• Tidak ada hasil yang ditemukan

Takhshish

Dalam dokumen USHUL FIQH METODE ISTINBATH HUKUM ISLAM (Halaman 105-115)

BAB 4 CAKUPAN MAKNA DALIL: ‘AM, KHAS,

3. Takhshish

a) Pengertian Takhshish

Takhshish (

صيصختلا

) secara bahasa artinya mengkhususkan, menjadikan khusus, mengeluarkan dari sesuatu yang bersifat umum. Sementara secara istilah, para ulama mendefiniskan takhsis dalam beragam pengertian.

1) Muhammad Khudari Bik.

Dalam bukunya Ushul al-Fiqh , Khudari Bik mendefinsikan takhshish dengan:

همظتني ام ضعب ماعلاب دارملا نٔا نايب صيصختلا

Takhsis adalah penjelasan terhadap yang dimasudkan lafaz yang umum adalah sebagian saja yang dicakup oleh lafadz ‘Am itu .

82

2) Abdul Hamid Hakim

Dalam bukunya Mabadi’ Awaliyah, Ustadz Abdul Hamid hakim mendifinsikan takhsis :

ِمَاعلا لُولدم ِضعب ُجارخا: ُصي ِصخّتلا

Mengeluarkan sebagian yang ditunjukan oleh lafaz yang bersifat umum.

3) Abdul Wahab Khallaf :

عراشلا دارم نٔا نييبت وه نييلوصٔالا حالطصا يف ماعلا صيصخت مكحلا نٔا نييبت وه ؤا .اهعيمج ال هدارفٔا ضعب ءادتبا ماعلا نم .هدارفٔا ضعبل مكح هعيرشت ءادتبا نم وه ماعلاب قلعتملا

Takhsis al-’Am dalam istilah para ahli ushul adalah menjelaskan tentang maksud pembuat syariat (Allah) dari lafaz yang bersifat umum (‘Am) dengan cara memulai dari sebagian cakupan masing-masing elemen individualnya, bukan keseluruhan anggotanya. Atau takhsis adalah menjelaskan hukum yang berhubungan dengan lafaz yang bersifat umum (‘am) yang diawali dari penetapan hukum untuk sebagain elemen individulanya. 83

4) Prof. Dr. A. Dzajuli dan Dr. I. Nurol Aen, MA.

يقب ام يلع هرصق و ماعلا تحت الخاد ناك ام ضعب جارخا

82. Muhammad Khudhari Bik, Ushul Al-Fiqh, (Lebanon-Beirut: Dar Al-Fikr, 1988), hlm. 172.

83. Abdul Wahab khallaf, Ilm ushul al-fiqh, hlm

Takhsis ialah mengeluarkan sebagaian yang terdapat dalam lafaz umum dan membatasinya terhadap apa yang tersisa (yang telah dikeluarkan).84

Dari definsi di atas dapat dipahami, bahwa takhsis adalah mengkhususkan, atau menentukan secara khusus cakupan makna yang dikandung dari lafaz ‘am (bersifat umum).

b) Contoh Takhsis

ُدَي ُع َطْقُت اَل َلاَق َمَّل َسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّل َص ِهَّللا ِلو ُسَر ْنَع َة َشِئاَع ْنَع ا ًدِعا َصَف ٍراَنيِد ِعْبُر يِف اَّلِٕا ِقِرا َّسلا

Dari Aisyah RA, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda, Tangan pencuri tidak boleh dipotong kecuali yang dicurinya itu senilai seperempat dinar ke atas.” {Muslim: 5/112}

Hadis ini mentakhsis ayat alquran yang bersifat umum, yaitu:

ُهَّللاَو ِهَّللا َنِّم اًلا َكَن اَب َس َك اَمِب ًءاَز َج اَمُهَيِدْئَا اوُع َطْقاَف ُةَقِرا َّسلاَو ُقِرا َّسلاَو

﴾٨٣ :ةدئاملا﴿ ٌمي ِك َح ٌزيِزَع

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS al-Maidah [5]: 37).

