• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hilang Dalam Terang.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hilang Dalam Terang.docx"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

(2)

BAGIAN – 1

KELAHIRAN DAN EVOLUSI

BANGSAWAN MELAYU SERDANG

1.1

Suksesi Di Kerajaan Deli Sebagai Embrio Dari Bangsawan

Serdang Tahun 1720

Berdirinya kerajaan Serdang diawali dari perang suksesi dalam perebutan tahta di Deli disekitar tahun 1820. Perang suksesi ini merupakan sebagai embrio terbentuknya bangsawan Melayu Serdang sekaligus telah mewujudkan kerajaan Serdang. Namun kerajaan yang didirikan oleh permaisuri Tengku Puan Sampali bersama putranya Tengku Umar Johan Pahlawan Alamsyah dan adiknya Tengku Tarwar serta mendapat bantuan dari Datuk Sunggal dan Datuk Tanjung Morawa marga Saragih Dasalah itu bukanlah merupakan tujuan semata – mata , melainkan hanyalah alat untuk mencapai cita – cita bangsa dan tujuan negara yakni membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan raja adil raja disembah raja zalim raja disanggah.

Kerajaan Serdang merupakan perkawinan antara kerajaan Perbaungan asal Minangkabau , Denai 11 , Lubuk Pakam , Batang Kuis , Percut Sei Tuan sampai Selatan , sampai kebatas Sungai Ular melalui Namu Rambe dari Hulu sampai ke pantai Selat Malaka. 22

Adapun arti daripada suksesi 1720 itu dalam garis – garis besarnya ialah : 1. Lahirnya bangsawan Melayu Serdang ;

2. Puncak perjuangan Tengku Umar Johan Perkasa Alamsyah untuk memperebutkan tahta kerajaan Deli namun gagal ;

3. Titik tolak untuk membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan raja adil raja disembah raja jalim raja disanggah.

Semenjak suksesi 1720 itu sejarah bangsa Melayu Serdang merupakan daripada suatu bangsa yang merdeka dan bernegara ; sejarah bangsa Melayu Serdang yang menyusun pemerintahannya.

1.2 Bangsawan Serdang Dalam Kekuasaan Tradisional

( 1723 – 1862 )

1.2.1 Konsep Daulat-Durhaka

Jati diri Melayu umumnya mengajarkan kepada orang – orang Melayu akan adanya siklus antara daulat dan derhaka. Secara simbolik jati diri ini diaktualisasikan dalam tiga unsur mendasar yaitu Raja / Sultan , para pembesar dari berbagai hirarki , dan rakyat

11Wawancara dengan Bapak Tengku Luckman Sinar , SH ; dirumah : JL. Abdulla Lubis No. 42 /

47 Medan , tanggal 31 Maret 2001.

22Luckman. Sari Sejarah Serdang ( Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1970 )

(3)

yang menjadi wadah untuk menjunjung kedua unsur terdahulu. Ketiga unsur ini bertalian erat diantara satu dengan lainnya. Bangsawan Serdang merupakan bagian dari bangsawan Melayu. Seseorang disebut Melayu apabila ia beragama Islam , berbahasa Melayu sehari – harinya dan beristiadat Melayu. Dalam adat Melayu terdapat satu ungkapapan yang dipedomani. Ungkapan ini ; “adat bersendi hukum syarak , syarak bersendikan kitabullah”. Jadi orang Melayu itu adalah etnis secara kultural ( budaya ) dan tidak mesti secara genologis ( persamaan darah turunan ). Dalam hukum kekeluargaan orang Melayu menganut sistem “parental” ( kedudukan pihak ibu dan pihak bapak sama ). Pada awalnya ketika agama Islam mulai dikembangkan oleh orang Melayu ( pedagang ) ke seantero Nusantara ; pengertian Melayu merupakan pengertian suatu wadah orang Islam dalam menghadapi golongan non – Islam.33

Dalam kesadaran Barat kekuasaan merupakan gejala yang khas antarmanusia. Kekuasaan adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak pada orang lain , untuk membuat mereka melakukan tindakan – tindakan yang kita kehendaki. Kekuasaan pada dirinya sendiri adalah sesuatu yang abstrak yang hanya menjadi kongkret dalam sebab – sebab dan akibatnya. Kekuasaan terdiri dalam hubungan tertentu antara orang – orang ataupun kelompok orang dimana salah satu pihak dapat memenangkan kehendaknya terhadap yang satunya. Kekuasaan muncul dalam bentuk yang beraneka ragam misalnya sebagai kekuasaan orang tua , karismatik , politik , fisik , finansial , inteletual , dan tergantung dari dasar empirisnya.44

Dalam paham Melayu kekuasaan adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Sistem kerajaan – kerajaan Melayu yang tumbuh di Sumatera Timur dan ada sejak kerajaan Haru di Deli lenyap karena serangan Aceh pada 1539 M merupakan bersifat kerajaan Islam Mazhab Syafii yang mengutamakan mufakat ( konsensus ) dalam pemerintahan sehari – hari diantara Raja / Sultan yang dianggap sebagai “zilullah fi’l alam” bayang – bayang Tuhan diatas dunia atau “kalifatullah fi’l ard” wakil Tuhan di dunia dengan rakyat diwakili oleh para “Orang Besar” telah diciptakan ketika terjadi “kontrak sosial” antara sang sapurba dengan demang lebar daun di Bukit Seguntang Maha Meru seperti yang diceritakan oleh sejarah Melayu. Dalam “kontrak sosial” ini Raja / Sultan ( penguasa ) tidak boleh menghina dan memperkosa hak rakyat. Raja tidak akan membuat keputusan tanpa mufakat dan persetujuan segenap Orang Besar. Taatnya orang Melayu kepada Raja / Sultan yang dianggap sebagai wakil Tuhan di dunia / kepala pemerintahan Islam / kepala adat sejak dahulu sebelumnya terungkap dalam pepatah “ada raja adat berdiri , tiada raja adat mati”. Oleh sebab itu Raja / Sultan mempunyai “Daulat” selaku penguasa pemerintahan , penguasa Islam dikerajaannya ; dan selaku kepala adat Melayu. Pemberontakan terhadap Raja / Sultan dianggap merusak keseimbangan kosmos di alam tindakan mana disebut “Durhaka” , yang hukumnya sangat berat sampai melibatkan keluarga dan harta benda pendurhaka itu.

33Lihat juga , Tengku Luckman Sinar , SH. Jati Diri Melayu ( Medan : Lembaga Pembinaan dan

Pengembangan Budaya Melayu – MABMI , 1994 ) hal. 8 – 15.

44Magnis. Etika Jawa : Sebuah Analisa Filsafi Tentang Kebijakan Hidup Jawa ( rev . ed. ;

(4)

Oleh sebab itu dapatlah kita lihat didalam sejarah kerajaan – kerajaan Melayu sebelum penjajahan Barat untuk melenyapkan ketidakadilan rakyat memakai tiga cara :

1. Cara pertama : Memprotes sesuai pepatah “Raja adil Raja disembah , Raja zalim Raja disanggah”. Pepatah ini memperlihatkan bahwa hak azasi manusia sudah lama dipraktekan pada orang Melayu dibandingkan orang diluar Melayu ;

2. Cara kedua ; sering kita lihat dengan meracuni raja itu hingga tewas ;

3. Cara ketiga ; rakyat yang merasa ditekan lalu berangkat pindah dengan keluarganya ke kerajaan lain sehingga daulat raja itu jadi berkurang. Dalam hikayat Melayu sering hal itu dilukiskan dengan “negeri itu menjadi lengang ibarat disambar garuda”. Dengan banyak keluar rakayatnya maka raja yang zalim itu hilanglah pamornya ( daulatnya ) dan turunlah derarajat kerajaannya menjadi miskin.5

Ketiga unsur ; Raja / Sultan , para pembesar dari berbagai hirarki , dan rakyat yang menjadi wadah untuk menjunjung kedua unsur terdahulu itu merupakan semacam matarantai yang tidak dapat dipisahkan. Siapa dan apa yang menaikan martabat seorang raja atau sultan tidaklah terlepas dari rakyat walaupun sekecil apapun pengikut dan rakyat yang mendaulati beginda dari kerajaan itu. Sebaliknya tentulah tidak akan terwujud suatu sistem , peraturan , atau organisasi sesuatu kerajaan atau kesultanan , masyarakat yang teratur , tata cara hidup yang bernorma dan berbudaya seandainya ketiadaan raja atau sultan yang didaulati sebagai unsur tertinggi dalam tata cara berkerajaan dan berpemerintahan. Sebagai pemimpin sebuah masyarakat yang besar dalam tradisi kemepimpinan Melayu – Islam ia perlu diakui sebagai khalifah di dunia.

Apabila merujuk kepada tradisi pribumi ; rakyat suatu kerajaan atau suatu kesultanan dianggap sebagai tanah. Hanya unsur tanah saja yang boleh menumbuhkan pohon. Dan apabila mengambil contoh tradisi kepemimpinan Parsi , raja diibaratkan pohon dan rakyatnya diumpamakan sebagai akarnya. Hanya apakah ada akar barulah pohonnya boleh tumbuh dan berkembang. Tanah yang segar , akar yang kuat tentu dapat menghasilkan pohon yang subur dan baik. Perantaraan diantara raja atau sultan dengan rakyatnya adalah pembesar. Para pembesar dari pelbagai hirarki melaksakan fungsi – fungsi fiskal dalam melangsungkan kewibawaan dan berkuasanya seorang raja atau sultan terhadap seluruh rakyatnya. Tidak mungkin kesemua tanggungjawab itu dilakukan oleh raja atau sultan. Maka memang sangat diperlukanlah hal – hal yang bersifat kompleks itu dibagi – bagikan ( pembagian kekuasaan ) kepada para pembesar tersebut.

