• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Tanaman karet

1. Sejarah tanaman karet

Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara dibawa oleh Henry Wickham. Saat ini Negara - negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia (Santi, 2009).

Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2,2 juta ton (Anwar, 2006).

2. Macam-macam tanaman karet

Berikut ini akan disampaikan uraian singkat tentang ciri-ciri beberapa klon penting atau ungul yang dianjurkan oleh Balai-balai penelitian untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya karet dewasa ini. Klon-klon yang dimaksud adalah: GT 1, AVROS 2037, PR 228, PR 255, PR 300, PR 303, dan RRIM 600 (Anonim 2013).

1. Klon GT 1

Silsilah dari klon GT1 adalah Klon Primer yang memiliki ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut:

o Batang: agak jagur, tegak sampai agak bengkok-bengkok, silindris samapai agak pipih.

o Kulit batang: warna cokla tua sampai kehitam-hitaman, celah-celah berupa berupa jala dan sempit, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun agak besar dan berbonggol.

o Payung: bentuk kerucut terpotong, agak besar dan tertutup, tangkai daun agak jarang atau sedang, jarak antar paying agak dekat sampai sedang.

o Tangkai daun: bentuk agak cembung dan hampir berbentuk huruf S, agak kurus dan agak pendek, arahnya mendatar sampai agak terkulai, kaki tangkai daun agak besar dan bagian atasnya agak rata.

o Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, pendek, arahnya terjungkat (keatas), membentuk sudut sempit (< 60o).

o Helai daun: warna hijau tua agak mengkilat, agak kaku, bentuknya elips, panjangnya 2x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan ekor agak panjang, penampang melintang cekung, penampang memanjang lurus, letak daun ke bawah dan terkulai, helai daun

terpisah sampai bersinggungan, daun tengah sejajar dengan daun pinggir, daun pinggir tidak simetris.

o Warna lateks: putih. 2. Klon AVROS 2037

Memiliki silsilah AVROS 256 x AVROS 352 dengan ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak agak melengkung, silindris.

o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa jala dan sempit sekali, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya dalam lekukan, bekas pangkal tangkai daun kecil dan rata.

o Payung: bentuk kerucut, sedang, terbuka, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya agak cembung, panjang, kurus, arahnya mendatar agak ke bawah sedikit, pangkal tangkai daun kecil dan bagian atasnya rata.

o Anak tangkai daun: bentuknya pendek, lurus, gemuk, arahnya terhadap tangkai daun terjungkat (ke atas), membentuk sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun: warna hijau kekuning-kuningan, suram, tipis tidak kaku, bentuknya elips sampai agak oval, panjang 2,5x lebar, pinggir daun sedikit bergelombang tak teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan ekor daun pendek,

penampang melintang rata, penampang memanjang agak cembung sedikit, letak daun agak sedikit terkulai, helaian daun bersinggungan sampai tumpang tindih, daun tengah dibawah kedua daun pinggir.

o Warna lateks: putih kekuning-kuningan. 3. Klon PR 228

Memiliki silsilah BR 2 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa alur sempit tak teratur, lentisel agak banyak dan agak kasar.

o Payung: bentuk busur sampai setengah bulatan, besar, agak tertutup, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya lurus hampir berbentuk huruf S, agak panjang, agak lurus, arahnya terjungkat sampai agak mendatar, kaki tangkai sedang dengan sedikit lekukan dibagian atasnya.

o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, agak pendek, gemuk, arahnya terhadap tangkai daun ke atas, membentuk sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun: warna hijau kekuning-kuningan, agak kaku, bentuknya oval, panjang 2,5x lebar, pinggir daun rata, ujung daun lebar dan garis tepinya melengkung dengan ekor daun pendek, penampang melintang rata, penampang memanjang

lurus, letak daun agak terkulai, letak helai daun bersinggungan sampai sedikit tumpang tindih, daun tengah agak dibawah dari daun pinggir dan terpuntir.

o Warna lateks: putih kekuning-kuningan. 4. Klon PR 255

Memiliki silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda dari klon ini adalah sebagai berikut:

o Batang: Besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat kehitam-hitaman, celah-celah berupa alur, lebar, tak teratur, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun menonjol dan agak kecil.

o Payung: bentuk busur, agak besar, agak terbuka, tangkai daun rapat/padat, jarak antar payung agak jauh.

