• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan melalui Hibah Wasiat.

1. Hak atas Tanah dan Bangunan

Di dalam Burgerlijk Wetboek (yang selanjutnya disebut BW) ada dua istilah, yaitu benda (zaak)dan barang (goed).93 Pengertian yang paling luas dari istilahzaak

ialah segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang. Disini benda berarti objek sebagai lawan dari subjek atau orang dalam hukum. Ada perkataan benda itu dipakai dalam artian sempit, yaitu sebagai barang yang terlihat saja, juga dipakai dengan maksud kekayaan seseorang. Jika perkataan benda dipakai dalam arti kekayaan seseorang maka perkataan itu meliputi barang-barang yang tak terlihat yaitu hak, misalnya hak piutang atau penagihan.94

92Mhd.Yamin Lubis dan Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, (Bandung:CV.Mandar

Maju,2010), hal.276

93Mariam Darus, Badrulzaman ,Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, (Alumni:Bandung,

2010) hal.35

Pengertian tentang benda diatur pada Pasal 499 BW bahwa yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Secara garis besar jenis-jenis benda yang dikenal BW adalah sebagai berikut :95 a. Benda berwujud dan benda tak berwujud (lihat Pasal 503 BW);

b. Benda bergerak dibedakan atas benda bergerak karena sifatnya menurut Pasal 509 BW, yang kedua benda bergerak karena ketentuan Undang-Undang menurut Pasal 511 BW, dan benda tidak bergerak dibedakan atas tak bergerak menurut sifatnya dan tak bergerak karena tujuannya ialah segala apa yang meskipun tidak secara sungguh-sungguh digabungkan dengan tanah atau bangunan dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan itu untuk waktu yang agak lama, yaitu misalnya mesin-mesin dalam suatu pabrik, selanjutnya ialah tak bergerak karena memang demikian, diatur dalam Pasal 507 BW, dan tak bergerak menurut ketentuan Undang-Undang ini berwujud hak-hak atas benda yang tak bergerak, misal: hak memungut hasil atas benda tak bergerak, hak memakai atas benda tak bergerak, hipotik dan lain-lain.

c. Benda habis pakai dan Benda tidak habis pakai terdapat dalam Pasal 505 BW Perbedaan antara benda bergerak dengan benda tidak bergerak penting karena adanya ketentuan-ketentuan hukum yang berbeda antara benda yang tidak bergerak dan benda bergerak yang berkaian dengan bezit, levering (penyerahan), verjaring

(lewat waktu atau kadaluwarsa), danbezwaring(pembebanan).

95Usanti, Trisadini P., et.al., Buku Ajar Hukum Perdata,( Surabaya: FH Universitas

Menurut hukum Perdata yang dimaksud dengan penyerahan (levering) itu adalah penyerahan suatu benda oleh pemilik atau atas namanya kepada orang lain, sehingga orang lain ini memperoleh hak milik atas benda itu. Dalam sistem hukum perdata Prancis tidak mengenal lembaga penyerahan ini. Misalnya dalam jual beli dengan adanya perjanjian jual beli saja haknya sudah beralih, tanpa adanya penyerahan. Sedangkan menurut sistem hukum Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam perjanjian jual beli harus diikuti penyerahan supaya terjadi pemindahan hak. Perjanjian jual beli hanya bersifat obligatoir saja yaitu hanya melahirkan kewajiban saja, ialah kewajiban untuk menyerahkan barangnya bagi penjual dari kewajiban untuk membayar harganya bagi pembeli, tidak berakibat berpindahnya hak milik atas barang. Hak milik atas barang baru berpindah kepada pembeli setelah adanya penyerahan. Penyerahan disini adalah perbuatan yuridis dalam artitransfering of ownership.96

Levering (penyerahan) benda bergerak dapat dilakukan dengan penyerahan nyata (fitelijk levering) sedangkan levering benda tidak bergerak harus dengan balik nama, misalnya hak milik atas tanah harus balik nama di Badan Pertanahan Nasional (BPN).97

Juridische levering adalah perbuatan hukum yang bertujuan untuk memindahkan hak kebendaan kepada orang lain. Perbuatan ini merupakan penyerahan secara formal atau resmi. Penyerahan hak kebendaan atas tanah secara

96Sri Soedewi Masjchoen,op.cit.hal.67

fisik saja tidak cukup karena harus ada penyerahan secara yuridis untuk memindahkan hak kepada orang lain, yaitu dengan membuat surat penyerahan yang disebut dengan balik nama. Dengan membuat akta otentik, penyerahan hak kebendaan atas tanah harus dilakukan secarayuridische levering.98

Sebagai benda yang tidak bergerak tanah dan bangunan penyerahannya diatur dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, bahwa benda tidak bergerak berupa tanah penyerahannya dilakukan dihadapan PPAT dengan pembuatan akta PPAT dan didaftarkan ke kantor pendaftaran tanah. Dengan demikian berarti bahwa penyerahan kebendaan tidak bergerak selain dilakukan secara nyata juga harus diikuti dengan penyerahan secara yuridis.

