IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.2 Tanah dan Topograf
Menurut T.W.G. Domes et al. (1955) dalam KPH Balapulang (2011a) kawasan KPH Balapulang memiliki 4 jenis tanah yaitu Regosol, Gromosol,
21
Latosol, dan Mediteran dengan tipe-tipe tanah yang mengandung kapur. Konfigurasi tanah pada setiap wilayah kerja terdiri dari keadaan tanah kawasan KPH Balapulang yang umumnya bertekstur sedang hingga liat dengan strukturnya yang remah hingga bergumpal dan sebagian besar berjenis latosol dengan ciri-ciri pH 4,5 – 6,5, kandungan bahan organik banyak ditemukan pada top soil sebanyak 3 – 10%, kejenuhan basa 20 – 65%, daya absorbs sedang 15 – 25 cm/detik, permeabilitas tanah tinggi dan kepekaan terhadap erosinya rendah.
Kawasan KPH Balapulang bertopografi datar sampai berbukit-bukit dan sebagian kecil bertopografi curam. Sedangkan untuk bentuk lapangan yang datar miring dan berombak terdapat pada BKPH Margasari, Linggapada, dan sebagian Larangan. Kawasan perbukitan hanya terdapat dalam kawasan tertentu saja, yaitu kawasan hutan Pengarasan dan sebagian Larangan yang menyambung ke Bagian Hutan Banjarharjo. Pada Tabel 3 disajikan keadaan topografi areal hutan di KPH Balapulang.
Tabel 3 Luas kawasan dan konfigurasi lapangan areal hutan KPH Balapulang
No Kelas Lereng ( % ) Luas ( ha ) Luas (%)
1 0 – 8 6.756,40 22,68 2 8 – 15 9.678,81 32,49 3 15 – 25 5.010,70 16,82 4 25 – 40 5.657,15 18,99 5 >40 2.687,07 9,02 Total 29.790,13 100
(Sumber : KPH Balapulang 2011a)
4.3 Iklim dan Curah Hujan
Wilayah KPH Balapulang terletak di daerah dengan perbedaan antara musim hujan dan kemarau yang jelas. Berikut merupakan data curah hujan rata- rata dari hujan tiap bulan mulai tahun 2009 – 2010 di wilayah KPH Balapulang.
22
Tabel 4 Data rata-rata curah hujan 2 tahun (2009 - 2010)
No Bulan Curah Hujan (mm/bulan)
2009 2010 Jumlah Rata – Rata
1 Januari 605 529 1.134 567 2 Februari 825 399 1.224 612 3 Maret 266 722 988 494 4 April 509 551 1.060 530 5 Mei 332 736 1.068 534 6 Juni 359 314 673 337 7 Juli 27 293 320 160 8 Agustus - 268 268 134 9 September 64 467 531 266 10 Oktober 162 - 162 81 11 Nopember 226 - 226 113 12 Desember 318 - 318 159 Jumlah 3.693 4.279 7.972 3.986 Rata - Rata 308 357 664 332
(Sumber : Kantor PU Pengairan Kec Larangan Balapulang)
Berdasarkan teori Schmidt dan Ferguson (1951) dalam KPH Balapulang (2011b) kriteria bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering adalah sebagai berikut:
1. Bulan Basah Curah Hujan : > 100 mm/bln 2. Bulan Lembab Curah Hujan : 60 – 100 mm/bln 3. Bulan Kering Curah Hujan : < 60 mm/bln
Berdasarkan data bulan basah dan bulan kering dari beberapa stasiun pengamatan cuaca di sekitar KPH Balapulang selama 2 tahun terakhir sebagaimana disajikan pada Tabel 4, maka dapat diketahui tipe iklim di kawasan KPH Balapulang menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe iklim B.
4.4 Jenis Vegetasi
Berdasarkan KPH Balapulang (2011a) vegetasi yang berada di kawasan KPH Balapulang adalah jenis jati (Tectona grandis) yang merupakan tanaman komersial yang banyak diusahakan. Selain jati, ada beberapa jenis lain yang berada di kawasan produksi, antara lain yaitu:
1. Diusahakan dengan tujuan komersial seperti mahoni (Swietenia macrophylla) dan mindi (Melia azedarach)
23
2. Diusahakan dengan tujuan pengkayaan jenis seperti johar (Cassia siamea), sonokeling (Dalbergia latifolia), pilah kepoh dan kesambi (Schleichera oleosa) serta randu (Ceiba patandra)
3. Pengayaan jenis dalam sistem silvikultur jati dan bukan non jati seperti secang (Caesalpinia sappan), lamtoro gung (Leucaena leucocephala)
4.5 Sosial Ekonomi dan Budaya
Menurut KPH Balapulang (2011a) kawasan KPH Balapulang dikelilingi oleh 61 desa yang terdiri dari 37 desa di wilayah Kabupaten Brebes dan 24 desa di Kabupaten Tegal. Interaksi yang besar dari masyarakat terhadap keberadaan hutan menjadikan tekanan terhadap hutan semakin tinggi. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat diterapkan untuk mendorong pihak manajemen membentuk desa model sejak tahun 2002, dimana setiap desa memiliki petak pengakuan agar masyarakan dapat berperan serta dalam mengelola hutan.