o Tangkai daun: bentuk lurus agak cembung, panjang, kurus, arahnya mendatar sampai agak ke atas, pangkal tangkai daun agak kecil dan bagian atasnya belekuk.

o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, panjang, arahnya terhadap tangkai daun lurus, membentuk sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun : warna hijau agak kusam, agak kaku, bentuknya elips panjang, panjang 21/4 x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak menyempit dan garis tepinya hampir lurus dengan ekor daun agak panjang, penampang melintang rata, penampang

memanjang lurus, letak daun tegak agak terkulai, antar daun terpisah, daun tengah dibawah daun pinggir dan terpuntir.

o Warna lateks: kuning. 5. Klon PR 300

Memiliki silsilah PR 226 x PR 228 dengan ciri-ciri tanaman muda adalah sebagai berikut:

o Batang: agak besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa jala agak lebar, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya agak menonjol, bekas pangkal tangkai daun sedang dan rata.

o Payung: bentuk busur, agak kecil, terbuka, tangkai-tangkai daun padat, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya hampir lurus, agak pendek, agak lurus, arahnya mendatar sampai agak keatas, pangkal tangkai daun agak kecil dan bagian atasnya rata.

o Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, agak panjang, kurus, arahnya terhadap tangkai daun terjungkat (keatas), membentuk sudut sempit (< 60o).

o Helai daun: warna hijau kekuning - kuningan, agak kusam, tipis dan agak kaku, bentuk oval panjang, panjang 2,75 x lebar, pinggir daun agak bergelombang tak teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya lengkung dengan ekor daun agak panjang,

penampang melintang agak cekung, penampang memanjang lurus, letak daun tegak agak terkulai, helaian daun terpisah, daun tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir.

o Warna lateks: kekuning-kuningan. 6. Klon PR 303

Yang mempunyai silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda adalah sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat, celah - celah berupa alur tak teratur dan sempit.

o Mata: letaknya hampir rata, bekas pangkal tangkai daun agak besar dan rata.

o Payung: bentuk busur, agak besar, terbuka, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya hampir lurus, agak panjang, sedang, arahnya mendatar samapi agak ke atas, pangkal tangkai daun agak besar dan bagian atasnya berlekuk.

o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, panjang, agak kurus, arahnya terhadap tangkai daun lurus, membentuk sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun: warna hijau, kusam, tipis agak kaku, bentuknya oval agak panjang, panjang 2,5 x lebar, pinggir daun bergelombang teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya agak melengkung

dengan ekor daun pendek, penampang melintang rata, penampang memanjang lurus, letak daun tegak agak ke bawah, helaian daun terpisah sampai bersinggungan, daun tengah agak dibawah sedikit dari kedua daun pinggir dan terpuntir, helaian daun pinggir simetris.

o Warna lateks: kekuning-kuningan. 7. Klon LCB 1320

Klon ini memiliki silsilah Klon Primer dengan ciri - ciri tanaman muda adalah sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat, celah-celah merupakan alur panjang dan sempit kadang - kadang terputus - putus, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya rata dan bekas tangkai daun besar dan agak berbonggol.

o Payung: bentuk setengah bulatan sampai kerucut terpotong, besar, agak terbuka, tangkai daun agak rapat, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya lurus sampai sedikit cembung, panjang, arahnya menjungkat, membentuk + 60o.

o Helai daun : warna hijau kekuning - kuningan, berkilau, agak kaku, bentuk oval panjang, panjang 3 x lebar, pinggir daun agak bergelombang tak teratur, ujung daun lebar melengkung dengan

ekor daun agak panjang, penampang melintang datar sampai sedikit berbentuk huruf V, penampang memanjang agak cembung, letak daun landai, antar daun terpisah dan daun tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir.

o Warna lateks: putih. 8. Klon RRIM 600

Silsilah dari klon ini adalah Tjir 1 x PB 86 dengan ciri-ciri tanaman muda klon ini adalah sebagai berikut:

o Batang: agak besar, tumbuh meninggi, tegak lurus, sedikit bengkok, silindris.

o Kulit batang: warna coklat, coklat hitam dibawah bekas pangkal tangkai daun, celah - celah berupa alur tak teratur agak sempit, lentisel sedikit sekali dan halus.

