• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

Keberadaan gulma umumnya berpotensi merugikan pertumbuhan tanaman utama karena cenderung terjadinya persaingan dalam pengambilan unsur hara dan air antara tanaman utama dan gulma yang tumbuh di sekitarnya. Pengaruh gulma terhadap pertumbuhan kelapa sawit merupakan hal yang sulit untuk diukur yang disebabkan panjangnya siklus hidup gulma (20-30 tahun) tetapi akibat yang ditimbulkannya adalah berupa penurunan produksi sawit secara nyata (Kuan et al.

1991).

Gulma sebagai tumbuhan yang tidak dikehendaki tumbuh pada areal pertanaman kelapa sawit sebenarnya dapat dimanfaatkan sehingga keberadaannya tidak seluruhnya merugikan pertumbuhan kelapa sawit. Salah satu gulma yang memiliki nilai manfaat yaitu Nephrolepis biserrata. Awalnya N.biserrata

dipertahankan dan diperbanyak untuk menjaga kelembaban sekitar pokok kelapa sawit. Selanjutnya N.biserrata dijadikan sebagai vegetasi yang berperan dalam kegiatan konservasi tanah dan air di sekitar areal pertanaman kelapa sawit yaitu sebagai tanaman penutup tanah. Hal ini mengacu pada kenyataan bahwa N. biserrata merupakan kelompok tanaman jenis paku-pakuan yang memiliki daya adaptasi luas, dapat tumbuh dan berkembang pada daerah berpasir dan berfungsi sebagai penyimpan air dan penahan air hujan untuk mencegah erosi melalui kemampuan perakarannya. Terdapat tiga tipe habitat N. biserrata yaitu, hutan rindang yang memiliki celah permukaan berkarang, khususnya yang terlindung dari sinar matahari, terdapat di daerah rawa dan tergenang air. Manfaat lain N.biserrata

pada kebun kelapa sawit adalah dapat sebagai tanaman inang predator (Sycanus sp.) bagi hama pemakan daun seperti ulat api (Setora nitens) dan sebagai sarang serangga penyerbuk.

N.biserrata sebagai gulma dominan perlu diketahui mengenai aspek ekologi dan biologinya melalui metode analisis vegetasi. Jenis gulma yang tumbuh dan mendominasi suatu areal tergantung pada lokasi, iklim setempat, terutama cahaya yang diterima oleh gulma tersebut (Lubis 1992). Vegetasi gulma yang tumbuh pada suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya walaupun pada tanaman budidaya yang sama (Budiarto 2001). Hal ini disebabkan perbedaan kondisi lingkungan tumbuhan dan iklim.

Tujuan dilakukannya analisis vegetasi adalah untuk mengetahui komposisi jenis vegetasi dan menetapkan vegetasi yang dominan serta untuk mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi. Melalui analisis vegetasi diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai lingkungan tumbuh N. biserrata

sebagai salah satu informasi penunjang dalam melakukan perbanyakan N.biserrata. Upaya menjadikan N.biserrata sebagai tanaman penutup tanah memerlukan kegiatan perbanyakan tanaman tersebut sehingga ketersediaan bibit dapat terpenuhi disesuaikan dengan kebutuhan penutupan luasan areal pertanaman kelapa sawit.

Tanaman penutup tanah memiliki beberapa fungsi diantaranya mengurangi kepadatan tanah (Cock 1985), sebagai tempat menyimpan karbon (Reicosky and Forcella 1998), mempengaruhi hidrologi tanah dan menjaga dari erosi yang disebabkan oleh air dan angin (Battany and Grismen 2000), meningkatkan laju infiltrasi air (Archer et al. 2002).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari ekobiologi N.biserrata dan mempelajari pemanfaatannya sebagai tanaman penutup tanah dan penyimpan karbon pada kebun kelapa sawit. Kajiannya dikaitkan dengan pertumbuhan tajuk dan perakaran N.biserrata yang diharapkan dapat mempertahankan status air tanah sehingga ketersediaan air bagi tanaman kelapa sawit dapat terpenuhi terutama pada saat terjadi periode kering.