Berdasarkan data laporan penjajagan pengembangan layanan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di 22 kecamatan, jumlah KK (Kepala Keluarga) di wilayah sekitar KPH Balapulang adalah 100.618 KK (Kepala Keluarga). Mata pencaharian sebagian besar penduduk sekitar hutan KPH Balapulang bergantung pada sektor pertanian.
Pengelolaan hutan membawa pengaruh positif terhadap masyarakat desa hutan. Pengaruh tersebut diantaranya adalah pola pikir yang semakin maju, baik dan modern. Hal ini disebabkan karena masyarakat desa hutan telah mengadopsi tehnik-tehnik pengelolaan hutan yang baik dan pola pikir mereka lebih rasional dalam menghadapi permasalahan serta mampu berkomunikasi dengan baik antar warga dan pengelola hutan.
Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan, Perhutani juga senantiasa menjaga situs budaya masyarakat. Selain itu Perhutani juga melindungi kelesetariannya. Hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tidak melakukan penebangan pohon di sekitar situs budaya masyarakat dengan melakukan penetapan kawasan situs budaya masyarakat menjadi LDTI (Lapangan Dengan Tujuan Istimewa) atau KPS (Kawasan Perlindungan Setempat)
24
2. Penetapan kawasan situs budaya masyarakat menjadi LDTI (Lapangan Dengan Tujuan Istimewa) atau KPS (Kawasan Perlindungan Setempat)
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kadar Air
Kadar air (Ka) adalah banyaknya air yang dikandung pada sepotong kayu yang dinyatakan dengan persentase dari berat kayu kering tanur. Kadar air pohon Jati hasil penelitian disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Rata-rata kadar air Jati berdasarkan kelas umur
Kelas Umur Kadar Air (%)
Batang Cabang Ranting Akar Daun
I 113,72 114,28 72,17 113,47 50,98 II 78,89 56,97 66,72 81,90 103,83 III 76,70 62,40 50,89 69,56 131,84 IV 82,16 85,16 85,68 83,87 44,62 V 39,16 37,83 19,15 62,38 - Rata-rata 78,13 71,33 58,92 82,24 82,82
Keterangan : (-) tidak ada sampel
Berdasarkan data dalam Tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar air seluruh kelas umur, bagian daun merupakan bagian pohon yang memiliki nilai rata-rata kadar air tertinggi, yaitu sebesar 82,82%, sedangkan bagian pohon yang memiliki rata-rata kadar air terendah adalah ranting yaitu sebesar 58,92%. Daun memiliki rata-rata kadar air tertinggi karena daun merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis dan daun memiliki rongga sel yang diisi oleh air dan unsur hara mineral. Selain itu daun juga memiliki stomata sehingga banyak air yang diserap dan memenuhi rongga sel. Sedangkan ranting merupakan bagian pohon yang memiliki rata-rata kadar air yang rendah karena ranting memiliki rongga sel yang kecil dibandingkan dengan bagian pohon yang lain seperti akar, cabang, dan batang utama.
5.2 Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Menurut Simpson et al. (1964) berat jenis adalah rasio antara kerapatan kayu dengan kerapatan air (1 gr/cm3) pada kondisi anomali air (4,4oC). Berikut merupakan hasil perhitungan berat jenis komponen-komponen pohon berdasarkan kelas umur yang disajikan dalam Tabel 6.
26
Tabel 6 Rata-rata berat jenis Jati berdasarkan kelas umur
Kelas Umur Berat jenis
Batang Cabang Ranting Akar Daun
I 0,40 0,47 0,39 0,47 0,15 II 0,59 0,56 0,58 0,59 0,10 III 0,55 0,61 0,61 0,63 0,09 IV 0,56 0,50 0,47 0,58 0,11 V 0,56 0,62 0,54 0,57 - Rata-rata 0,53 0,55 0,52 0,57 0,12
Keterangan : (-) tidak ada sampel
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat rata-rata berat jenis kayu Jati berkisar antara 0,52 - 0,57. Hasil ini lebih rendah daripada nilai berat jenis menurut Martawijaya et al. (1981) yang menyebutkan bahwa nilai berat jenis kayu jati adalah 0,67 (0,62 – 0,75). Berat jenis kayu jati dalam penelitian ini berada dalam kisaran besarnya berat jenis jati menurut Hadjib et al. (2006) yaitu jati yang berumur 7 tahun mempunyai berat jenis sekitar 0,49 – 0,65.
