ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET
(Havea brasiliensis)
Wayan Agus Yona Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
Pertanian karet (Havea brasiliensis) memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia yang merupakan negara produsen karet yang memiliki arti penting bagi perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan karet yang semakin meningkat seiring perkembangan zaman, dimana standar kehidupan manusia juga terus berkembang.
Penelitian bagi kepentingan pembaharuan penyiapan bibit kiranya perlu dilakukan dalam pembuatan kebun karet dengan fokus pada pupuk khusus yakni pemberian Nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis). Pemberian pupuk probiotik Nopkor pada tanaman Karet (Havea brasiliensis) dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan efektifitas Nopkor terhadap pertumbuhan bibit karet dipolibag dengan teknik stum okulasi mata tidur varietas RRIC yang dilaksanakan di desa Tugu Sempurna II pada 1 Februari dan berakhir pada tanggal 12 Juni 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan menggunakan 30 sampel tanaman yang terdiri dari 15 perlakuan Nopkor dan 15 tanaman sebagai kontrol, dengan melihat tiga parameter yaitu tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun. Hasil dari pengukuran tiga parameter tersebut dihitung dengan statistika melalui uji T-Test Independen.
Perhitungan statistik dari ketiga parameter menunjukkan tidak signifikan berarti pemberian Nopkor dan kontrol tidak terlihat perbedaan hasil. Pertumbuhan tinggi batang tanaman, diameter batang dan jumlah daun tanaman karet diperoleh tobs = -0.58055, - 0.9179 dan - 0.6596 lebih kecil dari tcrit = 2.048 (tabel tcrit)
dengan α = 0.05. Kesimpulan yang diperoleh adalah pemberian Nopkor pada tanaman karet (Havea brasiliensis) tidak berpengaruh secara efektif dalam memenuhi nutrisi menunjang proses pertumbuhan tanaman karet.
ABSTRACT
THE EFFECT ON THE APPLICATION OF PROBIOTICS NOPKOR FERTILIZER UPON THE GROWTH OF SLEEP EYE OCULATION STUM (Hevea brasiliensis)
Wayan Agus Yona
Biology Education Study Program Sanata Dharma University
The agriculture of rubber (Havea brasiliensis) has a quite important role in
Indonesia’s Economics, which is also being the producer country in a role of foreign
exchange earnings and employment. This thing can be seen from the need of rubber which is getting higher as the time develops as human life standard follows.
Doing a research on rubber seed preparation renewal presumably have to be done in order to build rubber plantation focusing on the use of special fertilizer, which is Nopkor for the growth of rubber sleep eye oculation stum (Havea brasiliensis). The application of Nopkor probiotics fertilizer to rubber plant (Havea brasiliensis) on the research aimed to find out the effect and effectiveness on Nopkor to the growth of rubber seed on polybag using sleep eye oculation stum technique RRIC variety which was done in Tugu Sempurna II village on February 1, 2015 to June 12, 2015. Research method that used were experimental research using 30 sample of plants consisted of 15 Nopkor treatments and 15 plants as the control, by seeing three parameters which were the stem height, the stem diameter, and the sum of the leaves. The result of that three parameters counted statistically through T –Test Independent.
The statistical calculation of the three parameters showed that not significant, which meant the result of the application of Nopkor and control did not have different
result. The growth of rubber’s stem height, diameter and the sum of the leaves were
tobs = -0.58055, - 0.9179 and - 0.6596 smaller than tcrit = 2.048 (table tcrit) with α = 0.05. In conclusion, the application of Napkor upon rubber plant (Havea brasiliensis) did not affect effectively in completing nutrition that support the growth of rubber plant.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET (Havea
brasiliensis)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Wayan Agus Yona
Nim: 111434005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET (Havea
brasiliensis)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Wayan Agus Yona
Nim: 111434005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Karyaku yang sederhana ini kupersembahkan kepada:
Ide Sanghyang Widhi Wase
Orang Tua
Kedua Adikku Tersayang
Keluarga dan Sanak Saudara
Para Sahabat
Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Sanata Dharma
v MOTTO
Selama kita masih punya tekad yang terpelihara dalam semangat, maka
tiada kata terlambat untuk memulai sebuah awal yang baru
viii ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET
(Havea brasiliensis)
Wayan Agus Yona Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
Pertanian karet (Havea brasiliensis) memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia yang merupakan negara produsen karet yang memiliki arti penting bagi perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan karet yang semakin meningkat seiring perkembangan zaman, dimana standar kehidupan manusia juga terus berkembang.
