• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

K- tukar Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 17 menunjukkan bahwa pada perlakuan tunggal pemberian bahan mineral berpengaruh sangat nyata, meningkatkan K-tukar tanah namun pada perlakuan tunggal pemberian air laut maupun kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak berpengaruh nyata terhadap nilai K-tukar tanah. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) K-tukar tanah gambut dengan nilai berkisar 2.3 – 3.1 me/100g tergolong sangat tinggi.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap K-tukar tanah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Nilai K-tukar Tanah (me/100g) pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 1.02 0.76 0.79 0.90 0.87

A1 0.89 0.78 0.78 0.81 0.81

A2 0.91 0.78 0.79 0.95 0.86

Rataan 0.94bB 0.77aA 0.79aA 0.89abAB

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari tabel 6 diketahui bahwa K-tukar tanah pada perlakuan B1 (pasir vulkan 250 g/pot) sebesar 0.94 me/100g tidak berbeda sangat nyata dengan B4 (abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebesar 0.89 me/100g namun berbeda sangat nyata meningkatkan dengan B2 (terak baja 50 g/pot) sebesar 0.77 me/100g dan B3 (dolomit 50 g/pot) sebesar 0.79 me/100g. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan tunggal air laut dan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak berpengaruh nyata terhadap K-tukar tanah.

Hasil sidik ragam pada Lampiran 20 menunjukkan bahwa pada perlakuan tunggal pemberian bahan mineral berpengaruh sangat nyata meningkatkan Ca-tukar tanah, namun pada perlakuan tunggal pemberian air laut maupun kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak berpengaruh nyata meningkatkan Ca-tukar tanah. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) Ca-tukar tanah gambut dengan nilai berkisar 1.32 – 2.62 me/100g tergolong tinggi.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap Ca-tukar tanah disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Nilai Ca-tukar Tanah (me/100g) pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 1.32 1.37 2.39 2.53 1.90

A1 1.91 1.75 2.40 2.56 2.16

A2 1.50 1.62 2.62 1.73 1.87

Rataan 1.58aA 1.58aA 2.47bB 2.28abAB

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari tabel 7 diketahui bahwa Ca-tukar tanah pada perlakuan tunggal B3 (dolomit 50 g/pot) sebesar 2.47 me/100g tidak berbeda nyata dengan B4 (abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebesar 2.28 me/100g tetapi berbeda nyata dengan B2 (terak baja 50 g/pot) dan B1 (pasir vulkan 250 g/pot) sebesar 1.58 me/100g. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak berpengaruh nyata terhadap Ca-tukar tanah.

Kapasitas Tukar Kation Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 23 menunjukkan bahwa pada faktor tunggal perlakuan pemberian bahan mineral berpengaruh nyata menurunkan nilai kapasitas tukar kation tanah. Pada perlakuan tunggal pemberian air laut dan perlakuan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak menunjukkan

hasil yang berbeda nyata pada taraf 5% dan 1%.. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) kapasitas tukar kation tanah gambut dengan nilai berkisar 9.87 – 24.53 me/100g tergolong rendah sampai dengan sedang.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap kapasitas tukar kation tanah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Nilai Kapasitas Tukar Kation Tanah (me/100g) pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 16.13 9.87 17.07 17.87 15.233

A1 24.53 12.13 12.40 16.80 16.467

A2 14.80 12 15.07 11.60 13.367

Rataan 18.49b 11.33a 14.84ab 15.42ab

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 8 diketahui bahwa kapasitas tukar kation tanah perlakuan tunggal B1 (pasir vulkan 250 g/pot) sebesar 18.49 me/100g tidak berbeda nyata dengan B4 (abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebesar 15.42 me/100g dan B3 (dolomite 50 g/pot) sebesar 14.84 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan B2 (terak baja 50 g/pot) sebesar 11.33 me/100g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak berpengaruh nyata menurunkan nilai kapasitas tukar kation tanah.

