• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian pupuk probiotik nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (havea brasiliensis).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian pupuk probiotik nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (havea brasiliensis)."

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET

(Havea brasiliensis)

Wayan Agus Yona Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma

Pertanian karet (Havea brasiliensis) memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia yang merupakan negara produsen karet yang memiliki arti penting bagi perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan karet yang semakin meningkat seiring perkembangan zaman, dimana standar kehidupan manusia juga terus berkembang.

Penelitian bagi kepentingan pembaharuan penyiapan bibit kiranya perlu dilakukan dalam pembuatan kebun karet dengan fokus pada pupuk khusus yakni pemberian Nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis). Pemberian pupuk probiotik Nopkor pada tanaman Karet (Havea brasiliensis) dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan efektifitas Nopkor terhadap pertumbuhan bibit karet dipolibag dengan teknik stum okulasi mata tidur varietas RRIC yang dilaksanakan di desa Tugu Sempurna II pada 1 Februari dan berakhir pada tanggal 12 Juni 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan menggunakan 30 sampel tanaman yang terdiri dari 15 perlakuan Nopkor dan 15 tanaman sebagai kontrol, dengan melihat tiga parameter yaitu tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun. Hasil dari pengukuran tiga parameter tersebut dihitung dengan statistika melalui uji T-Test Independen.

Perhitungan statistik dari ketiga parameter menunjukkan tidak signifikan berarti pemberian Nopkor dan kontrol tidak terlihat perbedaan hasil. Pertumbuhan tinggi batang tanaman, diameter batang dan jumlah daun tanaman karet diperoleh tobs = -0.58055, - 0.9179 dan - 0.6596 lebih kecil dari tcrit = 2.048 (tabel tcrit)

dengan α = 0.05. Kesimpulan yang diperoleh adalah pemberian Nopkor pada tanaman karet (Havea brasiliensis) tidak berpengaruh secara efektif dalam memenuhi nutrisi menunjang proses pertumbuhan tanaman karet.

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT ON THE APPLICATION OF PROBIOTICS NOPKOR FERTILIZER UPON THE GROWTH OF SLEEP EYE OCULATION STUM (Hevea brasiliensis)

Wayan Agus Yona

Biology Education Study Program Sanata Dharma University

The agriculture of rubber (Havea brasiliensis) has a quite important role in

Indonesia’s Economics, which is also being the producer country in a role of foreign

exchange earnings and employment. This thing can be seen from the need of rubber which is getting higher as the time develops as human life standard follows.

Doing a research on rubber seed preparation renewal presumably have to be done in order to build rubber plantation focusing on the use of special fertilizer, which is Nopkor for the growth of rubber sleep eye oculation stum (Havea brasiliensis). The application of Nopkor probiotics fertilizer to rubber plant (Havea brasiliensis) on the research aimed to find out the effect and effectiveness on Nopkor to the growth of rubber seed on polybag using sleep eye oculation stum technique RRIC variety which was done in Tugu Sempurna II village on February 1, 2015 to June 12, 2015. Research method that used were experimental research using 30 sample of plants consisted of 15 Nopkor treatments and 15 plants as the control, by seeing three parameters which were the stem height, the stem diameter, and the sum of the leaves. The result of that three parameters counted statistically through T –Test Independent.

The statistical calculation of the three parameters showed that not significant, which meant the result of the application of Nopkor and control did not have different

result. The growth of rubber’s stem height, diameter and the sum of the leaves were

tobs = -0.58055, - 0.9179 and - 0.6596 smaller than tcrit = 2.048 (table tcrit) with α = 0.05. In conclusion, the application of Napkor upon rubber plant (Havea brasiliensis) did not affect effectively in completing nutrition that support the growth of rubber plant.

(3)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET (Havea

brasiliensis)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Wayan Agus Yona

Nim: 111434005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET (Havea

brasiliensis)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Wayan Agus Yona

Nim: 111434005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karyaku yang sederhana ini kupersembahkan kepada:

Ide Sanghyang Widhi Wase

Orang Tua

Kedua Adikku Tersayang

Keluarga dan Sanak Saudara

Para Sahabat

Program Studi Pendidikan Biologi

Universitas Sanata Dharma

(8)

v MOTTO

Selama kita masih punya tekad yang terpelihara dalam semangat, maka

tiada kata terlambat untuk memulai sebuah awal yang baru

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET

(Havea brasiliensis)

Wayan Agus Yona Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma

Pertanian karet (Havea brasiliensis) memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia yang merupakan negara produsen karet yang memiliki arti penting bagi perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan karet yang semakin meningkat seiring perkembangan zaman, dimana standar kehidupan manusia juga terus berkembang.

Penelitian bagi kepentingan pembaharuan penyiapan bibit kiranya perlu dilakukan dalam pembuatan kebun karet dengan fokus pada pupuk khusus yakni pemberian Nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis). Pemberian pupuk probiotik Nopkor pada tanaman Karet (Havea brasiliensis) dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan efektifitas Nopkor terhadap pertumbuhan bibit karet dipolibag dengan teknik stum okulasi mata tidur varietas RRIC yang dilaksanakan di desa Tugu Sempurna II pada 1 Februari dan berakhir pada tanggal 12 Juni 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan menggunakan 30 sampel tanaman yang terdiri dari 15 perlakuan Nopkor dan 15 tanaman sebagai kontrol, dengan melihat tiga parameter yaitu tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun. Hasil dari pengukuran tiga parameter tersebut dihitung dengan statistika melalui uji T-Test Independen.

Perhitungan statistik dari ketiga parameter menunjukkan tidak signifikan berarti pemberian Nopkor dan kontrol tidak terlihat perbedaan hasil. Pertumbuhan tinggi batang tanaman, diameter batang dan jumlah daun tanaman karet diperoleh tobs = -0.58055, - 0.9179 dan - 0.6596 lebih kecil dari tcrit = 2.048 (tabel tcrit)

dengan α = 0.05. Kesimpulan yang diperoleh adalah pemberian Nopkor pada tanaman karet (Havea brasiliensis) tidak berpengaruh secara efektif dalam memenuhi nutrisi menunjang proses pertumbuhan tanaman karet.

(12)

ix ABSTRACT

THE EFFECT ON THE APPLICATION OF PROBIOTICS NOPKOR FERTILIZER UPON THE GROWTH OF SLEEP EYE OCULATION STUM (Hevea brasiliensis)

Wayan Agus Yona

Biology Education Study Program Sanata Dharma University

The agriculture of rubber (Havea brasiliensis) has a quite important role in

Indonesia’s Economics, which is also being the producer country in a role of

foreign exchange earnings and employment. This thing can be seen from the need of rubber which is getting higher as the time develops as human life standard follows.

Doing a research on rubber seed preparation renewal presumably have to be done in order to build rubber plantation focusing on the use of special fertilizer, which is Nopkor for the growth of rubber sleep eye oculation stum (Havea brasiliensis). The application of Nopkor probiotics fertilizer to rubber plant (Havea brasiliensis) on the research aimed to find out the effect and effectiveness on Nopkor to the growth of rubber seed on polybag using sleep eye oculation stum technique RRIC variety which was done in Tugu Sempurna II village on February 1, 2015 to June 12, 2015. Research method that used were experimental research using 30 sample of plants consisted of 15 Nopkor treatments and 15 plants as the control, by seeing three parameters which were the stem height, the stem diameter, and the sum of the leaves. The result of that three parameters counted statistically through T –Test Independent.

