• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran Artikel Guru

TAHUN PELAJARAN 2014

Oleh

I A Kade Widiaksisni, M Rai Dian Aryani, Sukraningsih

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengembangkanperkembangan motorik halus melalui penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka dalam kegiatan berhitung berorientasi lesson study di TK Negeri Pembina Singaraja pada tahun pelajaran 2014. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang pada setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.Subjek penelitian ini adalah anak-anak TK Negeri Pembina Singarajayang berjumlah 19 orang, yaitu 13 anak laki laki dan 6 perempuan. Data perkembangan motorik halus anak diperoleh melalui metode observasi yang dilakukan pada kegiatan belajar berhitung.Data penelitian dianalisis secara deskriptif kuantitatif.Terkait dengan kegiatan lesson study dalam penelitian ini, guru model dalam melaksanakan pembelajaran diobservasi dengan menggunakan panduan observasi oleh guru TK sejawat IGTKI Kabupaten Buleleng, selanjutnya dilakukan refleksi hasil observasi pembelajaran.Target keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah pencapaian perkembangan motorik halus anak sampai pada tingkat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka dalam kegiatan berhitung dapat meningkatkan perkembanganmotorik halus anak di TK Negeri Pembina Singaraja tahun pelajaran 2014. Pada akhir siklus I persentase capaian perkembangan motorik halus anak adalah 66,80% yang berada pada kriteria sedang. Sementara itu, pada siklus II perkembangan motorik hals anak meningkat sebesar 22,1% menjadi 88,90% yang berada pada kategori tinggi. berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada guru TK untuk menggunakan metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka untuk meningkatkan perkembanganmotorik halus anak dalam kegiatan berhitung. Hasil observasi menunjukkan bahwa pada pelaksanaan pembelajaran di siklus I, kendala pembalajaran terletak pada pengelolaan pembelajaran dengan sistem area, guru model perlu mengatur pembagian kelompok disesuaikan dengan area yang dibuka dalam pembelajaran. Pada siklus II, hasil observasi pembalajaran menyimpulkan bahwa semua anak sudah mendapat kesempatan mengikuti pembalajaran pada semua area yang dibuka.

Pendahuluan

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), mencakup keseluruhan pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Usia dini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Namun tidak semua orang memahami apa arti dari pendidikan anak usia dini itu. Pendidikan anak usia dini diberikan untuk anak usia 0-6 tahun. Sejalan dengan kemajuan bangsa Indonesia dan kesadaran akan pentingnya pendidikan, maka perkembangan sekolah taman kanak-kanak (TK) sangat maju pesat.

Ada tiga perkembangan perkembangan penting yang dialami oleh anak, yaitu: perkembangan psikologis, perkembangan kecerdasan, dan perkembangan otak. Secara psikologis, setiap anak memiliki waktu dan irama perkembangan sendiri, unik dan berbeda antara satu dengan yang lain. Disamping itu, setiap anak juga memiliki kecerdasan yang berbeda yang dapat membedakan antara anak yang satu dengan yang lain. Perkembangan anak juga dapat dipengaruhi oleh perkembangan otak, karena otak merupakan refleksi jiwa dan cermin kepribadian, menentukan niat, pikir, emosi dan perilaku manusia (Peraturan Menteri Nasional No 58 tahun 2009).Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.

Berdasarkan studi pendahuluan ditemukan bahwa prkrmbangana motorik halus anak-anak diTK Negeri Pembina Singaraja masih sangat rendah khususnya dalam kegiatan berhitung, salah satu faktor yang menyebabkan adalah kurangnya pemanfaatan media serta karena fasilitas dan media pembelajaran diTK Negeri Pembina Singaraja yang kurang lengkap. Hasil observasi juga menemukan bahwa di TK Negeri Pembina Singaraja anak-anak masih banyak yang belum perkembangan koginitif yang sesuai dengan anak anak pada usia tersebut yang ditunjukkan dengan rendahnya kemampuan meraka dalam kegiatan berhitung. Sehingga demikian diperlukan adanya inovasi dalam kegiatan pembelajaran diTK Negeri Pembina Singaraja melalui optimalisasi pemanfaatan media pembelajaran yang relevan untuk meningkatkan perkembangan motorik halusnya serta dapat dan menarik perhatian dan minat anak anak dalam mengikuti pembelajaran. Dalam mengikuti pembelajaran akan lebih menarik dan berhasil dengan berorientasi pada lesson study, dimana dalam kegiatan lesson study kita bisa mengatur kegiatan pembelajaran dengan tahapan plan, do, see, dan refleksi. Degan tahapan tersebut

maka pembelajaran bisa dirancang sedemikian menarik untuk mengembangkan motorik halus anak.

