan pemberian pensiun PNS Pusat dan PNS Daerah.

(3)

2

C. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti mata Diklat ini peserta Diklat diharapkan memiliki pemahaman tentang dasar hukum pensiun, tujuan, pengertian PNS, pengertian Pejabat Negara, pengertian Pejabat Pembina Kepegawaian, batas usia pensiun, janda, duda, anak, orang tua, tewas, cacat karena dinas, dan pengertian data perorangan calon penerima pensiun (DPCP), pelaksanaan pemberhentian PNS, dasar-dasar pemberhentian, jenis-jenis pemberhentian, besarnya pensiun pegawai, tata cara penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b kebawah serta pensiun janda/dudanya, tata cara penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c keatas serta pensiun janda/dudanya, ketentuan pelaksanaan pemberian pensiun kepada mantan Pejabat Negara dan janda/dudanya, batas usia pensiun, masa kerja pensiun dan Pejabat yang berwenang memberhentikan dan pemberian pensiun PNS Pusat dan PNS Daerah serta persyaratan pengurusan hak peserta TASPEN.

D. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah selesai mengikuti mata diklat ini diharapkan peserta mampu :

1. Mendeskripsikan pengertian, tujuan dan menerapkan proses pemberhentian dan pemberian pensiun PNS dan Pejabat Negara;

2. Mendeskripsikan proses persiapan penyelesaian pensiun;

3. Menjelaskan dasar hukum pensiun PNS dan pensiun Pejabat Negara; 4. Menjelaskan besaran pensiun PNS dan pensiun pejabat Negara;

5. Menjelaskan tata cara penetapan pensiun PNS dan pensiun Pejabat Negara. 6. Menjelaskan persyaratan pengurusan hak peserta TASPEN.

E. Pengertian

Dalam modul ini yang dimaksud dengan :

1. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(4)

3 2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. 3. Pejabat Negara adalah :

Pejabat Negara Eksekutif

Presiden/Wakil Presiden Republik Indonesia, Menteri Negara, termasuk Jaksa Agung, Panglima Tentara Nasional Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia yang diberi kedudukan setingkat dengan Menteri Negara, Duta Besar dan Berkuasa Penuh, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota.

Pejabat Negara Non Eksekutif

Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota MPR, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPR, Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota BPK.

4. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan melaksanakan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Batas Usia Pensiun adalah batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 dan peraturan perundangan lain yang berlaku.

7. Janda adalah isteri yang sah menurut hukum dari PNS atau penerima pensiun PNS yang meninggal dunia.

8. Duda adalah suami yang sah menurut hukum dari PNS atau penerima pensiunPNS yang meninggal dunia dan tidak mempunyai isteri lain.

9. Anak adalah anak kandung yang sah atau anak kandung/anak yang disahkan menurut undang-undang dari PNS, atau penerima pensiun janda/duda.

10. Orang tua adalah ayah kandung dan/atau ibu kandung PNS. 11. Tewas adalah:

(5)

4 Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinasnya, sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia dalam dan/atau karena menjalankan kewajibannya;

Meninggal dunia yang langsung diakibatkan karena luka-luka maupun cacat rohani atau jasamani yang didapat dalam hal-hal tersebut diatas;

Meninggal dunia karena perbuatan anasir-anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun sebagai akibat dari tindakan terhadap anasir-anasir itu.

12. Cacat karena dinas adalah :

Cacat yang disebabkan oleh kecelakaan yang terjadi dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya, dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga kecelakaan ini disamakan dengan kecelakaan yang terjadi dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya, atau karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu.

Cacat yang disebabkan oleh sakit yang diderita akibat langsung dari pelaksanaan tugas.

(6)

5

BAB II

PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. Persiapan Penetapan Pensiun PNS

Sebelum dilaksanakan penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. BKN menyusun daftar nominatif (listing) dari PNS yang akan mencapai batas

usia pensiun.

2. Daftar nominatif disampaikan kepada masing-masing instansi 18 (delapan belas)

bulan sebelum PNS yang bersangkutan mencapai batas usia pensiun.

3. Pejabat Pembina Kepegawaian masing-masing instansi atau pejabat yang ditunjuk

setelah menerima daftar nominatif selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan berkewajiban menyiapkan data perorangan calon penerima pensiun (DPCP) dalam rangkap 3 (tiga) yang selanjutnya disampaikan kepada PNS yang bersangkutan untuk dilengkapi dan melakukan pemeriksaan.

4. PNS yang telah menerima DPCP dalam rangkap 3 wajib memeriksa dan meneliti

data yang tercantum dalam DPCP antara lain : nama, tanggal lahir, jabatan, pangkat, gaji pokok terakhir, masa kerja sebelum diangkat menjadi PNS, mulai masuk sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, nama isteri/suami, nama anak, dan lain sebagainya.

B. Dasar Hukum Pemberhentian dan Pensiun

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Janda/Duda Pegawai;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978 tentang Hak Keuangan/Administrasi Presiden dan Wakil Presiden serta Bekas Presiden dan Bekas Wakil Presiden; 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Administrasi

Pimpinan dan Anggota Lembaga Tinggi/Tinggi dan bekas Anggota Lembaga Tinggi Negara jo. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2000;

(7)

6 6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1980 tentang Pensiun Bagi Bekas Ketua dan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Serta janda/dudanya jo. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2000;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Administratif Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dan Bekas Kepala Daerah/Bekas Kepala Daerah serta Janda/Dudanya jo. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1980, Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2000 dan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 12/SE/1980 Tanggal 31 Maret 1980; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1980 tentang Pemberian Tunjangan

Kehormatan kepada Bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat dan janda/dudanya jo. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2001 dan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 14/SE/1980 tanggal 5 April 1980;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1980 tentang Tunjangan Penghargaan bagi Bekas Ketua/Bekas Wakil Ketua/Bekas Anggota Dewan Pertimbangan Agung dan Badan Pemeriksa Keuangan/ Dewan Pengawasan Keuangan yang diangkat sebelum berlakunya Undang Nomor 3 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1965 serta janda/dudanya jo Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2000;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan Administratif Menteri Negara dan Bekas Menteri Negara serta janda/dudanya jo Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2000 tentang Hak Keuangan/Administrasif Jaksa Agung, Panglima Tentara Nasional Indonesia dan pejabat lain yang kedudukannya atau pengangkatannya setingkat atau disetarakan dengan Menteri Negara;

12. Peraturan pemerintah Nomor 5 Tahun 1996 tentang Hak Keuangan/Administratif Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Serta Janda/Dudanya jo Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2000 dan Keputusan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 09 Tahun 1996;

(8)

7 13. Peraturan Kepala BKN Nomor 26 tahun 2013 tanggal 31 Oktober 2013 tentang pedoman pemberhentian dan pemberian pensiun PNS yang mencapai BUP yang akan diberhentikan dalam pangkat Pembina tingkat I Golongan Ruang IV/b ke bawah;

14. Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor : K.26.30/V.7.3/99 tanggal 17 Januari 2014 tentang Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil.

C. Besarnya Pensiun Pegawai

1. Besarnya pensiun pegawai sebulan adalah 2½ % (dua setengah perseratus) dari dasar pensiun untuk tiap-tiap tahun masa kerjanya dengan ketentuan bahwa :  Pensiun Pegawai sebulan adalah sebanyak-banyaknya 75 % (tujuh puluh lima

perseratus) dan sekurang-kurangnya 40 % (empat puluh perseratus) dari dasar pensiun;

 Pensiun Pegawai sebulan tidak boleh kurang dari gaji pokok terendah menurut peraturan pemerintah tentang gaji dan pangkat yang berlaku bagi PNS yang bersangkutan.

2. Besarnya pensiun janda/duda 36 % (tiga puluh enam perseratus) dari dasar pensiun, dengan ketentuan bahwa :

 Apabila terdapat lebih dari seorang isteri yang berhak menerima pensiun janda, maka besarnya bagian pensiun janda untuk masing-masing isteri adalah 36 % (tiga puluh enam perseratus) dibagi rata antara isteri-isteri itu;

 Jumlah 36 % (tiga puluh enam perseratus) dari dasar pensiun tersebut tidak boleh kurang dari 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari gaji terendah menurut peraturan pemerintah tentang gaji dan pangkat pegawai negeri yang berlaku bagi almarhum suami/isterinya;

 Apabila pegawai negeri tewas, maka besarnya pensiun janda/duda adalah 72 % (tujuh puluh dua perseratus) dari dasar pensiun, dengan ketentuan bahwa apabila terdapat lebih dari seorang isteri yang berhak menerima pensiun janda, maka besarnya bagian pensiun janda untuk masing-masing isteri adalah 72 % (tujuh puluh dua perseratus) dibagi rata antara isteri-isteri itu.