The statistical calculation of the three parameters showed that not significant, which meant the result of the application of Nopkor and control did

not have different result. The growth of rubber’s stem height, diameter and the

sum of the leaves were tobs = -0.58055, - 0.9179 and - 0.6596 smaller than tcrit = 2.048 (table tcrit) with α = 0.05. In conclusion, the application of Napkor upon rubber plant (Havea brasiliensis) did not affect effectively in completing nutrition that support the growth of rubber plant.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pupuk Probiotik Nopkor Terhadap Pertumbuhan Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis)”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dorongan,

semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:

1. Ide Sanghyang Widhi Wase yang telah memberikan rahmat kehidupan,

penyertaan, kekuatan, kesehatan, dan selalu mendengarkan doa-doa

penulis.

2. Bapak Rohandi Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. selaku ketua Program Studi

Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku dosen pembimbing

yang dengan sabar dan tulus membimbing penulis selama proses

penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan

mengajari penulis selama perkuliahan di Pendidikan Biologi.

6. Segenap staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

(14)

xi

7. Orang tua, saudariku, dan segenap keluarga yang selalu memberikan

dorongan baik moril maupun material kepada penulis untuk mendukung

penulis dalam menjalankan tugas studi.

8. Putu Asrini yang selalu memberi dorongan semangat dan doa dalam

menjalankan tugas studi.

9. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2011 yang selalu

bersama-sama berjuang, memberikan semangat, dukungan, waktu, perhatian selama

melaksanakan studi di Pendidikan Biologi dari awal masuk perkuliahan

hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

10.Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan

doa, bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh

dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi dunia

pendidikan dan bagi pembaca umumnya.

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah………..………..………...……... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Definisi Pupuk ... 7

B. Deskripsi Pupuk Probiotik ... 7

C. Deskripsi pupuk Probiotik Nopkor ... 8

D. Tanaman karet ... 9

E. Langkah-Langkah Dalam Melakukan Okulasi Tanaman Karet... 33

(16)

xiii

G. Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Alat dan Bahan ... 36

C. Cara Kerja ... 37

D. Metode Analisa Data ... 43

E. Agenda penelitian... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Data dan Analisis Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 52

BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJAR ... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketahanan klon karet anjuran terhadap penyakit utama dan angin ... 31

Tabel 3.1 Tinggi tanaman dengan perlakuan NOPKOR ... 42

Tabel 3.2 Tinggi tanaman dengan perlakuan kontrol... 42

Tabel 3.3 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR ... 42

Tabel 3.4 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Kontrol. ... 42

Tabel 3.5 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR ... 43

Tabel 3.6 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan control ... 43

Tabel 4.1 Rata – rata pertumbuhan tinggi batang tanaman Karet ... 47

Tabel 4.2 Rata – rata pertumbuhan diameter batang tanaman Karet ... 49

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Karet ... 19

Gambar 3.1 Penyusunan polibag dalam penanaman bibit karet ... 39

Gambar 4.1 Grafik Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari. ... 45 Gambar 4.2 Grafik Pola Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari. ... 48 Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Jumlah daun tanaman karet (Havea Brasiliensis)

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea

Brasiliensis) ... 70

Lampiran II. Hasil Perhitungan Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) dengan uji T – Test Independen. ... 82

Lampiran III. Uji Normalitas ... 91

Lampiran IV. Identifikasi Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) ... 93

Lampiran V. Rancangan Hasil Penelitian untuk Pendidikan ... 94

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan

yang sangat melimpah. Kekayaan alam dapat dilihat dari keanekaragaman

hayati yang ada di Indonesia. Hal ini dilihat dari tanahnya yang subur dan

iklim yang tropis, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi

sebagai petani baik dibidang sayur-sayuran, palawija maupun perkebunan.

Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai

sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang

cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman karet terus dilakukan

terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen. Agar tanaman

karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak

maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang

diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang

tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan

terhambat. Lingkungan kurang baik juga sering mengakibatkan produksi

lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama

di Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di

Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera dan di kalimantan

(21)

Pertanian karet (Havea brasiliensis) memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia yang merupakan negara

produsen karet yang memiliki arti penting bagi perolehan devisa sekaligus

penyerapan tenaga kerja. Sebagai gambaran pada tahun 2006, industri

karet berjenis crumb rubber berhasil meraup devisa eksport US$ 3,77 Milyar, hampir 50% dari nilai eksport produk pertanian. Tenaga kerja

yang terserap dalam penyediaan bahan baku (petani karet) lebih dari 6 juta

orang belum termasuk pedagang pengepul. Luas areal tanaman karet di

Indonesia pada saat ini 3,309 juta ha, dimana 84,49 % (2,796 ha)

merupakan perkebunan rakyat. Oleh karena itu maju mundurnya kinerja

industri karet alam didalam negri akan memberikan dampak yang cukup

luas bagi kesejahteraan rakyat (Haryanto, 2012).

Kebutuhan karet akan semakin meningkat seiring perkembangan

zaman, dimana standar kehidupan manusia juga terus berkembang. Dalam

kehidupan sehari-hari, produk olahan karet selalu dibutuhkan seperti untuk

pembuatan ban, sepatu berbahan karet, produk rumah tangga, komponen

kendaraan, komponen elektronik, dan sebagainya yang dihasilkan dari

tanaman karet.

Walaupun demikian, usaha budidaya karet tidak mudah seperti

dibayangkan, banyak hal yang perlu dipersiapkan, seperti penyiapan media

tanam, pembibitan dan perawatan tanaman karet hingga dalam proses

pemanenannya. Untuk itu diperlukan penelitian yang mendukung untuk

(22)

pembuatan bibit karet merupakan jantung dari keberhasilan dalam

pembuatan kebun karet. Maka untuk itu juga perlu adanya pembaharuan

dalam penyiapan bibit seperti pengetahuan akan penyiapan media tanam

dan zat tambahan yang mendukung pertumbuhan bibit yang maksimal

sehingga didapatkan bibit yang berkualitas baik.

Permasalahan yang dihadapi oleh petani dalam budidaya tanaman

karet adalah susahnya dalam memperoleh bibit tanaman. Petani dalam

membangun kebun karet harus membeli dengan harga yang mahal untuk

memperoleh bibit unggul. Beberapa petani juga dalam membangun kebun

menyiapkan bibit sendiri namun terkendala dalam memilih varietas mana

yang akan ditanam, karena pada bibit dengan teknik okulasi tidaklah

mudah. Petani harus menyiapkan entres yang baik namun keterbatasannya

adalah minimnya pengetahuan petani mengenai varietas mana yang baik

untuk digunakan dalam pembuatan bibit. seringkali petani terkecoh dalam

pemilihan entres dalam pembuatan bibit saat mencari entres unggul

didalam sebuah kebun karena hanya melihat pada tanaman mana yang

terdapat lateks yang banyak dan tidak memperhatikan apakah dalam

proses pemanenan penempatan lateks itu diacak atau bener-benar lateks

pada karet yang dijadikan entres untuk membuat bibit unggul.

Penelitian bagi kepentingan pembaharuan penyiapan bibit kiranya

perlu dilakukan dengan fokus yakni penelitian pupuk khusus yakni

pemberian Nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet

(23)

pemberian pupuk khususnya Nopkor dipilih sebagai bahan kajian karena

prospek pembaharuan yang bisa diciptakan sangatlah menjanjikan.