Penelitian bagi kepentingan pembaharuan penyiapan bibit kiranya perlu dilakukan dalam pembuatan kebun karet dengan fokus pada pupuk khusus yakni pemberian Nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis). Pemberian pupuk probiotik Nopkor pada tanaman Karet (Havea brasiliensis) dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan efektifitas Nopkor terhadap pertumbuhan bibit karet dipolibag dengan teknik stum okulasi mata tidur varietas RRIC yang dilaksanakan di desa Tugu Sempurna II pada 1 Februari dan berakhir pada tanggal 12 Juni 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan menggunakan 30 sampel tanaman yang terdiri dari 15 perlakuan Nopkor dan 15 tanaman sebagai kontrol, dengan melihat tiga parameter yaitu tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun. Hasil dari pengukuran tiga parameter tersebut dihitung dengan statistika melalui uji T-Test Independen.
Perhitungan statistik dari ketiga parameter menunjukkan tidak signifikan berarti pemberian Nopkor dan kontrol tidak terlihat perbedaan hasil. Pertumbuhan tinggi batang tanaman, diameter batang dan jumlah daun tanaman karet diperoleh tobs = -0.58055, - 0.9179 dan - 0.6596 lebih kecil dari tcrit = 2.048 (tabel tcrit)
dengan α = 0.05. Kesimpulan yang diperoleh adalah pemberian Nopkor pada tanaman karet (Havea brasiliensis) tidak berpengaruh secara efektif dalam memenuhi nutrisi menunjang proses pertumbuhan tanaman karet.
ix ABSTRACT
THE EFFECT ON THE APPLICATION OF PROBIOTICS NOPKOR FERTILIZER UPON THE GROWTH OF SLEEP EYE OCULATION STUM (Hevea brasiliensis)
Wayan Agus Yona
Biology Education Study Program Sanata Dharma University
The agriculture of rubber (Havea brasiliensis) has a quite important role in
Indonesia’s Economics, which is also being the producer country in a role of
foreign exchange earnings and employment. This thing can be seen from the need of rubber which is getting higher as the time develops as human life standard follows.
Doing a research on rubber seed preparation renewal presumably have to be done in order to build rubber plantation focusing on the use of special fertilizer, which is Nopkor for the growth of rubber sleep eye oculation stum (Havea brasiliensis). The application of Nopkor probiotics fertilizer to rubber plant (Havea brasiliensis) on the research aimed to find out the effect and effectiveness on Nopkor to the growth of rubber seed on polybag using sleep eye oculation stum technique RRIC variety which was done in Tugu Sempurna II village on February 1, 2015 to June 12, 2015. Research method that used were experimental research using 30 sample of plants consisted of 15 Nopkor treatments and 15 plants as the control, by seeing three parameters which were the stem height, the stem diameter, and the sum of the leaves. The result of that three parameters counted statistically through T –Test Independent.
The statistical calculation of the three parameters showed that not significant, which meant the result of the application of Nopkor and control did
not have different result. The growth of rubber’s stem height, diameter and the
sum of the leaves were tobs = -0.58055, - 0.9179 and - 0.6596 smaller than tcrit = 2.048 (table tcrit) with α = 0.05. In conclusion, the application of Napkor upon rubber plant (Havea brasiliensis) did not affect effectively in completing nutrition that support the growth of rubber plant.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pupuk Probiotik Nopkor Terhadap Pertumbuhan Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis)”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dorongan,
semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:
1. Ide Sanghyang Widhi Wase yang telah memberikan rahmat kehidupan,
penyertaan, kekuatan, kesehatan, dan selalu mendengarkan doa-doa
penulis.
2. Bapak Rohandi Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. selaku ketua Program Studi
Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
4. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku dosen pembimbing
yang dengan sabar dan tulus membimbing penulis selama proses
penyusunan skripsi.
5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan
mengajari penulis selama perkuliahan di Pendidikan Biologi.
6. Segenap staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
xi
7. Orang tua, saudariku, dan segenap keluarga yang selalu memberikan
dorongan baik moril maupun material kepada penulis untuk mendukung
penulis dalam menjalankan tugas studi.
8. Putu Asrini yang selalu memberi dorongan semangat dan doa dalam
menjalankan tugas studi.
9. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2011 yang selalu
bersama-sama berjuang, memberikan semangat, dukungan, waktu, perhatian selama
melaksanakan studi di Pendidikan Biologi dari awal masuk perkuliahan
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
10.Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan
doa, bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi dunia
pendidikan dan bagi pembaca umumnya.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Permasalahan ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah………..………..………...……... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Definisi Pupuk ... 7
B. Deskripsi Pupuk Probiotik ... 7
C. Deskripsi pupuk Probiotik Nopkor ... 8
D. Tanaman karet ... 9
E. Langkah-Langkah Dalam Melakukan Okulasi Tanaman Karet... 33
xiii
G. Hipotesis ... 35
BAB III METODOLOGI ... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Alat dan Bahan ... 36
C. Cara Kerja ... 37
D. Metode Analisa Data ... 43
E. Agenda penelitian... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Data dan Analisis Hasil Penelitian ... 45
B. Pembahasan ... 52
BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJAR ... 63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ketahanan klon karet anjuran terhadap penyakit utama dan angin ... 31
Tabel 3.1 Tinggi tanaman dengan perlakuan NOPKOR ... 42
Tabel 3.2 Tinggi tanaman dengan perlakuan kontrol... 42
Tabel 3.3 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR ... 42
Tabel 3.4 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Kontrol. ... 42
Tabel 3.5 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR ... 43
Tabel 3.6 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan control ... 43
Tabel 4.1 Rata – rata pertumbuhan tinggi batang tanaman Karet ... 47
Tabel 4.2 Rata – rata pertumbuhan diameter batang tanaman Karet ... 49
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Karet ... 19
Gambar 3.1 Penyusunan polibag dalam penanaman bibit karet ... 39
Gambar 4.1 Grafik Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari. ... 45 Gambar 4.2 Grafik Pola Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari. ... 48 Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Jumlah daun tanaman karet (Havea Brasiliensis)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea
Brasiliensis) ... 70
Lampiran II. Hasil Perhitungan Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) dengan uji T – Test Independen. ... 82
Lampiran III. Uji Normalitas ... 91
Lampiran IV. Identifikasi Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) ... 93
Lampiran V. Rancangan Hasil Penelitian untuk Pendidikan ... 94
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan
yang sangat melimpah. Kekayaan alam dapat dilihat dari keanekaragaman
hayati yang ada di Indonesia. Hal ini dilihat dari tanahnya yang subur dan
iklim yang tropis, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi
sebagai petani baik dibidang sayur-sayuran, palawija maupun perkebunan.
Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai
sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang
cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman karet terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen. Agar tanaman
karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak
maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang
diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang
tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan
terhambat. Lingkungan kurang baik juga sering mengakibatkan produksi
lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama
di Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di
Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera dan di kalimantan
Pertanian karet (Havea brasiliensis) memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia yang merupakan negara
produsen karet yang memiliki arti penting bagi perolehan devisa sekaligus
penyerapan tenaga kerja. Sebagai gambaran pada tahun 2006, industri
karet berjenis crumb rubber berhasil meraup devisa eksport US$ 3,77 Milyar, hampir 50% dari nilai eksport produk pertanian. Tenaga kerja
yang terserap dalam penyediaan bahan baku (petani karet) lebih dari 6 juta
orang belum termasuk pedagang pengepul. Luas areal tanaman karet di
Indonesia pada saat ini 3,309 juta ha, dimana 84,49 % (2,796 ha)
merupakan perkebunan rakyat. Oleh karena itu maju mundurnya kinerja
industri karet alam didalam negri akan memberikan dampak yang cukup
luas bagi kesejahteraan rakyat (Haryanto, 2012).
Kebutuhan karet akan semakin meningkat seiring perkembangan
zaman, dimana standar kehidupan manusia juga terus berkembang. Dalam
kehidupan sehari-hari, produk olahan karet selalu dibutuhkan seperti untuk
pembuatan ban, sepatu berbahan karet, produk rumah tangga, komponen
kendaraan, komponen elektronik, dan sebagainya yang dihasilkan dari
tanaman karet.