o Mata: letaknya agak rata, bekas pangkal tangkai daun kecil agak berbonggol.

o Payung: bentuk busur sampai kerucut, agak kecil, agak tertutup, tangkai-tangkai daun agak jarang, jarak antar payung jauh sekali.

o Tangkai daun: bentuknya lurus agak berbentuk huruf S, panjang, agak kurus, arahnya mendatar agak keatas, pangkal tangkai daun kecil dengan lekukan dibagian atasnya.

o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, penek, kurus, arahnya terhadap tangkai daun lurus agak keatas sedikit, menbentuk sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun : warna hijau, agak mengkilat sedikit, agak lemas, bentuknya oval agak panjang, panjang 21/3 x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan garis tepinya melengkung dengan ekor dan agak panjang, penampang melintang rata, penampang memanjang lurus sedikit melengkung, letak daun terkulai, helaian daun terpisah, daun tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir.

o Warna lateks: putih.

Keterangan tentang singkatan nama-nama klon GT : Gondang Tapen

WR : Wangun Reja PR : Proefstation Rubber

LCB : Landbouw Caoutchuc Bedrijf

AVROS: Algemene Vereniging van Rubberplanters ter Ooskust van Sumatra

PPN : Perusahaan Perkebunan Negara Tjir : Tjirandji

GYT : Good Year Type

RRIM : Rubber Research Institute of Malaysia RRIC : Rubber Research Institute of Ceylon

IAN : Instituto Agronomico dede Norte (Brazil) BPM : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Medan BPPJ : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Jember RCG : Rubber Research Center Getas

IRR : Indonesian Rubber Research

3. Klasifikasi tanaman karet

Tanaman karet (Havea brasiliensis Mull Arg), merupakan tanaman tergolong tanaman tahunan berbentuk pohon cukup besar. Menurut Tjitro Soephomo (1991) Dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika berikut:

Divisi: Spermatophyta Kelas: Dikotiledoneae Ordo: Euphorbiales Famili: Euphorbiaceae Genus: Havea Spesies: Havea brasiliensis

Gambar 2.1 Tanaman Karet

4. Marfologi dan fisiologi tanaman karet

Menurut Budiman (2012), tanaman karet diperbanyak melalui okulasi, untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan batang bawah berupa tanaman pesemaian biji-biji klon anjuran, sedangkan untuk batang atas berasal dari mata klon-klon anjuran.

Untuk mendapatkan bibit yang bermutu perlu mempersiapkan kebun batang bawah dan atas (entres) dibangun sesuai dengan standar yang dianjurkan, memulai dari pemilihan lokasi sampai dengan pengelolahannya. Setelah membangun batang bawah dan kebun batang atas dapat dilakukan okulasi dengan menempel mata dari satu tanaman sejenis dengan tujuan untuk mendapatkan sifat unggul, hasil tersebut akan diperoleh bibit unggul seperti stum mata tidur, stum mini, stum tinggi, dan bibit dalam polibag namun yang sering digunakan petani adalah stum mata tidur dan bibit dalam polibag. Pengenalan ciri-ciri karet pada tanaman muda dilakukan pada tanaman berumur 10-18 bulan dengan jumlah 4-6 payung, ciri-ciri tanaman muda okulasi yang entresnya berasal dari klon tertentu, dapat ditentukan dengan memperhatikan bagian-bagian tanaman (Setyamidjaja, 1993) :

1. Batang

Dalam mengidentifikasi batang perlu diperhatikan:

 Pertumbuhan batang : dapat tumbuh besar tegap atau kurus

 Ketegakan batang: dapat tumbuh tegak lurus, bengkok, lengkung atau miring (condong).

 Bentuk batang: dapat silindris, pipih lurus, atau pipih spiral (terpuntir).

2. Kulit batang

Dalam mengidentifikasi kulit batang menggunakan ciri pada bagian yang berwarna coklat dengan memperhatikan:

 Corak kulit gabus: dilihat retak-retak kulit gabus dengan celah-celahnya. Bentuk celah ada yang panjang dan teratur, terputus-putus, seperti jalan, ada yang lebar dan ada pula yang sempit.

 Warna kulit gabus: coklat muda, coklat tua kehitam-hitaman.