Penyiapan bibit bisa lebih ditingkatkan keberhasilannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur

karet (Havea brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor?

2. Apakah media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat

membantu memaksimalkan pertumbuhan tanaman karet (Havea

brasiliensis)?

C. Batasan Penelitian

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas maka penelitian dibatasi

sebagai berikut:

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah bibit karet varietas RRIC dengan teknik stum

okulasi mata tidur yang dibeli di desa Tugu Sempurna II, kecamatan.

Muara Kelingi, kabupaten Musirawas Sumatera Selatan.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah media tanah tanpa Nopkor dan tanah

diberi Nopkor.

3. Parameter

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan bibit

(24)

tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang serta ketahanan

terhadap hama dan penyakit meliputi keutuhan daun sebagai data

pendukung dalam penelitian.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet

(Havea brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor

2. Mengetahui media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat

membantu pemaksimalkan pertumbuhan tanaman karet (Havea

brasiliensis).

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui pengaruh Nopkor terhadap pertumbuhan bibit karet

dengan teknik stum okulasi mata tidur dan dapat memberi pengalaman

baru bagi peneliti dan mengetahui permasalahan yang terjadi dalam

perawatan bibit karet dengan teknik stum okulasi mata tidur, selain itu

juga dapat memperluas dan mengembangkan ilmu pengetahuan

dibidang pertanian.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat dijadikan materi sumbangan dalam pembuatan

(25)

3. Bagi Siswa

Siswa dapat mempraktekkan penelitian secara sederhana melalui

kegiatan praktikum yang dirancang oleh guru sehingga siswa dapat

dengan mudah memahami materi karena telah mengalami secara

langsung.

4. Bagi Masyarakat

Mendapatkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang dapat

dijadikan pedoman mengenai media tanam dan unsur tambahan dalam

(26)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Pupuk

Dalam arti luas, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk

mengubah sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga menjadi lebih baik

bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian khusus pupuk adalah suatu

bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan

tanaman (Rosmarkam, 2001).

B. Deskripsi Pupuk Probiotik

Probiotik berasal dari bahasa Yunani berarti kehidupan dalam arti

sempit sebagai sekumpulan mikrobia yang bersifat menguntungkan.

Adapun banyak pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian

probiotik. Menurut Sperti (1971), probiotik diartikan sebagai ekstrak dari

jaringan yang dapat menstimulus pertumbuhan mikroorganisme. Menurut

Parker (1974), diartikan sebagai organisme dan substrat yang berpengaruh

terhadap keseimbangan mikrobiota dalam system pencernaan. Sedangkan

menurut Lily dan Stilwell (1965), probiotik adalah suatu senyawa yang

dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dapat memacu pertumbuhan

(27)

C. Deskripsi pupuk probiotik Nopkor

Nopkor atau dengan nama trivialnya Nitrogen Phospat Kalium Organism Recovery merupakan kultur campuran mikrobia fiksasi nitrogen, pelarut, phospat, dan kalium yang mengandung mikrobia N-P-K.

Fungsi utama Nopkor sebagai penggembur dan pengembalian

kesuburan tanah sehingga unsur hara tanah akan menjadi lebih kaya baik

secara unsur makro dan mikro yang bermanfaat bagi tanaman serta

berfungsi sebagai pupuk (Murwono, 2012). Jenis mikrobia yang

terkandung di dalam proses pembuatan Nopkor adalah Aceto mycetes. Pemberian Nopkor pada pemupukan tanaman tidak diperbolehkan

mengenai bagian tubuh tumbuhan, hal ini dikarenakan akan menyebabkan

pembusukan pada bagian tumbuhan tersebut. Secara rinci fungsi Nopkor

adalah sebagai berikut:

1. Dapat menstabilkan pH pupuk dan tanaman

2. Mencegah terjadinya pembusukan akar

3. Mempercepat pertumbuhan tunas

4. Meningkatkan aktivitas akar untuk berkembang dan memudahkan

penyerapan unsur hara

5. Dapat membuat pupuk kompos

6. Dapat mendekomposisikan residu tanah

7. Mencegah laju pertumbuhan mikrobia bersifat pathogen

8. Dalam penggunaan yang benar, dapat dijadikan cadangan makanan

(28)

9. Dapat memulihkan generasi yang hampir punah atau membantu sifat

baik dari induk tanaman (Murwono, 2012).

D. Tanaman karet

1. Sejarah tanaman karet

Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun

sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran

karet di Asia Tenggara dibawa oleh Henry Wickham. Saat ini Negara -

negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar

adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia (Santi, 2009).

Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari

3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya

85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7%

perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.

Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2,2 juta ton

(Anwar, 2006).

2. Macam-macam tanaman karet

Berikut ini akan disampaikan uraian singkat tentang ciri-ciri

beberapa klon penting atau ungul yang dianjurkan oleh Balai-balai

penelitian untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya karet dewasa

ini. Klon-klon yang dimaksud adalah: GT 1, AVROS 2037, PR 228,

(29)

1. Klon GT 1

Silsilah dari klon GT1 adalah Klon Primer yang memiliki ciri-ciri

tanaman muda sebagai berikut:

o Batang: agak jagur, tegak sampai agak bengkok-bengkok,

silindris samapai agak pipih.

o Kulit batang: warna cokla tua sampai kehitam-hitaman,

celah-celah berupa berupa jala dan sempit, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun agak besar dan

berbonggol.

o Payung: bentuk kerucut terpotong, agak besar dan tertutup,

tangkai daun agak jarang atau sedang, jarak antar paying agak

dekat sampai sedang.

o Tangkai daun: bentuk agak cembung dan hampir berbentuk

huruf S, agak kurus dan agak pendek, arahnya mendatar sampai

agak terkulai, kaki tangkai daun agak besar dan bagian atasnya

agak rata.

o Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, pendek, arahnya

terjungkat (keatas), membentuk sudut sempit (< 60o).

o Helai daun: warna hijau tua agak mengkilat, agak kaku,

bentuknya elips, panjangnya 2x lebar, pinggir daun rata, ujung

daun agak lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan ekor

agak panjang, penampang melintang cekung, penampang

(30)

terpisah sampai bersinggungan, daun tengah sejajar dengan daun

pinggir, daun pinggir tidak simetris.

o Warna lateks: putih.

2. Klon AVROS 2037

Memiliki silsilah AVROS 256 x AVROS 352 dengan ciri-ciri

tanaman muda sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak agak melengkung, silindris.

o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa jala dan

sempit sekali, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya dalam lekukan, bekas pangkal tangkai daun kecil

dan rata.

o Payung: bentuk kerucut, sedang, terbuka, tangkai daun agak

jarang, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya agak cembung, panjang, kurus,

arahnya mendatar agak ke bawah sedikit, pangkal tangkai daun

kecil dan bagian atasnya rata.

o Anak tangkai daun: bentuknya pendek, lurus, gemuk, arahnya

terhadap tangkai daun terjungkat (ke atas), membentuk sudut

sedang (+ 60o).

o Helai daun: warna hijau kekuning-kuningan, suram, tipis tidak

kaku, bentuknya elips sampai agak oval, panjang 2,5x lebar,

pinggir daun sedikit bergelombang tak teratur, ujung daun lebar

(31)

penampang melintang rata, penampang memanjang agak

cembung sedikit, letak daun agak sedikit terkulai, helaian daun

bersinggungan sampai tumpang tindih, daun tengah dibawah

kedua daun pinggir.

o Warna lateks: putih kekuning-kuningan.

