BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
B. Analisis data
4) Tambahnya ilmu agama
Pengetahuan dalam hal ini, kadang mereka belum faham
akan ketentuan-ketentuan dalam hal hukum fiqih selain tu dengan
adanya pembinaan melalui wawancara dengan guru PAI
memperoleh informasi peningkatan hasil belajar Pendidikan
Agama Islam kelas II Madrasah Tsanawiyah. Selain itu dengan
bertambahnya pengetahuan agama dapat memberi sugesti kepada
95
rendah hati, sopan santun, hormat menghormati dan sebagainya.
Agama melarang orang untuk tidak sombong, congkak, riya dan
sebagainya (Salimi, 1991: 11).
Jadi dalam hal ini apabila siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah
Patani Thailand Selatan berada dalam suatu masyarakat, tentu mereka
akan mempunyai karakter yang baik seperti, tolong menolong sesama,
jamaah shalat fardhu, mampu menjaga lingkungan sekitar. Hal tersebut
di dapat dari sekolahanya dan didikan ilmu pengetahuanya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan Solusi dalam kegiatan- kegiatan Pembinaan Keagamaan pada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah Mulnithi Azizstan Patani Thailand Selatan.
1) Problem dalam pembinaan keagamaan pada siswa II Madrasah
Tsanawiyah. Secara garis besar ada beberapa problem diantaranya:
a) Masalah kurangnya motivasi dan minat siswa. Sebagian siswa
tidak berminat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pembinaan
keagamaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
lingkungan, baik itu lingkungan sekolah maupun lingkungan
keluarga. Lingkungan sekolah yaitu faktor teman yang
mungkin tidak berminat mengikuti kegiatan pembinaan
keagamaan sehingga mempengaruhi siswa yang lain,
sedangkan lingkungan keluarga yaitu kurangnya dukungan dan
motivasi agar anak mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan.
96
pembinaan keagamaan sebaiknya tidak hanya guru saja yang
memotivasi, tapi dari pihak orang tua juga harus memotivasi
anak-anaknya agar mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan.
Karena dengan mengikuti kegitan pembinaan keagamaan siswa
semakin meningkat keimanan, memahami amalan-amalan
sunnah memahami ilmu-ilmu agama.
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang
mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
Psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam
individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan
menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai
pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah prilaku seseorang.
Menurut Dimyati dan Mudjiono upaya guru untuk
meningkatkan motivasi belajar pada siswa adalah sebagai
berikut.
(1) Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan
dengan siswa dan bahan ajar. Untuk dapat membelajarkan
atan mengajar bahan pelajar dipersyaratkan:
97
(b) Guru telah memahami bagian-bagian yang mudah,
sedang dan sukar.
(c) Guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan.
(d) Guru memahami sifat bahan pelajar tersebut.
(2) Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing
belajar, sehingga guru lebih memahami keterbatasan waktu
bagi siswa. Oleh karena itu guru dapat mengupayakan
optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri
siswa. Adapun upaya optimalisasi tersebut adalah sebagai
berikut:
(a) Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap
hambatan belajar yang dialaminya.
(b) Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajar
siswa.
(c) Meminta kesempatan pada orang tua atau wali, agar
memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi
diri dalam siswa.
(d) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang
mendorong belajar, misalnya surat kabar.
(e) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana
98
(f) Guru merangsang siswa dengan penguatan memberi
rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala
hambatan dan pasti berhasil.
(3) Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan
siswa
Uapaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa
tersebut dilakukan sebagai berikut:
(a) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya, dan
apabila ada yang sukar maka ditanyakan sama guru
dengan tulisan.
(b) Guru memecahkan hal-hal yang sukar.
(c) Guru mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidik keberanian, serta mengatasi kesukaran.
(d) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil
kesukaran belajarnya sendiri.
(e) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa
agar belajar secara mandiri.