 Jumlah 72 % (tujuh puluh dua perseratus) dari dasar pensiun termaksud tidak boleh kurang dari gaji pokok terendah menurut peraturan pemerintah tentang gaji dan pangkat PNS yang berlaku bagi almarhum suami/isterinya.

(9)

8 3. Apabila pegawai tewas dan tidak meninggalkan isteri/suami ataupun anak maka 20 % (dua puluh perseratus) dari pensiun janda/duda diberikan kepada orang tuanya dan apabila kedua orang tuanya telah bercerai maka kepada mereka masing-masing diberikan separoh dari jumlah termaksud.

D. Keputusan Pemberhentian dan Pemberian Pensiun Bagi PNS yang mencapai BUP yang akan diberhentikan dalam Pangkat Pembina Tingkat I Golongan Ruang IV/b kebawah.

1. Penetapan Keputusan Pemberhentian dan Pemberian Pensiun Bagi PNS yang mencapai BUP.

Pemberhentian dan pemberian pensiun PNS yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah yang mencapai BUP serta pemberian pensiun janda/dudanya ditetapkan dalam 1 (satu) keputusan Kepala BKN.

Contoh a:

PNS bernama Kianam Ganisa NIP 19490303 198203 1 003, bekerja secara terus-menerus sebagai PNS sejak 1 Maret 1982, pangkat terakhir Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b TMT 1 Maret 2014. Masa kerja golongan dalam pangkat terakhir 11 tahun 6 bulan sebagai Lektor Kepala pada Universitas Sam Ratulangi. Mempunyai masa kerja pensiun 32 tahun 1 bulan dan diberhentikan sebagai PNS pada akhir bulan Maret 2014. Yang bersangkutan mencapai BUP dan tercatat mempunyai isteri bernama Nalrum. Oleh karena yang bersangkutan telah memiliki masa kerja sebagai PNS sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun, tetapi lebih 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir, maka yang bersangkutan diberhentikan sebagai PNS dengan hak Pensiun dengan diberikan kenaikan pangkat pengabdian dari pangkat Pembina golongan ruang IV/a menjadi Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b. Dalam hal demikian, pemberhentian yang bersangkutan sebagai PNS dan pemberian pensiunnya dengan pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b serta pensiun janda atas nama Nalrum ditetapkan dalam 1 (satu) keputusan oleh Kepala BKN.

Contoh b:

PNS bernama Ulil Basar Badala NIP. 19550210 198102 1 003, bekerja secara terus menerus sebagai PNS sejak 1 Februari 1981, pangkat terakhir Pembina golongan ruang IV/a dengan jabatan terakhir Guru Madya dengan masa kerja

(10)

9 pangkat terakhir lebih dari 1 (satu) bulan pada Dinas Pendidikan Kota Tangerang dan mempunyai masa kerja pensiun 34 tahun 1 bulan. Oleh karena yang bersangkutan telah memiliki masa kerja sebagai PNS sekurang-kurangnya 30 (tigapuluh) tahun dan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) bulan dalam pangkat terakhir, maka yang bersangkutan diberhentikan sebagai PNS pada akhir bulan Februari dengan hak pensiun dan diberikan kenaikan pangkat pengabdian dengan pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b awal Februari. Pada akhir bulan Februari 2015 yang bersangkutan mencapai BUP dan yang bersangkutan tercatat mempunyai isteri bernama Oli Ramelan. Dalam hal demikian, pemberhentian yang bersangkutan sebagai PNS dan pemberian pensiunnya dengan pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b serta pensiun janda atas nama Oli Ramelan ditetapkan dalam 1 (satu) keputusan Kepala BKN.

2. Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala.

PNS yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah yang akan diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun karena mencapai BUP, apabila berhak atas kenaikan gaji berkala, kepadanya diberikan kenaikan gaji berkala, kecuali ada pernyataan keberatan dari pejabat yang berwenang. Pemberitahuan kenaikan gaji berkala dimaksud dibuat oleh Kepala BKN.

E. Latihan

1. CPNS bernama Purwono, pangkat Pengatur Muda Golongan Ruang II/a tmt 1

Oktober 2002. Ditugaskan sebagai Caraka pada Kantor Dinas Sosial Prov. Kalimantan Timur. Telah menikah dan dikarunia 2 orang anak. Pada tanggal 12 Januari 2003, ketika hendak menuju ke kantor, dalam perjalanan bis yang dinaiki oleh ybs mendapat kecelakaan, sehingga bis yang dinaiki tsb masuk dalam parit dan banyak menimbulkan korban. Akibat kejadian itu Sdr. Purwono tsb mendapat luka yang cukup parah sehingga kaki dan tangannya mengalami kelumpuhan total. Berdasarkan Surat Pernyataan yang dibuat oleh Tim Penguji Kesehatan RSU Samarinda Nomor 578/RSU/5/2003 tanggal 8 Mei 2003, Sdr Purwono dinyatakan cacat dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri.

(11)

10 2. Penetapan Pensiun, Pemberian Kenaikan Pangkat Pengabdian dan Perhitungan Masa

Kerja bagi PNS yg akan memasuki Batas Usia Pensiun :

a. Nama : SURIPTO

b. Tanggal Lahir : 19 – 11 – 1951

c. Pangkat : Penata

d. Golru Terakhir : III/c TMT.1-4-2005

e. MKG : 22 th, 04 bln.

f. Diangkat CPNS : Golongan ruang II/a TMT.1-3-1981 Masa Kerja Golongan 5 th, 3 bln (pengalaman kerja yang diperhitungkan sejak 1-11- 1975 s/d 31-1-1981).

Bagaimana Penyelesaiannya ?

3. Penetapan usul Pensiun Janda/duda, pemberian Kenaikan Pangkat Pengabdian & Perhitungan Masa Kerja bagi PNS yang Meninggal Dunia.

a. Nama : OJOSULOYO, MM

b. Tgl. Lahir : 12–01–1961

c. Pangkat : Pembina

d. Golru.terakhir : IV/a TMT.01-04-2006 e. MKG : 19 tahun 01 bulan

f. Diangkat CPNS : Golru II/b TMT.01-03-1985 Masa Kerja Go;ongan 03 tahun 00 bulan (tambahan masa kerja fiktif) g. Meninggal Dunia : 28-02-2007

h. Nama Isteri : NURLEA Bagaimana Penyelesaiannya ?

F. Rangkuman

Besarnya pensiun pegawai sebulan adalah 2½ % (dua setengah perseratus) dari dasar pensiun untuk tiap-tiap tahun masa kerjanya dengan ketentuan bahwa : Pensiun Pegawai sebulan adalah sebanyak-banyaknya 75 % (tujuh puluh lima

(12)

11 perseratus) dan sekurang-kurangnya 40 % (empat puluh perseratus) dari dasar pensiun;

Besarnya pensiun janda/duda 36 % (tiga puluh enam perseratus) dari dasar pensiun, dengan ketentuan bahwa : Apabila terdapat lebih dari seorang isteri yang berhak menerima pensiun janda, maka besarnya bagian pensiun janda untuk masing-masing isteri adalah 36 % (tiga puluh enam perseratus) dibagi rata antara isteri-isteri itu;

Apabila pegawai negeri tewas, maka besarnya pensiun janda/duda adalah 72 % (tujuh puluh dua perseratus) dari dasar pensiun

Apabila pegawai tewas dan tidak meninggalkan isteri/suami ataupun anak maka 20 % (dua puluh perseratus) dari pensiun janda/duda diberikan kepada orang tuanya

(13)

12

BAB III

TATA CARA PENETAPAN PEMBERIAN PENSIUN PNS

GOLONGAN RUANG IV/b KEBAWAH

A. Pemberian Pensiun PNS yang Mencapai Batas Usia Pensiun 1. Persiapan

a. Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN)/Kepala Kantor Regional BKN atau pejabat yang ditunjuk menyusun daftar nominatif (listing data elektronik) dari PNS yang akan mencapai Batas Usia Pensiun (BUP).

b. Untuk mempercepat proses penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun, Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN menyampaikan daftar nominatif (listing data elektronik) bagi PNS yang akan diberhentikan dalam Pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b kebawah yang akan mencapai BUP kepada masing-masing instansi paling lambat 12 (dua belas) bulan sebelum awal tahun anggaran berjalan dimana dalam tahun yang bersangkutan mencapai BUP, melalui system Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK), dibuat sesuai Perketentiuan yang berlaku.