3. Klon PR 228

Memiliki silsilah BR 2 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda

sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa alur sempit

tak teratur, lentisel agak banyak dan agak kasar.

o Payung: bentuk busur sampai setengah bulatan, besar, agak

tertutup, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya lurus hampir berbentuk huruf S, agak

panjang, agak lurus, arahnya terjungkat sampai agak mendatar,

kaki tangkai sedang dengan sedikit lekukan dibagian atasnya.

o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, agak pendek, gemuk,

arahnya terhadap tangkai daun ke atas, membentuk sudut sedang

(+ 60o).

o Helai daun: warna hijau kekuning-kuningan, agak kaku,

bentuknya oval, panjang 2,5x lebar, pinggir daun rata, ujung

daun lebar dan garis tepinya melengkung dengan ekor daun

(32)

lurus, letak daun agak terkulai, letak helai daun bersinggungan

sampai sedikit tumpang tindih, daun tengah agak dibawah dari

daun pinggir dan terpuntir.

o Warna lateks: putih kekuning-kuningan.

4. Klon PR 255

Memiliki silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda

dari klon ini adalah sebagai berikut:

o Batang: Besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat kehitam-hitaman, celah-celah berupa

alur, lebar, tak teratur, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun menonjol dan agak

kecil.

o Payung: bentuk busur, agak besar, agak terbuka, tangkai daun

rapat/padat, jarak antar payung agak jauh.

o Tangkai daun: bentuk lurus agak cembung, panjang, kurus,

arahnya mendatar sampai agak ke atas, pangkal tangkai daun

agak kecil dan bagian atasnya belekuk.

o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, panjang, arahnya terhadap

tangkai daun lurus, membentuk sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun : warna hijau agak kusam, agak kaku, bentuknya

elips panjang, panjang 21/4 x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak menyempit dan garis tepinya hampir lurus dengan

(33)

memanjang lurus, letak daun tegak agak terkulai, antar daun

terpisah, daun tengah dibawah daun pinggir dan terpuntir.

o Warna lateks: kuning.

5. Klon PR 300

Memiliki silsilah PR 226 x PR 228 dengan ciri-ciri tanaman muda

adalah sebagai berikut:

o Batang: agak besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa jala agak

lebar, lentisel sedikit dan halus.

o Mata: letaknya agak menonjol, bekas pangkal tangkai daun

sedang dan rata.

o Payung: bentuk busur, agak kecil, terbuka, tangkai-tangkai daun

padat, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya hampir lurus, agak pendek, agak lurus,

arahnya mendatar sampai agak keatas, pangkal tangkai daun

agak kecil dan bagian atasnya rata.

o Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, agak panjang, kurus,

arahnya terhadap tangkai daun terjungkat (keatas), membentuk

sudut sempit (< 60o).

o Helai daun: warna hijau kekuning - kuningan, agak kusam, tipis

dan agak kaku, bentuk oval panjang, panjang 2,75 x lebar,

pinggir daun agak bergelombang tak teratur, ujung daun lebar

(34)

penampang melintang agak cekung, penampang memanjang

lurus, letak daun tegak agak terkulai, helaian daun terpisah, daun

tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir.

o Warna lateks: kekuning-kuningan.

6. Klon PR 303

Yang mempunyai silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman

muda adalah sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat, celah - celah berupa alur tak teratur

dan sempit.

o Mata: letaknya hampir rata, bekas pangkal tangkai daun agak

besar dan rata.

o Payung: bentuk busur, agak besar, terbuka, tangkai daun agak

jarang, jarak antar payung sedang.

o Tangkai daun: bentuknya hampir lurus, agak panjang, sedang,

arahnya mendatar samapi agak ke atas, pangkal tangkai daun

agak besar dan bagian atasnya berlekuk.

o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, panjang, agak kurus,

arahnya terhadap tangkai daun lurus, membentuk sudut sedang

(+ 60o).

o Helai daun: warna hijau, kusam, tipis agak kaku, bentuknya oval

agak panjang, panjang 2,5 x lebar, pinggir daun bergelombang

(35)

dengan ekor daun pendek, penampang melintang rata,

penampang memanjang lurus, letak daun tegak agak ke bawah,

helaian daun terpisah sampai bersinggungan, daun tengah agak

dibawah sedikit dari kedua daun pinggir dan terpuntir, helaian

daun pinggir simetris.

o Warna lateks: kekuning-kuningan.

7. Klon LCB 1320

Klon ini memiliki silsilah Klon Primer dengan ciri - ciri tanaman

muda adalah sebagai berikut:

o Batang: besar, tegak lurus, silindris.

o Kulit batang: warna coklat, celah-celah merupakan alur panjang

dan sempit kadang - kadang terputus - putus, lentisel sedikit dan

halus.

o Mata: letaknya rata dan bekas tangkai daun besar dan agak

berbonggol.

o Payung: bentuk setengah bulatan sampai kerucut terpotong,

besar, agak terbuka, tangkai daun agak rapat, jarak antar payung

sedang.

o Tangkai daun: bentuknya lurus sampai sedikit cembung,

panjang, arahnya menjungkat, membentuk + 60o.

o Helai daun : warna hijau kekuning - kuningan, berkilau, agak

kaku, bentuk oval panjang, panjang 3 x lebar, pinggir daun agak

(36)

ekor daun agak panjang, penampang melintang datar sampai

sedikit berbentuk huruf V, penampang memanjang agak

cembung, letak daun landai, antar daun terpisah dan daun tengah

terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir.

o Warna lateks: putih.

8. Klon RRIM 600

Silsilah dari klon ini adalah Tjir 1 x PB 86 dengan ciri-ciri tanaman

muda klon ini adalah sebagai berikut:

o Batang: agak besar, tumbuh meninggi, tegak lurus, sedikit

bengkok, silindris.

o Kulit batang: warna coklat, coklat hitam dibawah bekas pangkal

tangkai daun, celah - celah berupa alur tak teratur agak sempit,

lentisel sedikit sekali dan halus.

o Mata: letaknya agak rata, bekas pangkal tangkai daun kecil

agak berbonggol.

o Payung: bentuk busur sampai kerucut, agak kecil, agak tertutup,

tangkai-tangkai daun agak jarang, jarak antar payung jauh

sekali.

o Tangkai daun: bentuknya lurus agak berbentuk huruf S, panjang,

agak kurus, arahnya mendatar agak keatas, pangkal tangkai daun

(37)

o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, penek, kurus, arahnya

terhadap tangkai daun lurus agak keatas sedikit, menbentuk

sudut sedang (+ 60o).

o Helai daun : warna hijau, agak mengkilat sedikit, agak lemas,

bentuknya oval agak panjang, panjang 21/3 x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan garis tepinya melengkung

dengan ekor dan agak panjang, penampang melintang rata,

penampang memanjang lurus sedikit melengkung, letak daun

terkulai, helaian daun terpisah, daun tengah terletak dalam satu

bidang dengan daun pinggir.

o Warna lateks: putih.

