• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

24. Talas Hutan (Colocasia esculenta)

Talas Hutan (Colocasia esculenta) merupakan tumbuhan bawah, yang memiliki batang semu berbentuk silindris dan memiliki umbi berwarna coklat muda, sedangkan pada bagian daun berbentuk seperti jantung yang memanjangdanpermukaan daunyangtahan air (waterproof) terdapat pada gambar 27. Talas hidup berumpun dan tumbuh ditempat yang lembab dan dinaungi (Wijaya et al., 2014).

Hasil analisis fitokimia Widhyastini dan Hutagaol (2014) menyatakan bahwa Ekstrak daun dan batang dari talas (Colocasia esculenta), positif mengandung senyawa metabolit sekunder untuk uji saponin, tannin, dan flavonoid serta kalsium oksalat. Kandungan metabolit sekunder ini dapat bersifat sebagai racun pada organisme lain pada konsentrasi tertentu dimana kalsium oksalat dalam makanan dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan, kandungan saponin yang berlebih menyebabkan kembung pada hewan ruminansia.

(b) (a)

Gambar 26. (a) Daun Ronge, (b) Batang Ronge

Gambar 27. Talas Hutan

Peta Sebaran Tumbuhan Beracun

Tahap eksplorasi tumbuhan beracun terdapat proses pemetaan, Pemetaan dilakukan untuk mengetahui koordinat tumbuhan beracun di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 yang didokumentasikan dalam bentuk peta. Menurut Ambarwati dan Johan (2016) Pemetaan adalah ilmu yang mempelajari kenampakan muka bumi yang menggunakan suatu alat dan menghasilkan informasi yang akurat. Peta adalah bentuk penyajian informasi spasialtentang permukaan bumi untuk dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Semua kegiatan untuk menghasilkan tampilan informasi tersebut secara keruangan (spasial) adalah apa yang disebut dengan pemetaan.

Pemetaan sebaran tumbuhan beracun dilakukan dengan menggunakan metode inventarisasi dan pengambilan titik tumbuhan beracun di lapangan. Data kerapatan tumbuhan beracun disimpan di GPS yang berbentuk dari waypoint, selanjutnya dioverlay dengan peta tempat lokasi penelitian yaitu Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal. Pemetaan tumbuhan beracun dilakukan untuk mengetahui letak titik sebaran tumbuhan beracun di Nasional Batang Gadis Resort 5. Tujuannya memberikan informasi potensi tumbuhan beracun dilapangan dan menyajikannya ke dalam bentuk peta kepada pihak publik. Sehingga ketika melakukan tinjauan kelapangan, masyarakat lebih mudah menemukan tumbuhan beracununtuk dipergunakan di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5.

Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 ditemukan berbagai jenis vegetasi yang berpotensi menjadi tanaman obat. Sebanyak 286 plot tumbuhan obat ditemukan dari 382 plot dan diambil menggunakan GPS. Titik tumbuhan beracun yang diambil merupakan titik koordinat jenis tumbuhan beracun yang dijumpai..

Pada daerah tersebut diperoleh bahwa tumbuhan beracun di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 disetiap tingkat memiliki indeks keragaman jenis antara 1 – 3 yang menunjukkan bahwa keanekaragaman jenisnya sedang. Berdasarkan penelitian Hadi et.al (2016) menyatakan indeks keanekaragaman tumbuhan beracun di semualokasi penelitian termasuk dalam kategori sedang, artinya secara ekologi vegetasitumbuhan beracun berada dalam kondisi relatif stabil.

Nilai NDVI di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal pada Tahun 2019

Pengolahan citra tahun 2019 dengan menggunakan index kerapatan vegetasi menghasilkan nilai dan sebaran NDVI. Nilai dan sebaran NDVI di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal sebagaimanatercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Tahun 2019

No. NDVI Luas (Ha) Persentase (%)

Tabel 4. Persentasi Titik Lapang Setiap Kelas Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Tahun 2019

No. Kelas NDVI Jumlah Plot Persentase (%) yang lebih tinggi, dengan kisaran NDVI yaitu > 0.4 dengan luas sebesar 12119.04 ha atau 81.54% dari seluruh luas kawasan di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2019. Peta sebaran NDVI dapat dilihat pada Gambar 28.