Kejenuhan Basa Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 26 menunjukkan bahwa pada perlakuan tunggal pemberian bahan mineral berpengaruh nyata sedangkan perlakuan tunggal pemberian air laut dan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kejenuhan basa tanah. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) kejenuhan basa tanah gambut dengan nilai berkisar 20.10 – 54.91 me/100g tergolong dari rendah sampai tinggi.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap kejenuhan basa tanah disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Nilai Kejenuhan Basa Tanah (%) pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 20.94 28.59 45.56 41.28 34.09

A1 20.10 40.10 54.91 44.22 39.83

A2 30.78 36.60 54.44 34.62 39.11

Rataan 23.94aA 35.10abAB 51.64cC 40.04bcAB

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari tabel 9 diketahui bahwa kejenuhan basa perlakuan tunggal B3 (dolomit 50 g/pot) sebesar 51.64 % berbeda sangat nyata dengan B1 (pasir vulkan 250 g/pot) sebesar 23.94%, B2 (terak baja 50 g/pot) sebesar 35.10% dan B4 (abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebesar 40.04%. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak berpengaruh nyata terhadap kejenuhan basa tanah.

Karbon Organik Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 29 menunjukkan bahwa pada faktor tunggal perlakuan bahan mineral berpengaruh nyata meningkatkan karbon organik tanah namun pada perlakuan tunggal pemberian air laut dan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap karbon organik tanah. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) jumlah karbon organik yang terdapat dalam tanah gambut dengan nilai berkisar 30.43 – 37.55 % tergolong sangat tinggi.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap karbon organik tanah disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Nilai Karbon Organik Tanah (%) pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 32.78 36.30 37.08 33.52 34.92

A1 30.43 35.89 34.09 33.18 33.40

A2 32,19 36.59 37.55 33.05 34.85

Rataan 31.80a 36.26b 36.24b 33.25ab

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 10 diketahui bahwa jumlah karbon organik tanah perlakuan tunggal B2 (terak baja 50 g/pot) sebesar 36.26 % tidak berbeda nyata dengan B3 (dolomit 50 g/pot) sebesar 36.24 % dan B4 (abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebesar 33.25 % tetapi berpengaruh nyata dengan B1 (pasir vulkan 250 g/pot) sebesar 31.80 %. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak berpengaruh nyata terhadap karbon organik tanah.

Nitrogen Total Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 32 menunjukkan bahwa pada faktor tunggal perlakuan air laut dan bahan mineral tidak berpengaruh nyata terhadap nitrogen total tanah. Pada perlakuan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral juga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap nitrogen total tanah. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) jumlah nitrogen total yang terdapat dalam tanah gambut dengan nilai berkisar 1.59 – 3.43 % tergolong sangat tinggi.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap nitrogen total tanah disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan Nilai Nitrogen Total Tanah (%) pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 3.43 2.60 1.91 1.94 2.47

A1 2.33 1.85 2.40 2.14 2.18

A2 2.22 2.83 1.97 1.59 2.15

Rataan 2.66 2.42 2.09 1.89

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 11 diketahui bahwa jumlah nitrogen total tanah tertinggi yaitu pada perlakuan kombinasi A0B1 (air laut taraf 0 ml/1L dengan pasir vulkan 250 g/pot) sebesar 3.43 % dan terendah yaitu pada kombinasi A2B4 (air laut 500 ml/1L larutan dengan abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebesar 1.59 %. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak berpengaruh nyata terhadap nitrogen total tanah.

Rasio C/N Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 35 menunjukkan bahwa pada faktor tunggal perlakuan pemberian bahan mineral berpengaruh sangat nyata menurunkan nilai rasio C/N tanah. Pada perlakuan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral berpengaruh nyata menurunkan nilai rasio C/N tanah gambut sedangkan pada faktor tunggal perlakuan pemberian air laut tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada taraf 5% dan 1%.. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) rasio C/N tanah gambut dengan nilai berkisar 10.05 – 21.23 tergolong rendah sampai dengan tinggi.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap rasio C/N tanah disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan Nilai Rasio C/N Tanah pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 10.05a 14.18abc 17.72cd 17.41bcd 15.340 A1 13.25ab 20.35cd 14.56abc 15.54abcd 15.923 A2 14.78abc 14.97abc 19.04bcd 21.23d 17.504 Rataan 12.69aA 16.50bAB 17.77bB 18.06bB

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 12 diketahui bahwa rasio C/N tanah perlakuan tunggal B4 (abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebesar 18.06 tidak berpengaruh sangat nyata dengan B3 (dolomit 50 g/pot) sebesar 17.77 dan B2 (terak baja 50 g/pot) sebesar 16.50 tetapi berpengaruh sangat nyata dengan B1 (pasir vulkan 250 g/pot).