Keterangan tentang singkatan nama-nama klon

GT : Gondang Tapen

WR : Wangun Reja

PR : Proefstation Rubber

LCB : Landbouw Caoutchuc Bedrijf

AVROS: Algemene Vereniging van Rubberplanters ter Ooskust van

Sumatra

PPN : Perusahaan Perkebunan Negara

Tjir : Tjirandji

GYT : Good Year Type

RRIM : Rubber Research Institute of Malaysia

(38)

IAN : Instituto Agronomico dede Norte (Brazil)

BPM : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Medan

BPPJ : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Jember

RCG : Rubber Research Center Getas

IRR : Indonesian Rubber Research

3. Klasifikasi tanaman karet

Tanaman karet (Havea brasiliensis Mull Arg), merupakan tanaman tergolong tanaman tahunan berbentuk pohon cukup besar. Menurut

Tjitro Soephomo (1991) Dalam dunia tumbuhan tanaman karet

tersusun dalam sistematika berikut:

Divisi: Spermatophyta

Kelas: Dikotiledoneae

Ordo: Euphorbiales

Famili: Euphorbiaceae

Genus: Havea

Spesies: Havea

brasiliensis

Gambar 2.1 Tanaman Karet

4. Marfologi dan fisiologi tanaman karet

Menurut Budiman (2012), tanaman karet diperbanyak melalui

okulasi, untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan

batang bawah berupa tanaman pesemaian biji-biji klon anjuran,

(39)

Untuk mendapatkan bibit yang bermutu perlu mempersiapkan

kebun batang bawah dan atas (entres) dibangun sesuai dengan standar

yang dianjurkan, memulai dari pemilihan lokasi sampai dengan

pengelolahannya. Setelah membangun batang bawah dan kebun batang

atas dapat dilakukan okulasi dengan menempel mata dari satu tanaman

sejenis dengan tujuan untuk mendapatkan sifat unggul, hasil tersebut

akan diperoleh bibit unggul seperti stum mata tidur, stum mini, stum

tinggi, dan bibit dalam polibag namun yang sering digunakan petani

adalah stum mata tidur dan bibit dalam polibag. Pengenalan ciri-ciri

karet pada tanaman muda dilakukan pada tanaman berumur 10-18

bulan dengan jumlah 4-6 payung, ciri-ciri tanaman muda okulasi yang

entresnya berasal dari klon tertentu, dapat ditentukan dengan

memperhatikan bagian-bagian tanaman (Setyamidjaja, 1993) :

1. Batang

Dalam mengidentifikasi batang perlu diperhatikan:

 Pertumbuhan batang : dapat tumbuh besar tegap atau kurus

 Ketegakan batang: dapat tumbuh tegak lurus, bengkok,

lengkung atau miring (condong).

 Bentuk batang: dapat silindris, pipih lurus, atau pipih spiral

(terpuntir).

2. Kulit batang

Dalam mengidentifikasi kulit batang menggunakan ciri pada

(40)

 Corak kulit gabus: dilihat retak-retak kulit gabus dengan

celah-celahnya. Bentuk celah ada yang panjang dan teratur,

terputus-putus, seperti jalan, ada yang lebar dan ada pula yang sempit.

 Warna kulit gabus: coklat muda, coklat tua kehitam-hitaman.

 Banyaknya lentisel: banyak, sedang atau sedikit, bila diraba

dengan tangan terasa kasar atau halus.

3. Mata

 Mata adalah primordia tunas yang terletak diatas bekas

kedudukan pangkal tangkai daun. Dari primordial ini akan

keluar tunas baru. Letak mata didalam lekukan, terlihat rata atau

menonjol. Berkas pangkal tangkai daun: ada yang rata atau

menonjol.

4. Payung

Ciri-ciri yang diperhatikan adalah:

 Bentuk payung: ada yang berbentuk setengah bulat, busur

kerucut, atau kerucut terpotong.

 Ukuran payung hanya dapat ditentukan ukuran relatifnya, yaitu

besar, kecil atau besar.

 Kepadatan payung: dengan memperhatikan letak

tangkai-tangkai daun dalam satu payung, seperti padat, jarang, agak

padat, atau agak jarang.

 Kerapatan permukaan payung : dengan memperhatikan keadaan

(41)

(jika kita memandang dari samping tidak tembus ke sebrang)

atau payung terbuka (jika keadaan sebaliknya)

 Jarak antar payung: dengan melihat letak payung yang di atas

dan dibawahnya dan bagian payung yang tidak berdaun yang

terletak diantara payung, dibedakan sebagai berikut: jauh, dekat

atau agak dekat.

5. Tangkai daun

Yang diperhatikan dalam mengidentifikasi tangkai daun

adalah tangkai-tangkai yang terletak dalam payung termuda yang

pertumbuhannya sempurna, demikian pula untuk mengidentifikasi

anak tangkai daun, helaian dan ciri-ciri yang diperhatikan ialah:

 Posisi tangkai daun : terjungkit (membentuk sudut runcing),

terkulai (membentuk sudut tumpul ), mendatar/ horizontal

 Bentuk tangkai daun, yaitu benyuk tangkai secara memanjang:

lurus, cembung, cekung, berbentuk huruf S.

 Ukuran tangkai daun : untuk ukuran panjang : panjang, sedang,

pendek dan ukuran besar : gemuk, kurus, agak gemuk, dan agak

kurus

 Ukuran pangkal tangkai (kaki tangkai): pada pangkal ada yang

berbentuk besar, kecil atau sedang. Bagian atas: ada yang

(42)

6. Anak tangkai daun

Posisi anak tangkai daun terhadap tangkai daun: terjungkat,

dan searah dengan arah tangkai daun. Ukuran anak tangkai daun:

dilihat dari panjangnya dan ukuran besarnya. Bentuk anak tangkai

daun: lurus atau melengkung. Besarnya sudut yang dibentuk oleh

anak tangkai daun yang ditengah, pinggir, dengan besar sudut:

besar bila sudut lebih dari 600, kecil jika kurang dari 600, dan sedang bila sudutnya antara 600.

7. Helaian daun

Warna kilau dan lekukan daun yakni hijau muda, hijau tua,

dan hijau kekuningan, berkilau atau kusam, lekukan kaku atau

tidak. Bentuk helaian daun: elip, bulat telur, belah ketupat. Pada

bagian pinggir daun dan ekor daun: agak rata bergelombang atau

bergelombang. Penampang daun: bentuk penambang memanjang

dari daun sampai ekor lurus atau cembung dan bentuk penampang

melintang daun: datar, cembung, cekung, atau berbentuk huruf V.

letak daun terhadap permukaan payung terkulai, dan tegak standar

dan tembus pandang, atau antara keadaan terkulai dan mendatar.

Letak helai daun dan posisi letak daun tengah: letak helaian

daun dipengaruhi oleh ukuran panjang anak tangkai daun, besarnya

sudut yang dibentuk oleh anak daun, dan besarnya bagian lebar

dari helaian daun. Letak helaian daun ada yang terpisah,

(43)

daun pinggir ada yang simetris (setangkup) dan ada yang tidak.

Pada daun helaian pinggir yang tidak simetris, bagian helaian daun

sebelah kiri tulang daun utama tidak sama lebarnya dengan bagian

sebelah kanan tulang daun utama.

8. Warna lateks

Klon karet mempunyai warna latek putih, putih

kekuning-kuningan atau kuning. Warna latek juga dapat membedakan klon

yang satu dengan yang lain.

