Sab’ah Aẖruf dalam Mushaf ‘Utsmânî
Para ulama berbeda pendapat dalam menyimpulkan apakah sab’ah aẖruf seluruhnya masih ada sampai saat ini di dalam Mushaf ‘Utsmâni, ataukah sebaliknya. Maka dalam hal ini ada tiga pendapat:143
1. Sab’ah aẖruf seluruhnya masih ada hingga kini, dan Mushaf Utsmâni mencakup semuanya. Banyak ulama terkemuka yang memegang pendapat ini, seperti al-Bâqilânî, Ibn H̲azm, Ibn al-Ja’barî, as-Subkî, dan lain-lain.
2. Tidak ada lagi di dalam mushaf kecuali hanya satu huruf saja (ẖarf wâẖid). Utsmân menyatukan umat Islam kepada satu huruf saja dan meninggalkan enam sisanya. Di antara ulama yang memegang pendapat ini adalah Ibn Jarîr ath-Thabarî, Ibn al-Qayyim, Ibn
‘Abdilbarr, aath-Thaẖâwî. Ibn al-Qayyim mengatakan:
“Utsmân mengumpulkan mushaf dengan satu huruf dari total tujuh huruf untuk meencegah perselisihan mereka (umat Islam) tentang al-Qur’an, dan disetujui oleh para sahabat.”144
3. Mushaf ‘Utsmânî mengandung bagian-bagian dari al-aẖruf as-sab’ah yang terbatas kepada apa yang bisa
143 Aẖmad ibn Nâshir Ath-Thayyâr, al-Masâ’il al-Muhimmah fî at-Tajwîd wa al-Aẖruf as-Sab’ah (Dâr al-H̲ijâz, 2017), hlm. 32-47.
144 Muẖammad ibn Abî Bakr ibn Ayyûb ibn Sa’ad Syamsuddîn Ibn Qayyim Al-Jauziyah, I’lâm Muwaqqi’în ‘an Rabb ‘Âlamîn (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1991), juz 3, hlm. 126.
dicakup oleh rasm-nya, sesuai dengan bacaan terakhir yang diperdengarkan oleh Nabi saw. di hadapan malaikat Jibrîl as. atau al-‘urdhah al-akhîrah tanpa meninggalkan satu huruf pun darinya. Pendapat ini dipegang oleh mayoritas ulama. Ibn al-Jazarî mengatakan bahwa inilah yang tepat berdasarkan hadits-hadits yang shaẖîẖ dan atsar-atsar yang masyhûr.145
Hikmah Turunnya Al-Qur’an dengan Sab’ah Aẖruf Di antara hikmah turunnya al-Qur’an dengan sab’ah aẖruf adalah:
1. Turunnya al-Qur’an dengan tujuh huruf adalah untuk memudahkan dan memberikan keringanan kepada umat Islam dalam membaca Kitâbullâh, sebagaimana Allah memudahkan beragama kepada mereka seperti dalam firman-Nya:
ٍجَر َح ْن ِم ِنْي ِ دلا ىِف ْمُ ك ْيَ
ل َع َ
ل َع َج ا َم َو
“… Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama…” (QS. Al-H̲ajj [22]: 78)146
2. Karena al-Qur’an turun dengan bahasa Arab, sementara bangsa Arab terdiri dari banyak kabilah yang satu sama lain saling berbeda bahasa dan
145 Al-Jazarî, an-Nasyr fî al-Qirâ’ât al-‘Asyr, juz 1, hlm. 31.
146 ‘Abdullâh, al-Aẖruf as-Sab’ah wa Ushûl al-Qirâ’ât, hlm. 4.