Seorang raja atau sultan mempunyai tugas pertama – tama ia harus mengangkat bendahara , kedua ia juga mengangkat tumenggung , tugas yang ketiga seorang raja atau sultan yang bijaksana juga harus melakukan pengangkatan terhadap syahbandar. Demikianlah , betapa raja atau sultan dan pembesar saling perlu memerlukan ibarat api dengan kayu tidak akan mungkin menyala api apabila tanpa adanya kayu. Maka

(5)

wajarlah apabila raja atau sultan , pembesar , dan rakyat menjadi dasar dalam pandangan hidup perpolitikan Melayu dalam membentuk sebuah kerajaan dengan berbagai keragaman institusinya. Selanjutnya apabila dikaitkan seorang raja atau sultan yang berwibawa serta yang pemegang kekuasaan tertinggi dalam institusi kerajaan yang memakai gelar sultan tersebut maka wujud dari kerajaan itu berwujud kesultanan. Instutusi inilah yang menjadi tonggak dari penggagasan , penumbuhan , perkembangan , dan kelangsungan daripada suatu kerajaan dan warisan – warisan Melayu berikutnya. Begitu penting institusi ini dalam menyumbang untuk mewujudkan sebuah kerajaan sehingga diungkapkan secara falsafah dalam budaya politik Melayu “…negeri ( kerajaan ) kalah , apabila rajanya mati”.6

Dari ungkapan ini dapat diyakini bahwa raja atau sultan dalam paham Melayu memiliki kosmis. Kosmis ialah suatu kekuatan yang dimiliki oleh seorang raja (penguasa ) berdasarkan keseimbangan dalam berpedomankan akan kestabilan kosmos ( alam semesta ). Artinya seorang raja atau sultan dapat berkuasa apabila jumlah total kekuasaan dalam alam semesta tetap sama saja. Individu - individu yang berkuasa dianggap penuh kekuatan batin dalam arti baik atau buruk. Pada prinsipnya kekuatan adi dunia itu ada dimana - mana tetapi ada tempat , benda , dan manusia dengan pemusatan yang lebih tinggi. Raja atau sultan yang dipenuhi oleh kekuatan ini tidak bisa dikalahkan dan tak dapat dilukai dengan kata lain raja atau sultan itu sakti kekuatan yang membuat sakti disebut kesaktian. Kekuasaan politik adalah ungkapan kesaktian maka tidak merupakan sesuatu yang abstrak suatu nama belakang bagi hubungan antara dua unsur yang kongkret yaitu manusia atau kelompok manusia. Kekuasaan mempunyai substansi pada dirinya sendiri ( kehendak dari raja atau sultan yang bersangkutan ) berinteraksi pada dirinya sendiri dan tidak tergantung dari dan mendahului terhadap segala pembawaan empiris. Dalam kenyataannya kekuasaan hakekat realitas sendiri , dasar ilahinya dilihat dari segi kekuatan yang menagalir pada dirinya sendiri itu merupakan sesuatu yang abstrak yang hanya menjadi kongret dalam sebab - sebab dan akibat - akibatnya. Kekuasaan terdiri dari hubungan tertentu antara orang - orang atau kelompok orang tertentu dimana salah satu pihak dapat memenangkan kehendaknya terhadap satunya. Kekuasaan muncul dalam bentuk yang beraneka ragam ; misalnya sebagai kekuasaan orang tua yang kharismatik , politik , fisik , finansial , intelektual ; tergantung dari dasar empiriknya. Pada latarbelakang kekuasaaan itu raja atau sultan dapat dimengerti sebagai orang yang memusatkan suatu takaran kekuatan kosmis yang besar dalam dirinya sendiri sebagai orang yang sakti sesaktinya. Kita bisa membayangkan sebagai pintu air yang menampung seluruh air sungai dan bagi tanah yang lebih rendah merupakan satu - satunya sumber air dan kesuburan , atau sebagai lensa pembakar yang memusatkan cahaya matahari dan mengarahkannya kebawah. Kesaktian sang raja atau sultan diukur pada besar kecilnya monopoli kekuasaan yang dipegangnya. Kekuasaan semakin besar semakin luas wilayah kekuasaan yang dipegangnya. Dari seorang raja atau sultan akan mengalirlah

66Latiff.Melaka dan Arus Gerak Kebangsaan Malaysia ( Kuala Lumpur : Universiti Malaya ,

(6)

ketenangan dan kesejahteraan kedaerah sekelingnya. Tidak ada musuh dari luar atau kekacauan didalam yang menggangu petani pada pekerjaannya di sawah karena kekuasaaan yang berpusat dalam raja atau sultan sedemikian besar sehingga semua faktor yang bisa mengganggu kekuatanya seakan - akan dikeringkan daya pengacau dari pihak - pihak yang dianggap berbahaya seakan - akan dihisap kedalam raja atau sultan. Dalam wilayah kekuasaanya akan dapat ketentraman dan keadilan serta setiap pihak dapat menjalankan usaha - usahanya tanpa perlu takut dan kaget. Kekuasaan dari raja atau sultan juga nampak dari kesuburan tanah dan apabila tidak terjadi bencana -bencana alam seperti banjir , letusan gunung berapi , dan gempa bumi karena semua peristiwa alam dari kekuatan kosmis yang sama dan dipusatkan dalam diri raja atau sultan , maka apabila kekuasaannya raja atau sultan itu menyeluruh maka akan terlepas dari apa yang dikatakan dengan tidak adanya kekuatan - kekuatan selain kekuatan pusat ( basis kekuasaan ) termasuk kekuatan - kekuatan alam masih bisa bergerak. Oleh karena itu kekuatan raja atau sultan terbukti dari akan adanya keteraturan dan kesuburan alam serta masyarakat. Jadi apabila semuanya tentram , bila tanah memberi panen yang berlimpah - limpah , bila setiap penduduk dapat makan dan berpakaian secukupnya dan semua orang merasa puas inilah yang dikatakan bahwa raja atau sultan masih memiliki kosmis yang direalisasikan sebagai keadaan yang “…negeri ( kerajaan ) apabila rajanya mati”.Apabila kosmis itu tidak dimiliki lagi oleh raja atau sultan tersebut maka akan terjadinya kekacauan , kritikan - kritikan , dan perlawanan – perlawanan. Apabila tidak ada lagi terdapat pusat - pusat kekuasaan yang belum tergantung daripadanya atau memberontak terhadap pemerintahan pusat dan apabila terjadi segala macam ganguan terhadap ketentraman serta keselarasan dalam wilayah kekuasaanya tersebut.7

Dengan demikian , faktor – faktor berikut akan menjadi landasan utama secara umum dalam menegaskan dan meneruskan kelangsungan institusi kerajaan – kerajaan Melayu sebagai berikut : Hardinya seorang raja atau sultan yang didaulati. Baginda harus beragama Islam. Dalam melaksanakan hukum – hukum dan perundang – undangan kerajaan maka syariat Islam diterapkan bersama – sama peraturan – peraturan dari adat – istiadat setempat. Landasan kepada penegakan daulat ialah adil. Baginda menjadi pelindung kepada kesejahteraan rakyat dan kerajaan. “Memangsai rakyat tanpa dosanya ( melalaikan dosa menderhaka kepada raja ) , alamat kerajaan akan binasa”. Ukuran dari tingginya daulat yang dimiliki oleh raja atau sultan dapat ditaidai dengan taat dan setianya rakyat serta kemakmuran seluruh kerajaan. Perdagangan maju dan banyaknya alim ulama yang masuk ke negeri ini.

Pembesar dan para menteri yang menjalankan tugasnya dan menjunjung tinggi perintah raja / sultan dengan setianya. Filsuf mengungkapkan “bahwa kerja / titah raja dijunjung , kerja sendiri terabaikan , ini adalah idealismenya.

Orang kebanyakan baik yang berada di tanah Melayu sendiri ataupun kawasan – kawasan yang menjadi taklukan Melayu menjadi rakyat kebawah Duli Yang Maha

(7)

Mulia. Secara idealnya mereka melindungi sebaliknya mereka adalah penegak daulat raja. Interaksi mereka dengan raja adalah renggang tetapi untuk menyeimbangi kereanggangan tersebut dibarengi dengan kepercayaan dan pendukungan terhadap daulat secara spiritual , peranan , dan fungsi pembesar ke atas mereka.

Hadirnya kerjasama , saling topang – menopang , dan dukung – mendukung secara langsung maupun secara tidak langsung diantara ketiga unsur ( raja / sultan , pembesar , dan rakayat ) ini. Dengan fenomena ini akan terbentuk suatu konsensus masyarakat yang diaktualisasikan kepada pegangan dan kepatuahan kepada wadah ( kontrak sosial ) “sang spurba taram seri tri buana ( pihak yang diperintah )” dengan “demang selebar daun ( pihak yang diperintah )”. Ini merupakan suatu tradisi turun – temurun dalam politik Melayu.

Secara historis dalam budaya berpolitik Melayu menjurus kearah terbinanya sebuah kerajaan , apabila tonggak bernegara ialah institusi kerajaan atau kesultanan maka unsur yang sangat mendasari akan kedua aspek ini ialah pemegang dan penguasa dari politik tersebut. Kedaulatan dan usaha – usaha pembinannya bukan sekedar muncul dari dukungan dan pengakuan dari kalangan – kalangan seperti pembesar , menteri , dan rakyat tetapi harus didukung juga oleh adanya penguatan dengan mitos – mitos dan kepercayaan diwariskan oleh pendahulu – pendahulu terdahulu secara turun – temurun mengenai asal usul dari raja / sultan tersebut.8

1.2.2 Orang Besar Kerajaan : Gelar dan Fungsinya

Dalam bidang pemerintahan kerajaan Melayu pada umumnya , dan di kerajaan Serdang pada khususnya selalu memakai Orang Besar dalam jumlah astrologi ( mendapat pengaruh dari Hindu ) yaitu : 4 , 8 , 16 , dan kadang – kadang sampai 32 orang. Struktur pemerintahan di Serdang dan negeri – negeri Melayu lainnya di Sumatera Timur berdasarkan asal struktur perkembangan dari pemerinatahnnya mula – mula sangat sederhana sekali. Kita dapat membuat hipotesa bahwa perkampungan – perkampungan kecil disepanjang Selat Malaka yang hampir – hampir tidak berpengaruh itu mempunyai kepala – kepala kaum dimana penghuni – penghuni kampung menganggap dirinya sebagai raja mereka yang kadang – kadang pemerintahannya bersifat despotis dan otokratis , yang kadang – kadang juga dengan atau tanpa mufakat bersama – sama mengambil saja sesuatu gelar untuk dirinya dan juga memberikan gelar – gelar kepada kaum – kaum lainnya yang dengan sukarela menetap didaerahnya ataupun dapat dilakukannya dengan peperangan. Untuk memperkuat kekuasaannya ia mengangkat pula anggota – anggota keluarganya atau orang – orang kepercayaannya untuk memegang fungsi – fungsi tertentu seperti : panglima perang , syahbandar , dan lain – lain. Pemberian gelar – gelar itu mempunyai arti apa – apa dan pemberian gelar itu hanyalah sebagai mutan politik untuk mengikat persahabatan guna menjaga stabilitas negerinya. Penghasilan yang diperoleh dari raja – raja tersebut umumnya dari peradilan , bea – cuaki , hasil – hasil muara sungai ,