Rasio C/N perlakuan kombinasi A2B4 (air laut 500 ml/L larutan dengan abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebesar 21.23 memiliki nilai rasio C/N tertinggi sedangkan pada perlakuan kombinasi A0B1 (air laut 0 ml/L dengan pasir vulkan 250 g/pot) sebesar 10.05 memiliki nilai rasio C/N terendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral berpengaruh nyata menurunkan nilai rasio C/N tanah.

Jumlah Anakan Perumpun

Hasil sidik ragam pada Lampiran 38 diketahui bahwa kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan perumpun. Pada faktor tunggal pemberian air laut tidak berpengaruh nyata dan pemberian bahan mineral berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan perumpun.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap jumlah anakan perumpun disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan Jumlah Anakan Perumpun Tanaman Padi pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 26 40 27 59 38

A1 39 36 33 57 41

A2 44 41 33 63 45

Rataan 37aA 39aA 31aA 60bB

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 13 ditunjukkan bahwa jumlah anakan tanaman padi perlakuan tunggal B4 (abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebanyak 60 anakan berpengaruh sangat nyata dengan B2 (terak baja 50 g/pot) sebanyak 39 anakan, B1 (pasir vulkan 250 g/pot) sebanyak 37 anakan dan B3 (dolomit 50 g/pot) sebanyak 31 anakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada jumlah anakan perumpun namun berpengaruh nyata meningkatkan jumlah anakan perumpun tanaman padi pada faktor tunggal bahan mineral taraf 5% dan 1%.

Jumlah Anakan Produktif

Hasil sidik ragam pada Lampiran 41 menunjukkan bahwa kombinasi pemberian air laut dan bahan mineral tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Sementara pada faktor tunggal pemberian bahan mineral berpengaruh sangat nyata pada jumlah anakan produktif.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap jumlah anakan produktif ditunjukkan pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 25 38 27 55 36

A1 40 36 29 56 37

A2 52 40 33 60 42

Rataan 29aA 38aAB 30aA 57bB

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari tabel 14 ditunjukkan jumlah anakan produktif perlakuan tunggal bahan mineral B4 (abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebanyak 57 anakan tidak berpengaruh sangat nyata dengan B2 (terak baja 50 g/pot) sebanyak 38 anakan tetapi berpengaruh sangat nyata dengan B3 (dolomit 50 g/pot) sebanyak 30 anakan dan B1 (pasir vulkan 250 g/pot) sebanyak 29 anakan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian bahan mineral berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif.

Bobot 1000 Butir

Hasil sidik ragam pada Lampiran 44 menunjukkan bahwa kombinasi pemberian air laut dan bahan mineral tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Sementara pada faktor tunggal pemberian bahan mineral berpengaruh nyata pada bobot 1000 butir.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap bobot 1000 butir ditunjukkan pada Tabel 15.

Tabel 15. Rataan Bobot 1000 Butir (g) Tanaman Padi pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 18.87 18.31 20.85 22 19.91

A1 19.7 20.96 21.38 21.3 19.19

A2 14.91 21.89 21.8 18.97 18.15

Rataan 13.85a 20.39b 21.35b 20.76b

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 15 ditunjukkan bahwa bobot 1000 butir perlakuan tunggal bahan mineral B3 (dolomit 50 g/pot) sebesar 21.35 g tidak berpengaruh nyata dengan B4 (abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebesar 20.76 g dan B2 (terak baja 50 g/pot) sebesar 20.39 g tetapi berpengaruh nyata dengan B1 (pasir vulkan 250 g/pot) sebesar 13.85 g. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan air laut dengan bahan mineral tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 butir tanaman padi perumpun.