Agar dapat memahami dan menghayati bagaimana anak belajar dan permasalahan apa saja yang bersangkutan dengan proses pembelajaran, maka semua yang berkepentingan dengan pendidikan ikut secara aktif terutama pada waktu pelaksanaan pembelajaran (obsevasi) dan refleksi. Pelaksanaan dan refleksi merupakan inti dari lesson studi. Di kedua tahapan (observasi dan refleksi) itu kita dapat belajar bagaimana anak, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan apa saja yang diperlukan anak dalam belajar.

Kegiatan bermain sambil belajar dilakukan di TK sangatlah ditentukan oleh kemampuan seorang guru untuk mengkondisikan belajar yang maksimal yang dirancang sambil bermain. Melalui pemberian tugas anak memperoleh pemantapan cara mempelajari materi pelajaran secara lebih efektif karena dalam kegiatan melaksanakan tugas itu anak memperoleh pengalaman belajar untuk memperbaiki cara belajar yang keliru atau kurang tepat dan dapat meningkatkan cara belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, pemberian tugas merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar yang cocok untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus (Moeslichatoen, 1999).

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkanpesan atau isi pembelajaran, dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan anak sehingga dapat mendorong proses pembelajaran (Akmapala. 2009). Sementara itu, Sujiono, dkk, (2008:8.17) menyebutkan media pembelajaran adalah segalasesuatu yang dapat dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang daya pikir, perasaan, perhatian dan kemampuan anak sehingga ia mampu mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada diri anak.Perkembangan motorik halus anak usia dini dalam kegiatan berhitung sangat penting untuk sedini mungkin dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran di PAUD yang syarat dengan kegiatan bermain. Penggunaan media kartu huruf diprediksikan akan sangat sesuai untuk menunjang perkembangan motorik halus anak, karena kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kartu huruf yang dalam pelaksanaannya dengan bermain dan bernyanyi akan mampu menarik perhatian anak untuk terlibat aktif dalam belajar. Selain itu, kartu huruf yang dikemas dengan bentuk dan warna menarik juga mendukung antusias anak untuk mengikuti kegiatan belajar di PAUD

Penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan motorik halusanak di TK Widya dharma melalui penerapan metode pemberian tugas menggunakan media kartu angka dalam kegiatan berhitung.

Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini mengkaji tentang penerapan metode pemberian tugas menggunakan media kartu angka dalam kegiatan berhitung untuk meningkatkan kemampuan motorik halusanak TK Negeri Pembina Singaraja Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Waktu pelaksanaan tindakan akan disesuaikan dengan kegiatan kalender pendidikan di TK Negeri Pembina Singaraja Sementara itu penelitian ini akan dilaksanakan di TK Negeri Pembina SingarajaSubjek penelitian ini adalah anak-anak di TK Widya dharma yang berjumlah 19 orang, yaitu 13 anak laki laki dan 6 perempuan. Subjek penelitian ini ditentukan berdasarkan permasalahan dalam perkembangan motorik

halus anak dalam kegiatan berhitung seperti yang telah disampaikan pada bagian latar belakang.Objek yang dkaji dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan berhitung di TK.

Metode pengmupulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dengan menggunakan instrument pedoman observasi.Yang diobservasi adalah kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan belajar berhitung. Data penelitian dianalsisi secara deskriptif kuantitatif selanjutnya dikonversikan dalam kriteria penilaian acuan patokan pada skala lima. Target keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah tercapainya kemampuan motorik halus anak pada kateori tinggi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus.Pada masing-masing siklus terdiri dari tahap perenanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.Data penelitian berupa perkembangan motorik halus anak diperoleh melalui observasi terhadap kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan belajar berhitung di setiap pertemuan pada siklus I dan siklus II.Berikut disajikan deskripsi dan hasil masing-masing siklus.

Deskripsi dan Hasil Penelitian Siklus I

Hasil pengamatan kemampuan berhitung dengan media kartu angka anaksaat berlangsungnya kegiatan pembelajrannya dengan penerapan metode pemberian tugas dengan media kartu angka dalam lima kali pertemuaan.

Setelah dihitung maka diperoleh rata-rata kemampuan motorik halus dalam belajar berhitung menggunakan media kartu angka anak pada Siklus I sebesar 13,36. Sementara itu, persentase kemampuan belajar berhitung berbantuan media kartu angka anakpada siklus I 66,80% atau berada pada kategori sedang.