2. Daftar Nominatif (Listing Data Elektronik) PNS

a. PPK masing-masing instansi atau pejabat yang ditunjuk setelah menerima daftar nominatif (listing data elektronik) wajib melakukan pemeriksaan terhadap isi daftar nominatif (listing data elektronik) tersebut, termasuk klarifikasi kepada PNS yang bersangkutan.

b. Apabila terdapat perbedaan data kepegawaian, maka PPK masing-masing instansi wajib memperbaiki data yang tercantum dalam daftar nominatif (listing data elektronik) dengan data kepegawaian yang benar dan dismpaikan data pendukungnya kepada Kepala BKN/Kantor Regional BKN, dibuat menurut ketentuan yang berlaku.

Perbedaaan data kepegawaian tersebut, antara lain :

1) Telah diangkat dalam jabatan struktural atau fungsional yang BUP-nya dapat diperpanjang. Dalam hal demikian, maka dalam kolom keterangan

(14)

13 pada daftar nominatif (listing data elektronik) perbedaan ditulis “BUP Diperpanjang” dan dicatat nomor dan tanggal keputusan pengankatan dalam jabatan struktural atau fungsioanal sekaligus pengangkatan dalam jabatan struktural atau fungsional sekaligus dilakukan peremajaan data jabatan PNS yang bersangkutan.

2) Telah diangkat dalam jabatan yang BUP-nya ditetapkan dalam undang-undang, misalnya Guru, Jaksa atau Hakim. Dalam hal demikian, maka dalam kolom keterangan pada daftar nominatif (listing data elektronik) perbedaan ditulis “Diangkat Sebagai Jaksa atau Hakim” dan dicatat nomor dan tanggal keputusan pengangkatan dalam jabatan PNS yang bersangkutan.

3) Telah berhenti sebagai PNS. Dalam hal demikian, maka dalam kolom keterangan pada daftar nominatif (listing data elektronik) perbedaan ditulis “Berhenti” dan dicatat nomor dan tanggal keputusan pemberhentian. 4) Telah meninggal dunia. Dalam hal PNS meninggal dunia, maka dalam

kolom keterangan pada daftar nominatif (listing data elektronik) perbedaan ditulis “Meninggal Dunia” dan dicatat nomor dan tanggal keterangan kematian.

5) Telah pindah instansi atau pindah wilayah kerja. Dalam hal demikian, maka dalam kolom keterangan daftar nominatif (listing data elektronik) perbedaan ditulis “PI” atau “PWK” (PI=Pindah Instansi, PWK = Pindah Wilayah Kerja dan dicatat nomor dan tanggal keputusan perpindahan. 6) Dijatuhi hukuman disiplin berupa pembberhentian dengan hormat atau

pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS oleh Pejabat yang berwenang menghukum dan telah mempunyai kekuatan hokum yang tetap. Dalam hal demikian, maka dalam kolom keterangan daftar nominatif (listing data elektronik) perbedaan ditulis “Berhenti Dengan Hormat/Tidak Dengan Hormat” dan dicatat nomor dan tanggal keputusan penjatuhan hukuman disiplinnya.

7) Sedang menjalani pemberhentian sementara. Dalam hal demikian, maka dalam kolom keterangan daftar nominatif (listing data elektronik) perbedaan ditulis “Berhenti Sementara” dan dicatat nomor dan tanggal keputusan pemberhentian sementara.

(15)

14 Selanjutnya apabila sudah ada keputusan dari pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum yang tetap dan keputusan pemberhentian dari pejabat yang berwenang, maka salinan/fotokopi sah keputusan pemberhentiannya disampaikan kepada Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN

Untuk penetapan pensiun dan melengkapi tata nnaskah yang bersangkutan, maka salinan/fotokopi sah sebagaimana tersebut pada angka 1) sampai dengan angka 7), dilampirkan dan disampaikan kepada Kepala BKN/ Kepala Kantor Regional BKN

c. Apabila terdapat kekurangan data kepegawaian

Apabila dalam daftar nominatif (listing data elektronik) yang dikirim daro Kepala BKN?kepala Kantor Regional BKN terdapat kekurangan/belum memuat data PNS yang mencapai BUP, maka Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) masing-masing instansi membuat daftar nominatif tambahan (listing data elektronik) yang diisi secara lengkap, dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP)

a. PPK masing-masing instansi paling lambat 2 (dua) bulan telah melakukan verifikasi daftar nominatif (listing data elektronik) terhadap PNS yang bersangkutan, wajib mencetak DPCP dalam rangkap 2 (dua) dan disampaikan kepada PNS yang bersangkutan, dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

b. PNS yang telah menerima DPCP dalam rangkap 2 (dua) wajib memeriksa dan meneliti data yang tercantum dalam DPCP, dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Apabila data telah benar agar ditandatangani

2) Apabila terdapat perbedaan data tentang :

a) Nama, (missal : perubahan nama dari Amir menjadi Abdullah) agar dibuktikan dengan asli keputusan dari Gubernur/Bupati/Walikota berdasarkan penetapan Pengadilan;

b) Tanggal, bulan, dan tahun lahir, agar dibuktikan dengan asli keputusan pengangkatan pertama sebagai CPNS/PNS dan ijazah yang digunakan sebagai dasar pengangkatansebagai CPNS/PNS;

c) Pangkat, agar dibuktikan dengan salinan/fotocopi sah keputusan dalam pangkat terakhir;

(16)

15 d) Masa kerja yang belum diperhitungkan sebagai masa kerja pensiun agar dibuktikan dengan fotocopi sah keputusan tentang pengalaman kerja;

e) Terhitung mulai tanggal masuk sebagai CPNS/PNS, agar dibuktikan dengan salinan/fotocopi sah keputusan pengangkatan pertama sebagai CPNS/PNS;

f) Nama isteri/suami, agar dibuktikan dengan salinan/fotocopi sah akta nikah/kawin/karis/karsu; dan

g) Nama anak, agar dibuktikan dengan fotocopi sah akta kelahiran. 3) Selanjutnya PNS yang bersangkutan menulis dengan jelas alamat sekarang

dan alamat sesudah pensiun pada DPCP tersebut.

c. PNS yang bersangkutan paling lambat dalam waktu 2 (dua) minggu setelah menerima DPCP harus menandatangani dan menyerahkan kepada pejabat pengelola kepegawaian di unit kerjanya, dilengkapi dengan 5(lima) lembar pas foto terbaru ukuran 3x4 cm (di belakang pas foto ditulis nama dan NIP0 serta lampiran data pendukung untuk mendapat pengesahan.

d. Pejabat pengelola kepegawaian yang menerima pengembalian DPCP tersebut paling lambat dalam waktu 2 (dua) minggu sudah harus menandatangani DPCP.

e. PPK masing-masing instansi bersama Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN atau pejabat lain yang ditunjuk melakukan rekonsiliasi data PNS yang akan dipertimbangakan penetapan keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya daftar nominatif (listing data elektronik).

f. Dalam rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada huruf e selain menyampaikan perbaikan daftar nominatif (listing data elektronik) kepada Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf b, PPK juga memperbaiki dan melengkapi perbedaan atau kekurangan data melalui SAPK dengan melampirkan :

1) Hardcopy data dukung adanya perbedaan data;

2) DPCP yang ditandatangani oleh yang bersangkutan dan pejabat yang berwenang;

(17)

16 4) Penilaian Prestasi Kerja tahun terakhir, bagi PNS yang dapat

dipertimbangkan kenaikan pangkat pengabdian; dan

5) Pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat atau tingkat sedang dalam 1 (satu) tahun terakhir, bagi PNS yang dapat dipertimbnagkan kenaikan pangkat pengabdian.

g. PPK masing-masing instansi paling lambat 1 (satu) bulan setelah rekonsiliasi menyampaikan kepada Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN melalui SAPK yaitu

1) Daftar nominatif (listing data elektronik) hasil rekonsiliasi; dan 2) DPC

h. Daftar nominatif dan DPCP sebagaimana dimaksud pada huruf g, dibubuhi kode-kode elektronik tertentu dari pejabat yang berwenang untuk menjamin legalitas, otoritas, validitas, dan autentikasi secara elektronik.

i. Kode-kode elektronik tertentu sebagai identitas pejabat yang berwenang yang memiliki otoritas dan tanggung jawab atas formulir pengusulan secara elektronik harus dapat dikenali dan dibaca olej Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN atau pejabat lain yang ditunjuk.

j. PPK masing-masing instansi yang mengusulkan pemberhentian dan pemberian pensiun mengajukan permintaan kode-kode elektronik tertentu kepada Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN yang akan digunakan untuk menjamin legilitas, otoritas, validitas, dan autentikasi formulir pengusulan secara elektronik.

4. Penetapan Keputusan

a. Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN atau pejabat lain yang ditunjuk melakukan verifikasi dan validasi terhadap daftar nominatif (listing data elektronik) hasil rekonsiliasi dan DPCP.

b. Apabila usul sebagaimana dimaksud pada huruf a sudah sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, kemudian dilakukan pencetakan naskah keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS dan janda/dudanya untuk ditetapkan.

c. Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN atau pejabat lain yang ditunjuk menetapkan keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun berdasarkan daftar nominatif (listing data elektronik) hasil rekonsiliasi dan DPCP.

