• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahun – Tahun Akhir Bangsawan Melayu Serdang

Dalam dokumen Hilang Dalam Terang.docx (Halaman 62-66)

Pada 27 Desember 1949 merupakan suatu peristiwa yang mengakui kemerdekaan dan kedaulatan atas Indonesia oleh Belanda. Sejak itu bangsa Indonesia mempuyai hak sepenuhnya untuk menentukan sendiri nasibnya , perkembangannya , dan kehidupan nasionalnya.

Setelah berahirnya revolusi Indonesia ; bagaimanakah kedudukan bangsawan Melayu Serdang ?

Proklamasi 6 Oktober 1945 adalah merupakan dasar hukum sekaligus menjadi sumber hukum bagi penyusunan pemerintahan NRI baik lembaga – lembaganya maupun fungsi lembaga – lembaga itu sebagai satu pemerintahan yang berdaulat dan sesuai dengan cita – cita serta tujuan bangsa Indonesia. Berdasarkan proklamasi ini juga secara tegas tetapi “agak kurang resmi” pengapusan negara – negara yang dimasuki oleh NRI.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa setiap perubahan akan dimuai dari adanya konflik – konflik. Konflik – konflik ini biasa terjadi pada kelompok , antar kelompok , dan antar elit yang ditandai oleh pola – pola perubahan yang terpadu. Perubahan ini cenderung terumuskan dalam beberapa aturan – aturan dasar interaksi sosial. Seperti pada setiap masyarakat tradisional kecenderungan peraduan dari

3939Reid , Op. Cit. hal. 114 – 115.

berbagai gerakan – gerakan revolusioner kerapkali ditentang oleh elit penguasa. Usaha untuk melemahkan kecenderungan – kecenderuangan ini dan memisahkan gerakan – gerakan revolusioner , khususnya menceraikan dari pembangunan kelembagaan dan proses politik memang berhasil dengan baik. Sebagai akibatnya keterpaduan dari segenap gerakan – gerakan tersebut memang hampir tidak menemukakan titik temu. Namun pada akhirnya ia dapat berkembang atau sekurang – kurangnya membawa transformasi parsial dari rezim tersebut.

Tingkat keterpaduan pada seluruh masyarakat kerajaan sama sekali tidak seragam. Kerajaan Serdang ditandai oleh knvergansi yang termasuk besar dari segenap perubahan dalam bidang politik ; demikian juga bahwa perubahan – perubahan politik tidak diintegrasikan dengan perubahan – perubahan dalam penatan ke “Indonesia” an ( musyawarah untuk mencapai mufakat ) berbagai lapisan sosial. Sebaliknya NRI ditandai oleh “Jawanisasi” derajat artikulasi ideologi dari perjuangan politik bersama perpaduan gerakan – gerakan revolusioner.41

Ketika bangsawan menujukkan dukungannya terhadap revolusi , maka bangsawan itu sendiri terimbas revolusi yang ia dukung tersebut. Pada bulan Maret sampai dengan April 1946 ini merupakan pencanangan awal dari “pegganyangan” resmi terhadap bangsawan.

Terbentuknya NRI jilid II ditahun 1950 merupakan pukulan telak bagi bangsawan , karena bangsawan tidak mempunyai status setelah revolusi Indonesia ; artinya kekuasaan atas negara yang diperintah oleh bangsawan selama turun temurun tersebut , maka harus direlakan untuk dilepaskan kepada penguasa baru dalam negara yang baru ; dan revolusioner bangsawan tidak diperlukan lagi oleh karena revolusi Indonesia ( proklamasi kemerdekaan dan perjuangan bersenjata ) masanya telah selesai.

4141Eisenstadt. Revolution And The Transformation Of Societies , atau Revolusi dan

BAGIAN 3

PROLOG

Pembangkangan Sultan Sulaiman Sjaiful Alam Shah terhadap aturan – aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda menjadi titik yang menentukan dalam sejarah revolusioner bangsawan Serdang. Dengan sikap Sultan Sulaiman ini juga merupakan unsur yang paling aktif dan paling berkomitmen dalam proses pembentukan bangsawan Serdang yang revolusioner. Revolusi yang lahir dengan bangkitnya perlawanan bagsawan atas kebijakan – kebijakan dari pemerintah Belanda melalui kontrelirnya di jaman kolonial , hidup secara terus menerus sampai akhirnya Indonesia merebut kemerdekaannya kembali dan menciptakan dunia baru yang terlepas dari kebijakan – kebijakan kekuasaan asing. Pemerintah Hindia dan aparaturnya secara ekstensif dan efektif melalui PID nya selalu mengawasi dengan sangat waspada dan siap setiap saat untuk menupas setiap gerakan “subversif” bangsawan. Disamping itu bayangan menakutkan tentang kedekatan Serdang kepada Jepang yang di Timur telah menghantui setiap kontelir Belanda akan datangnya revolusi. Akibat dari semua itu , gerakan bangsawan Serdang berusaha diimbangi dengan “mengotoriterkan” Serdang disertai dihapuskannya institusi Orang Besar untuk mengurangi dan sekaligus memecah belah bangsawan Serdang itu sendiri.