Bahan dan Metode Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian analisis vegetasi dilaksanakan di Afdeling I dan III blok Unit Usaha (UU) Rejosari PT Kebun Nusantara (PTPN) VII, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Afdeling I meliputi blok 296 (tahun tanam 2005), blok 415 (tahun tanam 1996), blok 457 (tahun tanam 2001). Afdeling III meliputi blok 295 (tahun tanam 2005), blok 375 (tahun tanam 1996), blok 377 (tahun tanam 2001).

Penelitian yang berkaitan dengan kajian potensi pemanfaatan N.biserrata

dilakukan di kebun percobaan Cikabayan, University Farm Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian mulai dari bulan Maret 2014 sampai dengan September 2014. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Tanah Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat yang Digunakan

Bahan-bahan meliputi N. biserrata yang tumbuh di tanah areal pertanaman kelapa sawit, humus bambu, pasir, pecahan pakis dan pupuk kandang. Alat-alat meliputi polybag, kantung serasah (litter bag), alat tulis, tali, pengukur kuadrat, pancang, timbangan, oven, gunting, embrat dan peralatan lainnya.

Metode Penelitian

Analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat. Penelitian dilaksanakan dengan observasi langsung di lapangan bersama dengan peneliti lain. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif yaitu menguraikan atau menggambarkan hasil sesuai dengan keadaan yang ditemukan di lapangan. Percobaan penanaman N.biserrata berbentuk percobaan lapangan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari tiga perlakuan yang masing-masing diulang tiga kali sehingga terdapat 9 satuan perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah jarak tanam yang berbeda yaitu 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm, 40 cm x 40 cm. Percobaan laju dekomposisi dilakukan dengan membandingkan laju dekomposisi antara N.biserrata pada kebun kelapa sawit di TM-2 (umur tanaman 5 tahun) dan TM-14 (umur tanaman 17 tahun) dan datanya dianalisis menggunakan uji-t.

Tahapan Pelaksanaan

Analisis vegetasi. Tujuan analisis vegetasi adalah untuk mengetahui tingkat keragaman vegetasi dan jenis vegetasi dominan yang tumbuh pada suatu lahan. Analisis vegetasi dilakukan mulai bulan Januari 2014 sampai dengan Februari 2014. Pengamatan pendahuluan dilakukan secara visual terhadap situasi kebun. Pengukuran iklim mikro dilakukan terhadap intensitas cahaya, suhu dan kelembaban tiap-tiap blok percobaan. Tujuan pengamatan pendahuluan adalah untuk mengetahui gambaran umum lokasi dan kondisi kebun kelapa sawit tempat dilaksanakan pengamatan. Kegiatan analisis vegetasi disajikan pada Lampiran 9.

Pada penelitian ini petak contoh ditetapkan berukuran 1 m x 1 m disebabkan pada luasan tersebut keragaman vegetasi yang ada dianggap telah mewakili keseluruhan vegetasi yang tumbuh pada lahan kelapa sawit yang telah ditentukan. Petak contoh diletakkan secara acak di tiap-tiap lokasi pengamatan berdasarkan umur tanaman kelapa sawit yang berbeda sehingga secara keseluruhan berjumlah 25 petak contoh. Sebelum dilakukan analisis vegetasi, diukur suhu, kelembaban dan intensitas cahaya lingkungan di tiap-tiap blok umur tanaman yang telah ditentukan menggunakan multimeter (alat dimodifikasi oleh Agung Yogaswara).

Analisis vegetasi dilakukan dengan mencatat populasi N.biserrata dan spesies gulma lain yang terdapat pada petak contoh di masing-masing blok, menghitung dominansi masing-masing N. biserrata dan spesies gulma dengan mengukur biomasanya. Pengukuran biomassa gulma dilakukan dengan mencabut

N.biserrata dan gulma kemudian memisah-misahkannya berdasarkan jenis dan diidentifikasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menghitung kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR) (Kainde et al. 2011), dominansi (D), dominansi relatif (DR) (Johnston and Gilman 1995), Indeks Nilai Penting (INP) (Brower and Zar 1990), dan Summed Dominance Ratio (SDR) (Mueller-Dombois and Ellenberg 1974) dengan rumus :

Kerapatan (K) : p p Kerapatan relatif (KR) : p p x 100% Frekuensi (F) : p p y p p Frekuensi relatif (FR) : x 100% Dominansi (D) : Jumlah individu x bobot biomassa Dominansi relatif (DR) : x 100%

Indeks nilai penting (INP) : kerapatan relatif+frekuensi relatif+dominansi relatif

SDR : NP

Kondisi lingkungan yang diamati untuk mendukung hasil perhitungan analisis vegetasi meliputi suhu, intensitas cahaya matahari, kelembaban udara, lengas tanah diukur di sekitar areal lahan kelapa sawit tahun tanam 1996, 2001, 2005 menggunakan alat multimeter pada pagi hari.