(8)

persembahan – persembahan yang diterima , barang larangan , pancong alas , bea masuk orang asing yang memasuki wilayahnya ; dan bersamaan dengan daerah – daerah kediaman orang – orang Batak keuntungan biasanya didapatkan dari monopoli garam , candu , dan sering juga dari ekspor budak – budak ( biasanya orang – orang kafir ) yang dijual oleh pedagang Cina ke Malaya didaerah pertambangan timah dan perak di Perak dan Selangor. Didaerah – daerah yang ditaklukkannya raja – raja itu pada umumnya tidak pernah meninggalkan pasukan tetap tetapi mengambil salah seorang anak raja yang dikalahkannya atau pengganti raja untuk dididik di istananya. Sering pula raja penakluk itu menunggu datangnya utusan – utusan pemberian upeti ( Bunga Emas ) dan menerima pendapatan hasil cukai dari raja – raja taklukkan. Intervensi di daerah – daerah jajahan dalam bidang pemerintahan hampir tidak ada. Mengenai biaya untuk pemerintahan ditanggung bersama – sama oleh kepala daerah – daerah taklukkan , dan biaya – biaya untuk peperangan biasanya ditanggung sebagian oleh mereka.

Orang Besar kerajaan atau Rijsgroten adalah dimaksudkan sebagai para fungsionaris yang menjadi kepala – kepala daerah di daerah – daerah yang menjadi bagian dari daerah suatu kerajaan tersebut atau juga mereka berfungsi sebagai kepala daerah didaerah Sultan ( reechtstreek Sulthansgebied ). Bahwa susunan dewan kerajaan Serdang umumnya hampir sama dengan negeri Melayu lainnya yang ada di Sumatera Timur yang didapat dari pengaruh kerajaan Melayu Melaka dan Johor – Riau serta Siak.

(9)

Adapun asal kata Wazir di Serdang dan Bendahara dilain negeri Melayu itu ialah karena ia merupakan sebagai tempat pembendaharaan segala rahasia raja dan memberikan kebajikan atas bumi yang dilingkari raja itu ( asal kata Mangkubumi ). Mereka – mereka itu dibawah pimpinan Menteri Utama ( Wazir ) yang mengurus jalannya pemerintahan sehari – hari dalam negara. Disamping itu ada lagi Dewan Menteri yang terdiri dari Orang Besar Berempat yang merupakan “inner Council” yang diketuai oleh Wazir dan masing – masing Orang Besar Berempat mempunyai pula menteri – menteri dibawahnya yang berjumlah delapan ( Menteri Delapan ). Adapun Orang Besar Berempat itu adalah : Datuk Paduka Setia Maharaja , Tengku Seri Maharaja , Datuk Mahamenteri , dan Datuk Paduka Raja. Adapun gelar dari masing – masing Orang Besar Berempat yang sesuai dengan tingkatan dalam kedudukan hirarki kekuasaan adalah : Datuk Paduka Setia Maharaja , Tengku Seri Maharaja , Datuk Mahamenteri , dan Datuk Paduka Raja. Mereka inilah yang membantu raja dalam penentuan pengganti raja – raja dan penambalan raja – raja baru , membuat perjanjian , menentukan keadaan perang , dan lain – lain hal yang dianggap penting.

Sewaktu kerajaan Serdang masih kecil dan mulai berkembang dari Sampali ke Sungai Serdang , keempat Wazir ini belum mempunyai daerah sendiri. Fungsi Wazir ini sebagai kawan Raja dalam musyawarah untuk hubungan – hubungan politik.59

1.3

Bangsawan Serdang Dalam Jaman Kekuasaan Asing

( 1863 – 1945 )

Pesatnya perkembangan agro – industri dan perdagangan serta ekspor di Sumatera Timur , maka datanglah berduyun – duyun bangsa asing seperti Cina , India , Arab , dan bangsa Eropa. Suku – suku dari luar Sumatera Timur seperti Jawa , Batak Toba , Mandailing , Minangkabau , dan lain – lain datang untuk mencari kerja sebagai buruh , guru sekolah , pegawai pemerintah , pegawai perkebunan , pedagang kecil , dan sebagainya ; sehingga Sumatera Timur diberi gelar “Deli negeri dolar”. Menurut sensus 1940 penduduk asli hanya 39,50 % saja dari seluruh penduduk di Sumatera Timur ( Melayu 23 % , Karo 9,98 % , dan Simalungun 6,53 % ) sehingga merupakan minoritas dinegerinya yang kaya itu. Karena situasi yang tidak berimbang itu tidaklah terdapat budaya yang dominan , kecuali dalam bahasa pergaulan yaitu bahasa Melayu. Karena penduduk asli menguasai pemerintahan kerajaan lokal dan tanah adat yang luas walaupun tidak dikerjakan sendiri ; maka terjadilah pengkotak – kotakan penduduk ( misalnya diperkebunan yang dominan ialah suku Jawa , di kota – kota yang dominan “orang pendatang” dari berbagai etnis yang tidak berhak atas pemilikan tanah karena mereka warga Hindia Belanda [ Gouverment Onderdanen ] ). Karena “orang pendatang” lebih terdidik dan lebih berhasil dalam bidang perniagaan , maka mereka lebih banyak menyekolahkan anaknya kesekolah Belanda bahkan perguruan tinggi di negeri Belanda atau Betawi. Juga di dalam partai atau organisasi “pergerakan

59Wawancara dengan Bapak Tengku Luckman Sinar , SH ; dirumah : JL. Abdulla Lubis No. 42 /

(10)

nasional” mereka dominan dan aktif. Rasa terancam karena ketidakberdayaan terhadap tekanan pemerintahan Hindia Belanda maupun karena merasa terdesak oleh “orang pendatang” ; sejumlah tokoh dibeberapa kerajaan Melayu menganggap perlu membentuk persatuan dan menegakan jati diri Melayu ( Islam mazhab Syafii , budaya dan adat serta bahasa Melayu ) melalui pendidikan dan organisasi seperti itu di Serdang maka terbentuklah Bangsawan Sepakat ( 1923 ) Syairus Sulaiman ; persatuan raja – raja Melayu seperti Syirkatul Muluk ( 20 September 1932 ) , dan Persatuan Sumatera Timur ( 1941 ). Tetapi kecurigaan akibat taktik pecah belah kaum penjajah , organisasi itu tidak banyak artinya dalam mempertahankan hegemoni penduduk asli Melayu. Bahkan karena perjuangan mempertahankan hak adat tanah jaluran di areal perkebunan tembakau , pihak kerajaan Melayu mendapat tekanan tiap tahun dari pihak perkebunan asing dan pemerintah Hindia Belanda.10

Sejak permulaan priode ini birokrasi Belanda terus – menerus berusaha secara berangsur – angsur menggugah raja / sultan yang berada dibawah “politik kontrak” itu kejurusan situasi yang “normal” , dengan menurunkan penghasilan dan kekuasaan otonominya ketingkat raja – raja yang berstatus Korte Verklaring.

Akibat dari kebijakan ini di kerajaan Serdang terjadi suatu perubahan besar yang sedikit demi sedikit mulai berlaku di kerajaan ini. Di dalam kerajaan Melayu menurut adat seorang raja bergelar Sultan , Yang Dipertuan , dan sebagainya. Lalu seorang Raja Muda atau Yang Dipertuan Muda dan sejumlah biasanya 4 yang tergabung dalam Orang – Orang Besar atau Datuk atau Wazir ; sebenarnya Sultan itu bukan penguasa yang absoulut tetapi hanya mewakili kerajaan. Oleh karena itu menerima penghormatan yang tertinggi dan pendapatan yang besar , tetapi meskipun demikian tugasnya akan jadi senang saja. Tugas pemerintahan yang sebenarnya terletak pada Raja Muda yang kadang – kadang kekuasaannya sering menyamai Sultan dan kadang – kadang melampaui kekuasaan Sultan.

Sejak memasuki tahun 1930 beberapa instutusi kerajaan dihapuskan dan diganti dengan institusi yang dibuat oleh Belanda dalam tahun 1907 dengan ikatan politik yang sesungguhnya sangat memberatkan tetapi harus ditaati oleh karena kerajaan Serdang dalam keadaaan “taklukan” kekuasaan asing. Dengan keadaan yang sedemikian ini maka bangsawan memamfaatkan keahliannya ini dalam hubungan – hubungan yang mempunyai pengaruh besar , kalau perlu membungkuk – membungkuk merendahkan diri dengan harapan agar tidak memungkinkan Belanda secara langsung mencapai tujuannya. Kesempatan mendesakan perubahan ini hanya terbuka pada mangkatnya setiap raja / sultan ; dimana kelonggaran – kelonggoran dalam hubungan mereka telah diperketat lagi dan penghasilan pengganti – penggantinya telah diturunkan. Sasaran tetap politik Belanda ditujakan kepada eenhoofdig bestuur ( pemerintahan di bawah satu raja ) ; dimana sejumlah raja kecil yang sudah tunduk secara teori maupun praktek kepada kekuasaan kolonial Belanda berangsur – angsur

1010Lihat Tengku Luckman Sinar , “Sumatera Timur Menjelang Proklamasi dan Setelah