Dengan demikian, cakupan makna yang bersifat umum dalam ayat di atas dibatasi ketentuanya dengan hadis nabi di atas. Karena kandungan makna ayat di atas tidak menentukan berapa kadar curian yang bisa terkena sanksi hukuman had berupa potong tangan. Sehingga kandungan makna dalam ayat tersebut mencakup berapa pun jumlah curian yang yang dilakukan seorang pencuri

84. Prof.A. Djazuli dan Dr. I. Nurol Aen, MA, Ushul Fiqh: Metodologi Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2000), hlm. 345.

berimplikasi pada hukuman had. Hadis nabi di atas memberikan rincian dan penjelesan terkait kadar curian yang berakibat pada hukuman had. Oleh karena itu hadis di atas membatasi keumuman kandungan makna ayat al-quran di atas.

c) Macam-Macam Takhshis

Ustadz Abdul Hamid Hakim , membagi takhsis ada dua macam, yaitu takhsis muttasil (takhsis yang terkoneksi dalam satu kalimat) dan takhsis munfasil (takhsis yang terpisah).

1) Takhsis Mutasil [Terhubung] (

لصتملا صيصختلا

).

Dalam takhsis yang terkoneksi ini, ada beberapa bentuk, yaitu:

1) Pengecualian/istitsna’

(ُءانْثِتسِالا

)

اْو َصاَوَتَو ِتا َحِلا َّصلا اوُلِمَعَو اوُنَمٓا َنيِذَّلا اَّلِٕا اوُنَمٓا َنيِذَّلا اَّلِٕا ﴾٢﴿ ٍر ْس ُخ يِفَل َنا َسنِٕاْلا َّنِٕا

﴾٣ :رصعلا﴿ ِرْب َّصلاِب اْو َصاَوَتَو ِّق َحْلاِب

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, (2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (3) (QS al-‘asr []: 2-3)

Empat golongan (beriman, beramal sholeh, menasehati kebenaran, dan kesabaran) dikecualikan dari yang termasuk manusia yang rugi.

2) Syarat (

طرشلا

)

ْمُهوُمُّتد َجَو ُثْي َح َنيِكِر ْشُمْلا اوُلُتْقاَف ُمُر ُحْلا ُرُه ْشَٔاْلا َخَل َسنا اَذِٕاَف َةاَل َّصلا اوُماَقَٔاَو اوُباَت نِٕاَف اوُباَت نِٕاَف ٍد َصْرَم َّل ُك ْمُهَل اوُدُعْقاَو ْمُهوُر ُص ْحاَو ْمُهوُذ ُخَو

﴾٥ :ةبوتلا﴿ ٌمي ِحَّر ٌروُفَغ َهَّللا َّنِٕا ْمُهَليِب َس اوُّل َخَف َةا َكَّزلا اُوَتٓاَو

Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka,

dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. (QS al-Taubah [9]: 5)

Orang-orang musyrik yang bertobat (tidak lagi memerangi orang Islam) apalgi melakukan shalat, dan menunaikan zakat, maka harus dibebaskan dari hukum yang seharusnya mereka terima.

3) Sifat (

ةفصلا

)

Yang termasuk dalam kategori sifat disini adalah

تعن

(sifat),

لدب

(penggantian), dan

لاح

(kondisi).

Contoh 1:

﴾٥٢ :ءاسنلا﴿...و ِتاَنِمْؤُمْلا ُم ُكِتاَيَتَف نِّم م ُكُناَمْئَا ْت َكَلَم اَّم نِمَف

Ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. (QS al-Nisa [4]: 25)

Kata yang beriman (

ِتاَنِمْؤُمْلا

) adalah bentuk na’at (kata sifat) untuk kata wanita-wanita (

ِتاَيَتَف

).