(18)

17 d. Apabila PPK tidak melakukan rekonsiliasi atau tidak menyampaikan daftar nominatif (Listing data elektronik) hasil rekonsiliasi melalui SAPK dalam waktu 3 (tiga) bulan senbelum PNS mencapai BUP, maka Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN atau pejabat lain yang ditunjuk menetapkan keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun berdasarkan data yang ada di BKN.

5. Penyampaian Keputusan

Keputusan Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN tentang peberhentian dan pemberian pensiun PNS dan Janda/Duda-nya disampaikan kepada yang bersangkutan dan tembusannya disampaikan kepada :

a. Pejabat Pembina Kepegawaian;

b. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Pemegang Kas (PEKAS)/Biro/Bagian Keuangan Daerah yang bersangkutan;

c. PT. TASPEN (Pesero)/ PT ASABRI (Pesero); d. Pejabat lain yang dianggap perlu; dan

e. Pertinggal

6. Pembayaran Pensiun Janda/Duda

Dalam hal penerima pensiun PNS meninggal dunia dan di dalam keputusan pemberhentian dan pemberian pensiunnya ditetapkan sekaligus pensiun janda/duda-nya, maka janda/duda-nya harus melapor kepada kantor pembeyaran pensiun PT TASPEN (Pesero)/PT ASABRI (Pesero) untuk mendapatkan pembayaran pensiun janda/dudanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7. Ketentuan Lain

a. Keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS atau pemberian pensiun janda/duda yang telah ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang sebelum berlakunya Peraturan Kepala BKN Nomor 26 tahun 2013 tanggal 31 Oktober 2013 tentang pedoman pemberhentian dan pemberian pensiun PNS yang mencapai BUP yang akan diberhentikan dalam pangkat Pembina tingkat I Golongan Ruang IV/b ke bawah, tetap berlaku

(19)

18 b. Keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS serta pensiun janda/dudanya bagi PNS Pusat di daerah sepanjang mengenai kewenangan Kepala BKN ditetapkan oleh Kepala Kantor Regional BKN sesuai wilayah kerjanya dengan ketentuan instansi yang bersangkutan memberikan kewenangan mengelola mutasi kepegawaian kepada pimpinan instansi vertical/unit pelaksanan teknis di daerah;

c. Dalam hal isteri/suami/anak penerima pensiun tidak tercantum dalam keputusan pensiun yang bersangkutan, maka hak pensiun janda/duda/anak akan ditetapkan kemudian oleh Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN. d. Ketentuan mengenai penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS

yang mencapai BUP bagi PNS yang akan diberhentikan dalam pangkat Pembina tingkat I Golongan Ruang IV/b ke bawah , berlaku juga bagi PNS yang akan diberhentikan dalam pangkat Pembinaa tingkat I Golongan Ruang IV/b ke bawah yang BUP-nya secara definitive telah ditetapkan dengan undang-undang. Misalnya : Guru, Panitera Pengadilan Tingkat Pertama, BUP-nya 60 (enam puluh) tahun, Jaksa BUP-BUP-nya 62 (enam puluh dua) tahun.

B. Pemberian Pensiun PNS Yang Cacat Karena Dinas

PNS yang oleh tim penguji kesehatan dinyatakan cacat dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, yang disebabkan cacat karena dinas diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun dan diberikan kenaikan pangkat pengabdian. Pemberhentian dan pemberian pensiun PNS tersebut ditetapkan oleh Kepala BKN setelah menerima usul dari Pejabat Pembina Kepegawaian masing-masing instansi dengan melampirkan :

1. Data perorangan calon penerima pensiun dalam hal PNS yang cacat karena dinas tidak dapat menandatangani, maka daftar perorangan calon penerima pensiun ditandatangani oleh isteri/suami/anak/orang tua;

2. Salinan/foto copy sah surat keputusan pengangkatan sebagai Calon PNS/PNS; 3. Salinan/foto copy sah surat keputusan dalam pangkat terakhir;

4. Salinan /foto copy surat nikah;

5. Salinan/foto copy sah surat akte kelahiran/surat kenal lahir anak; 6. Salinan/foto copy sah daftar keluarga;

(20)

19 7. Salinan/foto copy sah surat perintah penugasan atau surat keterangan yang menjelaskan bahwa Calon PNS/PNS yang mengalami kecelaka-an atau cacat dalam menjalankan tugas kedinasan;

8. Laporan dari pimpinan unit kerja paling rendah eselon III kepada Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan tentang peristiwa yang mengakibatkan PNS yang bersangkutan cacat;

9. Surat keterangan dari tim penguji kesehatan yang menyatakan jenis cacat yang diderita oleh PNS yang bersangkutan yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri;

10. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 5 (lima) lembar.

Untuk Calon PNS yang oleh tim penguji kesehatan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat lagi bekerja dalam semua jabatan negeri, sebelum diberhentikan dengan hormat dan diberikan pangkat pengabdian yang bersangkutan terlebih dahulu diangkat menjadi PNS.

C. Usul Penetapan Pensiun Janda/Duda Dari PNS Yang Tewas

Dalam hal PNS yang dinyatakan tewas, penetapan surat keputusan pensiun janda/dudanya ditetapkan oleh Kepala BKN, setelah menerima usul dari Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan. Permohonan pensiun janda/duda dari PNS yang tewas diajukan dengan melampirkan:

1. Data perorangan calon penerima pensiun yang ditandatangani oleh isteri/suami/anak/orangtua;

2. Salinan/foto copy sah surat pengangkatan sebagai Calon PNS; 3. Salinan/foto copy sah surat keputusan dalam pangkat terakhir; 4. Salinan/foto copy sah surat nikah;

5. Salinan/foto copy sah surat akte kelahiran/kenal lahir anak; 6. Surat keterangan janda/duda dari Kepala Kelurahan/Desa/ Camat; 7. Surat keterangan kematian dari kepala kelurahan/desa/camat; 8. Salinan/foto copy sah daftar keluarga;

(21)

20 Dalam hal PNS diajukan pensiun tewas bersamaan dengan usul kenaikan pangkat anumerta, maka usul pemberhentian dan pemberian pensiun tewas diajukan bersamaan dengan pemberian kenaikan pangkat anumerta dengan melampirkan : 1. Salinan sah surat keputusan sementara kenaikan pangkat anumerta;

2. Berita acara dari pejabat yang berwajib (Polri, Pamong Praja dan yang lain) tentang kejadian yang mengakibatkan yang bersangkutan tewas;

3. Vitsum et repertum dari dokter;

4. Salinan sah surat penugasan atau surat keterangan dari pimpinan instansi yang menerangkan bahwa tewasnya PNS yang bersangkutan adalah pada waktu sedang menjalankan tugas kewajiban jabatannya;

5. Laporan dari pimpinan instansi yang bersangkutan tentang peristiwa yang menimpa PNS yang bersangkutan yang mengakibatkan ia tewas.

Apabila yang dinyatakan tewas Calon PNS, maka terlebih dahulu yang bersangkutan diangkat menjadi PNS pada tanggal 1 bulan yang bersangkutan dinyatakan tewas, selanjutnya diberikan kenaikan pangkat anumerta terhitung mulai tanggal pada saat yang bersangkutan dinyatakan tewas dan diberikan pensiun terhitung mulai tanggal 1 bulan berikutnya.

Contoh :

Calon PNS bernama Ismail, lahir tanggal 12 Juni 1987, diangkat Calon PNS sejak 1 Maret 2012, jabatan sebagai caraka dengan pangkat pengatur muda golongan ruang II/a pada Kementerian Perhubungan R.I. Pada tanggal 24 Januari 2013 saat menjalankan tugas kedinasan mengalami kecelakaan dan oleh pejabat yang berwenang yang bersangkutan dinyatakan tewas dengan meninggalkan Jamilah sebagai isteri sah yang berhak atas pensiun janda. Dalam hal demikian maka Ismail terlebih dahulu diangkat sebagai PNS sejak tanggal 1 Januari 2013 dan diberikan kenaikan pangkat anumerta menjadi pengatur muda tingkat I golongan ruang II/b terhitung mulai tanggal 24 Januari 2013, kepada Saudara Jamilah diberikan pensiun janda terhitung mulai tanggal 1 Februari 2013 yang ditetapkan dengan surat keputusan Kepala BKN.