(11)

hanya berfungsi sebagai pejabat – pejabat bawahan dari raja – raja / sultan – sultan yang telah mantap pengaruh dan keberhasilannya. Kebijakan ini dibuat oleh Belanda dengan sasaran agar kekuasaan “elit pribumi” ini dapat dikontrol melalui satu raja / sultan dan dengan perantaraan raja / sultan ini pengontrolan birokrasi kepegawaian kepala – kepala distrik yang bersifat aristokrasi. Tekanan – tekanan kejurusan memperkecil penghasilan para raja / sultan ternyata menimbulkan “masalah”. Masalah ini menjadi gawat pada tahun – tahun krisis ekonomi dunia ketika keungan perkebunan dan kerajaan mengalami kesulitan yang luar biasa. Krisis dunia ini tidak mengubah penghasilan resmi para bangsaawan , tidak seperti raja - raja / sultan – sultan yang tidak berdaya diikat oleh Korte Verklaring yang penghasilannya dipotong 10 % pada tahun 1932. Dalam keadaan yang suram ini , para bangsawan masih terus menghambur – hamburkan uang mengikuti nafsu kemewahan hidupnya yang berlebih – lebihan ; membikin Belanda hilang kesabaranya. Praktek persen – persenan dan pemberian barang – barang berharga kepada elit Melayu yang berpengaruh untuk menjinakan mereka dalam urusaan tanah yang dulunya dilakukan oleh perkebunan – perkebunan terhadap bangsawan – bangsawan ini , sekarang tidak dilakukan lagi. Jika timbul sengketa pihak perkebunan langsung membawanya ke pengadilan untuk diputuskan ; utang – utang para bangsawan ini mereka tagih tidak mereka hapuskan seperti dulu karena kepentingan politik mereka. Hubungan antara perkebunan dan kerajaan semakin putus , sehingga maslah keuangan para bangsawan semakin menjadi parah. Jika pemborosan raja / sultan dan para kerabat sekitarnya tanpaknya semakin meningkat selama tahun – tahun krisis ekonomi dunia ; demikian juga permohonan – permohonan akan perlindungan dan bantuan kerajaan semakin meningkat pula. Persaingan diantara kaum bangsawan Melayu ini dalam perlombaan kemewahan pesta – pestanya dan kehebatan mobil – mobilnya telah mencapai tingkat yang sedikit pun tidak lagi memikirkan martabat kekuasaanya. Menjelang tahun 1931 utang istana Serdang sudah sedemikian bertumpuk sehingga pemilik – pemilik modal Eropa menolak memberi utang selanjutnya sehingga para bangsawan itu terjerumus berhutang kepada rentenir – rentenir India. Seluruh utangnya diperkirakan berjumlah 300.000 gulden pada tahun 1933 , tetapi di tahun 1935 terungkap utangnya sebanyak lebih dari satu miliun gulden.11

Pernyataan seperti ini memang kiranya agak menyesatkan. Namun benar bahwa tidak semua bangsawan yang berlatarbelakang bangsawan kerjanya hanya menghambur – hamburkan uang mengikuti nafsu kemewahan hidupnya yang berlebih – lebihan. Tidak halnya dengan Sultan Sulaiaman yang dengan uang pribadinya sendiri dan dari kas kerajaan membuka Serdang Kanaal , melempangkan sungai Serdang untuk mengeringkan air bah dan rawa – rawa. Tujuan pembangunan

1111Reid. The Blood Of The People : Revolution And The End Of Tradisional Rule In

Northern Sumatra , atau Perjuangan Rakyat :Revolusi Dan Hancurnya Kerajaan Di Sumatera ,

(12)

ini tidak lain diperuntukan untuk mengairi sawah rakyat seluas 2000 Ha yang tidak lain untuk mensejahterakan rakyat petani.612

Setelah masuknya Jepang , pemerintahan militer Jepang merupakan penguasa tertinggi atas negara ini. Pmerintahan militer Jepang telah mendomonasi negara atas rakyat Indonesia khususnya di kerajaan Serdang. Gambaran ini merupakan ciri utama dari sistem pemerintahan militer yang di terapkan Jepang. Kemampuan ekonomi dan militer negara sangat besar ; kekuasaan negara dilaksanakan melalui patronanse dan penindasan. Berdiri di atas kaki sendiri dijadikan modal untuk membangun apa yang disebut perang Asia Timur Raya. Pengawasan negara atas rakyat dapat berjalan secara efektif ; hal ini dapat terlihat dari campur tangannya pemerintahan militer Jepang atas seluruh wilayah kehidupan rakyat. Aristokrat diangkat sebagai klien negara dalam tingkat regional yang mengontrol dan memantau hampir seluruh kegiatan dari rakyat Serdang. Surat rekomendasi dari berbagai kantor militer dan sipil diperlukan penduduk yang akan melamar pekerjaan , memasuki pendidikan tinggi , pindahan , menikah , dan lain – lainnya. Struktur rezim Jepang dengan pengawasan militer pada tingkat nasional , regional , dan lokal serta lembaga kecamatannya yang sangat kuat.

Gerakan tiga “A” yang dipropagandakan oleh pemerintahan militer Jepang ini juga digunakan untuk membeli kesetiaan para pembangkang potensial , seperti kelompok – kelompok intelektual dan tokoh – tokoh agama.713 Rezim pemerintahan militer Jepang telah menetapkan sebuah sistem korporatis yang disambungkan dengan wahana bela negara. Kelompok – kelompok kepentingan korporatis yang itu bersatu dibawah jaringan PETA ; seperti Persatoean Oelama Soematera Timoer dijadikan sebagai satu – satunya instituisi keulamaan umat Islam ; Persatoean Oelama Kerajaan – Kerajaan Soematera Timoer , dijadikan sebagai satu – satunya institusi dari bangsawan Melayu , HEIHO merupakan organisasi dalam ketentaraan yang dibentuk oleh Jepang karena Jepang kekurangan prajurit dalam angkatan perangnya. GYUGUN ( Tentara Pembela Tanah Air ) , organisasi ini yang akhirnya merupakan sebagai inti dari TNI sekarang.

Tingkat urbanisasi dan industrialisasi perang ditambah lagi dengan isolasi dari pihak Sekutu maka di kerajaan Serdang terjadinya multi krisis yang pada akhir – akhir dari kekalahan Jepang di tahun 1945 merupakan petunjuk bahwa kelas menengah dan pekerja masih cukup kecil untuk mengerti akan arti kemerdekaan bangsa. Ini menjadi masalah sebab sejarah membuktikan bahwa kelas rakyat biasa dan unsur – unsur dari

612Wawancara dengan Bapak Tengku Luckman Sinar , SH ; dirumah : JL. Abdulla Lubis No. 42 /

47 Medan , tanggal 31 Maret 2001.

713Yang penulis maksudkan sebagai kelompok – kelompok intelektual dan tokoh – tokoh agama

(13)

golongan kirilah yang paling mendukung untuk kemerdekaan bangsa dan berdirinya negara Indonesia.

Struktur kelas di kerajaan Serdang sedang berubah seiring dengan tumbuhnya kelas menengah dan pekerja. Di balik struktur kelas yang sedang berubah ini merupakan hasil pembangunan militerlisme yang berlangsung selama masa pendudukan Jepang di kerajaan Serdang tersebut. Kerajaan Serdang telah mengalami periode panjang dari pertumbuhan ekonominya dibandingkan negara – negara tetangganya yang ada di Sumatera Timur tersebut dengan kemungkinan pertumbuhan pertaniannya yang mampu menjadi lumbung padi semasa pendudukan Jepang di Sumatera Timur. Pembangunan industri militer ini menciptakan kelas sosial baru yang bisa jadi menuntut janji – janji kemerdekaan. Di satu sisi dinyatakan bahwa performasi militer yang berkembang akan menciptakan tuntutan terhadap partisipasi politik dari kelas menengah yang sedang tumbuh. Di sisi lain ; pembangunan militerlistik yang terjadi di kerajaan Serdang mengantarkan negara pada standar persiapan menuju revolusi yang baik bagi kebanyakkan orang tetapi juga pada kesenjangan yang lebih besar antara kelas atas dan menengah kaya yang jumlahnya terus bertambah dengan golongan miskin ; ini jugalah yang merangsang terjadinya gerakan oposisi yang tidak kalah dari kelas menengah yang sedang tumbuh tersebut.

Berbeda dari banyak negara ; berdirinya negara Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang dilahirkan sebagai negara revolusi rakyat. Hadirnya negara Indonesia merupakan konsekwensi dari keadaan – keadaan istimewa yang terjadi di Indonesia. Setelah lebih dari tiga abad kolonialisme Belanda dan Imprialisme Jepang dari Maret 1942 sampai dengan Agustus 1945. Selama periode ini rakyat Indonesia harus mengalami banyak penderitaan. Sementara warisan penderitaan dan dominasi asing meninggalkan bekas yang tidak bisa dihapuskan pada jiwa orang Indonesia. Secara militer pihak Jepang juga memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi arah masa depan politik dan masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dari upaya – upaya Jepang dalam menciptakan berbagai organisasi militer dan kuasi – [ sic ] militer di negara ini selama peralihan pemerintahan.

Revolusi di Indonesia ( 1945 – 1950 ) menyisakan banyak masalah diseluruh daerah – daerah yang termasuk dalam wilayah Hindia Belanda yang akhirnya menjadi Indonesia. Misalnya Sumatera Timur yang wilayahnya ikut serta terimbas dalam prahara revolusi ; revolusi Indonesia khususnya di kerajaan Serdang.

(14)
(15)

BAGIAN – 2

BANGSAWAN MELAYU SERDANG DAN

AKTUALISASI REVOLUSI INDONESIA

DI SUMATERA TIMUR

2.1 Lahirnya Revolusi Indonesia Tahun 1945

Di Jawa , desas – desus bahwa Jepang harus atau akan mengadakan kapitulasi dengan Sekutu memacu aksi beberapa organisasi bawah tanah yang telah bersepakat untuk bangkit melawan Jepang bila sekutu mendarat. Bahkan pada tanggal 10 Agustus 1945 , setelah mendengar siaran radio yang kebetulan tidak disegel oleh pemerintah militer Jepang bahwa Jepang sudah memutuskan untuk menyerah , Sjarir mendesak Hatta agar bersama Soekarno , dia segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia , dan menyakinkan bahwa Hatta boleh mengharapkan dukungan dari para gerilyawan dan banyak unit PETA. Takkala Soekarno dan Hatta baru pulang dari Dalat pada tanggal 14 Agustus 1945 , Sjarir memberitahukan mereka bahwa Jepang sudah minta diadakan gencatan senjata dan sekali lagi berusaha mendesak memproklamirkan kemerdekaan. Soekarno dan Hatta belum begitu yakin bahwa Jepang telah menyerah , merasa bahwa para gerilyawan belum lagi mampu menghimpun kekuatan untuk mengalahkan Jepang dan khawatir bila hal ini mengakibatkan pertumpahan darah yang sia – sia.