(4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak
siswa masuk sekolah dasar. Pengembangan cita-cita belajar
tersebut ditempuh dengan jalan membuat kegiatan belajar
sesuatu. Penguat berupa hadiah diberikan pada siswa yang
99
cita-cita diberikan pada siswa yang berasal dari semua
lapusan masyarakat, karena guru adalah pendidik anak
bangsa yang berpeluang merekayasa dan mendidikan cita-
cita bangsa. Mendidikan cita-cita belajar pada siswa
merupakan upaya memberantas kebodohan
masyarakat.(Jamaludin, Komarudin, dan Khoerudin,
2015:265)
b) Masalah lingkungan keluarga, lingkungan keluarga kurang
menanamkan sikap atau nilai-nilai yang baik, kurang
memperhatikan terhadap perkembangan jasmani maupun
rohani, dan contoh yang baik terhadap siswa. Maka membuat
siswa kurang semangat untuk mengikuti kegiatan pembinaan
keagamaan, tidak mengetahui potensi diri dan membuat siswa
mempunyai akhlak yang kurang baik.
Menurut Jamaludin, Komarudin, Khoerudin, dalam buku
pembelajaran perspektif Islam (2015:155) lingkungan social
keluarga, lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi
keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan
antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adek
yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas
100
c) Lingkungan sosial, Kehidupan remaja bukan hanya
berlangsung dalam keluarga, akan tetapi lebih besarnya berada
dalam lingkungan masyarakat yang luas. Kehidupan
masyarakat merupakan lingkungan kedua bagi remaja dan
merupakan salah satu lingkungan yang sangat mempengaruhi
remaja dalam menerima bermacam-macam pengalaman baik
yang bersifat negatif dan positif. Hal ini menunjukkan
bahwa remaja akan memperoleh pengetahuan yang berbeda
satu dengan lainnya tergantung tempat tinggal. Sifat yang
menunjul dari siswa di sekolah adalah kurang menghormati
orang lebih tua, kurang sopan satun dengan orang yang lebih
tua dalam berbicara, dan tidak menghargai pendapat orang lain.
Menurut Jamaludin, Komarudin, Khoerudin, dalam buku
pembelajaran perspektif Islam (2015:155), lingkungan social
Masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa
yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga
dapat memngaruhi aktivitas belajar siswa, , paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
101
Untuk mengatasi problem yang terjadi dalam upaya
pembinaan keagamaan pada siswa II Madrasah Tsanawiyah
melalui kegiatan-kegiatan pembinaan keagamaan yang ada di
Madrasah Mulnithi Azizstan Patani Thailand Selatan, guru
melakukan beberapa cara untuk mengurangi problem tersebut.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti di lapangan
mengenai solusi yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun guru
yang bertangung jawab dalam pembinaan keagamaan yang terjadi
antara lain:
1) kerjasama dalam semua pihak, untuk meningkatkan kehidupan
bermasyarakat dan saling mencintai satu sama lain.
Menurut Armai Arief (2002:104) pendekatan ini sangat
efektif dalam membentuk siswa dalam lingkungannya, baik
disekolah maupun di lingkungan masyarakat. Pola pendekatan
ini ditekankan pada aspek tingkah laku di mana guru hendaklah
dapat menanamkan rasa kebersamaan, dan siswa dapat
menyesuaikan diri, baik dalam individu maupun sosialnya.
Bentuk-bentk pengaplikasian pendekatan ini dalam Al-
Qur‟an disebutkan adalah sebagai berikut:
a) Tolong-menolong antar sesame manusia, sperti firman
Allah SWT., yang berbunyi:
ِْثُِْلْا ىَلَع اوُنَواَعَ ت َلََو ۖ ٰىَوْقَّ تلاَو ِِّبِْلا ىَلَع اوُنَواَعَ تَو
102
Antinya: “…Dan bertolong-tolonganlah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bertolong-
tolongan dalam dosa dan pelanggaran.” (Q.S. Al-Maidah [5]:2)
b) Kesatuan masyarakat. Firman Allah SWT., menyebutkan:
ِنوُدُبْعاَف ْمُكُّبَر اَنَأَو ًةَدِحاَو ًةَّمُأ ْمُكُتَّمُأ ِهِذَٰى َّنِإ
Artinya: “…Sesungguhnya kamu adalah umat yang satu,
dan aku adalah Tuhanmu maka sembahlah aku.” (Q.S. Al-
Anbiya‟ [21]:92)
c) Persaudaraan antara anggota masyarakat. Firman Allah
SWT. yang berbunyi:
ٌةَوْخِإ َنوُنِمْؤُمْلا اََّنَِّإ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara…” (Q.S. Al-Hujurat [49]:10)
2) Memperingati hari-hari besar dalam agama islam, seperti:
memperingati Maulidun Nabi, israj dan mi‟raj, dan tahun baru
Islam. Sebagai umat Muslim, diharuskan untuk mengetahui
hari-hari besar atau kapan saja hari-hari besar Islam Melalui
kegiatan tersebut siswa akan melahirkan cinta kepada agama,
cinta kepada Allah SWT. dan cinta kepada Rasulullah SAW.