Contoh 2:

ُّج ِح ِساَّنلا ىَلَع ِساَّنلا ىَلَع ِهَّلِلَو اًنِمٓا َنا َك ُهَل َخَد نَمَو َميِهاَرْبِٕا ُماَقَّم ٌتاَنِّيَب ٌتاَيٓا ِهيِف

﴿ َنيِمَلاَعْلا ِنَع ٌّيِنَغ َهَّللا َّنِٕاَف َرَف َك نَمَو اًليِب َس ِهْيَلِٕا َعا َطَت ْسا ِنَم ِنَم ِتْيَبْلا

﴾٧٩ :نارمع لٓا

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.

Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah

Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS Ali Imron [3]: 97)

Kata orang yang sanggup (

َعاَطَت ْسا ِنَم

) adalah badal (pengganti) untuk kata manusia (

ِساَّنلا

). Dengan demikian kewajiban haji tidak untuk segenap manusia, tetapi hanya teruntuk bagi manusia yang mampu dalam perjalanannya.

Contoh 3:

ِهْيَلَع ُهَّللا َب ِضَغَو اَهيِف اًدِلا َخ ُمَّنَه َج ُهُؤاَز َجَف اًدِّمَعَتُّم ا ًدِّمَعَتُّم اًنِمْؤُم ْلُتْقَي نَمَو ْلُتْقَي نَمَو

﴾٣٩ :ءاسنلا﴿ ا ًمي ِظَع اًباَذَع ُهَل َّدَعَٔاَو ُهَنَعَلَو

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS al-Nisa [4]: 93).

Kata “dengan sengaja” (

اًدِّمَعَتُّم

) adalah hal (menggambarkan keadaan) terhadap “orang yang membunuh” (

ْلُتْقَي نَم

). Dengan

demikian orang yang membunuh orang tanpa sengaja tidak mendapatkan hukuman sebagaimana yang diancamkan dalam ayat tersebut.

4) Tujuan (

ةياغلا

)

ُهَّللا ُم ُكَرَمَٔا ُثْي َح ْنِم َّنُهوُتْٔاَف َنْرَّه َطَت اَذِٕاَف َنْرُه ْطَي ٰىَّت َح َّنُهوُبَرْقَت اَلَو َنْرُه ْطَي ٰىَّت َح َّنُهوُبَرْقَت اَلَو

﴾٢٢٢ :ةرقبلا﴿ َنيِرِّه َطَتُمْلا ُّب ِحُيَو َنيِباَّوَّتلا ُّب ِحُي َهَّللا َّنِٕا

dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.

Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS Al-Baqarah [2]: 222)

2) Takhsis Munfasil [terpisah] (

لصفنملا صيصختلا

).

Dalam takhsis ini, dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu:

1) Mentakhshish Al-Qur’an dengan Al-Qur’an.

Maksud Takhsis Alquran dengan alquran adalah mentakhsis ayat al-quran yang bersifat umum dengan ayat al-quran lain yang disifati dengan karakter tertentu.

﴾٨٢٢ :ةرقبلا﴿...ٍءوُرُق َةَثاَلَث َّنِه ِسُفنَٔاِب َن ْصَّبَرَتَي ُتاَقَّل َطُمْلاَو ُتاَقَّل َط ُمْلاَو

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. (QS Albaqarah [2]: 228)

نَٔا ِلْبَق نِم َّنُهوُمُتْقَّل َط

نَٔا ِلْبَق نِم َّنُهوُمُتْقَّل َط َّمُث ِتاَنِمْؤُمْلا ُمُت ْح َكَن اَذِٕا اوُنَمٓا َنيِذَّلا اَهُّئَا اَي َّنُهو ُحِّر َسَو َّنُهوُعِّتَمَف اَهَنوُّدَتْعَت ٍةَّدِع ْنِم َّنِهْيَلَع ْم ُكَل اَمَف َّنُهو ُّسَمَت اَهَنوُّدَتْعَت ٍةَّدِع ْنِم َّنِهْيَلَع ْم ُكَل اَمَف َّنُهو ُّسَمَت