 Banyaknya lentisel: banyak, sedang atau sedikit, bila diraba dengan tangan terasa kasar atau halus.

3. Mata

 Mata adalah primordia tunas yang terletak diatas bekas kedudukan pangkal tangkai daun. Dari primordial ini akan keluar tunas baru. Letak mata didalam lekukan, terlihat rata atau menonjol. Berkas pangkal tangkai daun: ada yang rata atau menonjol.

4. Payung

Ciri-ciri yang diperhatikan adalah:

 Bentuk payung: ada yang berbentuk setengah bulat, busur kerucut, atau kerucut terpotong.

 Ukuran payung hanya dapat ditentukan ukuran relatifnya, yaitu besar, kecil atau besar.

 Kepadatan payung: dengan memperhatikan letak tangkai-tangkai daun dalam satu payung, seperti padat, jarang, agak padat, atau agak jarang.

 Kerapatan permukaan payung : dengan memperhatikan keadaan permukaan payung yang dibedakan sebagai : payung tertutup,

(jika kita memandang dari samping tidak tembus ke sebrang) atau payung terbuka (jika keadaan sebaliknya)

 Jarak antar payung: dengan melihat letak payung yang di atas dan dibawahnya dan bagian payung yang tidak berdaun yang terletak diantara payung, dibedakan sebagai berikut: jauh, dekat atau agak dekat.

5. Tangkai daun

Yang diperhatikan dalam mengidentifikasi tangkai daun adalah tangkai-tangkai yang terletak dalam payung termuda yang pertumbuhannya sempurna, demikian pula untuk mengidentifikasi anak tangkai daun, helaian dan ciri-ciri yang diperhatikan ialah:

 Posisi tangkai daun : terjungkit (membentuk sudut runcing), terkulai (membentuk sudut tumpul ), mendatar/ horizontal

 Bentuk tangkai daun, yaitu benyuk tangkai secara memanjang: lurus, cembung, cekung, berbentuk huruf S.

 Ukuran tangkai daun : untuk ukuran panjang : panjang, sedang, pendek dan ukuran besar : gemuk, kurus, agak gemuk, dan agak kurus

 Ukuran pangkal tangkai (kaki tangkai): pada pangkal ada yang berbentuk besar, kecil atau sedang. Bagian atas: ada yang berlekuk, rata atau cembung.

6. Anak tangkai daun

Posisi anak tangkai daun terhadap tangkai daun: terjungkat, dan searah dengan arah tangkai daun. Ukuran anak tangkai daun: dilihat dari panjangnya dan ukuran besarnya. Bentuk anak tangkai daun: lurus atau melengkung. Besarnya sudut yang dibentuk oleh anak tangkai daun yang ditengah, pinggir, dengan besar sudut: besar bila sudut lebih dari 600, kecil jika kurang dari 600, dan sedang bila sudutnya antara 600.

7. Helaian daun

Warna kilau dan lekukan daun yakni hijau muda, hijau tua, dan hijau kekuningan, berkilau atau kusam, lekukan kaku atau tidak. Bentuk helaian daun: elip, bulat telur, belah ketupat. Pada bagian pinggir daun dan ekor daun: agak rata bergelombang atau bergelombang. Penampang daun: bentuk penambang memanjang dari daun sampai ekor lurus atau cembung dan bentuk penampang melintang daun: datar, cembung, cekung, atau berbentuk huruf V. letak daun terhadap permukaan payung terkulai, dan tegak standar dan tembus pandang, atau antara keadaan terkulai dan mendatar.

Letak helai daun dan posisi letak daun tengah: letak helaian daun dipengaruhi oleh ukuran panjang anak tangkai daun, besarnya sudut yang dibentuk oleh anak daun, dan besarnya bagian lebar dari helaian daun. Letak helaian daun ada yang terpisah, bersinggungan atau saling tumpang tindih, untuk simetris helaian

daun pinggir ada yang simetris (setangkup) dan ada yang tidak. Pada daun helaian pinggir yang tidak simetris, bagian helaian daun sebelah kiri tulang daun utama tidak sama lebarnya dengan bagian sebelah kanan tulang daun utama.

8. Warna lateks

Klon karet mempunyai warna latek putih, putih kekuning-kuningan atau kuning. Warna latek juga dapat membedakan klon yang satu dengan yang lain.