dari itu juga akan mempersatukan dan meningkatkan tali
persaudaraaan atau peringatan hari besar Islam ini merupakan
salah satu kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di Sekolah
Madrasah Mulnithi Azizstan setiap hari-hari penting tersebut
dengan beragam acara seperti menghadirkan muballigh atau
103
3) Mengadakan tim BP(Bingbingan dan Penyuluhan), untuk
memperbaiki tingkah laku siswa kelas II Mdrasah Tsanawiyah
yang kurang baik, setelah itu penanggung jawab mengadakan
kegiatan khusus bagi siswa yang bermasalah yaitu dalam 1 hari
seminggu yaitu, sholat tahajjud berjamaah dan memberi
motivasi dan nasihat tentang agama dan semangat dalam
belajar.
Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi
itu ada suatu hierarkhi, yakni ada tingkatannya dari bawah ke
atas. Dalam hal ini terdapat beberapa teori tentang motivasi
yang selalu berkaitan dengan soal kebutuhan.
Adapun teori-teori tersebut antara lain:
a) Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, istirahat dan
sebagainya.
b) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman,
bebas dari rasa takut dan kecemasan.
c) Kebutuhan akan cinta dan kasih; diterima dalam
masyarakat/keluarga.
d) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni
megembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam
bidang pengetahuan, social, pembentukan pribadi.(Rohmah,
104
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah melakukan analisis terhadap hasil penelitian Upaya
Pembinaan Keagamaan Pada Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah
Mlnithi Azizstan Patani Thailand Selatan, maka penulis dapat mengambil
4 bidang dalam pembinaan keagamaan yaitu, bidang tauhid, bidang
akhlak, bidang BTQ, dan bidang pengetahuan ilmu-ilmu agama.
a. Bidang tauhid dilakukan dengan mempelajari kitab-kitanb kuning
seperti kitab tauhid, kitab taawuf dan kitab fikih
b. Bidang akhlak dilakukan dengan kegiatan berbarisan setiap hari,
sholat berjamaaf dan perilaku para guru-guru agar siswa bisa
meniru.
c. Bidang BTQ dilakukan dengan mengaji setiap hari setelah sholat
isak dan subuh dan menghafal, memahami isi kandungan ayat Al-
Qur‟an.
d. Bidang pengetahuan ilmu-ilmu agama dilakukan dengan diskusi
seputar amalan-amalan sunnah, memperingati hari-hari besar
dalam islam dan ceramah setiap 1 hari seminggu.
Dampak yang terjadi setelah siswa mengikuti kegiatan-kigiatan
pembinaan keagamaan tersebut dapat memahami isi kandungan ayat
105
yang lebih baik seperti, Sikap keperibadian yang baik, Berperasaan
halus, Munculnya sikap tolong menolong antar sesame, Tambahnya
ilmu pengetahuan agama, dan sesuai dengan ajaran Islam.
Problem yang terjadi ada beberpa faktor, yaitu
a. Faktor pribadi
Faktor yang mempengaruhi pribadi siswa adalah kurangnya
motivasi belajar dan sebahagian siswa tidak berminat untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan dalam pembinaan keagamaan.
b. Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat penting untuk meningkatkan
motivasi belajar dan minat siswa terutama adalah orang tua siswa,
orang tua siswa kurang memperhatikan siswa, kurang
berkomunikasi sama siswa, dan orang tua siswa kurang memberi
semangat untk mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan.
c. Faktor lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan kehidupan kedua bagi
siswa dan merupakan salah satu yang sangat mempengaruhi dalam
menerima bermacam-macam panglaman baik ataupun pengalaman
buruk, lingkungan masyarakat disana kurang kurang menghormati
yang lebih tua, kurang sopan santun dengan yang lebih tua, dan
106
Solusi yang diberikan: melalui kerjasama dengan orang tua siswa
dengan pihak pembinaan keagamaan, mengadakan kegiatan-kegiatan
keagamaan dan mengadakan tim BP(bembingan dan penyuluhan).