Namun demikian , Sjarir yang percaya bahwa Soekarno bersedia memproklamirkan kemerdekaan dengan deklarasi kemerdekaan berisikan kata – kata sangat anti – Jepang yang telah disiapkan Sjarir dan kawan – kawannya , segera mengorganisir para gerilyawan dan pelajar Jakarta untuk mengadakan demostrasi umum dan kerusuhan – kerusuhan militer. Tembusan dan deklarasi kemerdekaan mereka yang anti – Jepang itu sudah dikirim ke semua pelosok pulau Jawa untuk segera diterbitkan begitu Soekarno memproklamirkan kemerdekaan yang diharapkan bakal terlaksana pada tanggal 15 Agustus 1945. Setelah persiapan – persiapan mulai dilakukan , menjadi jelas bahwa Soekarno dan Hatta tidak bersedia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 15 Agustus 1945. Sjarir tidak dapat menghubungi semua pemimpin organisasinya pada waktu yang tepat untuk memberitahukan pembatalan ini. Revolusi satu – satunya telah meletus di Cirebon pada tanggal 15 Agustus 1945 dibawah Dr. Sudarsono , tetapi segera dipadamkan.

(16)

panitia tersebut direncanakan akan diadakan pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi dan kemudian mereka mengusulkan untuk memproklamirkan kemerdekaan.1

Mr. Teuku Moh. Hasan dan Dr. Amir mengikuti acara proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Mereka diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Sumatera dan Menteri Negara tanpa porto polio. Keduanya tiba di Medan pada tanggal 28 Agustus 1945 dengan letih dan lesu. Dr. Amir yang menjadi dokter kerajaan Langkat kembali ke Tanjung Pura tempat tinggal isterinya seorang wanita Belanda ; sementara Mr. Teuku Moh. Hasan hanya berdiam diri di Medan. Ketika Xarim M.S , yang berpengaruh di kalangan pemuda mengetahui dari dokter A.K Gani di Palembang tentang proklamasi itu ia dapat mendesak para pemuda , sehingga Letnan Gyugun Ahmad Tahir berhasil mengundang para pemuda bekas Gyugun dan Heiho pada tangga 23 September 1945 untuk secara rahasia dan tertutup mengadakan rapat di jalan Istana dan kemudian di asrama Rensheikei ( Hotel Dirga Surya sekarang ).

Pada mulanya proklamasi kemererdekaan Indonesia tidak diketahui di Medan karena putusnya hubungan dengan Jawa. Orang hanya kebingungan mendengar desas – desus bahwa tentara Sekutu ( yang memboncengi Belanda ) akan segera mendarat. Dr. Tengku Mansyur selaku ketua Shu Shangi Kei ( DPR ) Sumatera Timur pada 25 Agustus 1945 mengundang beberapa tokoh masyarakat untuk berunding di rumahnya. Pertemuan itu dihadiri antara lain oleh Mr. Moh. Yusuf , Xarim M.S , dan lain – lain. Maka dikeluarkanlah pengumuman untuk menjaga keamanan dan dibentuklah suatu panitia kecil yang diketuai oleh Sultan Langkat untuk menjelaskan kepada tentara Sekutu mengapa selama mereka mengadakan kerjasama dengan Jepang. Panitia inilah yang kemudian diisyukan oleh PKI sebagai “panitia penyambutan Belanda” ( Comite van ontvangat ) yang antara lain tugasnya adalah menangkapi orang pergerakan yang bekerjasama dengan Jepang.2

2.1.1 Isu Commite Van Ountvangst

Berita akan adanya suatu panitia untuk menyambut kedatangan Belanda yang dilakukan oleh bangsawan ini Sebenarnya masih sebatas isu. Kebenaran akan adanya permasalah ini masih sangat diragukan oleh karena apabila masih – masing pihak diberikan tanggapan atas peristiwa ini masing – masing pihak selalu membenarkan pernyataan yang mereka perbuat dengan memperkuat penyataan tersebut oleh masing – masing pihak ; sehingga kebenaran akan peristiwa ini perlu dikaji lebih mendalam lagi dalam waktu yang mungkin akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui akan peristiwa tersbut.

Menurut salah satu sumber bahwa peristiwa ini terjadi pada 25 Agustus 1945 yang dilakukan oleh beberapa diantara dari bangsawan dari berbagai kerajaan yang ada di

11George Mc Turnan Kahin. Nationalism And Revolution In Indonesia , atau Refleksi

Pergumulan Lahirnya Republik : Nasionalisme Dan Revolusi Di Indonesia , terj. Nin Bakdi Soemanto ( Semarang - Jakarta : Sebelas Maret University Press & Pustaka Sinar Harapan , 1995 ) , hal. 170 - 175.

22Panitia Konfrensi Internasional. Denyut Nadi Revolusi Indonesia (Jakarta : PT Gramedia

(17)

Sumatera Timur dengan mendirikan Comitte van Ontvangst untuk menerima kedatangan Belanda. Panitia ini diketuai oleh Sultan Langkat dan Dr. Tengku Mansur.3 Sementara alasan Dr. Mansur mengundang dan mengadakan pertemuan dirumahnya pada tanggal 25 Agustus 1945 oleh karena tanggungjawab ia sebagai ketua Shu sangi kai untuk membicarakan masalah perihal mengenai kepentingan untuk mencegah tindakan balas dendam dan mengadukan “kolabultor – kolabulator” kepada Sekutu yang akan mendarat. Pertimbangan ini diperbuat oleh Dr. Mansur dengan pertimbangan melihat situasi kelahiran republik yang hanya beredar dalam desas – desus yang mengakibatkan situasi masyarakat dan negara ( kota – kota di Suamtera Timur) tidak relevan dengan peristiwa besar ini dan bahwa beberapa orang dari sebagian besar para pemimpin di daerah ini hanya semata tertumpu kepada akibat – akibat yang dibawa oleh pertukaran rezim kolonial itu terhadap perimbangan posisi antara kelompok – kelompok di daerah ini ( orang – orang Indonesia ) yang saling bersaing dan sulit untuk dipersatukan tersebut. Kenyataannya pertemuan ini bukan semata diadakan dari bangsawan oleh bangsawan dan untuk bangsawan tetapi pertemuan ini diadakan dengan mengundang kelompok – kelompok diluar bangsawan itu sendiri tetapi yang hadir hanya diantaranya seperti Xarim M.S dan Mr. Joesoef.4

Sementara itu menurut pendapat salah seorang bangsawan bahwa isu ini dibuat oleh orang komunis karena kebencian orang – orang komunis ini terhadap bangsawan tanpa alasan – alasan yang masuk akal. Mereka menggap bangsawan itu sarang feodal yang banyak menyengsarakan rakyat banyak akibat kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh bangsawan tersebut.85

2.1.2 Pemuda Dalam Dunia Bergerak

Para pemuda Indonesia di Sumatera Timur yang telah mendapatkan sekedar latihan militer dan cara berorganisasi selama zaman pendudukan Jepang juga dilanda rasa terkejut dan kehilangan arah setelah mengetahui berita tentang kekalahan Jepang. Giyugun , Heiho , dan Konkukotai telah ditanggalkan senjatanya dan dibubarkan sejak sekitar 16 Agustus 1945 , jauh mereka sebelum mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi. Bagi mereka yang berada di Medan dan bertugas di kota – kota lainnya tidak ada alat pengangkutan untuk memulangkan mereka kembali ke kampungnya masing – masing. Sebagian besar mereka termasuk dalam lapisan masyarakat miskin yang menyedihkan , diterlantarkan , dibuang sebagai sampah setelah tidak diperlukan lagi oleh oleh tentara pendudukan Jepang. Mereka pun menjadi bulan – bulanan pokok

33Tim Pengumpulan , Penelitian , dan Penulisan Sejarah Perkembangan Pemerintahan DATI I

Sumatera Utara. Draf Sejarah Perkembangan Pemerintahan DATI I Sumatera Utara , 1945 – 1950

( Medan : Diklat Propsu , 1992 ) , hal. 53.

44Reid. The Blood Of The People :Revolution And The End Of Tradisional Rule In Northern

Sumatra , atau Perjuangan Rakyat :Revolusi Dan Hancurnya Kerajaan Di Sumatera , terj. Tim PSH ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 1987 ) , hal. 260.

85Wawancara dengan Bapak Tengku Syahrial ; dirumah : JL. Kalimantan III No. 18 B Kompleks

(18)

kemarahan masyarakat miskin yang paling mengalami penderitaan dibawah kekuasaan Jepang.

Situasi inilah yang menjadi pangkal gerak pertama berdirinya organisasi – organisasi. Menjelang akhir Agustus , beberapa bekas perwira Giyugun menghubungi Xarim M.S yang dulunya merekrut mereka ke dalam barisan itu dan melayani mereka lewat Bompa. Xarim juga menjadi pengawas atas milik dan peralatan bekas Bompa yang sekarang dipakainya untuk menampung para prajurit – prajurit Indonesia di Sumatera Timur yang terlantar itu. Suatu badan penyantun , “Pelita penolong penganguran Heiho dan Gyugun” telah dibentuk untuk mengurus makan mereka dari persediaan beras digudang Bompa dan sebagian mereka ditempatkan di kantor – kantor Bompa. Kemudian perwira – perwira Gyugun itu segera mendirikan kelompok yang lebih luas , “Persatuan Pemuda Latihan” yang menghimpun dan membela mereka yang pernah mendapatkan latihan Jepang sebagai polisi , pegawai , maupun prajurit terhadap tuduhan fasis atau kolaborator. Lewat himpunan – himpunan seperti ini , para pemuda bekas latihan Jepang ini sering berkumpul membicarakan berita dan kabar – kabar angin tentang maksud – maksud sekutu maupun tentang perkembangan di pulau Jawa.