Perbedaan berat jenis pada setiap bagian dipengaruhi oleh ukuran sel, tebal dinding sel serta hubungan antara jumlah sel dengan berat dan tebal dinding sel. Sedangkan perbedaan berat jenis setiap pohon per KU (Kelas Umur) dipengaruhi oleh sel serat (fiber), karena sel serat sangat penting pengaruhnya terhadap berat jenis karena porsinya yang tergolong tinggi sebagai komponen penyusun kayu. Menurut Tobing (1976) jika serat berdinding tebal dan berongga sempit, maka jumlah rongga udara sedikit, dan berat jenis akan tinggi, sebaliknya jika serat berdinding tipis dan berongga besar maka berat jenis akan berkurang.
Menurut Sadiyo (1989) perbedaan BJ kayu disebabkan adanya perbedaan struktur anatomis kayu yang meliputi macam (jenis), jumlah dan pola penyebaran pori (saluran pembuluh), parenkima, jari-jari kayu dan saluran interseluler. Sedangkan nilai BJ kayu lebih banyak ditentukan oleh tebal dinding sel atau zat kayu. Makin tebal dinding sel kayu atau makin kecil proporsi rongga/ruang-ruang (void structure) yang terdapat dalam kayu pada volume tertentu maka makin tinggi BJ kayu yang bersangkutan.
27
5.3 Kadar Karbon
Kadar karbon merupakan hasil pengurangan persen penuh (100%) dengan kadar zat terbang dan kadar abu. Satuan kadar karbon dinyatakan dalam persen (%). Hasil kadar karbon pada setiap bagian pohon disajikan pada Tabel 7. Dari data pada Tabel 7 dapat diketahui nilai kadar karbon tertinggi terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 66,17%, bagian cabang sebesar 62,63%, bagian ranting sebesar 58,30%, bagian akar sebesar 63,60%, dan untuk bagian pohon dengan nilai kadar karbon terendah adalah daun sebesar 51,37%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Langi (2007) yang menyatakan bahwa kadar karbon pada bagian batang lebih besar dibandingkan dengan akar, cabang, ranting dan daun. Hasil penelitian Elias dan Wistara (2009) pada pohon jeunjing juga memperlihatkan hasil yang sama yaitu nilai kadar karbon terbesar berada pada bagian batang dan nilai terkecil pada bagian daun.
Menurut Haygreen dan Bowyer (1982) menyatakan bahwa batang umumnya memiliki zat penyusun kayu yang lebih banyak dibandingkan bagian pohon lain.
Tabel 7 Rata-rata kadar karbon Jati berdasarkan kelas umur
Kelas Umur Kadar Karbon (%)
Batang Cabang Ranting Akar Daun
I 65,63 61,55 49,23 63,23 47,69 II 70,41 66,43 64,51 68,13 56,78 III 65,66 61,08 60,60 63,66 53,74 IV 63,43 59,95 57,84 60,60 47,27 V 65,72 64,15 59,30 62,40 - Rata-rata 66,17 62,63 58,30 63,60 51,37
Keterangan : (-) tidak ada sampel
5.4 Hubungan Kadar Karbon dengan Berat Jenis (BJ)
Berat jenis merupakan rasio antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada kondisi anomali air (4,4oC). Sedangkan kadar karbon merupakan hasil pengurangan persen penuh (100%) dengan kadar zat terbang dan kadar abu.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan kadar karbon dengan berat jenis melalui model persamaan dengan menggunakan pendekatan diameter (Dbh) dan tinggi bebas cabang pohon hingga diperoleh persamaan yang terpilih. Model persamaan tersebut disajikan pada Tabel 8.