dialeknya, maka diturunkanlah al-Qur’an dengan tujuh huruf sebagai anugerah kemuliaan dari Allah untuk mereka.147
3. Banyaknya cara bacaan al-Qur’an menujukkan kebenaran Nabi saw. dalam penyampaian risalah dan bukti nyata kedudukan al-Qur’an yang begitu tinggi, juga kemuliaan untuk umat ini, sebab dengan keberagaman bacaan tersebut, tidak ada pertentangan satu sama lain di dalamnya, bahkan satu sama lain saling membenarkan dan saling menjelaskan. Allah swt. berfirman:
ْوَ ل َو َ
نٰ ا ْرُ
قْ لا َ
ن ْو ُرَّبَدَتَي ا َ لَ
فَ ِرْيَ ا
غ ِدْن ِع ْنِم َناَك ِه ْي ِف ا ْوُد َجَوَل ِ هللَّا
ا ًرْيِثَ ك اً
فا َ لِتخاْ ٨٢
“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) al-Qur'an? Sekiranya (al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.” (QS. An-Nisâ’ [4]: 82)148 4. Satu lafazh dapat memberikan lebih dari satu makna.
Setiap bacaan bisa memberikan makna yang masing-masing berbeda satu sama lain. Bahkan bisa mengarahkan kepada kesimpulan yang berbeda-beda
147 Ismâ’îl, al-Aẖruf as-Sab’ah wa al-Qirâ’ât wa Mâ Utsîra H̲aulahâ min Syubuhât, hlm. 23.
148 Ibid., hlm. 23-24.
dalam penetapan suatu huruf fiqih.149 Menunjukkan betapa luasnya ilmu yang dikandung dalam al-Qur’an.
5. Sab’ah aẖruf adalah di antara tanda kemukjizatan al-Qur’an.
149 Ibid., hlm. 24-25.
PENUTUP
Penurunan al-Qur’an dengan sab’ah aẖruf adalah sebagai bentuk keringanan yang diberikan dalam membaca al-Qur’an, sekaligus sebagai rahmat dari Allah swt. untuk umat ini. Bisa dibacanya ia lebih dari satu huruf adalah untuk memberikan kemudahan kepada umat Islam dalam membaca kitab sucinya, sehingga mereka tidak merasa dibebani oleh bacaan-bacaan yang sukar dilafalkan.
Para ulama berbeda-beda dalam menyimpulkan maksud dari sab’ah aẖruf. Pendapat mereka bercabang-cabang, bahkan menurut sebagian keterangan, perbedaan tersebut mencapai 40 pendapat. Banyaknya pendapat-pendapat tersebut sebenarnya karena sebagian besar apa yang disampaikan dalam masing-masing pendapat mereka itu saling masuk satu ke dalam yang lainnya. Juga karena di dalamnya ada pendapat-pendapat yang sangat lemah.
Pelajaran paling penting untuk kita dari hadits-hadits tentang turunnya al-Qur’an dengan sab’ah aẖruf adalah bahwa yang jelas Nabi saw. mengajarkan al-Qur'an kepada para sahabatnya dengan beragam bacaan. Bacaan satu berbeda dengan bacaan lainnya dari sisi cara pelafalannya, baik dalam hubungannya dengan bahasa, dialek, atau lainnya, baik yang menyebabkan perbedaan makna maupun tidak. Beragam bacaan tersebut semuanya diterima Nabi saw. dari Allah swt. dengan tujuan untuk memudahkan umat, lalu diajarkan kepada para sahabatnya.
Selanjutnya, para ulama juga berbeda pendapat dalam menyimpulkan apakah sab’ah aẖruf seluruhnya masih ada sampai saat ini di dalam Mushaf ‘Utsmâni, ataukah sebaliknya. Menurut mayoritas ulama, Mushaf ‘Utsmânî mengandung bagian-bagian dari al-aẖruf as-sab’ah yang terbatas kepada apa yang bisa dicakup oleh rasm-nya, sesuai dengan bacaan terakhir yang diperdengarkan oleh Nabi saw. di hadapan malaikat Jibrîl as. atau ‘urdhah al-akhîrah tanpa meninggalkan satu huruf pun darinya.