Para pemuda yang memiliki potensi militer ini hanya sedikit mempunyai kontak dengan pemimpin – pemimpin politik atau dengan gerakan”bawah tanah” yang samar – samar itu yang juga sudah tidak mempunyai kapasitas tujuan lagi. Adalah Xarim M.S yang menjadi rantai penghubung antara ketiga unsure ini dan mungkin beralasan jika dia pada minggu – minggu pertama setelah menyerahnya Jepang bertindak hati – hati sekali. Nyatanya hanya setelah telegram dari Dr. Gani pada 15 September 1945 itu dia memberitahukan kepada pemuda yang menjadi pembantunya , Abdul Razak tentang perkembangan gerakan Republik di Jawa. Secepat mungkin Razak dan beberapa rekan – rekanya dari Giyugun mencoba menjumpai Mr. Hasan. Gagal menjupainya mereka berangkat ke Tanjung Pura pada 19 September 1945. Akhirnya dari Dr. Amir mendapat tahu sepenuhnya tentang apa yang telah terjadi di Jakarta dan mereka berjanji dan menyokong setiap inisiatif yang diambil pemimpin – pemimpin tua untuk memproklamasikan Republik.

(19)

diam pertemuan itu dipindahkan ke asrama Rheiseikai. Pada 23 September 1945 sejumlah 53 pemuda berkumpul disana semua terdiri dari dua kelompok pemuda yang pernah mendapatkan latihan Jepang. Dalam pertemuan itu paling sedikit hadir dua pemuda yang mempunyai kontak dengan kelompok – kelompok bawah tanah yang sebelum perang sudah mempunyai pengalaman dalam gerakan sayap kiri , Nip Xarim dan Marzuki Lubis. Kenyataannya pada sekitar menyerahnya Jepang hanya ada dua pusat penting gerakan bawah tanah ini. Satunya adalah kelompok yang dominan Karo yang sebelum perang telah terikat dengan PNI barunya Hatta dan Sjahril. Meskipun mereka mereka merasa nasionalis dari sosialis mereka telah disadarkan oleh partai itu untuk tidak percaya kepada Jepang dan mereka memiliki tradisi organisasi sel – sel gerakan bawah tanah. Pemimpin – pemimpin kelompok ini seperti Selamat Ginting , Tama Ginting , dan Rakuta di Tanah Karo ; Egon di Medan terus mengadakan kontak selama tahun – tahun terahir pendudukan Jepang lewat suatu badan distribusi beras yang dikenal dengan nama “pusat usaha ekonomi rakyat”. Kelompok ini juga mempunyai sekedar hubungan dengan kelompok – kelompok bawah tanah Cina yang berpangkalan di Malaya tetapi tidak ada hubungan dengan Jawa. Tindakan hebat dan berhasil yang pernah dilakukan dari dari semua apa yang dinamakan gerakan bawah tanah itu ( yang tidak lebih dari hanya mengadakan kontak – kontak saja ) adalah pekerjaan tunggal satu orang ; Selamat Ginting. Tidak lama sebelum Jepang menyerah dia membonceng pada sebuah truk serdadu Jepang yang mengangkut senjata dan berhasil membunuh dua serdadu Jepang yang ditugaskan mengawal kendaraan itu secara tidak terduga dengan pistol yang dicurinya sebelum tindakan itu. Kemudian dia tanam sejumlah rampasannya ini yang terdiri dari pistol dan amunisi di suatu tempat dekat terjadinya sergapan itu.

(20)

Perkumpulan 23 September itu mencerminkan perwakilan kelompok – kelompok pemuda yang paling aktif , sedangkan tokoh – tokoh politik tua yang diundang tidak ada yang hadir. Pertemuan itu mulai dengan membicarakan pembentukan suatu organisasi kesejahteraan pemuda yang lain tetapi kemudian dijuruskan kepada tujuan revolusioner yang tegas oleh para pemuda yang sudah matang politik terutama Abdul Razak dan B.H Hutajulu dari lingkungan kelompok Xarim di Gyugun / BOMPA , dan pemuda yang penuh semangat dan keras ; Aminuddin Nazir dari pasukan pengawalan partainya Inoue. Menjelang petang telah terbentuk badan Pemuda Indonesia ( BPI ) dengan tujuan mempertahankan kemerdekaan. Ahmad Tahir dipilih sebagai ketua I dan seorang guru Muhammadiyah ; aktivis Malik Munir sebagai ketua II. Dirasa perlu adanya seorang tokoh pemimpin yang berpengalaman dan pilihan jatuh kepada Sugondo Kartoprodjo seorang tokoh yang populer dikalangan pemuda lewat organisasi pendidikan Taman Siswanya dan seorang tokoh yang tidak mempunyai kedudukan apapun dalam pemerintahan pendudukan Jepang yang sekarang tidak disenangi itu. Dua ratus lima puluh undangan telah disampaikan kepada tokoh – tokoh politik penting BOMPA dan tokoh – tokoh pemuda dari seluruh Sumatera Timur.6

2.1.3 Proklamasi Republik Di Sumatera Timur

"Hanya bangsa yang tinggi budinya dapat mengerti apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan kemerdekaan. Kemerdekaan dapat dicapai oleh sembarang bangsa ; tetapi kemerdekaan sejati hanyalah hasil daripada budi pekerti yang luhur. Sejarah telah menunjukan jatuhnya negara - negara "besar" , oleh karena budi pekertinya tidak luhur.97

Suasana proklamasi di Sumatera Timur dalam bulan – bulan Agustus itu berlain sama sekali dengan keadaan di daerah – daerah lain seperti Bukit Tinggi , Palembang , dan Jambi. Di tempat – tempat yang telah saya sebutkan terdahulu ini pemimpinya berhasil membentuk KNI di bulan Agustus juga sesuai dengan petunjuk – petunjuk yang diberikan oleh Mr. Teuku Moehamad Hasan.

Ketika Mr. Teuku Moehamad Hasan tiba di Medan setelah lawatannya dari Jakarta untuk mengikuti acara deklarasi kemerdekaan Indonesia tersebut dia melihat banyak diantara para pemimpin telah melarikan diri ke luar kota atau keluar Sumatera Timur. Mereka tidak berani menghadapi situasi yang sudah berubah ini. Perubahan – perubahan ini mulai tanpak pada 20 Agustus 1945 , ketika itu Panglima Tentara Jepang di Sumatera membubarkan semua pasukan – pasukan pembantu buatan Jepang seperti Gyugun , Heiho , Tokubetsu , dan lain – lain.

Suatu hal yang sulit dimengerti oleh para pemuda ketika itu adalah sikap Mr. Teuku Moehamad Hasan yang sejak awal bulan September 1945 banyak diantara kelompok pemuda menemuinya dikediamannya di jalan Bintang. Mereka tidak mengerti mengapa Mr. Teuku Moehamad Hasan berdiam diri dan tidak bertindak.

66ReidOp. Cit , hal. 265 – 268.

97Notosoetardjo. Dokumen – Dokumen Konfrensi Meja Bundar : Sebelum , Sesudah dan

(21)

Padahal pada waktu itu ia telah ditetapkan sebagai wakil Pemimpin Besar Bangsa untuk Sumatera. Ketetapan ini diberikan di Jakarta pada 22 Agustus 1945 dan seharusnya Mr. Teuku Moehamad Hasan segera membentuk pemerintahan.

Beberapa hal dapat disebutkan sebagai alasan mengapa Mr. Teuku Moehamad Hasan bersikap pasif dalam bulan September 1945 ; pertama : tidak banyak pemimpin rakyat yang tetap berdiam didaerahnya masing – masing pada saat itu. Kebanyakan telah melarikan diri keluar kota , yang ada hanyalah pemimpin – pemimimpin dari “gerakan bawah tanah”. Pada saat itu secara taktis tidaklah bijaksana untuk menampilkan orang – orang ini , apalagi karena pihak Jepang lebih senang berurusan dengan orang – orang seperti Mr. Teuku Moehamad Hasan yang “moderat”. Selain itu menurut Mr. Teuku Moehamad Hasan sendiri ; ia tidak bisa membentuk pemerintahan sebelum diangkat secara resmi sebagai Gubernur Sumatera. Ketika masih berada di Jakarta ia hanya diberi surat keputusan sebagai Wakil Pemimpin Besar. Namun kedudukan ini bukanlah kedudukan administratif. Memang sudah ditentukan bahwa ia akan menjabat sebagai Gubernur Sumatera , tetapi pengangkatannya belum ada. Karena desakan – desakan pemuda inilah maka ia mengirimkan sebuah telegraf pada pemerintah pusat agar ia diangkat secara resmi. Surat pengangkatan itu baru dikeluarkan di Jakarta pada 29 September 1945 dan baru sampai pada 2 Oktober 1945. Pada 2 Oktober 1945 itu terbentuklah KNI Sumatera Timur. Tindakannya pertama yang dilakukan oleh Mr. Teuku Moehamad Hasan adalah menghunjuk 10 orang Residen untuk Sumatera.