Yang perlu dipertanyakan disini adalah : apakah sebenarnya arti revolusi Indonesia itu bagi bangsawan Melayu Serdang ? Mulai sekarang jelaslah kiranya bahwa revolusi Indonesia mempunyai makna yang lebih besar dan lebih kompleks bagi bangsawan Melayu Serdang daripada hanya sekedar pendeklarasian berdirinya NRI serta perjuangan bersenjata di Sumatera Timur pada umumnya dan di Serdang pada khususnya. Unsur revolusi Indonesia atau lebih tepatnya perspektif revolusi nasional / kemerdekaan Indonesia sentris itu sudah pasti ada dari mulanya karena memang unsur ini yang menjadi benang merah ikutnya bangsawan Melayu Serdang dalam revolusi Indonesia. Tetapi menyamakannya sama halnya dengan mengamati sekilas sambil menutup mata terhadap berwarna – warninya dinamika dan kompleksitas revolusi Indonesia itu sendiri. Ini perlu diingat karena revolusi Indonesia tidak hanya sebatas pendeklarasian NRI dan perjuangan bersenjata untuk menghilangkan anarsir – anarsi asing dari negeri ini tetapi revolusi Indonesia ini secara “tidak resmi” menghilangkan kedaulatan bangsawan Melayu Serdang atas kekuasaan negaranya. Selain itu revolusi Indonesia ini juga secara semi – sistematis bisa dikatakan sebagai pembersihan terhadap golongan etnis tertentu yang kebetulan mendukung daripada bangsawan Melayu Serdang itu sendiri. Jadi kemudian apa itu bangsawan Melayu Serdang dalam revolusi Indonesia ?

Pertama , bangsawan Melayu Serdang dalam revolusi Indonesia merupakan suatu proses “penerjemahan” dalam usaha bersama untuk mengusir penjajahan disertai pembentukan negara baru yang demokratis yang sebelum kedatangan kekuasaan asing pernah ada. Ketika Sultan Sulaiman mengadakan diskusi ringan dengan Dr. Sutomo ;

Sultan tersebut mempunyai pandangan bahwa tidak hanya bangsawan – bangsawan Serdang saja yang mengalami penjajahan tetapi dibanyak tempat khususnya di Jawa posisi bangsawan juga sama keadaanya dengan bangsawan – bangsawan Serdang.

Kedua ; kita mungkin bertanya , mengapa bangsawan Melayu Serdang mendukung dan menyatakan berdiri dibelakang NRI ; ini semua tindakan yang keliru. Dalam klasifikasi ini , bangsawan Melayu Serdang tetap sosok dari golongan bangsawan yang membingungkan karena apabila NRI berdiri maka secara langsung kekuasaan bangsawan atas kerajaannya harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan bentuk pemerintahan republik. Idenya tentang mendukung dan sekaligus berdiri dibelakang NRI tidak dapat dikalsifikasikan ke kategori apapun. Tetapi jika kita ikuti lagi tindakan yang mereka perbuat yang dipakainya untuk menerangi dunia lingkungan hidupnya , ia ( bangsawan Melayu Serdang ) bukan sosok bangsawan yang membingungkan lagi. Ia adalah golongan bangsawan yang moderat dan bukan sebagai kaum feodal yang mencoba membuktikan kepada orang bukan bangsawan bahwa tidak semua golongan bangsawan itu feodal. Bangsawan Melayu Serdang mengingatkan kepada kita akan kesalahan klasifikasi bangsawan dan pengamatan yang serampangan itu serta menghindarkan diri dari pandangan umum , maka kemunculan bangsawan Melayu Serdang dalam revolusi Indonesia merupakan sikap bangsawan yang lain daripada yang lain.

Dalam dokumen Hilang Dalam Terang.docx (Halaman 62-66)

Dokumen terkait