(22)

21

D. Usul Penetapan Pensiun Janda/Duda Dari PNS Yang Meninggal Dunia

Dalam hal PNS yang meninggal dunia maka pensiun janda/dudanya ditetapkan oleh Kepala BKN setelah menerima usul dari Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan. Permohonan pensiun janda/duda tersebut diajukan bersamaan dengan usul kenaikan pangkat pengabdian (KPP) bagi PNS yang memenuhi syarat. Permohonan tersebut disertai kelengkapan :

1. Data perorangan calon penerima pensiun yang ditandatangani oleh isteri/suami/anak;

2. Salinan/foto copy sah surat keputusan sebagai Calon PNS; 3. Salinan/foto copy sah surat keputusan dalam pangkat terakhir; 4. Salinan/foto copy sah surat nikah;

5. Salinan/foto copy surat akte kelahiran/surat kenal lahir anak; 6. Surat Keterangan kematian dari kepala kelurahan/camat; 7. Surat keterangan janda/duda dari kepala kelurahan/desa/ camat; 8. Salinan/foto copy sah daftar keluarga;

9. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 5 (lima) lembar.

Dalam hal PNS yang meninggal dunia apabila memenuhi syarat untuk mendapatkan kenaikan pangkat pengabdian maka usul pemberhentian dan pemberian pensiun diajukan dengan usul pemberian kenaikan pangkat pengabdian dengan melampirkan : 1. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) tahun terakhir;

2. Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam satu tahun terakhir;

E. Latihan

1. Dalam hal PNS diajukan pensiun tewas bersamaan dengan usul kenaikan pangkat anumerta, maka usul pemberhentian dan pemberian pensiun tewas diajukan bersamaan dengan pemberian kenaikan pangkat anumerta. Apa saja berkas yang perlu dilampirkan sebutkan !

2. PNS yang oleh tim penguji kesehatan dinyatakan cacat dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, yang disebabkan cacat karena dinas diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun dan diberikan kenaikan pangkat pengabdian. Pemberhentian dan pemberian pensiun PNS tersebut ditetapkan oleh Kepala BKN setelah menerima usul dari Pejabat Pembina

(23)

22 Kepegawaian masing-masing. Persyaratan apa saja yang perlu dilampirkan sebutkan !

3. Dalam hal PNS yang meninggal dunia maka pensiun janda/dudanya ditetapkan oleh Kepala BKN setelah menerima usul dari Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan. Permohonan pensiun janda/duda tersebut diajukan bersamaan dengan usul kenaikan pangkat pengabdian (KPP) bagi PNS yang memenuhi syarat. Apa saja kelengkapan yang perlu dilampirkan sebutkan !

F. Rangkuman

Untuk mempercepat proses penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun, Kepala BKN/Kepala Kantor Regional BKN menyampaikan daftar nominatif (listing data elektronik) bagi PNS yang akan diberhentikan dalam Pangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b kebawah yang akan mencapai BUP kepada masing-masing instansi paling lambat 12 (dua belas) bulan sebelum awal tahun anggaran berjalan dimana dalam tahun yang bersangkutan mencapai BUP, melalui system Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK), dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

PPK masing-masing instansi atau pejabat yang ditunjuk setelah menerima daftar nominatif (listing data elektronik) wajib melakukan pemeriksaan terhadap isi daftar nominatif (listing data elektronik) tersebut, termasuk klarifikasi kepada PNS yang bersangkutan.

PPK masing-masing instansi paling lambat 2 (dua) bulan telah melakukan verifikasi daftar nominatif (listing data elektronik) terhadap PNS yang bersangkutan, wajib mencetak DPCP dalam rangkap 2 (dua) dan disampaikan kepada PNS yang bersangkutan, dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

Dalam hal penerima pensiun PNS meninggal dunia dan di dalam keputusan pemberhentian dan pemberian pensiunnya ditetapkan sekaligus pensiun janda/duda-nya, maka janda/duda-nya harus melapor kepada kantor pembeyaran pensiun PT TASPEN (Pesero)/PT ASABRI (Pesero) untuk mendapatkan pembayaran pensiun janda/dudanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(24)

23

BAB IV

TATA CARA PENETAPAN DAN PEMBERIAN PENSIUN PNS

YANG BERPANGKAT PEMBINA UTAMA MUDA GOLONGAN

RUANG IV/c KEATAS SERTA PENSIUN JANDA/DUDANYA

A. Persiapan

BKN menyusun daftar nominatif (listing) dari PNS yang akan mencapai batas usia pensiun yang disampaikan kepada masing-masing instansi 18 (delapan belas) bulan sebelum PNS yang bersangkutan mencapai batas usia pensiun.

1. Pejabat Pembina kepegawaian masing-masing instansi atau pejabat yang ditunjuk olehnya setelah menerima daftar nominatif berkewajiban melakukan pemeriksaan isi daftar nominatif tersebut. Apabila terdapat kekurangan dan perbedaan data kepegawaian, maka pejabat Pembina kepegawaian menyampaikan daftar tambahan dan daftar nominatif perbedaan data kepegawaian kepada Presiden dan tembusannya kepada Kepala BKN;

2. Kemungkinan terjadinya perbedaan data kepegawaian tersebut antara lain :

a. Diangkat dalam jabatan struktural atau fungsional yang batas usia pensiunnya dapat diperpanjang;

Dalam hal demikian, maka dalam kolom keterangan pada daftar nominatif perbedaan ditulis “Batas usia pensiun diperpanjang” dan dicatat nomor dan tanggal surat keputusan pengangkatan dalam jabatan struktural/fungsional. Untuk melengkapi tata naskah yang bersangkutan, maka salinan/foto copy sah surat keputusan pengangkatan dalam jabatan dan keputusan perpanjangan batas usia pensiunnya agar dilampirkan dan disampaikan kepada Kepala BKN.

b. Diangkat dalam jabatan yang batas usia pensiunnya ditetapkan dalam undang-undang, umpamanya Jaksa dan Hakim;

Dalam hal demikian, maka dalam kolom keterangan pada daftar nominatif perbedaan ditulis “Diangkat sebagai Jaksa atau Hakim” dan dicatat nomor dan tanggal surat keputusan pengangkatan dalam jabatannya. Untuk

(25)

24 melengkapi tata naskah yang bersangkutan dalam jabatannya agar dilampirkan dan disampaikan kepada Kepala BKN.

c. Telah berhenti sebagai PNS;

Dalam hal demikian, maka dalam kolom keterangan pada daftar nominatif perbedaan ditulis “berhenti” dan dicatat nomor dan tanggal surat keputusan pemberhentian dengan tinta merah. Untuk melengkapi tata naskah yang berangkutan, maka salinan/foto copy sah surat keputusan pemberhentian tersebut agar dilampirkan dan disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawian Negara.

d. Telah meninggal dunia;

Dalam hal PNS meninggal dunia, maka dalam kolom keterangan pada daftar nominatif perbedaan ditulis “meninggal dunia” dan dicatat nomor dan surat keterangan kematian dengan tinta merah. Untuk melengkapi tata naskah yang bersangkutan, maka salinan/foto copy sah surat keterangan kematian tersebut dilampirkan dan disampaikan kepada Kepala BKN.

e. Telah pindah instansi atau pindah wilayah kerja;

Dalam hal PNS pindah instansi atau pindah wilayah kerja maka dalam kolom keterangan daftar nominatif perbedaan ditulis “PI atau PWK’ (PI= Pindah Instansi, PWK= Pindah Wilayah Kerja) dan dicatat nomor dan tanggal surat keputusan perpindahan tersebut dengan tinta hitam. Untuk penetapan pensiun yang bersangkutan, maka salinan/foto copy sah surat keputusan perpindahan tersebut dilampirkan dan disampaikan kepada Kepala BKN. f. Dijatuhi hukuman disiplin berat berupa pemberhentian tidak dengan hormat

sebagai PNS oleh pejabat yang berwenang menghukum dan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap;

Dalam hal demikian, maka dalam kolom keterangan daftar nominatif perbedaan ditulis “Berhenti tidak dengan hormat” dengan tinta merah dan dicatat nomor dan tanggal surat keputusan penjatuhan hukuman disiplinnya. Untuk melengkapi tata naskah yang bersangkutan, maka salinan/foto copy sah surat keputusan pemberhentiannya dilampirkan dan disampaikan kepada Kepala BKN.

(26)

25 g. Sedang menjalani pemberhentian sementara;

Dalam hal demikian, maka dalam kolom keterangan daftar nominatif perbedaan ditulis “Pemberhentian sementara” dan dicatat nomor dan tanggal surat keputusan pemberhentian sementara tersebut dengan tinta merah. Untuk melengkapi tata naskah yang bersangkutan, maka salinan/foto copy sah surat keputusan pemberhentian sementara tersebut dilampirkan dan disampaikan kepada Kepala BKN. Selanjutnya apabila sudah ada putusan dari pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan surat keputusan pemberhentian dari pejabat yang berwenang, maka salinan/foto copy surat keputusan pemberhentiannya disampaikan kepada Kepala BKN.