Keesokan harinya , para pemuda merencanakan suatu rapat umum. Ternyata rapat umum inilah yang mengawali perebutan gedung – gedung pemerintahan. Rapat – rapat umum semacam ini dianggap sangat penting pada waktu itu. Berita – berita bantahan mengenai Proklamasi yang disiarkan oleh pihak Jepang bisa menimbulkan pesimisme. Harus ada tindakan yang menyakinkan bahwa proklamasi itu benar – benar ada. Perencanaan rapat umum ini dilakukan di asrama pelajar Fuzi Dori ( Jl. Imam Bonjol sekarang ). Ditempat inilah disebarkan pamflet – pamflet untuk mengerahkan rakyat berkumpul dilapangan Fukuda yang terletak dipusat kota Medan. Selain itu robongan – rombongan pemuda dikirimkan kesegenap pelosok untuk mengundang rakyat menghadiri rapat umum itu dan rakyat diminta agar berkumpul pada pukul 10.00 pada tanggal 3 Oktober 1945. Pada waktu yang telah ditentukan itu rakyat berkumpul dilapangan Fukada. Pada saat itu juga nama lapangan diubah menjadi lapangan “merdeka”. Acara pertama adalah pembacaan teks proklamasi yang dilakukan dengan hidmat.108

Sejak saat proklamasi itu diberbagai tempat diselenggarakan pawai dan pembentukan kesatuan militer yang mulanya hanya bersenjatakan bambu runcing. Diluar kota Medan aparat kerajaan masih berkuasa , ada yang hanya menunggu perkembangan dan perintah dari yang berkuasa tetapi ada pula yang segera aktif dan

108Tim Pengumpulan , Penelitian , dan Penulisan Sejarah Perkembangan Pemerintahan DATI I

Sumatera Utara. Draf Sejarah Perkembangan Pemerintahan DATI I Sumatera Utara , 1945 – 1950

(22)

tegas mendukung NRI seperti Sultan Siak dan Sultan Serdang. Bendera merah – putih dinaikkan di keraton Perbaungan dan Sultan Serdang mengajukan kepada pemuda bangsawan agar bergabung ke dalam barisan bersenjata terutama tentera keamanan rakyat yang nantinya akan menjadi TNI , serta Sultan Serdang juga mengajukan para bangsawannya agar masuk partai – partai politik.119

4.1.4 Serdang , Deli , dan Langkat : Jalan Sendiri – Sendiri

Dalam revolusi Indonesia di Sumatera Timur kecuali Kerajaan Serdang , banyak negara – negara Melayu di daerah ini dapat dikatakan bersikap lebih konservatif namun kurang keras kepala ketimbang rekan – rekan mereka di Aceh. Ketika kelemahan pihak Belanda tanpak dengan jelas mereka menyadari bahwa satu – satunya harapan mereka hanyalah ada pada pemerintahan Republik 1210, namun berbeda dengan bangsawan Melayu kerajaan Deli dan bangsawan Melayu kerajaan Langkat. Bangsawan Melayu kerajaan Deli menempatkan dirinya langsung berhubungan dengan Inggris , Belanda , dan pemimpin – pemimpin republik di Medan tanpa sepengetahuan wakil pemerintah NRI di daerah itu yakni Tulus bekas pegawai dijaman Belanda.11 Sultan Deli yang baru Sultan Osman ( Otteman ) yang masih bisa mengharapkan perlindungan Sekutu atas istananya di Medan. Bangsawan Melayu Deli beranggapan bahwa mereka tidak perlu menuruti ajakan bangsawan Melayu Serdang untuk mendukung revolusi Indonesia di Sumatera Timur karena Sultan ini masih terus bersikap megah menjaukan diri dari republik dan dalam pembicaraannya dengan wakil – wakil Belanda dia mengatakan bahwa usul – usul rencana konstitusi mereka mengancam kedudukannya , ditempatkan dibawah “dominasi Jawa”. Apa yang diinginkannya ialah suatu hubungan langsung dengan mahkota Belanda dibawah seorang komisaris tinggi dan menempatkan raja – raja Melayu diluar setiap bentuk negara Indonesia. Pada pertengahan Desember Sultan ini masuk rumah sakit untuk seminggu lamanya ; “tidak begitu sebagai pasien tetapi supaya tidak bisa bebas sejenak dari merah – putih yang telah membikin hidupnya tidak tertahankan”.12

Sementara bangsawan Melayu Langkat , mereka menganggap bahwa kerajaan mereka ini adalah merupakan kerajaan yang kecil. Jadi tanpa pengaruh dari bangsawan Melayu Serdangpun dalam mendukung revolusi Indoneisa mereka telah mendukung revolusi Indonesia karena sebelumnya ada tekanan – tekanan yang dilakukan oleh pemuda atas bangsawan Melayu Langkat ini walaupun sebelumnya mereka telah berhubungan dengan Inggris dan NICA.13

4.1.5 Pendaratan Sekutu Dan Tindakan Kekerasan Di Sumatera Timur

119Wawancara dengan Bapak Tengku Luckman Sinar , SH ; dirumah : JL. Abdulla Lubis No. 42 /

47 Medan , tanggal 31 Maret 2001.

1210Lihat Anthony Reid. Revolusi Nasional Indonesia , terj. Tim PSH ( Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan , 1996 ) , hal. 114.

1111Reid, Op. Cit. hal. 291 – 293.

1212Wawancara dengan Bapak Tengku Muhammad Abra ; dirumah Mahardi : JL. Bhayangkara Gg.

Keluarga No. 29 Medan , tanggal 11 April 2001.

1313Wawancara dengan Bapak Tengku Syahrul ; dirumah : JL. Fatahila No. 12 Selesai , tanggal

(23)

Suatu brigade divisi India ke – 26 yang berkekuatan 5.000 orang dibawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D Kelly mulai diturunkan di pelabuhan Belawan pada 10 Oktober 1945. Bangunan posisi militernya baru selesai pada 5 November 1945 sesudah mereka berhasil menempatkan pasukan – pasukan kecil di Binjai dan Brastagi disamping kekuatan pokoknya di Medan. Pendaratan – pendaratan pasukan Inggris sebelumnya di Jawa telah menunjukkan adanya kesulitan dalam mempertemukan tuntutan – tuntutan Belanda dengan keterbatasan pasukan / alat perlengkapan serta tugas / tujuan tentara Inggris yang didaratkan. Ketentuan – ketentuan semula bagi pemerintahan militer Sekutu di Indonesia telah direncanakan selama tahun 1944 – 1945 untuk Sumatera saja yang sejak Juni 1945 merupakan satu – satunya daerah Indonesia yang termasuk dibawah komando Asia Tenggara ( SEAC , South – East Asia Command ) yang dipimpin oleh Laksamana Mounbatten. Rencana persetujuan ini telah diluaskan sampai meliputi seluruh Indonesia sejak 15 Agustus 1945. Persetujuan ini berisikan ketentuan – ketentuan bahwa panglima – panglima sekutu ( Inggris ) tidak akan menjalankan wewenang resmi supaya tidak merusak kedaulatan Belanda. Mereka cukup menyatakan maksud tujuannya hanyalah untuk membebaskan para tawanan perang , memulangkan Jepang kenegerinya , dan menjaga keamanan serta ketertiban umum sampai pemerintah yang sah kembali dapat berfungsi. Namun akan ada suatu tingkat persiapan dalam pendudukan itu bahwa sementara ketertiban ditegakkan , pejabat – pejabat NICA akan sepenuhnya tunduk kepada kekuasaan militer Sekutu , dan hanya bertindak lewat kekuasaan Sekutu ini.

Perkembangan – perkembangan selama bulan September sudah cukup terang menjelaskan kepada Mounbetten dan panglimanya di Hindia Belanda , Letjen Cristison bahwa pasukan – pasukan Inggris yang ada di Jawa dan Sumatera meskipun ditambah dengan tiga brigade lagi tidak akan dapat diharapkan lebih daripada hanya menguasai kota – kota besar saja. Di luar ini Jepang dan kekuasaan Indonesia harus diandalkan untuk terpeliharanya keamanan dan ketertiban. Oleh sebab itu kebijaksanaan politik harus disesuaikan untuk mendapatkan kerjasama dari republik dan bersamaan itu menyakinkan Belanda bahwa ini tidak mengandung pengertian pengakuan terhadap republik. Reaksi kemarahan Belanda terhadap pernyataan Cristison pada 29 Septemeber 1945 itu tentu mempunyai pengaruh khusus yang peka terhadap Brigjen Kelly dalam melaksanakan rencana kerjanya.

Sementara itu dalam melaksanakan tugasnya ; Mr. Hasan tetap menjalankan kebijaksanaan politik resmi republik yaitu bekerjasama dengan Sekutu seperti yang dinyatakan dalam ketentuan – ketentuan tugas mereka meskipun Dr. Amir atau Mr. Josuf telah mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan dari hubungan – hubungannya dengan Inggris. Diantara pengumuman – pengumuman resminya yang pertama ialah perintah kepada seluruh penduduk Indonesia di Sumatera “terutama pemuda … supaya tidak mengganggu ketentraman orang Jepang , Sekutu , Cina atau Belanda”. Terhadap Belanda pernyataan pertamanya sangat keras.

(24)

ini akan mengganggu ketentraman umum sebab rakyat Indonesia umumnya dan pemuda – pemuda Indonesia pada khususnya memandang kaki tangan Belanda sebagai penghianat tanah air. Karena itu percobaan mereka sedemikian itu sangat berbahaya bagi keselamatan diri orang – orang Belanda dan kaki tangannya apalagi jika salah seorang pemimpinnya memperoleh cedera karenanya tentu kemungkinan besar sekali yang orang Belanda dan kaki tangannya itu akan disingkirkan dari masyarakat.

Meskipun ada janji – janji sementara pemuda akan bermandikan darah sebelum mengizinkan pasukan – pasukan sekutu mendarat , pada umumnya tidak ada oposisi maupun bentrokan dengan pihak Indonesia. Politik resmi republik telah diindahkan. Namun tindakan – tindakan kekerasan mulai bergelora segera setelah pendaratan – pendaratan Sekutu , sama halnya seperti di Jawa. Mungkin para pemuda Indonesia merasa inisiatif telah mulai lepas dari tangannya setelah tindakan berani pertama mereka sehingga perlu dilancarkan tindakan untuk menghindarkan rasa kalah.

(25)

sepuluh orang Ambon , dua pemuda juga mati terbunuh di pihak republik , dan empat orang Swiss yang mengelola hotel itu.

Bagi orang Eropa di Sumatera Timur kedua insiden ini menunjukkan pangkal tolak dimulainya teror. Dengan berang Brondgeest menuntut Sekutu mengirim pasukan – pasukan ke Siantar. Sesudah mengadakan penyelidikan yang singkat Kelly menolak dan lebih memusatkan kekuatannya yang kecil itu di kota Medan. Orang – orang Eropa yang netral dan baru keluar dari kamp – kamp tawanan diluar kota cepat berangkat ke Medan , dimana Sekutu berangsur – angsur mulai membangun suatu “daerah perlindungan” disegitiga ; lapangan terbang , sungai Deli , dan sungai Babura. Pada 14 Oktober 1945 , Brigjen Kelly memanggil Mr. Hasan , Dr. Amir , Mr. Luat Siregar , dan lain – lain pemimpin Indonesia untuk membicarakan persoalan pemeliharaan keamanan dan ketertiban. Seperti juga di Jawa sebelumnya pertemuan yang demikian itu memerlukan terkandungnya suatu kadar pengakuan atas kekuasaan republik , betapun prinsip ini dibantah. Dalam penampilan pertamanya didepan umum sejak diangkat menjadi Menteri Negara republik pada suatu pertemuan pers tanggal 17 Oktober 1945 , Dr. Amir mengumumkan bahwa Sekutu telah mengakui Luat Siregar sebagai Walikota Medan yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan pelayanan umum di kota itu. Segera ini diprotes Belanda malah Brondgeest bermaksud menangkap Hasan , Amir , dan lain – lainnya. Brigjen Kelly terpaksa harus menyangkal setiap kesimpulan bahwa pembicaraan – pembicaraannya dengan Mr. Luat merupakan pengakuan terhadap republik.