9. Akar

Perakaran tanaman karet tersusun atas akar tunggang, akar

lateral dan akar baru. Akar lateral pertumbuhannya menyebar ke

segala arah. Ketiga akar ini adalah sistem dari tanaman yang

berada pada bagian bawah permukaan tanah dan berperan besar

dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Perkembangan perakaran tanaman pada umumnya dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu energi yang tersedia dalam jaringan tanaman

dan keadaan lingkungan pertumbuhan akar.

Pada mulanya pertumbuhan akar hanya terbatas pada daerah

sekitar pohon setelah lebih dari lima tahun, akar mulai menyebar

lebih jauh lagi dari pohon. Panjang akar tunggang mampu

mencapai kedalaman dua meter atau lebih, sedangkan akar

lateralnya mampu menyebar hingga 20 meter atau lebih. Fungsi

(44)

tanaman dan sebagai organ yang berfungsi dalam pengambilan air

dan unsur hara dari dalam tanah. Akar merupakan organ tanaman

yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan

dan pertumbuhan tanaman karet, maka dari itu akar tanaman karet

harus tumbuh dengan baik agar dihasilkan tanaman yang baik.

Kulit batang tanaman karet memiliki struktur anatomi seperti

tanaman dikotil lainnya. Pada bagian kulit batang karet terdapat

pembuluh latek, yang banyak mengandung getah atau latek.

10.Ciri-ciri khusus

Kadang-kadang pada klon tertentu memiliki ciri khusus

seperti: lelehan lateks, helaian daun tengah yang terpuntir, lateks

yang berubah warna menjadi ungu, dan lain-lain. Mengenai ciri -

ciri diatas hampir semuanya dapat dipengaruhi oleh keadaan

lingkungannya seperti: jenis tanah, tinggi tempat, kesuburan tanah,

pemupukan, iklim, dan lain-lain.

Berikut ini akan disampaikan uraian singkat tentang ciri - ciri

beberapa klon penting atau ungul yang dianjurkan oleh balai-balai

penelitian untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya karet

dewasa ini. Klon-klon yang dimaksud adalah: GT 1, AVROS 2037,

(45)

5. Syarat tumbuh

Menurut Syakir (2010), membangun kebun karet diperlukan

teknologi budidaya karet yang mencakup beberapa kegiatan yaitu:

syarat tumbuh tanaman karet, klon-klon rekomendasi, bahan tanam,

pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama serta

penyadapan/panen.

Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu

yang merupakan syarat hidupnya. Lebih rinci syarat tumbuh diuraikan

sebagai berikut:

a. Iklim

Daerah yang cocok adalah pada zona antara 150 LS dan 150 LU,

dengan suhu harian 25-30 oC. b. Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000-

2.500mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun.

Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai

tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari,

minimum 5-7 jam/hari.

c. Tinggi tempat

Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan

ketinggian 200-400 m dari permukaan laut. Pada ketinggian >400

(46)

d. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik

untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang

tumbuh tinggi dan berbatang besar, tinggi pohon dewasa

mencapai 15-25 m, batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan

memiliki percabangan yang tinggi diatas.

e. Tanah

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman

karet baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis

mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,

solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase, tetapi sifat

kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya

rendah. Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi

sifat fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya

kurang baik. Tanah - tanah kurang subur seperti podsolik merah

kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan pemupukan dan

pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan

karet dengan hasil yang cukup baik. Padas pada lapisan olah tanah

tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam

tanah terganggu.

Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman

(47)

adalah 4-8. Sifat - sifat tanah yang cocok pada umumnya antara

lain; aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur

terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan

<16% serta permukaan air tanah < 100 cm.

6. Hama dan penyakit

Beberapa penyakit gugur daun yang banyak dijumpai di pembibitan

antara lain; Penyakit gugur daun oidium, colletotrichum, corynespora

dan Helminthosporium.

a. Penyakit gugur daun Oidium

Gejala pada daun terdapat masa tepung berwarna putih

melekat pada permukaan bawah daun, kemudian berkembang

menyebabkan bercak transparan sehingga pertumbuhan daun

tidak normal, agak berkeriput. Masa tepung jamur tersebut dapat

juga menutupi permukaan atas daun. Daun muda yang masih

berwarna coklat tembaga jika terserang akan gugur, sedangkan

daun-daun yang lebih dewasa tidak gugur akan tetapi fungsi

untuk berfotosintesis tidak maksimal. Serangan pada pembibitan

batang bawah menyebabkan tanaman gundul dan pertumbuhan

terhambat sehingga waktu okulasi tertunda.

b. Penyakit gugur daun Corynespora

Jamur Corynespora cassiicola terutama menyerang daun, baik pada tanaman muda maupun tanaman tua. Gejala diawali

(48)

tulang-tulang daun selanjutnya bercak berkembang dan meluas,

berbentuk bulat atau tidak teratur. Bagian tepi bercak berwarna

coklat dengan bagian pusatnya mengering atau dapat berlubang.

Disekitar bercak biasanya terdapat daerah yang berwarna kuning

agak lebar. Pada daun muda serangan Corynospora tidak menimbulkan bercak yang nyata, tetapi tampak kuning merata di

seluruh permukaan daun. Kejadian ini disebabkan karena toksin

yang dibentuk oleh jamur Corynospora, dimana dengan hanya bercak yang kecil pada tulang daun, karena adanya toksin maka

daun dapat menguning, menjadi coklat dan gugur.

c. Penyakit gugur daun Colletotrichum

Colletotrichum gloeosporioides menyebabkan bercak bundar pada daun dengan diameter 2 mm dan mula-mula berwarna

coklat, selanjutnya bagian pusat menjadi abu-abu sampai putih,

nekrotis dan sering membelah. Daun-daun muda menjadi

kehitaman dan gugur, infeksi pada daun yang lebih tua akan

mengakibatkan defoliasi. Bercak dapat berkembang pada tangkai

daun dan menginfeksi pada daun muda menyebabkan daun

berwarna hijau tua, sporulasi terjadi pada keadaan yang lembab

yang ditandai dengan koloni spora yang berwarna merah jambu.

Pada daun-daun yang lebih dewasa infeksi Colletotrichum

mengakibatkan tepi serta ujung daun berkeriput dan pada

(49)

dengan tepi kuning bergaris tengah 1 - 2 mm. Bila daun-daun

bertambah umur maka bercak akan berlubang ditengahnya dan

bercak-bercak ini menonjol dari permukaan daun. Infeksi

Colletotrichum hebat mengakibatkan matinya pucuk tanaman. d. Penyakit gugur daun Helminthosporium

Gejala yang khas dari penyakit ini adalah bercak-bercak

bulat, bergaris tengah 1-3 mm, dengan pusat yang tembus cahaya

dan tepi coklat sempit yang jelas, yang mirip dengan mata

burung. Gejala seperti ini terjadi bila infeksi berlangsung pada

saat daun sudah mencapai ukurannya yang penuh, tetapi masih

tergantung lemas. Sering kali pada daun yang sama terdapat tiga

macam gejala yaitu; pucuk keriput, mata burung yang khas, dan

bercak coklat tua. Ketiga gejala tersebut menunjukkan bahwa

daun mendapat infeksi berulang-ulang selama perkembangannya,

dipusat bercak yang tembus cahaya pada sisi bawah daun sering

terlihat tepung hitam yang terdiri dari konidium jamur.