Penanaman N.biserrata. Tujuan penanaman adalah untuk mendapatkan bahan tanam N. biserrata yang seragam sebelum ditanam pada barisan kelapa sawit dengan perlakuan jarak tanam. Penanaman N.biserrata dilakukan dengan cara mengambil tanaman yang tumbuh liar di areal kebun kelapa sawit. Perbanyakan tanaman N.biserrata dilakukan dengan cara melakukan pemotongan akar yang sudah tua atau memisahkan rumpun tanaman pada awal musim hujan. Media tanaman yang digunakan untuk pertumbuhan N.biserrata adalah campuran antara humus bambu, pasir, pecahan pakis dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1:1. Bahan tanaman N. biserrata yang sudah dipilih lalu ditanam di polybag ukuran 30 cm x 35 cm yang sudah berisi media tanam. Polybag-polybag yang telah ditanami N. biserrata ditempatkan pada lingkungan yang ternaungi dimana intensitas cahaya matahari yang mengenai tanaman berkisar 40%-50% (Lampiran 7). N.biserrata yang telah ditumbuhkan di polybag pada saat berumur ± 2 bulan setelah tanam dipindahkan untuk ditanam di lapangan.

Penanaman N.biserrata dilaksanakan di kebun kelapa sawit menghasilkan berumur 17 tahun, Cikabayan-University Farm IPB. N.biserrata ditanam di antara barisan kelapa sawit (Lampiran 7) dengan denah penanaman disajikan pada Lampiran 1. Dua minggu sebelum penanaman N.biserrata, tanah diolah terlebih dahulu sedalam 20 cm, selanjutnya digaru dan diratakan dengan cangkul. Kemudian dibuat petak-petak percobaan dengan ukuran 2.5 m x 2 m dan ditentukan tanaman sampel untuk pengambilan data pengamatan (Lampiran 2). Penanaman dilakukan dengan jarak tanam yang berbeda disesuaikan dengan perlakuan.

Peubah pertumbuhan tanaman yang diamati pada tanaman sampel adalah persentase populasi tanaman hidup, tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, persentase penutupan tanah, panjang akar dan indeks luas daun. Persentase populasi tanaman hidup dihitung pada 4 minggu setelah tanam (MST). Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai dengan bagian tanaman tertinggi. Jumlah daun per tanaman diperoleh dengan menghitung jumlah daun seluruh tanaman sampel dan membaginya dengan jumlah tanaman sampel. Pengukuran persentase penutupan tanah (PPT) dilakukan dengan menggunakan kawat yang berukuran 1 m x 1 m yang didalamnya terdapat lubang-lubang kecil berukuran 10 cm x 10 cm lalu digunakan rumus :

PPT = y p �� ℎ �� � � � X %

Panjang akar diukur dari pangkal akar sampai ujung akar yang terpanjang, dilakukan pada akhir penelitian. Bobot basah tanaman diperoleh dengan cara menimbang tanaman segar pada awal dan akhir penelitian. Bobot kering tanaman diperoleh dengan mengoven tanaman pada suhu 80oC selama 48 jam kemudian ditimbang bobotnya. Dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Perhitungan indeks luas daun menggunakan rumus (Sitompul dan Guritno 1995):

ILD =LDA

dimana : ILD = indeks luas daun, LD= luas daun total di atas luas tanah, A = luas tanah.