Selanjutnyacapaian kemampuan motorik halus dalam belajar berhitung anakpadasiklus

nilai capaian kemampuan motorik halus dalam kegiatan berhitung anak TK Negeri Pembina Singaraja pada siklus I cenderung berada pada nilai yang rendah.

Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil penelitian siklus I di proleh nilai rata-rata kemapuan berhitung berbantuan media kartu angka anak sebesar 13,36 dan persentase sebesar 66,80% dengan kriteria sedang. Dari hasil penelitian dan pengamatan peneliti selama pemberian tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan berhitung berbantuan media kartu angka anakberada pada kriteria sedang. Hal ini di jadikan refleksi untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya, yaitu: (1) kurangnya adaptasi dengan kegiatan belajar yang baru dan penggunaan media kartu angka. Anak masih cendrung terbawa oleh kegiatan belajar lama yaitu duduk diam mendengarkan ceramah guru; (2) kurangnya keaktifan anak dalam bertanya jika tidak mengerti dengan penjelasan guru; (3) kurangnya kepercayaan diri anak dalam menggunakan media kartu angka dengan baik.Sehingga pada saat mengerjakan tugas anak sering dibantu oleh temannya

yang sudah bisa mengerjakan; (4) rata-rata kemampuan berhitung anak berada pada kriteria rendah.Kriteria ini masih dikatakan belum tuntas karena ketuntasan minimal berada pada kriteria sangat tinggi.Sehingga ketuntasan belajar anak secara keseluruhan belum tercapai sesuai dengan kriteria yang direncanakan.

Selain beberapa masalah yang telah di uraikan di atas, dalam pengamatan peneliti juga menemukan beberapa kelebihan yang ditunjukan anak selama tindakan pada siklus I, seperti: (1) beberapa anak sudah mau mendengarkan penjelasan dari guru, (2) sudah ada beberapa anak yang sudah aktif bertanya jika tidak mengerti penjelasan guru, (3) adanya interaksi saling membantu antara anak yang pintar dengan anak yang kurang mampu.

Mengacu pada masalah-masalah di atas maka di lakukan diskusi dengan guru untuk merancang perbaikan tindakan untuk selanjutnya diterapkan pada siklus II. Adapun upaya perbaikannya sebagai beikut: (1) sebelum melaksanakan tindakan siklus II anak di berikan penjelasan tentang kegiatan atau proses pembelajaran yang akan di terapkan, agar anak mengetahui dan memilki kesiapan dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka; (2) menjelaskan kepada anak bahwa setiap kegiatan ada penilaian.

Deskripsi dan Hasil Siklus II

Berdasarkan pengamatan kemampuan berhitung berbantuan media kartu angka anak saat berlangsungnya kegiatan pembelajrannya dengan penerapan metode pemberian tugas dengan media kartu angka dalam lima kali pertemuan di Siklus II, maka di peroleh data kemampuan berbantuan media kartu angka untuk anak

nilai rata-rata kemampuan motorik halus dalam kegiatan berhitung menggunakan media kartu angka pada siklus II sebesar 17,78. Selanjutnya persentase kemampuan motorik halus anak pada siklus II adalah 88,90% berada pada kategori tinggi.

Selanjutnya deskripsi capaian kemampuan motorik halus dalam kegiatan berhitung menggunakan media kartu angka anakpada siklus II cendrung tinggi.

1

Refleksi Siklus II

Berdasarkan proses perbaikan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang sangat signifikan dimana kemampuan berhitung menggunakan media kartu angka anak meningkat. Adapun temuan-temuan yang yang diproleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: (1) secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah di persiapkan, sehingga kemampuan berhitung anak yang diharapkan dapat tercapai dengan baik; (2) anak yang awalnya kurang aktif dalam proses pembelajaran menjadi sangat aktif dan antusias dalam belajar hal ini karena media kartu angka di sukai oleh anak-anak; (3) dalam penelitian ini anak selalu di berikan motivasi fasilitas agar anak lebih memahami media kartu angka dengan baik.

Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka sudah berjalan dengan baik dan maksimal, hal itu terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) kemampuan berhitung menggunakan media kartu angka anak dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini cukup sampai pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Pembahasan

Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka, ternyata dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada anak di TK Negeri Pembina Singaraja berhitung berbantuan media kartu angka siklus I hanya sebesar 66,80% yang berada pada katagori sedang. Hal itu di karenakan, pada siklus I terdapat beberapa kendala-kendala yang di alami dengan pembelajaran yaitu: kurangnya adaptasi dengan kegiatan belajar yang baru dan penggunaan media kartu angka anak masih cendrung terbawa oleh kegiatan belajar lama yaitu duduk diam mendengarakan ceramah guru, beberapa anak kurang aktif bertanya , ketika anak belum memahami penjelasan guru, kurangnya kepercyaan diri anak dengan berbantuan media kartu angka dengan baik sehingga anak dibantu oleh anak yang sudah mampu. Kendala-kendala itulah yang mengakibatkan kemampuan berhitung dengan berbantuan media kartu angka anak masih sedang.

Mengacu pada kendala-kendala di atas maka di lakukan diskusi dengan guru kelas untuk merancang perbaikan tindakan untuk selanjutnya diterapkan pada siklus II. Adapun upaya perbaikanya sebagai berikut: Sebelum melakasanakan tindakan ke siklus II anak di berikan penjelasan tentang kegiatan atau proses pembelajaran yang akan di terapkan agar anak mengetahaui dan memilki kesiapan dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka, menjelaskan kepada anak bahwa setiap kegiatan ada penilaian dan guru selalu memdampingi anak dalam melakasanakan kegiatan sehingga jika ada anak untuk mengerjakan kegiatan dengan benar guru akan melakukan penilaian tentang hasil kerja anak serta memberikan refleksi semua hasil kerja anak. Sehingga pada siklus II kemampuan berhitung menggunakan media kartu angka anak menjadi 88,90% yang menunjukkan pada kategori sedang. Jadi terjadi peningkatan sebesar 22,1%.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan metode pemberian tugas dalam kegiatan berhitung menggunakan media kartu angka untuk dapat meningkatkan motorik halusanak meningkat, oleh karenanya para guru sangat perlu menerapakan strategi pembelajaran yang efektif secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan perkembangan konginitif anak.

2

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat di simpulkan bahwa penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka berorientasi Lesson Study dapat mengembangkan perkembangan motorik halus anak dalam kegiatan berhitung pada anakTK Negeri Pembina Singaraja.Hal ini dapat dilihat dari adanya perkembangan kemampuan anak berhitung pada siklus II. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II, hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan perkembangan motorik halus dalam berhitung dari siklus I sebesar 66,80% yang berada pada kategori sedang kemudian penelitian siklus II rata-rata kemampuan berhitung sebesar 88,90% berada pada kategori tinggi.

Peningkatan perkembangan motorik halus dalam kegiatan berhitung berbantuan media kartu angka anak melalui penerapan metode pemberian tugas berorientasi leson studi dapat menghadirkan suasana menyenangkan bagi anak, dapat meningkatkan minat anak untuk belajar di kelas sehingga anak mampu memahami konsep berhitung dengan baik. Pengguaan metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka juga mampu memberikan suasana belajar yang dapat meningkatkan tanggung jawab anak untuk dapat menyelesaikan tugas dan memberikan kebebasan anak untuk bermain kartu angka sesuai prosedur yang di berikan oleh guru sehingga keberhasilan dari penelitian ini tergolong dalam kategiri tinggi.

Berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah di terapkan, maka pelaksanaan tindakan ini secara keseluruhan dapat di katakan berhasil karena telah memenuhi kriteria yaitu keberhasilan daya serap menencapai kategori tinggi dengan ketuntasan klasikal minimal mencapai 80%.

Berdasarkan temuan hasil penelitian ini maka disaranakan kepada para guru di Taman Kanak-kanak, metode pemberian tugas berbantuan media kartu angka dapat dijadikan alternatif pembelajaran di Taman Kanak-kanak agar dapat meningkatkan atau mengembangkan kemampuan berhitung menggunakan media kartu angka untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak sebagai tahap awal dalam membaca permulaan.Guru perlu memperhatikan tersedianya kesempatan pada anak untuk bermain sambil belajar dan pemberian langsangan seperti membacakan cerita, membaca gambar dan melihat buku-buku. Guru juga senantisa selalu menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tahap perkembangan anak sehingga proses penyampaian pesan dapat di terima baik oleh anak.

Daftar Rujukan

Akmapala.2009. Pengertian Media Pembelajaran Kartu Gambar.Tersedia Pada Http://Akmapala 09.Blogspot.Com/2012/04/Pengertia n-Media-Pembelajaran Education.Html.Diakses Tanggal 24 Maret 2013

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Anak Usia Dini. Jakarta: Pusat Kurikulum

Dokumen terkait