Persentase Gabah Hampa

Hasil sidik ragam pada Lampiran 47 menunjukkan bahwa kombinasi pemberian air laut dan bahan mineral tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Sementara pada faktor tunggal pemberian air laut dan bahan mineral berpengaruh nyata pada persentase gabah hampa.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap persentase gabah hampa ditunjukkan pada Tabel 16.

Tabel 16. Rataan Persentase Gabah Hampa (%) Tanaman Padi pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 9.89e 3.8ab 8.24cde 10.26e 8.05bB

A1 8.65bc 5.89bc 5.36abc 6.44bcd 5.86aA

A2 5.86ab 2.39a 4.67ab 9.24de 5.05aA

Rataan 6.52bBC 4.03aA 6.09bAB 8.65cC

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 16 ditunjukkan bahwa persentase gabah hampa perlakuan tunggal air laut yaitu A0 (air laut 0 ml/L) sebesar 8.05 g berbeda sangat nyata dengan A1 (air laut 250 ml/L larutan) sebesar 5.86 g dan A2 (air laut 500 ml/L larutan) sebesar 5.08 g.

Persentase gabah hampa perlakuan tunggal bahan mineral B4 (abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebesar 8.65 g tidak berbeda sangat nyata dengan B1 (pasir vulkan 250 g/pot) sebesar 6.52 g tetapi berbeda sangat nyata dengan B3 (dolomit 50 g/pot) sebesar 6.09 g dan B2 (terak baja 50 g/pot) sebesar 4.03 g.

Kombinasi antara air laut dan bahan mineral tertinggi pada perlakuan kombinasi A0B4 (air laut 0 ml/L dengan abu serbuk gergaji 250 g/pot) sebesar 10.26 g dan terendah pada perlakuan kombinasi A2B2 (air laut 500 ml/L larutan dengan terak baja 50 g/pot) sebesar 2.39 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pemberian air laut dengan bahan mineral berpengaruh nyata menurunkan persentase gabah hampa tanaman padi.

Bulk Density Tanah

Hasil sidik ragam pada Lampiran 50 menunjukkan bahwa kombinasi dan faktor tunggal pada pemberian air laut dan bahan mineral tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bulk density tanah gambut.

Pengaruh pemberian air laut dan bahan mineral terhadap bulk density tanah ditunjukkan pada Tabel 17.

Tabel 17. Rataan Bulk Density Tanah (g/cc) pada Kombinasi Beberapa Taraf Pemberian Air Laut dan Bahan Mineral

Air Laut Bahan Mineral Rataan

B1 B2 B3 B4

A0 0.29 0.37 0.32 0.30 0.32

A1 0.36 0.34 0.35 0.33 0.34

A2 0.36 0.32 0.33 0.35 0.34

Rataan 0.34 0.34 0.33 0.33

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%

Dari Tabel 17 ditunjukkan bahwa bulk density tanah tertinggi pada perlakuan kombinasi A0B2 (air laut 0 ml/1L dengan terak baja 50 g/pot) sebesar 0.37 g/cc. Sementara bulk density tanah terendah pada perlakuan kombinasi A0B1

(air laut 0 ml/L dengan pasir vulkan 250 g/pot) sebesar 0.29 g/cc. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air laut dan bahan mineral tidak berpengaruh nyata terhadap bulk density tanah gambut.

Pembahasan

Pada awal percobaan, pertumbuhan tanaman secara keseluruhan tampaknya agak terhambat, tanaman kurang segar sampai berumur tiga minggu. Setelah berumur satu bulan, perkembangan tanaman menjadi sangat cepat dan tanaman kelihatan segar. Pertumbuhan tanaman yang lebih menonjol dari yang lainnya setelah dibandingkan adalah tanaman-tanaman pada perlakuan tanpa air laut dikombinasikan dengan abu serbuk gergaji 250 gr/pot (A0B4) daun-daunnya lebat dan hijau.