Tabel 4. diketahui bahwa pengambilan plot tumbuhan beracun terdapat pada 3 kelas NDVI yaitu kelas 0.2-0.3, 0.3-0.4 dan > 0.4. Pengambilan plot pada penelitian ini kebanyakan dilakukan di nilai NDVI yang sangat rapat yaitu > 0.4 yaitu sebanyak 263 plot atau 90.38 %. Sedangkan pengambilan plot yang paling sedikit yaitu pada kelas 0.2-0.3 yaitu sebanyak 3 plot atau 1.03 %.

Nilai NDVI dikelaskan menjadi 6 kelas yaitu < 0 sampai > 0.4. Nilai 0 – 0.1 merupakan NDVI dari lahan kosong atau bebatuan, sesuai dengan pernyataan

Dasuka et.al (2016) dimana pada peta NDVI di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2019 nilai < 0 berada pada puncak Gunung Sorik Marapi, Pada puncak Gunung Sorik Marapi terdapat kawah berwarna biru dan disekeliling kawah terdapat bebatuan yang tidak ada vegetasinya atau lahan kosong (Kementrian ESDM, 2016). Nilai NDVI > 0.4 memiliki tingkat kehijauan yang lebih tinggi dan hal ini dikarenakan pada kawasan tersebut memiliki vegetasi yang tinggi (Dasuka et al., 2016).

Kawasan hutan di Desa Sopotinjak merupakan kawasan yang tingkat kerapatannya tinggi sehingga nilai NDVI nya tinggi yaitu sangat rapat. Dan pada desa Sopotinjak terdapat banyak jenis tumbuhan termasuk jenis tumbuhan beracun. Tingkat tumbuhan beracun yang didapat berbeda-beda tergantung ketinggiannya, seperti saat awal melakukan analisis vegetasi tumbuhan beracun dimana dimulai dari dataran yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi sehingga di daerah yang lebih rendah banyak terdapat tumbuhan beracun di tingkat pohon sedangkan ditempat yang lebih tinggi didominasi oleh semai atau tumbuhan bawah. Humaedi (2016) mengemukakan bahwa tinggi rendahnya nilai NDVI sangat dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi, tutupan tajuk dan jenis vegetasi, karena semakin rapat vegetasi dan tutupan tajuk maka permukaan daun akan memantulkan radiasi yang semakin besar, jika vegetasi yang teridentifikasi merupakan pepohonan maka akan memiliki nilai NDVI yang tinggi dibandingkan jika yang teridentifikasi berupa semak atau rumput.

Kawasan hutan di Desa Hutabaringin Julu dan Hutabaringin Maga tingkat tumbuhan beracun yang didapat didominasi oleh pepohonan. Dan juga Pada kawasan hutan di desa Sopotinjak, Hutabaringin Julu dan Hutabaringin Maga memiliki banyak jenis vegetasi dan juga jenis tumbuhan beracun sehingga berpengaruh dengan nilai NDVI, Lufilah (2017) menyatakan bahwa kumpulan berbagai vegetasi yang beraneka ragam akan menghasilkan tingkat kerapatan vegetasi yang berbeda-beda. Vegetasi memiliki ciri khas spektral yang unik dapat dianalisis dengan berbagai cara agar mendapatkan indeks yang mewakili kondisi dari vegetasi tersebut.

Tumbuhan yang sering didapat pada kelas kerapatan yang tinggi yaitu tumbuhan beracun jenis Medang-medangan dan latong pada tingkat pohon dan

tiang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Humaedi (2016) yang menyatakan bahwa semakin rapat vegetasi dan tutupan tajuk maka permukaan daun akan memantulkan radiasi yang semakin besar, jika vegetasi yang teridentifikasi merupakan pepohonan maka akan memiliki nilai NDVI yang tinggi dibandingkan jika yang teridentifikasi berupa semak atau rumput. Sedangkan untuk tingkat tumbuhan bawah didominasi oleh Pisang Hutan.

Nilai Ketinggian di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal

Pada proses pengolahan garis kontur menghasilkan nilai ketinggian dari sebaran spasial tumbuhan beracun di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal sebagaimanatercantum pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Ketinggian di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5

No. Kelas Ketinggian Luas (Ha) Persentase (%)

1 200-400 0.90 0.01

Tabel 6. Persentasi dan Titik Lapang Setiap Kelas Ketinggian di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5

No. Kelas Ketinggian Jumlah Plot Persentase%

1 2 3 1.17 terbesar adalah ketinggian pada kelas yang keempat, dengan kisaran 800-1000 mdpl dengan luas sebesar 3012.93 atau 20.31 % sedangkan Luas kelas ketinggian

yang terkecil adalah ketinggian pada kelas yang pertama yaitu sebesar 0.90 Ha atau 0.01% dari seluruh luas kawasan di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal.