﴾٩٤ :بازحٔالا﴿ اًليِم َج ا ًحاَر َس

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka

‘iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut’ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya. (QS al-Ahzab [33]: 49)

ُهَّل لَع ْجَي َهَّللا ِقَّتَي نَمَو َّنُهَل ْم َح َنْع َضَي نَٔا َّنُهُل َجَٔا ِلاَم ْحَٔاْلا ُتاَلؤُاَو َّنُهَل ْم َح َنْع َضَي نَٔا َّنُهُل َجَٔا ِلاَم ْحَٔاْلا ُتاَلؤُاَو

﴾٤ :قالطلا﴿ اًر ْسُي ِهِرْمَٔا ْنِم

Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS al-Thalaq [65]: 4)

ٍرُه ْشَٔا َةَعَبْرَٔا َّنِه ِسُفنَٔاِب َن ْصَّبَرَتَي ا ًجاَوْزَٔا َنوُرَذَيَو ْم ُكنِم َنْوَّفَوَتُي َنيِذَّلاَو ٍرُه ْشَٔا َةَعَبْرَٔا َّنِه ِسُفنَٔاِب َن ْصَّبَرَتَي ا ًجاَوْزَٔا َنوُرَذَيَو ْم ُكنِم َنْوَّفَوَتُي َنيِذَّلاَو َّنِه ِسُفنَٔا يِف َنْلَعَف اَميِف ْم ُكْيَلَع َحاَن ُج اَلَف َّنُهَل َجَٔا َنْغَلَب اَذِٕاَف اًر ْشَعَو اًر ْشَعَو

﴾٤٣٢ :ةرقبلا﴿ ٌريِب َخ َنوُلَمْعَت اَمِب ُهَّللاَو ِفوُرْعَمْلاِب

Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis

‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS Al-Baqarah [2]: 234)

Ayat pertama (al-baqarah 228) wanita yang dicerai harus iddah 3 kali quruk, kemudian ditakhsisi dengan qs al-ahzab 49, yaitu wanita yg dicerai belum pernah dikumpuli tidk ada masa iddah, ditakhsis dengan ath-thalaq 4 yaitu wanita hamil yang dicerai masa idahnya sampai melahirkan, dan ditakhisi juga dengan al-baqarah 234 yaitu wanita yang dicerai mati suaminya maka iddahnya 4 bln 10 hari.

2) Mentakhshish Al-Qur’an dengan As-Sunnah .

Takhsis Alquran dengan Sunnah adalah mentakhsis ayat alquran yang bersifat umum dengan Sunnah Nabi SAW yang memuat ketentuan atau pembatasan tertentu.

:ءاسنلا﴿… ِنْيَيَثنُٔاْلا ِّظ َح ُلْثِم ِر َكَّذلِل ْم ُكِداَلْؤَا ْم ُكِداَلْؤَا يِف ُهَّللا ُم ُكي ِصوُي

﴾١١

Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; (QS al-Nisa [4]: 11)

ملسم و يراخبلا هاور .ملسملا رفاكلا الو رفاكلا ملسملا ثري ال

Seorang Muslim tidak bisa mewarisi orang kafir, dan orang kafir tidak bisa mewarisi orang Islam. (HR Bukhari dan Muslim)

Anak mencakup siapa saja termasuk Muslim dan juga kafir (QS al-Nisa: 11) kemudian ditakhsis dengan hadis yang menyatakan bahwa Muslim tidak bias mewarisi kafir demikian sebaliknya.

3) Mentakhshish As-Sunnah dengan Al-Qur’an.