Intensitas serangan patogen penyebab penyakit gugur daun

karet sangat dipengaruhi oleh kondisi dan sifat ketahanan

tanaman serta keadaan lingkungan (cuaca atau iklim). Untuk

penyebaran sporanya dibantu oleh angin dan hujan. Kondisi

tanaman yang kekurangan unsur hara, kurang pemeliharaan,

kelembaban udara yang tinggi, serta adanya air pada permukaan

(50)

dan menginfeksi tumbuhan sehingga menimbulkan penyakit yang

kronis. Sebaliknya penyakit gugur daun kurang dijumpai pada

tanaman yang terawat serta lahan dengan drinasi yang baik.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk

mengendalikan penyakit gugur daun adalah:

 Menanam klon - klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun di

daerah yang rawan serangan penyakit gugur daun. Klon - klon

tahan dan rentan terhadap beberapa penyakit gugur daun karet

dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Ketahanan klon karet anjuran terhadap penyakit utama dan angin

Klon Ketahanan terhadap Penyakit Ketahanan terhadapan

angin

Colletotrichum Corynespora Oidium

BPM24 Peka Moderat Moderat Moderat BPM107 Toleran Toleran Toleran Toleran BPM109 Toleran Toleran Toleran Moderat IRR104 Moderat Moderat Moderat -

PB217 Moderat Toleran Peka Toleran PB260 Toleran Toleran Toleran Peka PR255 Peka Toleran Moderat Toleran PR261 Peka Toleran Moderat Toleran BPM1 Moderat Toleran Toleran Toleran AVROS20

37

Peka Toleran Moderat Toleran

[image:50.595.101.521.192.752.2]
(51)

Klon Ketahanan terhadap penyakit Ketahanan terhadapan

angina

Colletotrichum Corynespora Oidium

IRR32 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR39 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR42 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR118 Toleran Toleran Moderat Toleran Sumber: Balit Sembawa (2003) dlm Boerhendhy & Amypalupy (2011).

Perawatan karet tentunya perlu dilakukan pemupukan,

pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis

unsur hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur

hara pembentuk pupuk tersebut.

Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan

jenis dan unsur hara yang dikandungnya. Kadangkala petunjuk

pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan, karena itu sangat

penting untuk membaca label kandungan pupuk sebelum tidak

dapat dimanfaatkan tanaman dan memutuskan untuk membelinya.

Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui cara

aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat

lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada

(52)

E. Langkah-langkah dalam melakukan okulasi tanaman karet

Salah satu cara mendapatkan bibit tanaman karet unggul yaitu melalui

teknik okulasi. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan

okulasi yakni dalam penyiapan batang bawah dan kayu okulasi (entres).

Menurut Setyamidjaja (1993) mengatakan batang bawah yang baik dalam

okulasi adalah batang yang berumur 9-18 bulan dengan diameter berkisar

antara ± 2 cm diukur 10 cm diatas permukaan tanah dan tidak berada pada

stadium membentuk payung. Begitu juga pada entres yang dipilih adalah

tanaman karet yang diambil kulitnya yang berwarna antara hijau tua dan

coklat, berdiameter 1,5-3 cm. berikut langkah – langkah dalam melakukan okulasi tanaman karet:

1. Membersihkan pangkal bawah batang dari tanah terutama pada tempat

keratan (jendela) yang akan dibuat. Selanjutnya membuat jendela

okulasi panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm dengan menyayat kulit sampai

batas kayu.

2. Mempersiapkan mata okulasi (entres) yang baik dan membuat perisai

dengan memisahkan kayu dari kulit selanjutnya memasukkan perisai

ke dalam jendela.

3. Membalut perisai yang sudah dimasukkan kedalam jendela dengan

menggunakan pita plastik dan memastikan balutan tidak kena air

hujan.

4. Memerikasa balutan pada tanaman karet yang diokulasi, dan

(53)

menempel pada jendela yang dibalut berwarna hijau segar, waktu yang

dibutuhkan ± 30 hari.

5. Jika hasil okulasi jadi maka bibit hasil okulasi tanaman karet

dipindahkan dengan memotong batang bawah ± 10 cm diatas okulasi

dan memulai penyemaian kedalam polibag.

F. Hasil Penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang relavan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2014) dengan judul

PENGARUH PUPUK PROBIOTIK NOPKOR DALAM

PEMUPUKAN SECARA ORGANIK TERHADAP HASIL PANEN

TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan dengan menggunakan NOPKOR berpengaruh

terhadap hasil panen tanaman cabai rawit. Hal ini dilihat dari berat

kering yang diukur pada hasil panen tanaman cabai.

2. Penelitian yang dilakukan Galuh (2014) dengan judul PENGARUH

MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN

TANAMAN ANGGUR (Vitis vinivera) VARIETAS PROBOLINGGO BIRU. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan jenis tanah

dengan penambahan Nopkor berpengaruh nyata terhadap pertambahan

(54)

G. Hipotesis

1. Terdapat perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor.

2.

Media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat membantu
(55)

36 BAB III METODOLOGI

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan model

rancangan penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan

salah satu jenis penelitian kuantitatif yang sangat kuat mengukur sebab

akibat yaitu membandingkan efek variansi variabel bebas terhadap

variabel tergantung melalui manipulasi atau pengendalian variabel

bebas tersebut (Taniredja & Mustafidah, 2011).

Penelitian ini menggunakan tiga variabel terdiri atas variabel

bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah media tanam dan pemberian Nopkor. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun,

diameter tanaman. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah umur

bibit, pemeliharaan, penyiraman dengan dosis yang sama, suhu,

kelembaban dan intensitas cahaya.

B. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, cangkul,

semprotan kecil, meteran, penggaris, benang, ember, takaran air,

(56)

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit karet hasil

dari stum okulasi mata tidur, Nopkor, tanah, pupuk NPK (sebagai

pakan mikrobia) dan air.

C. Cara Kerja

1. Penyiapan lahan

Dalam penelitian tanaman karet ditanam di dalam polibag yang

diletakkan dalam lahan, oleh karena itu lahan perlu disiapkan secara

intensif. Penyiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari

pohon-pohon atau gulma serta rumput yang tidak berguna. Sekeliling

lahan dibuat pagar pembatas untuk mencegah adanya ganguan dari luar

lahan selanjutnya lahan dipola untuk penempatan polibag dan

pengaturan pengairan.

2. Penyiapan sarana tanam

Penyiapan sarana penanaman yang diperlukan meliputi penyiapan

polibag, media tanam, Nopkor, dan bibit karet.

a. Penyiapan wadah tanam

Wadah tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag

berukuran 50 cm x 25 cm, tebal 0.10-0.15 mm dan berwarna hitam.

Penggunaan polibag berfungsi untuk mempermudah pemindahan

tanaman karet sehingga mempermudah dalam pengambilan data.