B.
Saran
1. Dari pembinaan kegamaan pada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah
perlu di tingkatkan pemahaman terhadap isi kandungan Al-Qur‟an. 2. Dan dari pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah
Tsanawiyah juga perlu di tingkatkan kepribadian hidup bermasyarakat
yang baik sebagai bekal kehidupan bermasyarakat agar mendapat
107
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syarifuddin.
Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan
Mencintai Al-Qur’an, GEMA INSANI: Jakarta: 2004
Arifin. Ilmu Pendidikan Islam, BUMI AKSARA: Jakarta: 2014
Armai Arief.
Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
CIPTAT PERS: Jakarta: 2002
Binti Maunah. Ilmu Pendidikan, SUKSES offset: Yogyakarta: 2009.
Deden Makbuloh.
Pendidikan Agama Islam, PT RajaGrafindo
Persada: Jakarta: 2011
Dudung Abdurrahman, Pengantar Metode Penelitian, Kurnia Kalam:
Jakarta: 2003.
Ermis Suryana dan Maryamah, “Pembinaan Keberagamaan Siswa
Melalui Pengembangan Budaya Agama”, Jurnal Ta‟dib, Vol.
XVIII, No. 02, Edisi November 2013, hlm. 179.
Haidar,
Pendidikan Islan (Dalam sistem Pendidikan Nasional Di
Indonesia), Kencana: Jakarta: 2004.
Haidar & Nurgaya, Pendidikan islam dalam mencerdaskan bangsa,
Rineka Cipta: Jakarta: 2012.
Irwan Abdullah, dkk., Dialektika Teks Suci Agama: Strukturasi
Makna Agama dalam Kehidupan Masyarakat (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 87.
Jamaludin, Komarudin, Khoerudin. Pembalajaran Perspektif Islam,
PT REMAJA ROSDAKARYA: Bandung: 2015
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosda: Bandung:
2010.
Kamrani buseri, Antologi Pendidikan islam dan Dakwah, Ull Press:
Yogyakarta: 2003
108
Nanang Gojali.
Tafsir dan Hadis Tentang Pendidikan, PUSTAKA
SETIA: Bandung: 2013
Noer Rohmah. Psikologi Pendidikan, Kalimesia: Yogyakarta: 2015
Hamka. Pribadi Hebat, GEMA INSANI: Jakarta: 2016
Muhammad daud ali,
Pendidikan Agama Islam,
Rajawali pers:
Jakarta: 1998.
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, PT Alma‟arif: Bandung:
1993.
Mujtahi,
Reformulasi Pendidikan Islam,
UIN-MALIKKI PRESS:
Malang: 2011.
Muslih, TB. Aat Syafaat & Sohari Sahroni. Peranan Pendidikan
Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile
Delinguency), Jakarta:Rajawali Pers, 2008.
Nik Ainur Nik Ahmad, Sejaran Perjuangan Melayu Patani, Selangor:
UKM Bangi: 1999.
Saifulddin Azwar,
Metode Penelitian,
Pustaka Palajar Offset:
Yogyakarta: 2001.
Sardjoe,
Psikologi Umum,
PT. Garoeda Buana Indah Pasuruan-
Jatim:1994.
Suharsimi Arikunto, Prosedor Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
Edisi Revisi V, PT Rieneka Cipta: Jakarta: 2002.
Suwin Pitsuwan, Islam Di MUang Thai: Nasionalisme Masyarakat
Patani, LP3ES: Jakarta: 1989.
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama,
Tiara wacana: Yogyakarta: 1990.
Toto Suharto, filsafat pendidikan islam, Ar-Ruzz: Jogjakarta: 2006.
Zainuddin Ali, pendidikan agama islam, Buni Aksara: Jakarta: 2007.
Zakkiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam, BUMI AKSARA: Jakarta:
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Responden : Ustdz.Kamal Abdulwahab Kode Responden : Ustadz.Kamal
Jabatan : Kepala Sekolah Madrasah Mulinithi Azizstan Patani Thailand Selatan
Tempat : Ruang Kepala Sekolah Madrasah Mulinithi Azizstan Patani Thailand Selatan
Hari/tanggal : Senin, 2 April 2018 Waktu : 13.00-13.30
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Upaya pembinaan
keagamaan pada siswa kelas II Madrasah tsanawiyah Mulnithi Azizstan Patani Selatan Thailand.?
“secara umum pembinaan keagamaan di
Madrasah Mulinithi Azizstan setiap pagi hari kami mengadakan barisan untuk menghormati bendera dan setelah itu ada
ceramah ataupun nasihat tentang
keagamaan dari pihak ustadz atau siswa
yang mempunyai bakat dalam
berceramah” 2. Apa saja kegitan-kegitan
yang lakukan dalam pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah Mulnithi Azizstan?
“kegiatan-kegiatan yang di lakukan oleh pihak pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasa tsanawiyah adalah ngaji kitab kuning diantaranya Tafsir Al-qur’an, kitab fiqih dan kitab tasawuf pada siswa
yang tinggal di asram” 3. Problem dalam kegiatan-
kegiatan pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah tsanawiyah Mulnithi Azizstan?
“saya tidak bisa mendeskripsi dengan
jelas, tetapi saya melihat sebahagian siswa kelas II kebanyakan mereka sangat berubah menjadi lebih baik dan mengikuti
kegiatan-kegiatan yang pihak kami
mengadakan bahkan mereka mengikuti tata tartib di sekolah begitu juga dengan
siswa yang sering bolos dalam
pembelajaran karena kebanyakan siswa kelas II Madrasah tsanawiyah tinggal di asrama, tetapi semua itu kembali kepada
3. Apa saja strategi yang diakukan oleh Bapak ketika melihat kondisi kepribadian Muslim pada siswa saat ini ?
“problem yang kami hadapi pada
umumnya siswa hanya tidak mengikuti tata tartib, sering bolos dan berbagai masalah dari latar belakang yang kurangnya dalam pembinaan keagamaan orang tua siswa-
siswa tersebut” 4. Bagaimana Solusi yang
diberikan dalam kegiatan-kegiatan pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah tsanawiyah Mulnithi Azizstan.?
“solusi yang di berikan kepada siswa
melalui kerjasama dalam semua pihak,
sehingga siswa memiliki kepedulian
terhadap sesama, mengisi waktu luang
yang bermanfaat dengan kegiatan
memperingati hari besar dalam islam, akan memberi kesan yang baik kepada
siswa” 5. Apa Dampak yang
timbul terkait keagamaan pada siswa setelah mengikuti kegiatan- kegiatan pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah?
“saya tidak bisa mendepskipsi dengan
jelas, tapi saya bisa lihat dari prilaku mereka saat mereka berada di sekolah, dampak yang timbul pada siswa kelas II Madrasah tsanawiyah secara umum yaitu perilaku mereka terhadap guru-guru
mereka semakin baik, mereka
menghormati yang lebih tua, mereka saling mengigatkan ketika masuk waktu sholat dan saling menasihat satu sama
lain” 6. Perubahan siswa setelah
mengikuti kegiatan- kegiatan pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah?
“saya tidak bisa mendeskripsi dengan
jelas, tetapi saya melihat sebahagian siswa kelas II Tsanawiyah kebanyakan mereka sangat berubah menjadi lebih baik dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang pihak
kami mengadakan bahkan mereka
mengikuti tata tartib di sekolah begitu juga dengan siswa yang sering bolos dalam pembelajaran karena kebanyakan siswa kelas II Madrasah tsanawiyah tinggal di asrama, tetapi semua itu kembali kepada
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Responden : Ustadz. Danial Weadeng S.Pd.i
Kode Responden : Ustadz. DW
Jabatan : Guru PAI Pembinaan Keagamaan di Asrama
Tempat : Depan gedung A Madrasah Mulnithi Azizstan Patani Thailand Selatan
Hari/tanggal : Rabu, 4 April 2018 Waktu : 15.00-15.30
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana menurut Bapak terkait upaya pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah saat ini?