3. Kemungkinan terdapat kekurangan data kepegawaian.

Apabila dalam daftar nominatif yang dikirim dari BKN ada kekurangan/belum memuat data PNS yang mencapai batas usia pensiun, maka pejabat Pembina kepegawaian masing-masing instansi membuat daftar nominatif tambahan yang diisi secara lengkap.

4. Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP).

a. Pejabat pengelola kepegawaian masing-masing instansi setelah menerima dan memeriksa daftar nominatif selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan berkewajiban untuk menyiapkan DPCP dalam rangkap 3 (tiga) dan menyampaikan kepada PNS yang bersangkutan untuk dilengkapi dan melakukan pemeriksaan;

b. PNS yang telah menerima DPCP dalam rangkap 3 (tiga) wajib memeriksa dan meneliti data yang tercantum dalam DPCP dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Apabila data telah benar agar ditandatangani.

2) Apabila terdapat perbedaan data tentang :

a) Nama agar dibuktikan dengan asli surat keputusan dari Gubernur/Bupati/Walikota berdasarkan penetapan pengadilan;

b) Tanggal lahir, agar dibuktikan dengan asli surat keputusan pengangkatan sebagai Calon PNS/PNS;

c) Jabatan, agar dibuktikan dengan salinan/foto copy sah surat keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir;

d) Pangkat, agar dibuktikan dengan salinan/foto copy sah surat keputusan dalam pangkat terakhir;

(27)

26 e) Gaji pokok terakhir, agar dibuktikan dengan salinan/foto copy sah surat keputusan dalam pangkat terakhir dan atau surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala;

f) Masa kerja sebelum diangkat sebagai PNS, agar dibuktikan dengan foto copy sah surat keputusan tentang pengalaman kerja;

g) Mulai masuk sebagai Calon PNS/PNS, agar dibuktikan dengan salinan/foto copy sah surat keputusan pengangkatan pertama sebagai Calon PNS/PNS;

h) Nama isteri/suami, agar dibuktikan dengan salinan/foto copy sah surat nikah/kawin; dan

i) Nama anak, agar dibuktikan dengan foto copy sah akte lahir.

Selanjutnya PNS yang bersangkutan menulis dengan jelas alamat sekarang dan alamat sesudah pensiun pada DPCP tersebut.

c. Selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) minggu setelah menerima DPCP, yang bersangkutan harus sudah menandatangani dan menyerahkan kepada pejabat pengelola kepegawaian di unit kerjanya dilengkapi dengan 5 (lima) lembar pas foto ukuran 4x6 cm serta lampiran lainnya, untuk mendapat pengesahan.

d. Pejabat pengelola kepegawaian yang menerima DPCP tersebut dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sudah harus menandatangani dan mengirim :

1) Lembar kesatu kepada Presiden dengan melampirkan 5 (lima) lembar pas foto ukuran 4 x 6 cm dan lampiran lainnya;

2) Lembar kedua untuk Kepala BKN disertai lampiran lainnya sebagai bahan pertimbangan teknis kepada Presiden;

3) Lembar ketiga pertinggal.

5. Dalam hal PNS mencapai batas usia pensiun dan memenuhi syarat untuk diberikan kenaikan pangkat pengabdian, maka pengajuan usul pemberhentian dan pemberian pensiun sekaligus dengan usul pemberian kenaikan pangkat pengabdiannya, dengan melampirkan :

a. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) tahun terakhir;

b. Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1 (satu) tahun terakhir.

(28)

27

B. Pemberhentian dan Pemberian Pensiun PNS Yang Belum Mencapai Batas Usia Pensiun.

Pejabat Pembina Kepegawaian menyampaikan usul pemberhentian dan pemberian pensiun bagi PNS yang belum mencapai batas usia pensiun kepada Presiden dan tembusannya kepada Kepala BKN dengan melampirkan :

a. Data perorangan calon penerima pensiun (DPCP);

b. Salinan/foto copy sah surat keputusan pengangkatan pertama sebagai Calon PNS/PNS;

c. Salinan/foto copy sah surat keputusan dalam pangkat terakhir;

d. Salinan/foto copy sah surat keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir; e. Permohonan berhenti atas permintaan sendiri dari PNS yang bersangkutan kepada

Pejabat Pembina Kepegawaian;

f. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 5 (lima) lembar; g. Foto copy sah surat nikah;

h. Foto copy sah akte kelahiran/surat kenal lahir anak; i. Foto copy sah daftar keluarga.

C. Pemberhentian dan Pemberian Pensiun PNS Yang Telah Mencapai Batas Usia Pensiun.

Pemberhentian dan pemberian pensiun PNS yang berpangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c keatas yang mencapai batas usia pensiun serta pemberian pensiun janda/dudanya ditetapkan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan teknis dari Kepala BKN. Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan menyampaikan usul pemberhentian dan pemberian pensiun kepada Presiden dan tembusannya kepada Kepala BKN dengan melampirkan :

1. Data Perorangan Calon Penerima Pensiun;

2. Salinan/foto copy sah surat keputusan pengangkatan pertama sebagai Calon PNS/PNS;

3. Salinan/foto copy sah surat keputusan dalam pangkat terakhir; 4. Salinan/foto copy sah surat nikah;

5. Salinan/foto copy sah akte kelahiran/kenal lahir anak; 6. Salinan/foto copy sah susunan keluarga;

(29)

28 Dalam hal PNS yang mengajukan pensiun karena mencapai batas usia pensiun memenuhi syarat untuk mendapat kenaikan pangkat pengabdian, maka usul pemberhentian dan pemberian pensiun diajukan bersama dengan usul pemberian kenaikan pangkat pengabdian dengan melampirkan :

1. Daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan tahun terakhir;

2. Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1 (satu) tahun terakhir.

D. PNS Yang Menduduki Jabatan Struktural atau Fungsional Yang Batas Usia Pensiunnya Dapat Diperpanjang Yang Berpangkat Pembina Utama Muda Golongan IV/c Keatas

1. Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan menyampaikan usul pemberhentian dan pemberian pensiun kepada Presiden dan tembusannya kepada kepala BKN dengan melampirkan :

a. Data Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP);

b. Salinan/foto copy sah surat keputusan pengangkatan pertama sebagai Calon PNS/PNS;

c. Salinan/foto copy sah surat keputusan dalam pangkat terakhir;

d. Salinan/foto copy sah surat keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir; e. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 5 (lima) lembar;

f. Salinan/foto copy sah surat nikah;

g. Salinan/foto copy sah akte kelahiran/surat kenal lahir; h. Salinan/foto copy sah daftar susunan keluarga;

2. Dalam hal PNS tersebut memenuhi syarat untuk mendapat kenaikan pangkat pengabdian, maka usul pemberhentian dan pemberian pensiun diajukan bersama dengan usul pemberian kenaikan pangkat pengabdiannya, dengan melampirkan : a. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) tahun terakhir;

b. Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1 (satu) tahun terakhir.

(30)

29

E. Penetapan Pemberhentian dan Pemberian Pensiun PNS Yang Cacat Karena Dinas

PNS yang oleh tim penguji kesehatan dinyatakan cacat dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, yang disebabkan cacat karena dinas diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun dan diberikan kenaikan pangkat pengabdian. Pemberhentian dan pemberian pensiun PNS tersebut ditetapkan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan teknis dari Kepala BKN setelah menerima usul dari pejabat Pembina kepegawaian masing-masing instansi dengan melampirkan :

1. Data perorangan calon penerima pensiun dalam hal PNS yang cacat karena dinas tidak dapat menandatangani, maka DPCP ditandatangani oleh isteri/ suami/ anak/orangtua;

2. Salinan/foto copy sah surat keputusan pengangkatan sebagai Calon PNS/PNS; 3. Salinan/foto copy sah surat keputusan dalam pangkat terakhir;

4. Salinan/foto copy sah surat pengangkatan dalam jabatan terakhir;

5. Salinan/foto copy sah surat perintah penugasan atau surat keterangan yang menjelaskan bahwa Calon PNS/PNS yang mengalami kecelakaan atau cacat dalam menjalankan tugas kedinasan;

6. Laporan dari pimpinan unit kerja paling rendah eselon III kepada pejabat pembina kepegawaian yang bersangkutan tentang peristiwa yang mengakibatkan PNS yang bersangkutan cacat;

7. Surat keterangan dari tim penguji kesehatan yang menyatakan jenis cacat yang diderita oleh PNS yang bersangkutan yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri;

8. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 5 (lima) lembar; 9. Salinan/foto copy surat nikah;