Dari semua perlakuan secara umum dapat dilihat bahwa pertumbuhan tanaman sangat baik. Setelah lewat dua bulan tanaman diserang beberapa macam penyakit dan hama walaupun telah dilakukan perlindungan dengan insektisida dan fungisida. Hama yang menyerang tanaman padi adalah hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis) dan ulat tanah (Laphygama examta). Tanaman menjadi kurang segar setelah diserang penyakit bubak, bercak coklat (helminthosporium oryzae), dan penyakit garis coklat daun (Cercospora oryzae). Serangan penyakit ini berlangsung terus menerus hingga tanaman pada perlakuan air laut 250 ml/L dikombinasikan dengan pasir vulkan 250 g/pot (A1B1) kemudian daunnya coklat dan air laut 500 ml/L dikombinasikan dengan pasir vulkan 250 gr/pot (A2B1) ulangan yang ke -2 mati sampai pada saat dilaksankannya pemanenan.

Setelah gabah mulai bernas, pada beberapa perlakuan, terutama pada perlakuan-perlakuan yang mendapat terak baja, sebagian butir-butir gabahnya kelihatan berwarna coklat kehitaman. Demikian juga halnya pelepah daun, dan

ujung daun menjadi kering kecoklatan. Menjelang gabah bernas ini juga tanaman diserang walang sangit (Leptocorixa acuta) dan burung.

Air laut cenderung memiliki kemampuan lebih baik untuk mendesak ion H+ keluar dari kompleks jerapan gambut. Sehingga ion H+ dan ion-ion sumber kemasaman tanah dipaksa untuk masuk ke dalam larutan tanah dan akhirnya menurunkan pH tanah. Namun karena adanya pemberian bahan mineral seperti pasir vulkan, terak baja, dolomit, dan abu serbuk gergaji dapat mengikat asam-asam organik pada tanah gambut. Dengan demikian pH tanah menjadi meningkat dari sangat masam menjadi agak masam walaupun secara statistik tidak dapat dibuktikan tetapi pH meningkat dari saat analisis awal tanah dengan saat analisis setelah masa akhir vegetatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ali dan Sedaghat (2007) yang menyatakan bahwa beberapa manfaat terak baja dalam bidang pertanian telah banyak ditunjukkan oleh penelitian-penelitian terdahulu, antara lain terak baja dapat berfungsi untuk meningkatkan pH tanah sama seperti kapur, penyedia unsur Ca, K dan P, serta mampu menurunkan efek toksik dari Al pada tanah masam.

Daya hantar listrik merupakan suatu indikator kandungan garam pada tanah. Pada Tabel 3 memperlihatkan pemberian air laut pada taraf tertentu dengan bahan mineral meningkatkan daya hantar listrik tanah gambut. Selain itu untuk pertumbuhan dan produksi tanaman padi pada tanah gambut pemberian amelioran seperti air laut, pasir vulkan, terak baja, dolomit dan abu serbuk gergaji memperlihatkan hasil yang dapat meningkatkan produksi tanaman padi dan menurunkan jumlah gabah hampa pada tanaman padi yang selalu menjadi masalah produksi pada umumnya untuk budidaya padi di lahan gambut.

Pemberian terak baja sebagai bahan amelioran mampu meningkatkan bobot kering gabah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6 dan mampu meningkatkan pH tanah karena memiliki sifat yang sama seperti kapur. Kandungan unsur yang terdapat pada terak baja yaitu Ca, K, Mg, SiO2 dan P dapat meningkatkan bobot biomasa dan produksi tanaman padi. Tanaman padi pada perlakuan terak baja tumbuh dan berkembang lebih cepat terutama saat munculnya malai tanaman padi dibandingkan dengan pemberian amelioran lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Hidayatulloh (2006) yang menyatakan bahwa penambahan terak baja pada tanaman padi di lahan gambut mampu meningkatkan bobot kering gabah bernas sebesar 65-96% dan meningkatkan kandungan basa-basa yang dapat dipertukarkan seperti K, Ca, dan Mg.