Dekomposisi N.biserrata. Dekomposisi N.biserrata dilakukan untuk mengetahui laju dekomposisi tanaman sebagai penyumbang bahan organik pada tanah. Tahapan kegiatan pengukuran laju dekomposisi adalah bahan tanaman (N.biserrata) terlebih dahulu dikeringkan di dalam oven selama 24 jam dengan suhu 80C sehingga diperoleh bobot konstan. Penentuan sampel dilakukan dengan mengambil  50 g bahan tanaman yang telah dikeringkan dan kemudian dimasukkan ke dalam kantung serasah (litter bag) berukuran 20 cm x 30 cm yang berlubang halus dan terbuat dari jaring nilon. Sampel tanaman tersebut diletakkan di antara barisan kelapa sawit umur 5 tahun (intensitas cahaya matahari tinggi) dan umur 17 tahun (intensitas cahaya matahari rendah) dengan tiga kali ulangan. Pengamatan dilakukan dua kali, yaitu pada 30 hari dan 60 hari setelah perlakuan dengan menghitung laju dekomposi (R) dan persentase bahan tanaman yang terdekomposisi (Y) menggunakan persamaan :

R = 0−t

Persamaan perhitungan persentase penguraian serasah :

Y = 0−

0 %

Dimana : R = laju dekomposisi (g hari-1), t = waktu pengamatan (hari), wo= bobot

kering sampel serasah awal(g),wt = bobot kering sampel serasah pada waktu ke-t

(g), Y= persentase bahan tanaman terdekomposisi.

Perhitungan kandungan karbon N.biserrata dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan bobot biomassa N.biserrata yang diambil dari petak contoh yang telah ditentukan berukuran 1 m x 1 m, kemudian seluruh biomassa tersebut dipangkas rata dengan permukaan tanah dan ditimbang bobot segarnya. Dipisahkan antara akar, batang dan daun dan diambil sekitar 100- 300 g dari masing-masing bagian tersebut untuk dijadikan sub-contoh lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 80C sampai bobotnya konstan. Total bobot kering diperoleh dengan persamaan :

Bobot kering biomassa yang diperoleh akan dikonversi ke satuan kg/ha untuk mengetahui bobot biomassa yang terdapat di kebun kelapa sawit. Karbon yang terkandung dalam biomassa diperkirakan menggunakan persamaan:

C = biomassa (kg ha-1) x 0.46

Dimana : C = kandungan karbon dalam biomassa (ton ha-1), 0.46 = konsentrasi C dalam bahan organik (Hairiah dan Rahayu 2007).

Total bobot kering (g) = Bobot kering sub contoh g

Hasil dan Pembahasan Analisis Vegetasi

Di kebun kelapa sawit banyak tumbuh beranekaragam gulma yang sebagian besar belum diketahui manfaatnya. Dilihat dari segi pertumbuhannya, diantara gulma tersebut terdapat gulma dominan dimana jumlah individu yang ada paling banyak dibandingkan gulma lainnya. Tingkat dominansi gulma tertentu pada suatu areal dapat diketahui dengan melakukan analisis vegetasi. Analisis vegetasi telah dilakukan di Kebun Kelapa Sawit Unit Usaha Rejosari PTPN VII, Natar, Lampung Selatan. Tabel 1 menunjukkan komposisi jenis gulma di bawah tegakan kelapa sawit menghasilkan tahun tanam (TT) 1996, 2001, 2005 dimana terdapat 67 jenis gulma yang terdiri dari gulma rumput-rumputan, gulma berdaun lebar dan gulma teki-tekian dengan jumlah total individu masing-masing berdasarkan tahun tanam kelapa sawit sebanyak 5010, 5041, 3807. N. biserrata merupakan gulma yang banyak tumbuh di bawah tegakan kelapa sawit menghasilkan terutama kelapa sawit tahun tanam 1996 yaitu sebanyak 1017 individu.