Tanah dan bangunan merupakan benda yang tidak bergerak yang memiliki keunikan yang berbeda dengan benda pada umumnya. Perbedaan antara tanah dengan benda-benda lain terlihat bentuk tubuh masing-masing benda. Benda yang bukan tanah selalu dapat dilihat kepribadiannya, sebagai contoh bahwa sebuah buku, meja, kursi terlihat dari batas-batasnya dari barang-barang yang ada disekitarnya, berbeda dengan tanah dan batas-batasnya dengan tanah sekitarnya hanya ada dalam pikiran manusia, artinya batas-batas yang diadakan antara berbagai bidang tanah

98Arus Akbar Silondae & Wirawan B. Ilyas, Pokok-Pokok Hukum Bisnis, (Jakarta: Salemba

hanya merupakan tanda bahwa dalam pikiran orang hak seseorang atas tanah hanya meluas sebatas itu.99

Tanah merupakan hal yang sangat kompleks karena menyangkut banyak segi kehidupan masyarakat. Setiap orang hidup membutuhkan tanah, baik sebagai tempat tinggal maupun tempat usaha. Semakin meningkatnya jumlah penduduk, semakin meningkat pula kebutuhan atas tanah, padahal luas tanah wilayah Negara adalah tetap atau terbatas.

Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA ditentukan bahwa atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut dengan “tanah” hanya permukaan bumi yang merupakan bagian kecil dari sumber daya alam agraria.

Selain tanah, bangunan juga merupakan benda yang penting bagi manusia. Beragam aktifitas yang dapat dilakukan didalam bangunan utnuk memenuhi kebutuhan manusia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pendalaman dan/atau laut.100

Hak atas tanah yang berlaku di Indonesia saat ini adalah hak atas tanah yang diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Berdasarkan asal tanahnya hak atas tanah dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu hak atas tanah yang bersifat primer dan hak atas tanah yang bersifat sekunder. Hak atas tanah yang bersifat primer

99Marihot Pahala Siahaan,Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Teori dan Praktek,

(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003),hal.30

100 Pasal 1 ayat (39) Undang-Undang 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

adalah hak atas tanah yang berasal dari tanah negara, yaitu hak milik, hak guna usaha, hak guna bangun atas tanah negara, dan hak pakai atas tanah negara. Hak atas tanah yang bersifat sekunder adalah hak atas tanah yang berasal dari tanah pihak lain, yaitu hak guna bangun atas hak pengelolaan, hak guna bangun atas tanah hak milik, hak pakai atas tanah pengelolaan, hak pakai atas tanah hak milik, hak sewa untuk bangunan, hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang dan hak sewa tanah pertanian.101

Berdasarkan Pasal 85 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 bahwa perolehan hak atas tanah yang dapat dikenakan Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan adalah perolehan atas :

a. Hak Milik.

Hak milik adalah turun temurun, terkuat dan terpenuhi yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat fungsi sosial. Pada asasnya hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik atas tanah baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain. Disamping itu badan hukum yang bergerak dalam lapangan sosial dan keagamaan yang telah ditunjuk oleh pemerintah dapat memiliki hak milik atas tanah sepanjang tanahnya digunakan langsung dalam bidang sosial dan keagamaan.

b. Hak Guna Usaha

101 Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, (Jakarta:Kencana, 2011),

Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah untuk perkebunan dan pertanian, dan lain-lain. Yang dapat mempunyai Hak Guna Usaha ialah Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia. c. Hak Guna Bangun.

Hak Guna adalah hak mendirikan dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu tertentu. Yang dapat mempunyai Hak Guna Bangunan adalah Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia serta berkedudukan di Indonesia.

d. Hak Pakai

Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut dari hasil tanah yang langsung dikuasai oleh negara atau tanah milik orang lain yang memberikan wewenangan dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan dalam pemberiannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah.

e. Hak Milik atas satuan Rumah Susun.

Hak milik atas satuan rumah susun adalah hak milik atas satuan rumah susun yang bersifat perorangan dan terpisah.

f. Hak Pengelolaan

Hak Pengelolaan adalah hak untuk menguasai atas tanah yang langsung dikuasai oleh Negara yang memberikan wewenang kepada pemegang haknya untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan, menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksana tugasnya, menyerahkan

bagian-bagian dari tanah itu kepada pihak ketiga dengan hak pakai dengan jangka waktu 6 Tahun (Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1965), menerima uang pemasukan dan/atau uang wajib tahunan.