28
Tabel 8 Model hubungan kadar karbon dengan berat jenis kayu jati
No. Model Persamaan S P
R-Sq (adj) (%) F hit F tabel (95%) F tabel (99%) 1. = 74,13 10,20 0,018 0,245tn 21,30 2,08 10,13 34,12 2. = 112,20 10,41 2−0,09. 0,026 0,000** 43,10 11,98 3,35 5,49 3. = 112,20 10,41 2−0,09 3−0,01. 0,026 0,001** 41,00 7,73 2,98 4,64 Keterangan : Y : kadar karbon (%) X1 : berat jenis X2 : diameter (Dbh)
X3 : tinggi bebas cabang (Tbc)
** : sangat nyata (P < 0,01) pada selang kepercayaan 99% * : nyata (P 0,01 – 0,05) pada selang kepercayaan 95%
tn
: tidak nyata (P > 0,05)
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 8 diketahui bahwa model terbaik yang dapat digunakan untuk menganalisis hubungan kadar karbon dengan berat jenis adalah
= 112,20 10,41 2−0,09 dengan nilai R-Sq (adj) sebesar 43,10% dan P-value sebesar 0,000. Nilai ini menunjukkan bahwa persamaan yang digunakan dapat diterima (P < 0,01) dan memiliki Fhitung yang lebih besar dibandingkan dengan nilai Ftabel, sehingga peubah bebas berat jenis memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan kadar karbon sedangkan peubah bebas diameter (Dbh) tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai kadar karbon. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai negatif (-0,09) yang dipengaruhi oleh kehomogenan ragam yang tidak terpenuhi.
Untuk dapat mengetahui keeratan hubungan persamaan yang telah diperoleh yaitu = 112,20 10,41 2−0,09, dilakukan uji korelasi yang disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil uji korelasi model persamaan
Berat Jenis Diameter (Dbh)
Kadar Karbon 0,423* -0,254ts Sig. 0,020 0,175 Berat Jenis 0,438* Sig. 0,015 Keterangan : * : signifikan pada P < 0,05 ts : tidak signifikan Sig. : signifikan (P < 0,05)
Berdasarkan hasil uji korelasi pada Tabel 9, diketahui bahwa kadar karbon dan berat jenis memiliki hubungan yang signifikan. Hasil tersebut ditunjukkan oleh besarnya nilai korelasi pada variabel kadar karbon terhadap berat jenis sebesar 0,423 dan signifikan antara kedua variabel sebesar 0,020 (P < 0,05) yang berarti bahwa
29
hubungan kedua variabel signifikan dengan nilai P < 0,05 dan variabel berat jenis mempengaruhi besarnya nilai variabel kadar karbon. Hal yang sama juga terdapat pada hubungan berat jenis dengan diameter (Dbh) yang ditunjukkan oleh besarnya nilai korelasi pada kedua variabel sebesar 0,438 dan signifikan antara kedua variabel 0,015 (P < 0,05).
Variabel diameter (Dbh) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kadar karbon. Hal ini dtunjukkan pada nilai korelasi kedua variabel tersebut bernilai negatif (-0,254) dan nilai signifikan kedua variabel sebesar 0,175 (P > 0,05), sehingga diameter (Dbh) tidak mempengaruhi besarnya nilai kadar karbon. Young (1982) dalam Adiriono (2009) mengatakan bahwa ukuran korelasi dinyatakan sebagai berikut:
1. 0,70 - 1,00 menunjukkan adanya tingkat hubungan yang tinggi
2. 0,04 - < 0,70 menunjukkan adanya tingkat hubungan yang substansial 3. 0,20 - < 0,40 menunjukkan adanya tingkat hubungan yang rendah 4. < 0,20 menunjukkan tidak adanya hubungan
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa berat jenis memiliki hubungan yang signifikan terhadap kadar karbon, sedangkan diameter tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kadar karbon namun memiliki hubungan yang signifikan terhadap berat jenis.
5.5 Uji t-student Nilai Kadar Karbon dan Berat Jenis Bagian-bagian Pohon Jati (Tectona grandis L. f.)
Selain dilakukan uji korelasi dari persamaan yang telah diperoleh, dilakukan juga uji beda nyata untuk mengetahui perbedaan nilai kadar karbon dan berat jenis pada bagian-bagian pohon jati (batang utama, cabang, ranting, akar, dan daun) dengan menggunakan uji t-student. Hasil pengujian disajikan dalam Tabel 10 dan Tabel 11. Tabel 10 Uji t-student kadar karbon bagian-bagian pohon jati
Bagian Pohon Cabang-Ranting Akar Daun
Batang 0,027* 0,000** 0,000**
Cabang-Ranting 0,010* 0,000**
Akar 0,000**
Keterangan :
** : sangat nyata (P < 0,01) pada selang kepercayaan 99% * : nyata (P 0,01 – 0,05) pada selang kepercayaan 95%
30
Tabel 11 Uji t-student berat jenis bagian-bagian pohon jati
Bagian Pohon Cabang-Ranting Akar Daun
Batang 0,006* 0,005* 0,000**
Cabang-Ranting 0,027* 0,000**
Akar 0,000**
Keterangan :
** : sangat nyata (P < 0,01) pada selang kepercayaan 99% * : nyata (P 0,01 – 0,05 pada selang kepercayaan 95%
Pada Tabel 10 diketahui bahwa uji beda nyata kadar karbon pada batang utama, cabang-ranting, akar dan daun menunjukkan hasil uji dengan perbedaan nyata sampai sangat nyata. Sedangkan pada Tabel 11 yang menyajikan hasil uji beda nyata berat jenis pada bagian-bagian pohon menunjukkan perbedaan nyata sampai sangat nyata dari nilai berat jenis pada bagian-bagian pohon jati.