Tabel 1 Komposisi gulma di bawah tegakan kelapa sawit unit usaha Rejosari PTPN VII, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan *)

No. Famili Jenis ∑ Individu (tanaman)

TT 1996 TT 2001 TT 2005

1 Nephrosidaceae# Nephrolepis biserrata 1017 611 587

2 Athryoideae Diplazium esculentum 26 4 -

3 Licopodiaceae Licopodium seanum 27 - -

4 Athryoideae Diplazium asperum 29 - -

5 Thelypteridaceae Cyclosorus aridus 23 33 21

6 Ophioglossaceae Ophioglossum reticulatum 15 23 13

7 Gleicheniace Dicranapteris linearis 31 - -

8 Woodsiaceae Atryrium sorzogonense 13 - -

9 Dicksoniaceae Dicksonia blumei 17 4 -

10 Adiantaceae Cheilanthes tennifolia - 7 -

11 Adiantum tenerum - - 78

12 Aspleniaceae Asplenium cuneatum - 5 45

13 Acanthaceae# Asystasia gangetica (L.) Anderson 471 429 721

14 Emilia sonchifolia L. 13 - -

15 Asteraceae Chromolaena odorata (L.) 51 16 -

16 Mikania micrantha 53 47 52

17 Elephantopus tomentosus L. 5 - -

18 Clibadium surinamense L. - 8 -

19 Ageratum conyzoides L. - 87 107

20 Crassocephalum crepidioides - 6 -

21 Verbenaceae Stachytarpheta indica (L.) Vahl. 154 301 259

22 Lantana camara L. 16 - 12

23 Euphorbiaceae Croton hirtus L. Herrit 43 16 21

24 Euphorbia hirta L. 55 125 55

25 Phyllanthus niruri L 19 21 10

26 Euphorbia heterophylla Jacq 26 17 -

27 Convolvulaceae Ipomoea spp 31 - -

28 Oxalidaceae Oxalis barrelieri L. 82 61 34

29 Melastromataceae Clidemia hirta Don. 155 119 85

Tabel 1 Komposisi gulma di bawah tegakan kelapa sawit unit usaha Rejosari PTPN VII, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan (Lanjutan)*)

No. Famili Jenis ∑ Individu

TT 1996 TT 2001 TT 2005

31 Mucuna bracteata - 28 45

32 Mucuna cochinsinensis - - 3

33 Pueraria javanica - 10 -

34 Rubiaceae Borreria latifolia 21 18 -

35 Borreria laevis (Lamk) Griseb. 11 15 24

36 Labiatae Hyptis brevipes Poit. 9 - -

37 Hyptis rhomboidea Mart. & Gal. - 6 -

38 Passifloraceae Passiflora foetida L. 7 18 -

39 Capparidaceae Cleome rutidosperma DC. 52 18 63

40 Mimosaceae Mimosa pudica Linn. 15 5 -

41 Mimosa invisa Mart. 3 - -

42 Malvaceae Sida rhombifolia L. 5 4 -

43 Urena lobata L. 4 - -

44 Semaian liar kelapa sawit/tukulan 21 21 -

45 Melastomaceae Melastoma malabathricum L. - 60 42

Total I 2531 2143 2277

46 Gramineae## Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy 203 89 88

47 Saccharum spontaneum 356 276 176

48 Cyrtococcum acrescens (Trin.)

Stapf

86 87 -

49 Cyrtococcum oxyphyllum Stapf 442 109 -

50 Oplismenus compositus (L.) Beauv. 29 523 -

51 Axonopus compressus (Swartz)

Beauv.

178 311 321

52 Paspalum conjugatum Berg. 773 623 374

53 Digitaria adscendens (HBK) Henr. 37 - -

54 Digitaria setigera 19 - -

55 Setaria plicata (Lamk) T.Cooke 42 278 176

56 Setaria barbata (Lam.) Kunth. - 12 10

57 Sporobolus diander (Retz.) Beauv. - 8 -

58 Paspalum commersonii Lamk 53 23 -

59 Brachiara paspaloides 18 - -

60 Brachiaria mutica - 239 -

61 Brachiaria distachya Linn. - 172 43

62 Cynodon dactylon (L.) Pers. 76 6 12

63 Dactyloctenium aegyptium (L.)

Richt.