“Pembinaan keagamaan terhadap
siswa kelas II tsanawiah itu wajib mengikuti berbaris, acara di depan barisan dan shalat duhur bagi siswa yang tinggal di asrama wajib mengikuti
kegiatan-kegiatan yang berada di
asrama”.
2. Strategi yang dilakukan
dalam pembinaan
keagamaan pada siswa kelas II Madrasah tsanawiyah saat ini ?
“Strategi yang dilakukan oleh pihak
kami ada secara umum dan juga secara khusus dalam pembinaan keagamaan, misalnya secara khusus ketika ada siswa yang selalu bolos dan kurang
baik akhlaknya, pihak kami
mengadakan tim khusus yaitu
BP(Bimbingan dan Penyuluhan) ketika sudah dapat beberapa siswa tersebut,
kami mengajarkan siswa sholat
berjamaah dan sholat tahjjud dan
disamping itu kami memberikan
motivasi dan nasihat tentang agama untuk meningkatkan keimanan mereka dan meningkatkan semangat untuk belajar, secara umum misalnya dalam 2 hari dalam setiap minggu ketika mau pulang siswa harus bersalaman dengan semua guru-guru dan kepala sekolah
sebelum mau pulang dari sekolah.” 3. Apa tujuan pembinaan
keagamaan pada siswa kelas
“Tujuan pembinaan kepribadian
II Madrasah Tsanawiyah ini dilakukan ?
peserta didik memiliki pribadi yang lebih baik dalam bertingkah laku dan berinteraksi dengan sesama guru, teman, dan warga sekolah, melalui pendekatan emotional dan bimbingan dalam sudut pandang ajaran Islam,
sedangkan dalam kegiatan-kegitan
pembinaan keagamaan untuk
meningkatkan keimanan, kepribadian, ketaqwaan kepada Allah SWT. dan
sesame manusia” 4. Apa saja kegitan-kegitan
yang lakukan dalam pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah Mulnithi Azizstan ini ?
“saya salah satu ustadz yang
mendampingi dalam kegiatan
pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah tsanawiyah pada pagi hari pihak kami mengadakan
berceramah atau nasihat didepan
barisan, sholat zuhur berjamaaf dan bagi siswa yang tinggal di asrama
sholat maqrib, isak dan subuh
berjemaah”.
5. Perubahan siswa setelah mengikuti kegiatan-kegiatan pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah Mulnithi Azizstan?
“kegitan-kegiatan pembinaan keagamaan tersebut membuat siswa semakin meningkat keimanan mereka, memiliki akhlak yang baik misalnya,
sikap kepribadian yang baik,
berperasaan halus, sikap tolon
menolong, dan membaca Al-qur’an,
maupun dalam prestasi belajar
mereka”.
6. Dampak yang timbul terkait keagamaan pada siswa setelah mengikuti kegiatan- kegiatan tersebut pada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah Mulnithi Azizstan?
“dampak yang timbul dari pembinaan
kagamaan yang saya tahu, siswa memiliki keperibadian muslim yang baik, rasa percaca diri meningkat, dan
mempunyai akhlak yang baik” 7. Problem dalam kegiatan-
kegiatan pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah Mulnithi Azizstan?
“kalau problem yang di hadapi oleh
siswa dalam mengikuti kegiatan-
kegiatan pembinaan keagamaan itu kurangnya motivasi belajar, selain itu
juga pengaruh faktor lingkungan,
dimana lingkungan juga sangat
berpengaruh bagi siswa misalnya
keluarga karena dengan adanya lingkungan yang baik, maka pengaruh terhadap siswa pun juga baik, begitu sebaliknya”
8. Solusi yang diberikan dalam kegiatan-kegiatan
pembinaan keagamaan pada siswa kelas II Madrasah Tsanawiyah Mulnithi Azizstan?
“solusi yang di berikan oleh
penanggung jawab kegiatan-kegiatan pembinaan keagamaan mengadakan tim BP(Bimbingan dan Penyuluhan) bagi siswa yang bermasalah setelah itu
penanggung jawab mengadakan
kegiatan khusus bagi siswa yang
bermasalah yaitu dalam 1 hari