• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usul dan Fiqh

Dalam dokumen USHUL FIQH METODE ISTINBATH HUKUM ISLAM (Halaman 20-25)

BAB 1 USHUL FIQH DAN ISTINBATH HUKUM:

C. Pengertian Usul Fiqh

1. Usul dan Fiqh

1) Usul

Secara bahasa, ushul adalah bentuk jama’ dari kata al-ashl

(لصٔالا)

, yang berarti ma yubna ‘alaihi ghairuhu (dasar segala sesuatu, fondasi, atau asas). Atau dengan kata lain, al-Ashlu

(لصٔالا)

bermakna sesuatu yang menjadi sandaran bagi perkara lain.13 Sebagaimana pondasi merupakan dasar bagi bangunan; akar merupakan tumpuan pohon, yang berada di (dalam) tanah, maka ushul fiqh adalah dasar atau fondasi dari keilmuan fiqh.14 Contoh penggunaan kata ushul secara bahasa dalam QS Ibrahim: 24:

ٌتِباَث اَهُل ْصَٔا ٍةَبِّي َط ٍةَر َج َش َك ًةَبِّي َط ًةَمِل َك اًلَثَم ُهَّللا َبَر َض َفْي َك َرَت ْمَلَٔا

﴾٤٢﴿ ِءا َم َّسلا يِف اَهُعْرَفَو

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (QS Ibrahim [14]:24)

Sementara secara teknis, bahwa kata al-ashl menurut ulama ushul memiliki makna yang beragam sesuai dengan konteks penggunaanya, yaitu: dalil , kaidah umum, rajih (yang kuat), tempat asal, dan mustashab (mengambil keadaan yang pertama).

Sebagai contoh, adalah sebagai berikut:

1) Al-ashlu bermakna dalil . Sebagai contoh ada ungkapan:

ةن ُّسلاو ُباتكلا ِةلٔاسملا هذه لصٔا

Dalil (asal) masalah ini adalah alquran dan Sunnah .

13. Kata al-ashlu sering dilawankan dengan kata al-far’u (

عرفلا

) secara bahasa adalah sesuatu yang bersandar di atas perkara lain. Sebagaimana cabang pohon bersandar pada akarnya, cabang fiqh bersandar pada ushul fiqh . 14. Abdul Hamid Hakim , Mabadi’ Awaliyah, (Jakarta: Penerbit Sa’adiyah

Putra, 1958), hlm.5

Sebagaimana perkataan para ulama’:

ُباَت ِكْلا ِةا َكَّزلا ِبْو ُجُو يف ُل ْصَٔاْلَا

Ashal wajibnya zakat adalah al-Kitab.

Maksudnya, dalil wajibnya zakat adalah ketetapan dari firman Allah yang ada dalam al-Kitab (al-Qur’an). Allah ber-firman:

﴾٧٧ :ءاسنلا﴿ َةا َكَّزلا اوُتٓاَو

Dan tunaikanlah zakat! (QS al-Nisa [4]: 77) 2) Al-ashlu bermakna Kaidah umum (

ةيّلكلا ةدعاقلا

).

Seperti dalam kaidah :

ٌعوفرم َلعافلا َّنٔا ُلصٔالا

Kaidah umum (asal) fail adalah marfu’

Sebagaimana perkataan para ulama’:

ِل ْصَٔاْلا ُفاَل ِخ ِّر َط ْض ُمْلِل ِةَتْي َمْلا ُة َحاَبِٕا

Diperbolehkannya memakan bangkai bagi orang yang terpaksa adalah kebalikan dari hukum ashal.

Maksudnya, bertentangan dengan kaidah umum, yaitu: Semua bangkai hukumnya adalah haram .

Allah berfirman:

﴾٣ :ةدئاملا﴿ ُةَتْيَمْلا ُم ُكْيَلَع ْتَمِّر ُح

Bangkai diharamkan atas kalian.(QS al-Maidah: 3) 3) Al-ashlu bermakna rajih (

حجارلا

) atau kuat.

Seperti dalam pembicaraan.

ةقيقحلا ِمالكلا يف ُلصٔالا

Yang dianggap kuat pada pembicaraan adalah hakekatnya, (arti sesungguhnya dari kalimat yang diutarakan, bukan bermakna majaz)

Maksudnya, pengertian yang kuat dalam pembicaraan adalah pengertian yang sebenarnya (bukan kiasan).

4) Al-ashlu bermakna tempat menganalogikan sesuatu.

Al-aslu adalah salah satu rukun qiyas. Diman qiyas memiliki empat rukun, yaitu al-ashlu, al-far’u, al-illat, dan al-hukm.

Contohnya, khamar adalah al-ashl (pokok), sedangkan whisky atau beer adalah al-far’u (cabang).

5) Al-ashlu bermakna mustashhab (

بحصتسملا

).

Sebagaimana perkataan para ulama’:

َنا َك اَم ىَلَع َنا َك اَم ُءاَقَب ُل ْصَٔاْلَا

Dasar ketetapan hukum adalah mengikuti hukum yang sudah ada (mustashhab).

Ketika terjadi keraguan diantara dua keadaan (hal), maka yang menjadi patokan adalah keadaan yang pertama (awal). Seperti dalam kaidah :

ةراهطلا لصٔالا

Pada dasarnya adalah suci (belum batal).