- 4 -

64 Eleusine indica (L.) Gaertn. - 34 25

65 Imperata cylindrica L. - - 113

66 Chentotheca lappacea (L.) Desv. - - 127

Total II 2312 2794 1465

67 Cyperaceae### Cyperus kyllingia Endl. 167 104 65

Total III 167 104 65

Total I+II+III 5010 5041 3807

Keterangan : # = berdaun lebar, ## = rumput-rumputan, ### = teki-tekian

*) Hasil pengamatan di lapangan bersama Yenni Asbur dengan kajian yang berbeda

Tabel 2 menyajikan nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif, nilai indeks penting, dan nilai SDR 10 jenis gulma yang dominan. Indeks keragaman jenis di bawah tegakan kelapa sawit menghasilkan menurut tahun tanam kelapa sawit adalah sebesar 3.14 untuk tahun tanam 1996, 3.23 untuk tahun tanam 2001 dan 2.93 untuk tahun tanam 2005. Nilai ini menunjukkan bahwa

keanekaragaman jenis gulma di bawah tegakan kelapa sawit menghasilkan tersebut tergolong sangat tinggi terutama kelapa sawit tahun tanam 1996 dan 2001. Magurran (2004) menyatakan bahwa nilai indeks keanekaragaman Shanon dibagi dalam beberapa kriteria, yaitu H>3.0 menunjukkan keanekaragaman sangat tinggi, H=1.5-3.0 menunjukkan nilai keanekaragaman tinggi, H = 1.0-1.5 menunjukkan keanekaragaman sedang dan H<1 menunjukkan keanekaragaman rendah.

Tabel 2 menunjukkan N.biserrata adalah salah satu gulma yang mendominansi tumbuh di bawah tegakan kelapa sawit terutama di lahan tahun tanam kelapa sawit 1996 dengan nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif, indeks nilai penting, SDR tertinggi yaitu berturut-turut 20.3, 4.1, 53.2, 77.5, 25.3. Gulma ini tergolong jenis paku-pakuan.

Tabel 2 Jenis gulma yang memiliki nilai SDR (Summed Dominance Ratio) tinggi di bawah tegakan kelapa sawit Unit usaha Rejosari PTPN VII, Natar, Lampung Selatan dengan tahun tanam yang berbeda*)

No. Jenis KR (%) FR (%) DR (%) INP (%) SDR (%) Tahun tanam 1996 1 Nephrolepis biserrata 20.3 4.1 53.2 77.6 25.9

2 Asystasia gangetica (L.) Anderson 9.4 4.1 13.4 26.8 8.9

3 Paspalum conjugatum Berg. 15.4 4.1 3.0 22.5 7.5

4 Cyrtococcum oxyphyllum Stapf 8.8 3.9 0.6 13.3 4.4

5 Saccarum spontaneum 7.1 3.5 0.9 11.5 3.8

6 Clidemia hirta Don. 3.1 3.9 2.5 9.4 3.1

7 Stachytarpheta indica (L.) Vahl. 3.1 4.1 2.1 9.3 3.1

8 Axonopus compressus (Swartz) Beauv. 3.6 3.7 1.5 8.7 2.9

9 Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy 4.1 3.0 0.3 7.4 2.5

10 Oxalis barrelieri L. 1.6 3.3 1.7 6.6 2.2

Indeks keanekaragaman jenis (H′) = 3.14 (sangat tinggi)