5.6 Uji t-student Nilai Kadar Karbon dan Berat Jenis Pohon Jati (Tectona grandis L. f.) Berdasarkan Kelas Umur
Uji beda nyata dengan menggunakan t-student juga dilakukan pada nilai-nilai kadar karbon dan berat jenis setiap pohon berdasarkan kelas umur. Hasil uji t-student disajikan pada Tabel 12 dan Tabel 13.
Tabel 12 Uji t-student kadar karbon pohon jati berdasarkan kelas umur
KU II KU III KU IV KU V KU I 0,055tn 0,314tn 0,623 tn 0,334 tn KU II 0,203tn 0,011* 0,139tn KU III 0,132tn 0,924tn KU IV 0,346tn Keterangan : KU : Kelas Umur
** : sangat nyata (P < 0,01) pada selang kepercayaan 99% * : nyata (P 0,01 – 0,05) pada selang kepercayaan 95%
tn
: tidak nyata (P > 0,05)
Tabel 13 Uji t-student berat jenis pohon jati berdasarkan kelas umur
KU II KU III KU IV KU V KU I 0,000** 0,001** 0,000** 0,005** KU II 0,154tn 0,123tn 0,239tn KU III 0,585tn 0,774tn KU IV 0,802tn Keterangan : KU : Kelas Umur
** : sangat nyata (P < 0,01) pada selang kepercayaan 99% * : nyata (P 0,01 – 0,05) pada selang kepercayaan 95%
tn
31
Berdasarkan hasil pada Tabel 12, diketahui bahwa perbedaan yang hanya terdapat antara nilai kadar karbon pohon pada kelas umur (KU) II dengan KU IV, sedangkan antara pohon pada KU lainnya tidak terdapat perbedaan yang nyata nilai kadar karbonnya. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kadar karbon diantaranya keadaan tempat tumbuh seperti kesuburan tanah.
Hasil uji t-student nilai berat jenis pada Tabel 13 memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata antara nilai berat jenis pohon pada KU I dengan KU II, KU III, KU IV, dan KU V. Namun terdapat perbedaan yang tidak nyata antara KU II, KU III, KUIV, dan KU V. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tebal dinding sel, umur, tempat tumbuh, dan kecepatan tumbuh.
VI KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang nyata atau erat antara kadar karbon dengan berat jenis pohon jati.
2. Terdapat hubungan yang erat antara berat jenis pohon dengan diameter dan tinggi bebas cabang pohon.
3. Terdapat perbedaan nyata nilai-nilai kadar karbon pada bagian-bagian pohon jati. 4. Terdapat perbedaan nyata nilai-nilai berat jenis pada bagian-bagian pohon jati. 5. Persamaan hubungan kadar karbon dengan berat jenis pohon jati terpilih
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi SS. 1990. Diktat Kimia Kayu. Bogor: Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor.
Adiriono T. 2009. Pengukuran Kandungan Karbon (Carbon Stock) dengan Metode Karbonasi pada Hutan Tanaman Jenis Acacia crassicarpa [tesis]. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Anonim. 1993. Stastistik Kehutanan Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan. [ASTM] American Society For Testing Material. 1990a. ASTM D 2866-94.
Standard Test Method for Total Ash Content of Actived Carbon. Philadelphia.
[ASTM] American Society For Testing Material. 1990b. ASTM D 5832-98.
Standard Test Method for Volatile Matter Content of Activated Carbon. Philadelphia.
Brown HP, Panshin AJ, dan Forsaith CC. 1952. Textbook of Wood Technology. Vol. II. New York: McGraw-Hill.
Dewi M. 2011. Model Persamaan Alometrik Masa Karbon Akar dan Root to Shoot Ratio Biomassa dan Massa karbon Pohon Mangium (Acacia mangium Wild) di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat dan Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Dumanauw JF. 2001. Mengenal Kayu. Cet ke-11. Yogyakarta: Kanisius 120 hal. Elias. 2010. Inovasi Metodologi dan Estimasi Cadangan Karbon dalam Hutan
dalam Rangka Program Reduced Emissions from Deforestation and Degradation (REDD) Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Elias dan Wistara NJ. 2009. Metode Estimasi Massa Karbon Pohon Jeunjing (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) di Hutan Rakyat. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XV (2) : 75-82.