Pengambilan plot dilakukan di kelas ketinggian 2, 3, 6, 7, dan 8, dimana tumbuhan beracun pada Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal banyak dijumpai di ketinggian 1400-1600 mdpl yaitu pada kelas ke 7, dapat dilihat pada gambar 29. Tumbuhan yang sering dijumpai pada tiap kelas ketinggian adalah tumbuhan jenis modang-modangan, sedangkan tumbuhan bawah yang sering dijumpai hampir ditiap ketinggian adalah langge, karena langge banyak ditemukan di daerah pinggiran sungai dan lembab dan kondisi lingkungannya adalah daerah dataran tinggi (Sihombing et al., 2015).

Tabel 6 diketahui bahwa pengambilan plot tumbuhan beracun terdapat pada 5 kelas ketinggian yaitu kelas 2 (400-600), 3 (600-800), 6 (1200-1400), 7 (1400-1600), dan 8 (1600-1800). Pengambilan plot pada penelitian ini kebanyakan dilakukan pada kelas nilai ketinggian ke 7 (1400-1600) yaitu 150 atau 58.37%. Sedangkan pengambilan plot yang paling sedikit yaitu pada kelas ke 2 (400-600) yaitu 3 atau 1.17%.

Kelas ketinggian ke 7 terutama pada desa Sopotinjak masih banyak dijumpai tumbuhan beracun jenis umbi-umbian seperti langge, talas hutan, latong manuk dan anturbung. Hal ini disebabkan oleh tempat yang tinggi yaitu 1400-1600 mdpl dan juga dipengaruhi oleh kelembapan suatu kawasan, dimana keadaan kawasan hutan di Sopotinjak lebih lembab dibandingkan kawasan hutan lainnya, sedangkan pada kelas ketinggian 3 dan 2 pengambilan plotnya lebih sedikit karena tumbuhan beracun di ketinggian tersebut sangat rendah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kelembapan dan ketinggian pada kawasan tersebut. Suhu memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini disebabkan karena semua proses dalam pertumbuhan dan perkembangan seperti penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan pada tanaman dipengaruhi oleh suhu (Anrian et al., 2014).

Ketinggian ini menggunakan peta kontur sehingga dapat memuat informasi umum tentang keadaan permukaan tanah beserta informasi ketinggiannya dari permukaan laut. Kontur adalah garis pembatas bidang yang

berbelok-belok yang berguna untuk mengetahui berapa tingginya suatu tempat dari permukaan laut (Rostianingsih et al., 2004).

Warna hitam digunakan untuk menunjukkan batas administrasi, lettering, maupun detail penghunian yaitu seperti batas Kabupaten Mandailing Natal.

Warna biru digunakan untuk menunjukkan tubuh air, seperti sungai, danau, serta laut. Degradasi warna biru muda hingga biru tua mununjukkan tingkat kedalaman dari tubuh air. Semakin tua warna birunya, maka semakin dalam tubuh air tersebut. Sama halnya dengan warna hijau warna hijau menunjukkan dataran rendah, dan semakin tinggi kemiringannya atau semakin kepuncak semakin muda hijaunya seperti pada Gambar 29. Coklat menunjukkan daerah yang mempunyai kemiringan lereng yang besar, seperti dataran tinggi atau daerah pegunungan seperti daerah Sorik Marapi (Endarto et al., 2009).

Semakin tinggi suatu kawasan maka nilai NDVI akan semakin rendah, karena tempat yang semakin tinggi akan mempengaruhi kelembaban dan suhu pada tempat tersebut sehingga kawasan hutan yang lebih tinggi akan didominasi oleh semai dan tumbuhan bawah sehingga kerapatan dan indeks nilai pentingnya akan semakin rendah. Seperti halnya di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal Pada puncak Gunung Sorik Marapi terdapat kawah berwarna biru dan disekeliling kawah terdapat bebatuan yang tidak ada vegetasinya atau lahan kosong dimana puncak Sorik Marapi terdapat pada kelas

ketinggian 10 dengan tinggi >20 mdpl, dan memiliki nilai NDVI dikelas 1 yaitu < 0 (Anrian et al., 2014).