Tahun tanam 2001

1 Nephrolepis biserrata 12.1 4.3 39.7 56.1 18.7

2 Asystasia gangetica (L.) Anderson 8.5 4.1 15.1 27.7 9.2

3 Stachytarpheta indica (L.) Vahl. 6.0 3.7 9.9 19.6 6.5

4 Paspalum conjugatum Berg. 12.4 3.9 3.0 19.3 6.4

5 Oplismenus compositus (L.) Beauv. 10.4 4.1 1.6 16.1 5.4

6 Axonopus compressus 6.2 3.9 3.2 13.3 4.4

7 Brachiaria mutica 4.7 3.4 2.9 11.0 3.7

8 Saccarum spontaneum 5.5 3.5 0.9 9.9 3.3

9 Euphorbia hirta L. 2.5 2.2 4.0 8.7 2.9

10 Clidemia hirta Don. 2.4 3.7 2.3 8.4 2.8

Indeks keanekaragaman jenis (H′) = 3.23 (sangat tinggi) Tahun tanam 2005

1 Nephrolepis biserrata 15.4 5.5 37.9 58.9 19.6

2 Asystasia gangetica (L.) Anderson 18.9 5.3 25.2 49.5 16.5

3 Stachytarpheta indica (L.) Vahl. 6.8 5.0 8.5 20.3 6.8

4 Paspalum conjugatum Berg. 9.8 4.8 1.8 16.4 5.5

5 Axonopus compressus 8.4 4.1 3.3 15.8 5.3

6 Saccarum spontaneum 4.6 4.8 0.6 10.0 3.3

7 Setaria plicata (Lamk) T.Cooke 4.6 4.6 0.4 9.6 3.2

8 Asplenium cuneatum 1.2 3.6 4.3 9.1 3.0

9 Adiantum tenerum 2.1 3.1 3.2 8.3 2.8

10 Euphorbia hirta L. 1.4 4.3 2.2 7.9 2.6

Indeks keanekaragaman jenis (H′) = 2.93 (tinggi)

Tahun tanam kelapa sawit (umur tanaman) menentukan keadaan naungan di lahan tersebut. Lahan yang ditumbuhi kelapa sawit umur tanam lebih tua cenderung lebih ternaungi dikarenakan kondisi tajuk yang semakin menutupi lahan terbuka. Berdasarkan hasil analisis vegetasi, N.biserrata lebih banyak tumbuh di bawah tegakan kelapa sawit tahun tanam 1996 sehingga tumbuhan ini baik digunakan sebagai tanaman penutup tanah karena sifatnya yang senang naungan. Tidak banyaknya jenis gulma yang dapat tumbuh di lahan ternaungi selain jenis rumput- rumputan memberikan nilai tambah tersendiri bagi N.biserrata untuk dijadikan sebagai tanaman penutup tanah khususnya di bawah tegakan kelapa sawit dan menjadikan N.biserrata sebagai gulma bermanfaat.

Kondisi lingkungan di bawah tegakan kelapa sawit menghasilkan, unit usaha Rejosari PTPN VII, Lampung Selatan disajikan pada Tabel 3. Lingkungan di bawah tegakan kelapa sawit tahun tanam 1996 memiliki tingkat intensitas cahaya dan suhu paling rendah dibandingkan lingkungan lahan kelapa sawit tahun tanam 2001 dan 2005 (Tabel 3). Kondisi lingkungan berkaitan dengan syarat tumbuh vegetasi yang tumbuh baik di lingkungan tersebut. Hasil analisis vegetasi menunjukkan

N.biserrata tumbuh baik di bawah tegakan kelapa sawit menghasilkan terutama kelapa sawit tahun tanam 1996 dibandingkan tahun tanam 2001 dan 2005. Faktor cahaya matahari menjadi salah satu faktor penting bagi pertumbuhan N.biserrata, dimana tanaman ini dapat tumbuh baik pada kondisi lebih ternaungi dengan intensitas cahaya lebih rendah.

Tabel 3. Kondisi lingkungan di bawah tegakan kelapa sawit menghasilkan, unit usaha Rejosari PTPN VII, Natar, Lampung Selatan dengan tahun tanam yang berbeda*)

Faktor Lingkungan Tahun Tanam

1996 2001 2005

Suhu (°C) 27.2 26.4 27.6

Intensitas cahaya matahari (lux) 759.3 979.8 990.1 Kelembaban udara (%) 61.1 74.3 64.8 Lengas tanah (%) 54.7 57.6 53.3

Keterangan : *) Hasil pengamatan di lapangan bersama Yenni Asbur dengan kajian yang berbeda

N. biserrata biasa tumbuh liar baik di lahan kebun kelapa sawit menghasilkan maupun di tempat lain yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Perkebunan-perkebunan yang sudah menggunakan N.biserrata untuk tanaman penutup tanah tampaknya belum memperhatikan jarak tanam dalam penanamannya. Diperlukan informasi mengenai jarak tanam optimal penanaman

N.biserrata di kebun kelapa sawit sehingga diharapkan akan memberikan pengaruh baik bagi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.