Firmanti A, Dirgantara, dan Aini. 2000. Penurunan Nilai Karakteristik Kayu-kayu Cepat Tumbuh. Kumpulan Abstrak Seminar Nasional III Mapeki. Jatinangor, 22-23 Agustus 2000. pp. 11.
Forest Product Laboratory. 1987. Wood Handbook: Wood as an engineering material. Agric. Handbook 72. Washington DC. U.S. Department.
Green DW, Winandy JE, and Kretschmann DE. 1999. Mechanical Properties Wood. Dalam Wood Handbook Wood as and Engineering Material. USDA: Madison.
34
Hadjib N, Muslich M, Sumarni G. 2006. Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Jati Super dan Jati Lokal dari Beberapa Daerah Penanaman. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24(4):359-369. Bogor: Pusat Litbang Hasil Hutan.
Haygreen JG, Bowyer JL. 1982. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Hadikusumo SA, penerjemah; Prawirohatmojo S, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada.
Hilmi S. 2003. Model Pendugaan Karbon pada Pohon Kelompok Rhizophora spp. dan Bruguiera spp. dalam Tegakan Hutan Mangrove (Studi Kasus di Indragir Hilir, Riau). [disertasi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kaosa-ard A. 1977. Tectona grandis Linn f. Its Natural Distribution and Related Factors. Royal Forest Departemen, Bangkok, Thailand
[KPH] Kesatuan Pemangkuan Hutan Balapulang. 2011a. Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) (High Conservation Value Forest- HCVF) KPH Balapulang. Tegal: Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah KPH Balapulang
[KPH] Kesatuan Pemangkuan Hutan Balapulang. 2011b. Dampak Pengelolaan dan Pemantauaan Lingkungan (DPPL). Tegal: Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah KPH Balapulang.
Kwatrina RT, Sugiarti, dan Sukmana. 2005. The Biomass and Carbon Prediction of Eucalyptus grandis at PT. Toba Pulp Lestari, Aek Nauli, North Sumatera. Journal of Forest and Nature Conservation Research. 2 (5) : 507-517.
Langi YAR. 2007. Model Penduga Biomassa dan Karbon Pada Tegakan Hutan Rakyat Cempaka (Elmerrillia Ovalis) dan Wasian (Elmerrrillia Celebica) di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Ludang Y and Jaya HP. 2007. Biomass and Carbon Content in Tropical Forest of Central Kalimantan. Journal of Applied Sciences in Environmental Sanitation 2 (1) : 7-12.
Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, dan Prawira SA. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 1. Bogor: Balai Penelitian dan Penelitian Pertanian.
Martawijaya A, Kartasujana I, Madang YI, Prawira SA, Kadir K. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid 2. Jakarta: Departemen Kehutanan.
Mulyana D dan Asmarahman C. 2010. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Jakarta: Agro Media Pustaka.
35
Na’iem M. 2002. Pentingnya Penggunaan Benih Unggul Dalam Pembuatan Tanaman Jati dan Standarisasi Mutu Bibit Secara Nasional. Makalah dalam Diskusi Penyediaan Bibit Unggul Jati tanggal 9 Agustus 2002. Yogyakarta: Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Panshin AJ and Carl de Zeeuw. 1970. Textbook of Wood Technology. Vol.1. New York: Mcgraw Hill Book Co.
Sadiyo S. 1989. Pengaruh Kombinasi Jenis kayu dan Jenis Perekat Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Panel Diagonal Lambung Kapal [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Simpson AJ and Carl de Zeeuw. 1964. Textbook of Wood Technology. 4th ed. New York: McGraw-Hill.
Soenardi. 1976. Sifat-sifat Kimia Kayu. Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Tewari DN. 1992. Sebuah monografi pada jati (Tectonia grandis Linn.f.) Distributor Buku. Internasional.
Tobing TL. 1976. Kayu sebagai Bahan Bangunan. Bogor: Proyek Penterjemah Literatur Kehutanan. Fakultas Kehutanan. IPB.
Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood Structure, Properties, Utilizatin. Van Nostrand Reinhold New York.
Walker JCF. 1993. Water and Wood. Dalam Primary Wood Processing. London: Chapman and Hall.
Widhiastuti R dan Aththorick. 2006. Diktat Ekologi Tumbuhan. Medan: Departemen Biologi FMIPA USU.
37
Lampiran 1 Kadar Air Pohon Jati Kelas
Umur
No.