Kerapatan vegetasi salah satunya dapat diketahui dengan menggunakan teknik NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). Teknik ini merupakan kombinasi teknik penisbahan dengan teknik pengurangan citra sehingga dapat digunakan untuk keperluan menganalisis kondisi vegetasi. Informasi data kerapatan vegetasi, luas lahan, dan keadaan di lapangan dapat dideteksi dari teknik penginderaan jauh. Sedangkan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan dan sebarannya dibutuhkan analisis vegetasi. Analisis vegetasi dilakukan dengan menghitung Kerapatan Suatu Jenis, Kerapatan Relatif, Frekuensi Suatu Jenis, Frekuensi Relatif, Dominansi, Dominansi relatif, Indeks Nilai Penting dan Keanekaragaman jenis suatu kawasan (Danoedoro, 1996).

Analisis Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Kawasan Taman Nasional Batang Gadis Resort 5

Berdasarkan Tabel 7 hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun pada tingkat tumbuhan bawah didapat nilai kerapatan suatu jenis (K) yang paling tinggi pada jenis Pisang Hutan yaitu 253.33, dan nilai kerapatan suatu jenis (K) terendah terdapat pada jenis Antoladan dan Anturbung dengan nilai yang sama yaitu 6.67.

Talas Hutan mempunyai nilai frekuensi suatu jenis (F) pada Tabel 3 yang paling besar diantara jenis lainnya, yaitu sebesar 0.042, dan nilai frekuensi suatu jenis (F) terendah terdapat pada jenis Antoladan dan Anturbung dengan nilai 0.003.

Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun pada tingkat semai didapat nilai kerapatan suatu jenis (K) yang paling tinggi terdapat pada jenis Latong yaitu 26.67 dan nilai kerapatan suatu jenis (K) terendah terdapat pada jenis Modang Londir, Modang Tano, Modang Pangir, dan Ayu Ara dengan nilai yang sama yaitu 6.67. Latong mempunyai nilai frekuensi (F) pada Tabel 7 yang paling besar diantara jenis lainnya, yaitu sebesar 0.010 dan nilai frekuensi suatu jenis (F) terendah terdapat pada jenis Modang Londir, Modang Tano, Modang Pangir, Ayu Ara dan Goti dengan nilai 0.003.

Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun pada tingkat pancang didapat nilai kerapatan suatu jenis (K) yang paling tinggi terdapat pada jenis Latong yaitu 24.21 dan nilai kerapatan suatu jenis (K) terendah Modang Tano, Ambacang Hutan, Ayu Ara, Modang Kunyit, dan Modang Padang dengan nilai yang sama yaitu 1.05.

Latong mempunyai nilai frekuensi (F) pada Tabel 7 yang paling besar diantara jenis lainnya, yaitu sebesar 0.031.

Tabel 7. Hasil Analisis Vegetasi Tumbuhan Beracun di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

No Tingkatan Vegetasi K F D

No Tingkatan Vegetasi K F D

Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun pada tingkat tiang didapat nilai kerapatan suatu jenis (K) yang paling tinggi terdapat pada jenis Ronge yaitu 2.62, dan nilai kerapatan suatu jenis (K) terendah adalah ambacang hutan, andulpak dan lagan dengan nilai yang sama yaitu 0.26. Latong mempunyai nilai frekuensi suatu jenis (F) pada Tabel 7 yang paling besar diantara jenis lainnya, yaitu sebesar 0.021 dan nilai frekuensi suatu jenis (F) terendah terdapat pada jenisambacang hutan, andulpak dan lagan dengan nilai 0.003. Dominansi suatu jenis (D) yang paling besar diantara jenis lainnya adalah Modang Tano yaitu sebesar 0.0056, sedangkan dominansi suatu jenis (D) yang lebih kecil adalah Andulpak dengan memiliki nilai dominansi yang sama yaitu 0.0035.

Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun pada tingkat pohon didapat nilai kerapatan suatu jenis (K) yang paling tinggi terdapat pada jenis Modang Padang yaitu 2.49 dan nilai kerapatan suatu jenis (K) terendah adalah Ronge yaitu 0.07. Modang Padang mempunyai nilai frekuensi suatu jenis (F) pada Tabel 7 yang paling besar diantara jenis lainnya, yaitu sebesar 0.094, dan nilai frekuensi suatu jenis (F) terendah terdapat pada jenis Ronge dengan nilai 0.003. Dominansi suatu jenis (D) yang paling besar diantara jenis lainnya adalah Ayu Ara yaitu sebesar 0.028, sedangkan dominansi suatu jenis (D) yang lebih kecil adalah Ronge dengan memiliki nilai dominansi yaitu 0.002.

Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun dilakukan pada 5 tingkat vegetasi yaitu tumbuhan bawah, semai, pancang, tingkat, dan pohon terdapat pada Tabel 8. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun pada tingkat tumbuhan bawah diperoleh 6 jenis tumbuhan beracun yaitu Antoladan, Anturbung, Langge, Latong Manuk, Pisang Hutan dan Talas Hutan. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun pada tingkat semai didapat 9 jenis tumbuhan beracun berupa ronge, modang londir, modang tano, modang pangir, latong, gumbot laut, lancat bodi, ayu ara, dan goti. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun pada tingkat pancang didapat 12 jenis tumbuhan beracun berupa latong, ronge, modang londir, modang tano, modang gondang, lansat bodi, ambacang hutan, capot, ayu ara, lagan, modang kunyit, dan modang padang.

Tabel 8. Sebaran Strata Tumbuhan Beracun di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

No. Jenis Vegetasi Tumbuhan Bawah Semai Pancang Tiang Pohon

1 Ambasang Hutan

Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun yang ditunjukkan oleh Tabel 8 pada tingkat tiang didapat 12 jenis tumbuhan beracun berupa ronge, modang tano, modang londir, modang pangir, lansat bodi, latong, gumbot laut, ambacang hutan, andulpak, lagan, ayu ara, dan modang padang. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun pada tingkat pohon didapat 17 jenis tumbuhan beracun berupa latong, modang londir, modang tano, ronge, modang gondang, lansat bodi, modang pangir, ambacang hutan, lagan, gumbot laut, capot, ayu ara, rambutan hutan, modang padang, modang kunyit, goti, dan garunggang.

Analisis vegetasi ini dilakukan di 5 Desa pada Resort 5 Taman Nasional Batang Gadis yaitu Desa Sopotinjak, Desa Sibanggor Julu, Desa Hutabaringin Maga, Hutabaringin Julu dan Ampung Padang. Pengambilan plot pada Desa Sopotinjak terletak pada kelas ketinggian 7 yaitu 1400-1600 mdpl dan tumbuhan beracun yang didapat adalah Latong, Latong Manuk, Anturbung, Pisang Hutan, Talas Hutan, Modang Gondang, Modang Pangir, Modang Tano, Modang londir, Langge, Lansat Bodi, Ronge. Nilai NDVI pada Desa Sopotinjak terdapat pada kelas ke 5 atau 0.3-0.4 dan ke 6 atau > 0.4.

Pengambilan plot pada Desa Sibanggor Julu terletak pada kelas ketinggian ke 7 yaitu 1400-1600 dan kelas ke 8 yaitu 1600-1800. Nilai NDVI pada Desa

Sibanggor Julu terdapat pada kelas ke 6 yaitu > 0.4. Tumbuhan beracun yang ditemukan pada Desa ini adalah Ambacang Hutan, Latong, Gumbot laut, Lancat bodi, Pisang Hutan, Rambutan Hutan, Lagan, Capot, gala-gala, Ayu Ara, Andulpak, Modang Tano, Modang Padang, dan Modang Londir.

Pengambilan plot pada Desa Hutabaringin Maga terletak pada kelas ketinggian ke 8 yaitu 1600-1800. Nilai NDVI pada Desa Hutabaringin Maga terdapat pada kelas ke 6 yaitu > 0.4. Tumbuhan Beracun yang ditemui pada Desa Hutabaringin Maga adalah Ayu ara, Lancat Bodi, Modang Londir, Modang tano, Modang Padang, dan Modang Pangir.

Pengambilan plot pada Desa Hutabaringin Julu terletak pada kelas ketinggian ke 7 yaitu 1400-1600. Nilai NDVI pada Desa Hutabaringin Julu terdapat pada kelas ke 6 yaitu > 0.4. Tumbuhan Beracun yang ditemui pada Desa Hutabaringin Julu adalah Ambacang Hutan, Langge, Garunggang, Ayu Ara, Modang Londir, Modang Tano, dan Modang Padang.

Pengambilan plot pada Desa Ampung Padang terletak pada kelas ketinggian ke 2 yaitu 400-600 dan ke 3 yaitu 600-800. Nilai NDVI pada Desa Ampung Padang terdapat pada kelas ke 6 yaitu > 0.4. Tumbuhan Beracun yang ditemui pada Desa Ampung Padang adalah Antoladan, Talas Hutan, Langge, Modang Kunyit, modang Londir, dan Goti.

Gambar 28. Peta Normalised Difference Vegetation Index (NDVI) di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2019

Gambar 29. Peta Ketinggian Tumbuhan Beracun di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5 Kabupaten Mandailing Natal

Dokumen terkait