Abu serbuk gergaji sangat baik diberikan sebagai amelioran pada tanah gambut selain dapat memperbaiki sifat kimia tanah seperti pH juga meningkatkan jumlah anakan produktif pada tanaman padi yang di tanam pada tanah gambut. Pada amelioran ini kandungan utamanya Fe, Zn dan Mn sebagai logam-logam yang mampu mengikat asam-asam organik yang terdapat pada tanah gambut menyebabkan amelioran ini memiliki pengaruh yang besar dalam optimalisasi lahan gambut. Parameter yang meningkat adalah DHL, pH tanah, jumlah anakan perumpun, jumlah anakan produktif dan bobot 1000 butir pada tanaman padi.

Pemberian dolomit memberikan pengaruh yang nyata meningkatkan pH tanah, DHL, jumlah anakan perumpun, dan jumlah anakan produktif. Adanya unsur Ca dan Mg yang cukup tinggi dan juga memiliki kelarutan dalam air cukup

baik yang bersifat basa sehingga dapat tersedia bagi tanaman padi sekaligus memperbaiki sifat buruk dari tanah gambut.

Pemberian bahan mineral berupa pasir vulkan, terak baja, dolomit dan abu serbuk gergaji memberikan pengaruh yang nyata pada nilai karbon organik tanah, rasio C/N tanah, Mg-dd dan KTK tanah. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya menjadi tersedia di dalam tanah gambut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) 2007; 2008; 2009; 2010 dalam Susilawati (2011) yang menyatakan bahwa pemberian amelioran seperti dolomit sebesar 0,3 – 37%, terak baja sebesar 14%, dan pupuk silikat sebesar 10% mampu memperbaiki sifat kimia tanah gambut meliputi kenaikan pH tanah, P-tersedia, Ca-dd, Mg-dd, penurunan kemasaman tertukar (H-dd + Al-dd) dan meningkatkan hasil padi.

Kejenuhan basa pada tanah gambut meningkat dari 0.53 % hingga 54.91 % pada perlakuan kombinasi air laut 250 ml/L larutan dengan bahan mineral dolomit 50 g/pot (A1B3) meskipun dalam perhitungan statistik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata namun peningkatan kejenuhan basa ini sangat besar. Unsur-unsur hara Ca, Mg, Na, dan K yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi menjadi tersedia. Pemberian amelioran perlakuan tunggal dolomit 50 g/pot (B3) menunjukkan peningkatan yang sangat nyata. Sesuai dengan Mas’ud (1993) Batu kapur merupakan hasil pengendapan dari air senyawa karbonat yang mengandung kation basa. Kation-kation basa yang banyak merangsang pembentukan dan pengendapan batu kapur ini adalah kalsium dan magnesium. Paduan khusus senyawa kalsium karbonat (CaCO3) (CaCOl) dan magnesium karbonat (MgCO3) disebut dolomit (CaMg(CO3)2) jika kandungan

magnesiumnya > 21%, dan jika kandungan magnesiumnya > 5% sampai < 21% disebut batu kapur dolomitik. Batu kapur ini merupakan sumber penting bahan untuk pengapuran tanah asam dan kahat anasir Ca dan Mg.

Dari data pada tabel 16 persentase gabah hampa terkecil itu terdapat pada interaksi terak baja 50 g/pot dengan air laut 500 ml/L Larutan (A2B2) sebesar 2.39 % dibandingkan dengan perlakuan lainnya ternyata interaksi perlakuan ini menguntungkan dalam budidaya padi di lahan gambut karena sedikitnya jumlah gabah hampa yang terdapat dalam perumpunnya. Sesuai dengan Munir (1996) yang menyatakan bahwa pada fase vegetatif, pertumbuhan tanaman padi cukup dan fase generatif pertumbuhan jelek. Gabah yang keluar banyak yang hampa. Hal ini berarti terjadi sterilitas yang tinggi. Penambahan dan pemberian pupuk N, P dan K tidak berpengaruh. Penyakit buabak merupakan penyakit utama tanaman padi. Pollak dan Soepraptohardjo menganjurkan pemakaian pupuk dengan unsur mikro terutama Cu.

Dokumen terkait