(26)

Brigjen Kelly yang ingin menggunakan taktik – taktik terornya untuk kepentingan Inggris.14

4.2 Bangsawan Revolusioner

4.2.1 Munculnya Tuanku Sulaiman Shaiful Alam Shah

Tuanku Sulaiman Shaiful Alam Shah dilahirkan pada saat – saat keadaan yang sangat memprihatinkan. Masih balita Tuanku Sulaiman dihadapkan dalam suatu keadaan dari kebijakan pemerintah Belanda dengan dikeluarkanya beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 1 / 1865 tertanggal 25 Agustus 1865. Bersamaan dengan dikeluarkanya beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda maka dikirimkalah suatu kekuatan balatentara Hindia Belanda yang sangat besar pada waktu itu untuk menaklukan kerajaan Serdang dan kerajaan Asahan. Eksepedisi militer ini dikenal dengan “Expeditie Tegen Serdang en Asahan” yang terdiri dari pasukan infantri , marinir , artileri , kesehatan dan lain – lain yang diangkat oleh tujuh kapal perang. Kapal – kapal perang ini dilengkapi dengan 49 pucuk meriam besar itu mengangkut 1000 orang tentara. Setelah menyerang dan mendarat di Asahan sebagian besar balatentara Belanda itu menembaki dan mendarat di Serdang pada 30 September 1865. Bersamaan dengan dua tahun genap usia Tuanku Sulaiman terjadi perlawan pejuang – pejuang Serdang untuk membatalkan ekspedisi militer ini namun perlawanan – perlawanan yang dilakukan oleh pejuang – pejuang Serdang tersebut dapat dipatahkan dan bersamaan dengan kegagalan perlawanan ini berakibat dengan ditangkapnya Sultan Basyaruddin Syaiful Alam Shah beserta Raja Muda Mattakir dan Temenggong Tan Sidik. Sebagai hukuman atas pembangkangan kerajaan Serdang ini maka wilayah Padang , Bedagai , Percut , dan Denai diambil alih oleh Belanda dan selanjutnya diserahkan serta masuk dalam wilayah dari kerajaan Deli. Kekalahan kerajaan Serdang atas ekspedisi militer Belanda ini mematahkan semangat Sultan Basyaruddin sehingga Sultan ini sering mengucilkan diri dan banyak menyerahkan administrasi pemerintahan kepada Raja Muda Tan Aman yang akhirnya membuat Serdang dalam keadaan semakin hari semakin lemah.

Tuanku Sulaiman dilahirkan pada 3 Oktober 1862 dari seorang ibu yang berasal dari Pantai Cermin bernama Encik Rata. Encik Rata ini merupakan ibu orang kebanyakan yang bertempat di istana Bongak ( Rantau Panjang ). Pada 7 Muharram 1279 ( 21 Febuari 1881 ) Sultan Basyaruddin mangkat. Bersamaan dengan meninggalnya Sultan Basyaruddin ini maka para Orang Besar dan rakyat Serdang menambalkan Tuanku Sulaiman Shaiful Alam Shah sebagai Sultan Serdang ke – 5. Karena usia beliau masih dibawah umur , maka sebagai walinya diangkat Tengku Mustafa. Pengangkatan Sultan ke – 5 Serdang ini tidak diakui oleh pemerintah Hindia Belanda akibatnya pada tahun 1882 Belanda memaksakan agar sebagian dari wilayah Sinembah diserahkan kepada Deli dan daerah Sungai Tuan dimasukkan juga ke Deli. Sebagai imbalanya Deli menyerahkan kembali Negeri Denai kepada Serdang. Setelah

(27)

itu semua selesai meskipun dengan protes keras dari Serdang barulah Belanda mengakui Tuangku Sulaiman Shaiful sebagai Sultan Serdang pada 29 Januari 1887.

Dalam tahun 1891 Konteril Serdang ; H.C.H. Douwes Dekker memindahkan ibukota Serdang ke Lubuk Pakam karena Rantau Panjang selalu digenangi oleh air bah. Sultan Sulaiman tidak mau mengikuti ajakan agar harus pindah ke Lubuk Pakam sebaliknya beliau membuat keraton dan istana di Perbaungan ( keraton Kota Galuh ) dalam tahun ini juga. Ibukota ini belau bangun bersamaan dengan juga dibangunya kedai , pasar ikan , dan pertokoan sehingga terbangunlah sebuah kota kecil Simpang Tiga Perbaungan. Kota inilah yang dijadikan beliau sebagai tandingan atas ibukota kerajaan Serdang yang dibangun oleh pemerintah Belanda melalui pejabat Kontelirnya. Dalam tahun 1891 ini juga beliau menikahi Permaisuri Tengku Darwisyah , cucu dari pahlawan nasional ; Sultan Bagagarsyah Pagaruyung pada 21 Maret 1891 tetapi tidak mempunyai anak. Beliau kemudian menikah lagi dengan Encik Kurnia br. Purba dan mempunyai anak seperti Tengku Puteri Nazry dan Tengku Putera Mahkota Rajib Anwar. Kemudian Tuanku Sulaiman menikah kembali dengan Encik Raya br. Purba dan mempunyai anak seperti Tengku Zahry ( perempuan ) dan Tengku Shahrial. Yang terahir Tuanku Sulaiman kembali menikahi Encik Hj. Zaharah dan mempunyai anak seperti Tengku Zainabah ( perempuan ) , Tengku Abunawar , Tengku Lukcman Sinar , dan Tengku Abukasim.

(28)
(29)

perkebunan kelapa di pantai Labu dan dalam tahun ini juga Sultan Sulaiman juga membuka pula perkebunan karet dan memperkerjakan sebagai administraturnya orang Swis ( konsul Swis di Medan ).

Dalam tahun 1911 – 1915 bertugaslah di Lubuk Pakam Dr. R. Sutomo pendiri “Budi Utomo” selaku dokter kerajaan Serdang. Sultan Sulaiman berhubungan baik dengannya dan selalu bertukar pikiran mengenai tekanan pihak kolonial Belanda terhadap pribumi Indonesia.

Dalam tahun 1919 Sultan Sulaiman , atas permintaan dari dan bekerjasama dengan Dr. R. Sutomo ; Sultan Sulaiman menampung buruh perkebunan ( kuli kontrak ) orang Jawa yang habis kontraknya atau lari dari kebun Belanda. Kepada mereka ini diberikan 100 buah tanah kosong di Kotosan ( kecamatan Galang sekarang ) dan mereka dijadikan rakyat oleh Sultan Serdang. Begitu juga kepada suku – suku pendatang dari luar Sumatera Timur seperti dari Sumatera Barat , Tapanuli Selatan , Kalimantan , dan lain – lain diberikan oleh Sultan Sulaiman tanah pertanian setelah mereka membaur dengan penduduk asli Melayu dan memperoleh hak tanah penunggu ( jaluran ). Sultan Sulaiman memperjuangkan agar rakyat kampung disekitar konsensi perkebunan tembakau dibenarkan mengerjakan tanah untuk tanaman padi didalam areal yang sedang dibelukarkan setiap tahun. Tetapi baik pihak perkebunan asing maupun pihak ambtenar Belanda selalu saja mempersulit pelaksanaan hak itu dengan alasan yang dicari – cari , bahkan tidak henti – hentinya mereka menganjurkan agar peraturan adat itu dihapuskan saja. Untuk menghilangkan suara – suara negatif ini Sultan Sulaiman dan Orang – orang Besarnya lalu membuat kodifikasi yang pertama mengenai “hak adat rakyat penunggu” itu sehingga peraturan tersebut dijadikan pedoman dan unifikasi untuk seluruh kerajaan lainnya. Dalam peraturan ini dibuka juga kesempatan kepada rakyat pendatang yang sudah bersemenda dan memenuhi syarat tertentu untuk memperoleh hak jaluran. Berbagai cara ambtenar Belanda menyabot pelaksanaan peraturan ini yang antara lain dengan gagasan agar hak mengerjakan tanah penunggu itu diganti saja dengan sejumlah uang atau sejumlah 300 gantang padi per jaluran , sehingga menjadi rakyat penunggu sebagai penyewa atau rentenir saja. Hal ini ditentang oleh Sultan Sulaiman.

Dalam tahun 1921 , PID mendapat laporan dari Dubes Belanda di Tokyo bahwa pemerintah Jepang bermaksud akan mendrop sejata ke Aceh dan ke Serdang. Setelah diselidiki ternyata Sultan Sulaiman hanya mengimpor dari Jepang mesin dan baling – baling pesawat terbang Jepang untuk dipakai disalah satu kapal beliau , dan itu dipasang oleh seorang mekanik bangsa Jepang yang disebut “Tuan Muda” yang membuka workshop di Perbaungan.

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi

Dalam bahagian ini, imej Bintulu dipengaruhi merupakan min yang tertinggi ( 4.67 ) dalam kesan terhadap alam sekeliling. Hal ini demikian kerana masalah alam sekitar di Pasar Utama

Memberikan informed consent pada calon responden. c) Setelah calon responden setuju untuk menjadi responden, peneliti kontrak waktu untuk melakukan penelitian. d)

1) Pengukuran kejadian premenstrual syndrome dilakukan di Prodi DIII Kebidanan FK UNS pada bulan Maret dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran dilakukan oleh peneliti

Berdasarkan analisa data penelitian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis komputer dengan model drills and practice pada pokok bahasan tata nama

Dalam proses belajar mengajar yang berhubungan dengan kerja sama ilmiah yaitu inquiri, yang menjadi dasar dalam pengamatan atau percobaa, dan merupakan kesempatan

Sedangkan penelitian ini lebih meneliti permainan tradisional yang terdapat dalam masyarakat Jepang yang bisa dimainkan oleh segala usia, baik oleh anak-anak,