(57)

Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah

alluvial, dan pupuk Nopkor. Sedangkan untuk pupuk NPK itu

diberikan sama dengan setiap polibagnya dimana fungsi dari NPK

sebagai makanan dari mikroba yang ada didalam media tanah dan

Nopkor itu sendiri.

c. Penyiapan bibit

Bibit karet yang digunakan yang digunakan berasal dari salah satu

varietas unggul yaitu RRIC didatangkan dari penangkar bibit dari

Tugu Sempurna 2, Sumatera Selatan. Bibit yang digunakan dalam

penelitian ini telah berumur 30 hari, tumbuh sehat dan mempunyai

tunas

3. Penanaman tanaman karet

a. Pengisian polibag

Tanah yang digunakan untuk mengisi polibeg adalah tanah

lapisan atas (top soil) yang subur dan mengandung bahan

organik. Tanah tersebut kemudian diayak untuk memisahkan dari

sisa-sisa akar dan kayu yang dapat menjadi sumber penyakit.

b. Menyusun polibag dan penanaman bibit karet

polibag disusun sejajar yang telah dibuat dengan ukuran lebar 40

cm x 20 cm memanjang sesuai dengan pembandingnya yaitu

penelitian A (degan Nopkor) menjadi 2 baris dan penelitian B

(tanpa Nopkor) menjadi 2 baris. Penyusunan dengan pemberian

(58)

tanaman dalam memperoleh cahaya sehingga proses fotosintesis

pada tiap tanaman baik. Jarak antara penelitian A dan B yaitu

60cm sehingga lebih membantu dalam pengontrolan. Adapun

[image:58.595.97.554.212.578.2]

gambar penyusunan polibag dibuat seperti gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Penyusunan polibag dalam penanaman bibit karet

c. Penanaman bibit Karet

Media dalam polibag yang sudah tersusun sebelum

ditanami bibit terlebih dahulu didiamkan selama tiga hari terlebih

dahulu, pada penelitian A (diberi Nopkor) media diberi Nopkor

terlebih dahulu sebelum didiamkan. Kemudian memulai

penanaman bibit karet, arah mata okulasi karet dihadapkan ke

Timur untuk memudahkan pemeliharaan.

20

cm

40 cm

(59)

4. Pemeliharaan tanaman karet

a. Penyiraman

Penyiraman tanaman karet di dalam polibag menjadi sangat

penting karena pada awal pertumbuhan tanaman karet

membutuhkan air dalam jumlah yang cukup. Pada fase awal

pertumbuhan, penyiraman tanaman karet dilakukan sebanyak dua

kali sehari. Media tanam di polibag harus tetap dijaga agar tidak

mengalami kekurangan atau kelebihan air.

Oleh karena pada saat penanaman merupakan awal musim

hujan, penyiraman tidak dapat dilakukan. Penyiraman dilakukan

menyesuaikan kondisi kelembaban media tanam didalam

polibag.

b. Pemberian Nopkor

Pemberian Nopkor tanaman karet pada perlakuan A1-A15,

dilakukan setiap dua minggu sebanyak satu kali dengan takaran ±

150 cc setiap polibag. Nopkor yang digunakan adalah hasil

pengenceran dengan air. Perbandingan 40 cc Nopkor diencerkan

dengan 1 liter air sesuai dengan dosis standar yang tertera pada

Nopkor yang dibeli. Pemberian Nopkor dilakukan dengan

menyemprot pada media tanamnya sehingga akan memperkaya

nutrisi media tanam yang dibutuhkan tanaman karet yang

diujikan. Sedangkan perlakuan kontrol tidak diberikan Nopkor,

(60)

Sebelum media ditanamami dengan bibit terlebih dahulu

media dengan perlakuan Nopkor diberikan pupuk Nopkor

terlebih dahulu, kemudian didiamkan selama tiga hari agar

Nopkor pada media tanam bekerja, sehingga diharapkan mampu

memperoleh hasil yang baik. Setelah itu, media dalam polibag

bisa dipakai untuk menanam bibit karet.

c. Cara pengambilan data

Pengambilan data dalam penelitian untuk pengukuran tinggi

batang dan diameter batang menggunakan benang dan meteran.

Benang dibentangkan sesuai tinggi tanaman karet lalu diukur

dengan menggunakan meteran dan hasilnya dicatat dalam lembar

pengamatan, begitu juga dengan pengambilan data untuk

diameter batang dan untuk mengukur jumlah daun tanaman karet

dengan cara mengitung banyaknya tangkai dan dicatat sebagai

data hasil penelitian.

d. Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data yang akan

dianalisis. Pengambilan data dilakukan setiap tiga hari sekali

selama empat bulan. Dalam penelitian, pengumpulan data

dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman karet yaitu

tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang sebagai

indikator pertumbuhan tanaman serta keutuhan daun sebagai

(61)

pencatatan data hasil pengamatan maka data dimasukan kedalam

tabulasi data seperti berikut:

[image:61.595.98.535.160.717.2]

1. Tabulasi data tinggi tanamam karet

Tabel 3.1 Tinggi tanaman dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal

Pengambilan data

Tinggi Tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR (cm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rata - Rata

Tabel 3.2 Tinggi tanaman dengan perlakuan kontrol Hari/tanggal

Pengambilan data

Tinggi Tanaman karet dengan perlakuan Kontrol (cm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rata - Rata

2. Tabulasi data diameter batang tanamam karet

Tabel 3.3 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal

Pengambilan data

Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR (cm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rata - Rata

Tabel 3.4 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Kontrol. Hari/tanggal

Pengambilan data

Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Kontrol (cm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

(62)
[image:62.595.96.533.115.659.2]

3. Tabulasi data jumlah daun tanamam karet

Tabel 3.5 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal

Pengambilan data

Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rata - Rata

Tabel 3.6 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan kontrol

Hari/tanggal Pengambilan data

Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan kONTROL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rata - Rata

D. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan T-test

untuk dua grup independent. T-test independent digunakan untuk membandingkan dua kelompok yang independen yakni membandingkan

apakah hasil penambahan pupuk Nopkor dapat mempengaruhi

pertumbuhan bibit karet lebih baik dari pada tanpa ditambahkan Nopkor,

yang diperlukan adalah: mean, dari sampel, standar

Gambar

Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Jumlah daun tanaman karet (Havea Brasiliensis) Varietas RRIC ......................................................................................................
Tabel 2.1 Ketahanan klon karet anjuran terhadap penyakit utama dan angin
Gambar 3.1 Penyusunan polibag dalam penanaman bibit karet
Tabel 3.1 Tinggi tanaman dengan perlakuan NOPKOR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dan penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi penyelesaian studi di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Bank QNB Indonesia Tbk adalah model Altman Z-Score dengan tingkat akurasi sebesar 59,38 % sedangkan model Springate hanya memiliki 50 % tingkat akurasi dalam melakukan

Aplikasi Bradyrhizobium japonicum BJ 11 dan Aeromonas salmonicida PP sebagai inokulan campuran cenderung dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman kedelai

Keberhasilan proses pendidkan dalam mengantarkan peserta didik mencapai tujuan yang diharapkan, tidak terlepas dari peranan guru, Pengetrapan pendidikan budi pekerti

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dari keseluruhan pembahasan dan analisa yang telah dilaksanakan bahwa melalui metode Glenn Doman dapat meningkatkan kemampuan

Oleh sebab itu peneliti menggunakan wawancara terstruktur yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data

Hasil dapatan kajian juga menunjukkan terdapatnya kekangan yang wujud dalam proses pengajaran berasaskan laman web antaranya ialah tahap kemahiran para pendidik, tahap

Berdasarkan hasil yang diperoleh terhadap suhu tubuh, frekuensi pernafasan dan denyut jantung ternak maka dapat dikatakan bahwa status fisiologis ternak kelinci