Pohon Batang Cabang Ranting Daun Akar
I 1 102,14 - 86,06 15,58 131,84 2 95,64 114,28 52,48 9,07 127,23 3 81,66 - 79,26 7,61 109,90 4 105,48 - 67,57 4,61 110,33 5 121,75 - 70,17 176,63 119,42 6 175,67 - 77,46 92,42 82,10 II 1 90,50 66,51 62,91 83,71 69,01 2 78,89 47,24 63,75 104,59 75,39 3 78,40 - 62,75 82,70 84,49 4 50,09 - 58,77 98,17 105,95 5 50,22 57,16 57,16 127,59 75,86 6 125,24 - 94,95 126,22 80,70 III 1 92,45 62,10 42,48 256,26 57,68 2 89,86 62,69 50,13 132,23 74,77 3 76,75 - 51,58 133,77 80,16 4 62,97 - 52,07 90,54 70,46 5 87,11 - 51,43 99,14 71,77 6 51,06 - 57,65 79,09 62,51 IV 1 86,91 - 85,05 65,76 90,36 2 63,39 86,78 89,59 69,86 76,12 3 90,94 - 84,39 1,23 80,87 4 82,15 83,54 89,72 40,70 92,54 5 89,01 - 73,59 43,26 80,14 6 80,57 - 91,75 46,94 83,19 V 1 24,12 - 12,35 - 66,44 2 27,46 - 31,08 - 57,72 3 50,72 37,83 18,87 - 58,61 4 40,53 - 17,33 - 56,95 5 58,11 - 17,10 - 74,51 6 34,06 - 18,15 - 60,06
38
Lampiran 2 Berat Jenis Pohon Jati
Kelas Umur
No. Pohon
Berat Jenis Biomassa (kg)
Rata-rata BJ Proporsional
Batang Cabang+
Ranting Daun Akar
Batang (kg) Cabang+ Ranting (kg) Daun (kg) Akar (kg) I 1 0,46 0,36 0,15 0,43 8,90 2,39 0,69 2,18 0,43 2 0,45 0,92 0,16 0,46 13,78 3,19 0,76 3,31 0,51 3 0,36 0,30 0,17 0,48 12,77 4,57 1,07 3,81 0,36 4 0,33 0,45 0,17 0,47 7,72 3,10 3,82 3,00 0,34 5 0,40 0,33 0,09 0,45 31,54 3,67 1,95 2,96 0,38 6 0,38 0,44 0,19 0,53 17,70 1,24 0,59 1,76 0,39 II 1 0,56 1,12 0,07 0,62 90,36 11,22 3,81 49,11 0,61 2 0,57 1,15 0,09 0,59 67,13 8,68 2,93 43,33 0,61 3 0,56 0,57 0,11 0,59 77,20 10,45 4,38 46,07 0,55 4 0,64 0,58 0,12 0,53 98,48 10,08 4,04 40,79 0,59 5 0,62 1,16 0,11 0,60 131,73 14,93 3,95 51,18 0,65 6 0,60 0,57 0,13 0,59 72,80 6,67 3,09 40,95 0,59 III 1 0,53 1,22 0,12 0,64 313,56 22,95 3,37 71,03 0,58 2 0,53 1,23 0,07 0,61 294,57 17,15 4,74 62,94 0,57 3 0,55 0,61 0,10 0,59 449,34 17,81 5,13 69,38 0,55 4 0,54 0,59 0,11 0,64 389,03 16,44 5,25 70,98 0,55 5 0,54 0,62 0,10 0,63 319,16 17,83 10,00 66,37 0,55 6 0,62 0,59 0,06 0,67 537,79 18,40 7,82 79,99 0,62 IV 1 0,57 0,48 0,08 0,58 636,49 50,80 12,67 101,39 0,56 2 0,61 0,96 0,10 0,60 898,36 64,25 12,36 121,51 0,62 3 0,54 0,47 0,18 0,58 826,52 58,03 25,69 123,29 0,53 4 0,55 0,95 0,14 0,58 656,23 59,85 16,35 104,91 0,58 5 0,52 0,47 0,07 0,58 456,30 50,12 13,26 107,14 0,51 6 0,58 0,48 0,10 0,55 658,01 49,02 13,61 107,54 0,56 V 1 0,57 0,51 - 0,57 871,46 32,04 - 97,93 0,57 2 0,54 0,53 - 0,56 764,55 25,18 - 100,18 0,54 3 0,57 1,15 - 0,56 951,64 44,14 - 107,18 0,59 4 0,61 0,56 - 0,57 402,35 24,72 - 74,55 0,60 5 0,50 0,52 - 0,58 316,51 17,08 - 62,46 0,51 6 0,58 0,55 - 0,57 611,69 26,24 - 84,97 0,58
39
Lampiran 3 Kadar Karbon Pohon Jati
Kelas Umur
No. Pohon
Karbon per Bagian Pohon (%) Biomassa (kg)
Rata-rata % Karbon Proporsional
Batang Cabang+
Ranting Akar Daun