Dalam masalah bersuci, ketika seseorang dalam keadaan berwudhu kemudian dia ragu apakah dia sudah batal ataukah belum, maka yang dipegangi adalah kondisi suci, artinya belum batal wudhu.

Dari beberapa pengertian ushul -fiqh di atas, maka yang terpakai dalam pembahasan disini adalah arti pertama, yaitu al-ashlu dengan makna dalil (

ليلدلا

).

2) Fiqh

Secara bahasa berarti faham, pengertian, atau pengetahuan (QS [9]: 122, QS Hud [11]: 91).

ٌةَفِئا َط ْمُهْنِّم ٍةَقْرِف ِّل ُك نِم َرَفَن اَلْوَلَف ۚ ًةَّفا َك اوُرِفنَيِل َنوُنِمْؤُمْلا َنا َك اَمَو َنوُرَذ ْحَي ْمُهَّلَعَل ْمِهْيَلِٕا اوُع َجَر اَذِٕا ْمُهَمْوَق اوُرِذنُيِلَو ِنيِّدلا يِف اوُهَّقَفَتَيِّل اوُهَّقَفَتَيِّل

﴾٢٢١﴿

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS Attaubah [9]: 122)

اَلْوَلَو ۖ اًفيِع َض اَنيِف َكاَرَنَل اَّنِٕاَو ُلوُقَت اَّمِّم اًريِث َك ُهَقْفَن ُهَقْفَن اَم ُبْيَع ُش اَي اوُلاَق

﴾١٩﴿ ٍزيِزَعِب اَنْيَلَع َتنَٔا اَمَو ۖ َكاَن ْم َجَرَل َك ُطْهَر

Mereka berkata: “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami”. (QS Hud [11]:91)

Sementara, secara istilah, ulama fiqh mendefiniskan fiqh (

هقفلا

)

sebagai berikut:

1) Imam al-Ghazali , dalam kitabnya, Al-Mustasfa, mendefiniskan fiqh sebagai berikut:

هقفي نالف لاقي ,عضولا لصٔا يف مهفلا و ملعلا نع ةرابع هقفلا ةرابع ءاملعلا فرعب راص نكل و ,همهفي و هملعي يا رشلا و ريخلا .ةصاخ نيفلكملا لاعفٔال ةتباثلا ةيعرشلا ماكحٔالاب ملعلا نع

Fiqh pada awalnya adalah istilah tentang ilmu dan pemahaman.

Seseorang dikatakan faqih tentang kebaikan dan kejahatan, maksudnya adalah dia mengerti dan memahaminya. Kemudian, dalam tradisi ulama, menjadi istilah tentang ilmu yang berkaitan dengan hukum-hukum syarak yang menetapkan perbuatan-perbuatan orang-orang mukallaf secara khusus.15

2) Syaikh al-Utsaimin dalam kitabnya, al-Ushul min Ilm al-Ushul, mendefiniskan Fiqh sebagai berikut:

ةيليصفتلا اهتلدٔاب ةيلمعلا ةيعرشلا ماكحٔالا ةفرعم

Pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat parktis (amaliyah) dengan dalil -dalil yang rinci.16

3) Abdul Wahab Khallaf dalam kitabnya, Ilm ushul al-Fiqh, mendefiniskan sebagai berikut:

.ةَّيليصفَّتلا اهِتَّلدٔا نم ةبستكُملا ةَّيلمعلا ةَّيعر َّشلا ِماكحٔالاب ُملعلا اهتلدٔا نم ةدافتسملا ةيلمعلا ةيعرشلا ماكحٔالا ةعومجم وه وا ةيليصفتلا

Suatu ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliyah) yang diambil dari dalil -dalil yang rinci. Atau

15. Al-Ghazali , Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad, Al-Mustasfa Min Ilmi Al-Ushul, Ditahqiq Dan Diterjemahkan Kedalam Bahasa Inggris Oleh Ahmad Zaki Hamad, (Riyadh KSA: Dar Al-Maiman Linasr Wa Al-Tauzi’, TTh).

16. Al-Utsaimin , Muhammad Bin Sholeh, Al-Ushul Min Ilm Al-Ushul, (Damam-KSA: Dar Ibn Al-Jauzi, 1426H)..

kumpulan hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliyah) yang diambil dari dalil-dalilnya yang rinci.17

Dari definisi di atas, maka karakteristik fiqh dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Fiqh sebagai disipilin ilmu. Sebagai disipilin ilmu, fiqh mempuyai tema pokok dengan kaidah -kaidah dan prinsip-prinsip khusus yang berbeda dengan keilmuan lainya. Makna ilmu disini adalah termasuk dari proses pengetahuan yang berasal persangkaan yang kuat (dhaniyat).

b) Fiqh tentang hukum-hukum syar’iyah, yaitu yang menghasilkan ketetapan hukum syariat, berupa ketentuan hukum yang lima, yaitu haram , makruh , mubah , mandub , dan wajib. Hal ini berbeda dengan hukum adat dan aqal.

c) Fiqh tentang Amaliah, artinya hukum-hukum fiqh selalu berkaitan dengan amaliah atau perbuatan manusia yang dhahir baik dalam bentuk ibadat dan muamalat, bukan perbuatan batin seperti i’tiqad (keimanan).

d) Fiqh adalah dari dalildalil yang terinci (tafshili), artinya dalil -dalil yang menunjukan pada suatu hukum tertentu.

Dalam dokumen USHUL FIQH METODE ISTINBATH HUKUM ISLAM (Halaman 20-25)