10. Salinan/foto copy sah surat akte kelahiran/surat kenal lahir anak; 11. Salinan/foto copy sah daftar keluarga.

(31)

30

F. Usul Penetapan Pensiun Janda/Duda Dari PNS Yang Tewas

Dalam hal PNS yang dinyatakan tewas, penetapan surat keputusan pensiun janda/dudanya ditetapkan oleh Presiden yang terlebih dahulu mendapat pertimbangan teknis dari Kepala BKN, setelah menerima usul dari Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan. Permohonan pensiun janda/duda dari PNS yang tewas diajukan bersamaan dengan usul kenaikan pangkat anumerta dengan disertai kelengkapan sebagai berikut :

1. Data perorangan calon penerima pensiun yang ditandatangani oleh iseri/suami/anak/orangtua;

2. Salinan/foto copy sah surat pengangkatan sebagai Calon PNS/PNS; 3. Salinan/foto copy sah surat keputusan dalam pangkat terakhir; 4. Salinan/foto copy sah surat nikah;

5. Salinan/foto copy sah surat akte kelahiran/surat kenal lahir anak; 6. Surat keterangan janda/duda dari kepala kelurahan/desa/ camat; 7. Salinan/foto copy sah daftar keluarga;

8. Pas foto ukuran 4x6 sebanyak 5(lima) lembar;

9. Surat keterangan kematian dari dokter atau visum et repertum. Jika telah meninggal dunia sebagai akibat dari kecelakaan yang menimpa dirinya (apabila dinyatakan tewas);

10. Surat keterangan penugasan (apabila yang bersangkutan dinyatakan tewas).

G. Usul Penetapan Pensiun Janda/Duda Dari PNS Yang Meninggal Dunia

Dalam hal PNS yang meninggal dunia maka pensiun janda/dudanya ditetapkan oleh Presiden yang terlebih dahulu mendapat pertimbangan teknis dari Kepala BKN setelah menerima usul dari Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan. Permohonan pensiun janda/duda tersebut diajukan bersamaan dengan usul kenaikan pangkat pengabdian (KPP) bagi PNS yang memenuhi syarat.

Permohonan tersebut disertai kelengkapan :

1. Data perorangan calon penerima pensiun yang ditandatangani oleh isteri/suami/anak;

2. Salinan/foto copy sah surat keputusan sebagai Calon PNS; 3. Salinan/foto copy sah surat keputusan dalam pangkat terakhir; 4. Salinan /foto copy sah surat nikah;

(32)

31 5. Salinan/foto copy surat akte kelahiran/surat kenal lahir;

6. Salinan/foto copy sah daftar keluarga

7. Surat keterangan kematian dari kepala kelurahan/desa/camat; 8. Surat keterangan janda/duda dari kepala kelurahan/desa/ camat; 9. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 5(lima) lembar.

H. Usul Pemberhentian dan Pemberian Pensiun PNS Daerah Kabupaten/Kota

1. Usul kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota untuk menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c keatas yang akan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun, diajukan sekaligus dengan usul pemberhentian dan pemberian pensiunnya oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan langsung kepada Presiden dan tembusannya disampaikan kepada Kepala BKN.

2. Dalam hal PNS Daerah Kabupaten/Kota tersebut menduduki jabatan struktural eselon II yang batas usia pensiunnya diperpanjang, tetapi belum berusia 60 tahun, maka usul pemberhentiannya baru dapat diajukan kepada Presiden, setelah terlebih dahulu dikonsultasikan pemberhentian dari jabatan struktural kepada Gubernur.

I. Pengiriman Surat Keputusan

1. Asli surat keputusan Presiden tentang pemberhentian dan pemberian pensiun PNS serta pensiun janda/dudanya, keputusan kenaikan pangkat pengabdian, dan tembusan pemberitahuan kenaikan gaji berkala dikirim kepada yang bersangkutan.

2. Salinan surat keputusan dikirimkan kepada : a. Pimpinan instansi yang bersangkutan; b. Kepala BKN;

c. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tempat pembayaran gaji dengan melampirkan asli surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala;

d. PEKAS bagi PNS dilingkungan Departeman Pertahanan dan Markas Besar Tentara Nasional;

(33)

32 f. Kepala Kantor Cabang PT. TASPEN (Pesero) dengan melampirkan 7(tujuh)

lembar pas foto ukuran 4x6 cm; g. Pejabat lain yang dipandang perlu.

J. Pembayaran Pensiun Janda/Duda

Dalam hal penerima pensiun PNS yang dalam keputusan pemberhentian dan pemberian pensiunnya ditetapkan sekaligus pensiun janda/dudanya, meninggal dunia, maka janda/dudanya agar melapor kepada Kantor Pembayaran Pensiun PT. TASPEN (Pesero), PT. ASABRI (Pesero) untuk mendapatkan pembayaran pensiun janda/dudanya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

K. Ketentuan Lain-lain

1. Dalam hal isteri/suami penerima pensiun tidak/belum tercantum dalam surat keputusan pensiun yang bersangkutan, maka hak pensiun janda/dudanya akan ditetapkan kemudian oleh Presiden sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Dalam hal penerima pensiun PNS mempunyai isteri lebih dari seorang, maka pensiun janda/duda/anak diberikan kepada janda/duda/anak yang tercantum dalam surat keputusan pensiun almarhum suaminya.

3. Dalam hal pembayaran pensiun janda/duda/anak tersebut tidak dalam satu wilayah pembayaran, maka janda/duda/anak yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan petikan ke-2 surat keputusan dimaksud kepada Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.

4. Permohonan tersebut diajukan melalui kantor bayar pensiun yang bersangkutan dengan dilengkapi :

a. Surat permohonan penerbitan petikan ke-2 surat keputusan pensiun; b. Foto copy sah surat keputusan pensiun;

c. Foto copy sah surat nikah;

d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 5 (lima) lembar.

5. Pembayaran pensiun janda/duda dilakukan secara otomatis oleh instansi pembayar pensiun, apabila penerima pensiun PNS yang bersangkutan meninggl dunia.

(34)

33 6. Instansi pembayar pensiun melaporkan penerima pensiun yang telah meninggal dunia kepada Kepala BKN dan tembusannya kepada Sekretariat Kabinet Rebublik Indonesia, baik penerima pensiun pegawai atau penerima pensiun janda/duda, untuk digunakan dalam rangka pembinaan statistik pensiun oleh pemerintah.

(35)

34

BAB V

KETENTUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENSIUN KEPADA

MANTAN PEJABAT NEGARA DAN JANDA/DUDANYA

A. Pemberian Pensiun.

Yang berhak mendapat pensiun adalah :

1. Pejabat Negara Eksekutif dan Pejabat Negara Non Eksekutif yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya.

2. Janda/duda mantan Pejabat Negara yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya. Dalam hal terdapat lebih dari seorang isteri yang sah, maka yang berhak mendapat pensiun janda adalah isteri pertama.

Umpamanya :

Saudara Ganda Pujangga, MA adalah seorang Pejabat Negara yang menjabat sebagai Walikota Bekasi, pada tanggal 4 Agustus 1987 menikah dengan Ny. Jelita dan kemudian tanggal 13 Mei 1998 menikah lagi dengan Ny. Dainur Hasanah. Pada tanggal 31 Desember 1999 Ny. Jelita dicerai, tetapi tanggal 1 Januari 2002 mereka rujuk kembali. Pada tanggal 25 Mei 2014 Saudara Ganda Pujangga, MA meninggal dunia. Dalam hal demikian yang berhak menerima pensiun Janda adalah Ny. Dainur Hasanah.

3. Anak kandung yang sah mantan Pejabat Negara.

Dalam hal mantan Pejabat Negara meninggal dunia sedangkan Pejabat tersebut tidak mempunyai isteri/suami yang berhak menerima pensiun janda/duda, atau apabila penerima pensiun janda/duda mantan Pejabat Negara kawin lagi, atau apabila meninggal dunia, maka anak mantan Pejabat Negara tersebut berhak menerima pensiun dengan ketentuan :

a. Belum mencapai usia 25 (dua puluh lima) tahun; b. Belum mempunyai pekerjaan yang tetap; atau c. Belum pernah kawin.

Umpamanya :

Saudara Ir. Gagah Perkasa Anggota BEPEKA telah menikah dengan Ny. Ratu Ayu Pinangsih tanggal 5 April 1985, dalam perkawinan tersebut mempunyai seorang anak bernama Hadi Permana lahir 16 Agustus 1990 yang hingga sekarang

(36)

35 masih sekolah, belum bekerja dan belum menikah. Pada tanggal 5 Agustus 2012 Ir. Gagah Perkasa meninggal dunia. Kemudian Ny. Ratu Ayu Penangsih menikah lagi dengan salah satu Direktur Utama bank pemerintah bernama Drs. Bentara Siaga, MBA tanggal 26 Desember 2013. dalam hal demikian, maka pensiunnya diberikan kepada anaknya yaitu Saudara Hadi Permana.