Pengaruh Jarak Tanam yang Berbeda terhadap Pertumbuhan N.biserrata

Jarak tanam merupakan faktor penting untuk diperhatikan dalam penanaman suatu jenis tanaman karena jarak tanam akan menentukan ruang pertumbuhan bagi tanaman tersebut terutama dalam memperoleh air, unsur hara dan sinar matahari. Faktor-faktor tersebut penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terkait dengan proses fotosintesis yang terjadi dalam tanaman. Khusus untuk tanaman penutup tanah adalah pengaruhnya juga terhadap persentase

penutupan tanah dan sumbangan cadangan karbon. N. biserrata yang ditanam pada jarak tanam yang berbeda yaitu 10 cm x10 cm, 20 cmx 20 cm, dan 40 cm x 40 cm menunjukkan panjang akar yang tidak berbeda nyata, tetapi komponen pertumbuhan lainnya yaitu persentase populasi tanaman hidup, tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, persentase penutupan tanah, panjang akar, indeks luas daun menunjukkan perbedaan nyata (Tabel 4).

Pemanfaatan tanaman sebagai tanaman penutup tanah, komponen pertumbuhan yang perlu diperhatikan di antaranya persentase penutupan tanah dan ILD dimana N.biserrata yang ditanam pada jarak tanam 10 cm x 10 cm menunjukkan persentase penutupan tanah dan indeks luas daun (ILD) tertinggi dibandingkan penanaman pada jarak tanam 20 cm x 20 cm dan 40 cm x 40 cm (Tabel 4). Nilai ILD > 1 menggambarkan adanya saling menaungi di antara daun yang mengakibatkan daun yang ternaungi pada lapisan bawah tajuk mendapat cahaya yang kurang dan karenanya dapat menyebabkan laju fotosintesis yang lebih rendah daripada daun yang tidak ternaungi (Sitompul dan Guritno 1995). Jarak tanam 10 cm x 10 cm menghasilkan N. biserrata dengan nilai ILD > 1 dan tertinggi dibandingkan jarak tanam lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada jarak tanam 10 cm x 10 cm keadaan tajuk tanaman telah saling menaungi dan menyebabkan penutupan tanah yang lebih rapat pada 20 MST dibandingkan jarak tanam lainnya. Pada 20 MST N.biserrata yang ditanam pada jarak tanam 10 cm x 10 cm menunjukkan persentase penutupan tanah tertinggi (94.16%) dibandingkan penanaman pada jarak tanam 20 cm x 20 cm (82.16%) dan 40 cm x 40 cm (72.83%).

Pada 20 MST N.biserrata mampu menutup 94.16% permukaan tanah (Tabel 4). Kemampuan N.biserrata ini lebih rendah dibandingkan tanaman penutup tanah lainnya, misalnya Arachis pintoi yang mampu 100% menutup tanah pada 12 MST (Purba dan Rahutomo 2000 ; Evrizal 2003). Hal ini disebabkan N.biserrata

mengalami stagnasi pertumbuhan pada awal pertumbuhannya, yaitu mulai dari waktu awal pindah tanam sampai dengan 7-8 MST tetapi setelah periode tersebut terjadi pertumbuhan yang cepat (Ariyanti et al. 2015). N.biserrata mampu 100% menutup tanah pada 142 hari setelah tanam dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm.

Tabel 4 Pengaruh jarak tanam terhadap komponen pertumbuhan N.biserrata

Komponen pertumbuhan Jarak tanam

10cmx10cm 20cmx20cm 40cmx40cm Persentase populasi tanaman hidup (%) 19.5c 44.5b 74.2a Tinggi tanaman (cm) (20 MST) 21.1b 25.3a 23.8a Jumlah daun per tanaman (helai)

(20 MST)

6.6b 7.6ab 8.5a

Persentase penutupan tanah (%) 94.2a 82.2b 72.8b Panjang akar (cm) (20 MST) 8.5a 7.8a 8.7a Indeks luas daun (20 MST) 2.5a 0.7b 0.1b

Keterangan : Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT α 0.05.

Gambar 3a menunjukkan N. biserrata yang ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dan 40 cm x 40 cm menghasilkan tanaman lebih tinggi dibandingkan

dengan pada jarak tanam 10 cm x 10 cm berdasarkan umur tanamnya. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan adanya jarak tanam yang lebih luas memungkinkan tanaman mendapatkan air, unsur hara dan sinar matahari lebih banyak dengan

adanya ruang serapan akar dan ruang penangkapan sinar matahari lebih luas dan memungkin tidak terjadinya persaingan di antara tanaman. Penanaman N.biserrata

dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm menghasilkan daun lebih banyak pada 7 MST

Dokumen terkait