Batang (kg) Cabang+ Ranting (kg) Akar (kg) Daun (kg) I 1 70,69 64,15 72,09 51,30 8,90 2,39 2,18 0,69 68,85 2 68,54 120,69 60,50 47,25 13,78 3,19 3,31 0,76 74,41 3 71,22 54,46 67,22 45,36 12,77 4,57 3,81 1,07 65,84 4 65,33 56,39 62,59 48,43 7,72 3,10 3,00 3,82 59,62 5 60,06 53,21 59,59 45,77 31,54 3,67 2,96 176,63 48,19 6 57,92 50,80 57,37 48,03 17,70 1,24 1,76 0,59 57,19 II 1 67,23 132,06 66,28 58,46 90,36 10,32 49,11 3,81 71,07 2 78,73 134,63 73,07 57,60 67,13 8,24 43,33 2,93 79,99 3 68,75 63,57 68,09 53,35 77,20 10,45 46,07 4,38 67,65 4 67,52 61,84 65,92 52,68 98,48 10,08 40,79 4,04 66,33 5 70,50 128,91 66,13 57,12 131,73 13,97 51,18 3,95 73,19 6 69,71 65,34 69,26 61,49 72,80 6,67 40,95 3,09 69,12 III 1 69,78 128,95 66,09 59,44 313,56 20,80 71,03 3,37 72,06 2 60,10 112,38 57,93 50,07 294,57 16,08 62,94 4,74 61,83 3 61,93 57,23 61,10 50,56 449,34 17,81 69,38 5,13 61,56 4 66,42 64,89 66,23 60,12 389,03 16,44 70,98 5,25 66,27 5 63,28 60,57 62,45 52,01 319,16 17,83 66,37 99,14 60,85 6 72,47 61,69 68,14 50,24 537,79 18,40 79,99 7,82 71,35 IV 1 65,14 59,47 61,57 44,54 636,49 50,80 101,39 12,67 64,00 2 62,69 115,44 61,12 50,68 898,36 64,25 121,51 12,36 65,47 3 60,85 58,16 58,38 41,04 826,52 58,03 123,29 25,69 59,92 4 63,67 118,34 61,94 48,74 656,23 59,85 104,91 16,35 67,07 5 61,35 55,61 59,59 50,40 456,30 50,12 107,14 13,26 60,36 6 66,89 59,92 61,01 48,22 658,01 49,02 107,54 13,61 65,41 V 1 61,55 54,27 59,90 - 871,46 32,04 97,93 - 61,15 2 64,69 60,96 61,10 - 764,55 25,18 100,18 - 64,18 3 71,02 126,78 67,76 - 951,64 39,47 107,18 - 72,71 4 64,88 58,87 62,02 - 402,35 24,72 74,55 - 64,16 5 70,94 62,94 65,22 - 316,51 17,08 62,46 - 69,69 6 61,21 56,14 58,40 - 611,69 26,24 84,97 - 60,70
40
Lampiran 4 Analisis Regresi
Regression Analysis: Log %C versus Log BJ
The regression equation is Log %C = 1.87 + 0.196 Log BJ
Predictor Coef SE Coef T P Constant 1.87409 0.04624 40.53 0.000 Log BJ 0.1958 0.1357 1.44 0.245 S = 0.0183414 R-Sq = 41.0% R-Sq(adj) = 21.3% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 0.0007006 0.0007006 2.08 0.245 Residual Error 3 0.0010092 0.0003364 Total 4 0.0017099
Regression Analysis: Log %C versus Log BJ, Log Dbh
The regression equation is
Log %C = 2.05 + 0.407 Log BJ - 0.0935 Log Dbh
Predictor Coef SE Coef T P Constant 2.05358 0.04924 41.70 0.000 Log BJ 0.40667 0.08727 4.66 0.000 Log Dbh -0.09347 0.02408 -3.88 0.001 S = 0.0260244 R-Sq = 47.0% R-Sq(adj) = 43.1% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 2 0.0162317 0.0081158 11.98 0.000 Residual Error 27 0.0182862 0.0006773 Total 29 0.0345179 Source DF Seq SS Log BJ 1 0.0060274 Log Dbh 1 0.0102043 Unusual Observations
Obs Log BJ Log %C Fit SE Fit Residual St Resid 27 -0.227 1.86157 1.80755 0.00792 0.05402 2.18R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Regression Analysis: Log %C versus Log BJ, Log Dbh, Log Tbc
The regression equation is
41
Lampiran 4 Analisis Regresi (Lanjutan)
Predictor Coef SE Coef T P Constant 2.05376 0.05014 40.96 0.000 Log BJ 0.40757 0.08892 4.58 0.000