B. Besarnya Pensiun

1. Besarnya pensiun pokok Pejabat Negara adalah 1% (satu perseratus) untuk tiap 1 (satu) bulan masa jabatan dengan ketentuan sekurang-kurangnya 6% (enam perseratus) sebanyak-banyaknya 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari dasar pensiun.

Umpamanya :

a. Saudara Ir. Hambali, MM pada tanggal 1 Oktober 2009 dilantik sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi kemudian tanggal 20 Oktober 2009 diangkat menjadi Menteri Perhubungan dan yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari jabatan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat tersebut. Dalam hal demikian, perhitungan masa jabatan sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat sampai dengan akhir Oktober 2009 tidak diperhitungkan sebanyak 1 (satu) bulan, tetapi diperhitungkan 6 (enam) bulan karena minimum 6%, sehingga besarnya pensiun 6% x Rp 4.200.000,00 =Rp 252.000,00 setiap bulan.

b. Saudara Drs. Garnadi, M.Si pada tanggal 1 April 1999 dilantik sebagai Gubernur Provinsi X, tahun 2004 terpilih kembali untuk kedua kalinya hingga 11 Maret 2009. Dalam hal demikian, maka perhitungan masa jabatannya adalah 1 April 1999 sampai dengan 1 April 2009 tidak diperhitungkan sebanyak 10 tahun atau 120 bulan, tetapi dalam menetapkan pensiun yang dapat diperhitungkan hanya 75 bulan, karena pensiun tertinggi 75%. Sehingga besarnya pensiun 75% x Rp 3.000.000,00 = Rp 2.250.000,00 setiap bulan.

2. Pejabat Negara baik Eksekutif atau Non Eksekutif yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri karena keadaan jasmani dan atau rohani yang disebabkan dalam dan karena dinas, berhak menerima pensiun

(37)

36 tertinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari dasar pensiun. Disamping itu yang bersangkutan berhak menerima tunjangan cacat sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi PNS.

3. Besarnya pensiun janda/duda Pejabat Negara adalah ½ (setengah) dari pensiun yang berhak diterima oleh almarhum suami/almarhum isterinya.

Umpamanya :

Saudari Ana Winarsih, SH pernah menjabat Hakim Agung pada Mahkamah Agung selama 5 (lima) tahun dan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013 diberikan pensiun sebesar 60 x 1% x Rp 4.200.000,00 = Rp 2.520.000,00 setiap bulan. Apabila Saudari Ana Winarsih, SH meninggal dunia, maka kepada suaminya yang sah diberikan pensiun duda sebesar ½ x 60% x Rp 4.200.000,00 = Rp 1.260.000,00

4. Apabila Pejabat Negara Eksekutif atau Non Eksekutif tewas, maka besarnya pensiun janda/duda adalah 72% (tujuh puluh dua perseratus) dari dasar pensiun.

Umpamanya :

Saudara Drs. Dadang Pastika, MBA adalah Gubernur Provinsi X pada tanggal 14 Pebruari 2013 diundang oleh Presiden menghadiri rapat para kepala Daerah seluruh Indonesia di Istana Negara, tetapi sewaktu dalam perjalanan menuju ke Istana Negara dari Airport Cengkareng mendapat kecelakaan, sehingga yang bersangkutan meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya.

Pada waktu itu yang bersangkutan meninggalkan seorang isteri yang sah bernama Ny. Puspawati oleh karena yang bersangkutan meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya, maka yang bersangkutan dinyatakan tewas. Sehingga kepada jandanya diberikan pensiun janda sebesar 72% x Rp 3.000.000,00 = Rp 2.160.000,00 setiap bulan.

(38)

37

C. Yang Berwenang Menetapkan Pemberian Pensiun.

1. Pensiun bagi mantan Menteri, Pimpinan Lembaga Tinggi/Tinggi Negara dan mantan Anggota Lembaga Tinggi Negara, mantan Kepala Daerah Tingkat I yang berhenti dengan hormat sejak tanggal 1 Januari 1977 ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

2. Pensiun bagi mantan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sejak 14 Februari 1996 ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

3. Pensiun bagi mantan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sebelum 14 Februari 1996 ditetapkan dengan Keputusan Kepala BKN.

4. Pensiun bagi mantan ketua dan anggota BEPEKA yang diangkat dan berhenti dengan hormat berdasarkan peraturan perundang-undangan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1965 serta janda/dudanya ditetapkan dengan Keputusan Kepala BKN.

6. Pensiun bagi mantan Kepala Daerah Tingkat I dan mantan Kepala Daerah Tingkat II yang berhenti dengan hormat sebelum tanggal 1 Januari 1977 ditetapkan dengan Keputusan Kepala BKN.

7. Pensiun bagi mantan Kepala Daerah Tingkat II yang berhenti dengan hormat sejak tanggal 1 Januari 1977 ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden.

8. Pensiun bagi janda/duda/anak mantan Menteri, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, mantan Pimpinan Lembaga Tinggi/Tinggi Negara dan mantan Anggota Lembaga Tinggi Negara, mantan Kepala Daerah Tingkat I dan Tingkat II ditetapkan dengan Keputusan Kepala BKN.

D. Tata Cara Permintaan dan Pemberian Pensiun

1. Pemberian Pensiun Pimpinan Lembaga Tinggi/Tinggi Negara dan Anggota Lembaga Tinggi Negara yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya, usul pemberhentian pensiunnya diajukan oleh Sekretaris Jenderal/Panitera masing-masing Lembaga tersebut kepada Presiden.

(39)

38 2. Pemberian pensiun Menteri Negara yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya, tidak diatur tata cara pengajuannya. Namun demikian dalam pelaksanaannya diajukan oleh Menteri Sekretaris Kabinet kepada Presiden dengan memperoleh data dari instansinya.

3. Pemberian Pensiun Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang diberhentikan dengan hormat sebelum 14 Februari 1996 dan janda/dudanya, usul permintaan pensiunnya diajukan kepada Kepala BKN melalui Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri.

4. Pemberian Pensiun Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sejak 14 Februari 1996, usul permintaan pensiunnya diajukan oleh Menteri Luar Negeri atau Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri kepada Presiden dan tembusannya disampaikan kepada Kepala BKN.

5. Pemberian pensiun Kepala Daerah Tingkat I dan Wakil Kepala Daerah Tingkat I, usul permintaan pensiunnya diajukan oleh yang bersangkutan kepada Presiden melalui Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setempat.

6. Pemberian pensiun Kepala Daerah Tingkat II dan Wakil Kepala Daerah Tingkat II, usul permintaan pensiunnya diajukan oleh yang bersangkutan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setempat.

7. Pemberian pensiun Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang berhenti sebelum 1 Januari 1977 dan janda/dudanya, usul permintaan pensiunnya diajukan kepada Kepala BKN melalui Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setempat.

8. Pemberian pensiun janda/duda/anak mantan Pejabat Negara, usul permintaan pensiunnya diajukan oleh yang bersangkutan kepada Kepala BKN melalui kepala Cabang Utama/Cabang PT. Taspen (Pesero) diwilayah kerja masing-masing. Khusus bagi yang bertempat tinggaal di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dapat langsung menyampaikan permintaannya kepada Kepala BKN.

9. Pemberian pensiun janda/duda/anak yang almarhum suami/ayahnya atau almarhumah isteri/ibunya wafat dalam jabatannya, usul permintaan pensiunnya diajukan melalui Pejabat sebagaimana dimaksud angka 1, 4, 5 dan 6 diatas kepada kepala BKN.

Referensi

Dokumen terkait

variabel budaya (X1) , sosial (X2) pribadi (X3) dan psikologis (X4) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda

Pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat

* Cairan sendi biasanya bertambah akibat OA yang kambuh, tetapi juga bisa didapatkan pada kerusakan sendi yang kronis.. * Biasanya sendi terasa nyeri

(1) Apabila terdapat suatu keadaan memaksa yang tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu, sehingga pekerjaan dalam suatu wilayah Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum,

“Analisa Perhitungan Dan Simulasi Tegangan Yang Terjadi Pada Twist Lock Rubber Tired Gantry Crane (RTGC) Kapasitas Angkat 40 Ton Dengan Menggunakan Software MSC Visualnastran

[r]

Data dalam arti luas adalah sekumpulan informasi yang dapat diuat, diolah,.. dikirimkan dan di

1) Kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaarn kooperatif tipe Jigsaw di kelas sebagaimana direncanakan guru sebelumnya berlangsung baik. Hal ini dapat dilihat