9. Akar

Perakaran tanaman karet tersusun atas akar tunggang, akar lateral dan akar baru. Akar lateral pertumbuhannya menyebar ke segala arah. Ketiga akar ini adalah sistem dari tanaman yang berada pada bagian bawah permukaan tanah dan berperan besar dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Perkembangan perakaran tanaman pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu energi yang tersedia dalam jaringan tanaman dan keadaan lingkungan pertumbuhan akar.

Pada mulanya pertumbuhan akar hanya terbatas pada daerah sekitar pohon setelah lebih dari lima tahun, akar mulai menyebar lebih jauh lagi dari pohon. Panjang akar tunggang mampu mencapai kedalaman dua meter atau lebih, sedangkan akar lateralnya mampu menyebar hingga 20 meter atau lebih. Fungsi utama akar tanaman karet yaitu sebagai penopang berdirinya

tanaman dan sebagai organ yang berfungsi dalam pengambilan air dan unsur hara dari dalam tanah. Akar merupakan organ tanaman yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman karet, maka dari itu akar tanaman karet harus tumbuh dengan baik agar dihasilkan tanaman yang baik.

Kulit batang tanaman karet memiliki struktur anatomi seperti tanaman dikotil lainnya. Pada bagian kulit batang karet terdapat pembuluh latek, yang banyak mengandung getah atau latek.

10.Ciri-ciri khusus

Kadang-kadang pada klon tertentu memiliki ciri khusus seperti: lelehan lateks, helaian daun tengah yang terpuntir, lateks yang berubah warna menjadi ungu, dan lain-lain. Mengenai ciri - ciri diatas hampir semuanya dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya seperti: jenis tanah, tinggi tempat, kesuburan tanah, pemupukan, iklim, dan lain-lain.

Berikut ini akan disampaikan uraian singkat tentang ciri - ciri beberapa klon penting atau ungul yang dianjurkan oleh balai-balai penelitian untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya karet dewasa ini. Klon-klon yang dimaksud adalah: GT 1, AVROS 2037, PR 228, PR 255, PR 300, PR 303, dan RRIM 600 (Anonim, 2013).

5. Syarat tumbuh

Menurut Syakir (2010), membangun kebun karet diperlukan teknologi budidaya karet yang mencakup beberapa kegiatan yaitu: syarat tumbuh tanaman karet, klon-klon rekomendasi, bahan tanam, pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama serta penyadapan/panen.

Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang merupakan syarat hidupnya. Lebih rinci syarat tumbuh diuraikan sebagai berikut:

a. Iklim

Daerah yang cocok adalah pada zona antara 150 LS dan 150 LU, dengan suhu harian 25-30 oC.

b. Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000- 2.500mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5-7 jam/hari.

c. Tinggi tempat

Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200-400 m dari permukaan laut. Pada ketinggian >400 m dpl dan suhu harian lebih dari 30oC, mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik.

d. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m, batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.

e. Tanah

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Tanah - tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang cukup baik. Padas pada lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah terganggu.

Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah pH 5 - 6. Batas toleransi pH tanah

adalah 4-8. Sifat - sifat tanah yang cocok pada umumnya antara lain; aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan <16% serta permukaan air tanah < 100 cm.

6. Hama dan penyakit

Beberapa penyakit gugur daun yang banyak dijumpai di pembibitan antara lain; Penyakit gugur daun oidium, colletotrichum, corynespora

dan Helminthosporium.

a. Penyakit gugur daun Oidium

Gejala pada daun terdapat masa tepung berwarna putih melekat pada permukaan bawah daun, kemudian berkembang menyebabkan bercak transparan sehingga pertumbuhan daun tidak normal, agak berkeriput. Masa tepung jamur tersebut dapat juga menutupi permukaan atas daun. Daun muda yang masih berwarna coklat tembaga jika terserang akan gugur, sedangkan daun-daun yang lebih dewasa tidak gugur akan tetapi fungsi untuk berfotosintesis tidak maksimal. Serangan pada pembibitan batang bawah menyebabkan tanaman gundul dan pertumbuhan terhambat sehingga waktu okulasi tertunda. b. Penyakit gugur daun Corynespora

Jamur Corynespora cassiicola terutama menyerang daun, baik pada tanaman muda maupun tanaman tua. Gejala diawali

Dokumen terkait