ىَّل َص ِهَّللا ُلو ُسَر َلاَق ُلوُقَي َةَرْيَرُه اَبَٔا َعِم َس ُهَّنَٔا ٍهِّبَنُم ِنْب ِماَّمَه ْنَع ٌل ُجَر َلاَق َٔا َّضَوَتَي ىَّت َح َثَد ْحَٔا ْنَم ُةاَل َص ُلَبْقُت اَل َٔا َّضَوَتَي ىَّت َح َثَد ْحَٔا ْنَم ُةاَل َص ُلَبْقُت اَل َمَّل َسَو ِهْيَلَع ُهَّللا هاور ٌطاَر ُض ْؤَا ٌءا َسُف َلاَق َةَرْيَرُه اَبَٔا اَي ُثَد َحْلا اَم َتْوَمَر ْض َح ْنِم يراخبلا

Rasulullah SAW bersabda: tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sampai dia berwudhu. Sesorang dari Hadramaut bertanya kepada Abu Hurairah: Wahai Abu Hurairah apa yang dimaksudkan dengan hadats itu? Abu Hurairah menjawab: “Buang Angin (kentut)”. (HR Bukhari)

ْؤَا ِطِئاَغْلا َنِّم م ُكنِّم ٌد َحَٔا َءا َج ْؤَا ٍرَف َس ٰىَلَع ْؤَا ٰى َضْرَّم مُتن ُك نِٕاَو ٰى َضْرَّم مُتن ُك نِٕاَو ْم ُكِهو ُجُوِب او ُح َسْماَف اًبِّي َط اًديِع َص اوُمَّمَيَتَف اًبِّي َط اًديِع َص اوُمَّمَيَتَف ًءاَم اوُد ِجَت ْمَلَف َءا َسِّنلا ُمُت ْسَماَل ْم ُكَرِّه َطُيِل ُديِرُي ن ِكَٰلَو ٍجَر َح ْنِّم م ُكْيَلَع َلَع ْجَيِل ُهَّللا ُديِرُي اَم ُهْنِّم م ُكيِدْئَاَو

﴾٦ :ةدئاملا﴿ َنوُر ُك ْشَت ْم ُكَّلَعَل ْم ُكْيَلَع ُهَتَمْعِن َّمِتُيِلَو

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak

menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS al-Maidah [5]: 6)

(Hadis) orang berhadats yang tidak berwudhu maka shalatnya tidak diterima, ditakhsis oleh alquran (al-Maidah 6), orang yang berhadas baik kecil ataupun besar dalam kondisi sakit atau dalam perjalanan sementara tdk mendapatkan air, maka boleh dengan bertayamum.

4) Mentakhshish As-Sunnah dengan As-Sunnah.

ملسم و يراخبلا هاور رشعلا ءامسلا تقس اميف

Pertanian yang diairi dari langit (air hujan) maka zakatnya adalah sepuluh persen. (HR bukhari-Muslim).

ملسم و يراخبلا هاور ةقدص قسؤا ةسمخ نود اميف سيل

Pendapatan pertanian yang kurang dari lima wasaq maka tidak ada zakat. (HR Bukhari Muslim)

Hadis pertama menyatakan bahwa setiap hasil pertanian yang diairi dengan air hujan maka zakatnya 10%, ditkahsis dengan hadis kedua yang menyatakan bahwa setiap hasil pertanian yang kurang dari 5 wasaq maka tidak ada kewajiban zakat.

Takhsis munfasil, selain dari empat model di atasa, beberapa ulama juga memperbolehkan Nash ditakhsis dengan beberapa hal berikut ini:

a. Mentakhshish Al-Qur’an dengan Ijma’.

b. Mentakshish Al- Qur’an dengan qiyas.

c. Mentakshish dengan pendapat sahabat.

d. Mentakhsiskan dengan akal

e. Mentakhsiskan nash -nash ‘Am dengan Undang-undang Hukum Positif.

C. Muthlaq Muqayyad

Dalam dokumen USHUL FIQH METODE ISTINBATH HUKUM ISLAM (Halaman 105-115)