Walaupun demikian, usaha budidaya karet tidak mudah seperti
dibayangkan, banyak hal yang perlu dipersiapkan, seperti penyiapan media
tanam, pembibitan dan perawatan tanaman karet hingga dalam proses
pemanenannya. Untuk itu diperlukan penelitian yang mendukung untuk
pembuatan bibit karet merupakan jantung dari keberhasilan dalam
pembuatan kebun karet. Maka untuk itu juga perlu adanya pembaharuan
dalam penyiapan bibit seperti pengetahuan akan penyiapan media tanam
dan zat tambahan yang mendukung pertumbuhan bibit yang maksimal
sehingga didapatkan bibit yang berkualitas baik.
Permasalahan yang dihadapi oleh petani dalam budidaya tanaman
karet adalah susahnya dalam memperoleh bibit tanaman. Petani dalam
membangun kebun karet harus membeli dengan harga yang mahal untuk
memperoleh bibit unggul. Beberapa petani juga dalam membangun kebun
menyiapkan bibit sendiri namun terkendala dalam memilih varietas mana
yang akan ditanam, karena pada bibit dengan teknik okulasi tidaklah
mudah. Petani harus menyiapkan entres yang baik namun keterbatasannya
adalah minimnya pengetahuan petani mengenai varietas mana yang baik
untuk digunakan dalam pembuatan bibit. seringkali petani terkecoh dalam
pemilihan entres dalam pembuatan bibit saat mencari entres unggul
didalam sebuah kebun karena hanya melihat pada tanaman mana yang
terdapat lateks yang banyak dan tidak memperhatikan apakah dalam
proses pemanenan penempatan lateks itu diacak atau bener-benar lateks
pada karet yang dijadikan entres untuk membuat bibit unggul.
Penelitian bagi kepentingan pembaharuan penyiapan bibit kiranya
perlu dilakukan dengan fokus yakni penelitian pupuk khusus yakni
pemberian Nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet
pemberian pupuk khususnya Nopkor dipilih sebagai bahan kajian karena
prospek pembaharuan yang bisa diciptakan sangatlah menjanjikan.
Penyiapan bibit bisa lebih ditingkatkan keberhasilannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur
karet (Havea brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor?
2. Apakah media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat
membantu memaksimalkan pertumbuhan tanaman karet (Havea
brasiliensis)?
C. Batasan Penelitian
Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas maka penelitian dibatasi
sebagai berikut:
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah bibit karet varietas RRIC dengan teknik stum
okulasi mata tidur yang dibeli di desa Tugu Sempurna II, kecamatan.
Muara Kelingi, kabupaten Musirawas Sumatera Selatan.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah media tanah tanpa Nopkor dan tanah
diberi Nopkor.
3. Parameter
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan bibit
tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang serta ketahanan
terhadap hama dan penyakit meliputi keutuhan daun sebagai data
pendukung dalam penelitian.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet
(Havea brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor
2. Mengetahui media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat
membantu pemaksimalkan pertumbuhan tanaman karet (Havea
brasiliensis).
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui pengaruh Nopkor terhadap pertumbuhan bibit karet
dengan teknik stum okulasi mata tidur dan dapat memberi pengalaman
baru bagi peneliti dan mengetahui permasalahan yang terjadi dalam
perawatan bibit karet dengan teknik stum okulasi mata tidur, selain itu
juga dapat memperluas dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dibidang pertanian.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat dijadikan materi sumbangan dalam pembuatan
3. Bagi Siswa
Siswa dapat mempraktekkan penelitian secara sederhana melalui
kegiatan praktikum yang dirancang oleh guru sehingga siswa dapat
dengan mudah memahami materi karena telah mengalami secara
langsung.
4. Bagi Masyarakat
Mendapatkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang dapat
dijadikan pedoman mengenai media tanam dan unsur tambahan dalam
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Pupuk
Dalam arti luas, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk
mengubah sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga menjadi lebih baik
bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian khusus pupuk adalah suatu
bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan
tanaman (Rosmarkam, 2001).
B. Deskripsi Pupuk Probiotik
Probiotik berasal dari bahasa Yunani berarti kehidupan dalam arti
sempit sebagai sekumpulan mikrobia yang bersifat menguntungkan.
Adapun banyak pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian
probiotik. Menurut Sperti (1971), probiotik diartikan sebagai ekstrak dari
jaringan yang dapat menstimulus pertumbuhan mikroorganisme. Menurut
Parker (1974), diartikan sebagai organisme dan substrat yang berpengaruh
terhadap keseimbangan mikrobiota dalam system pencernaan. Sedangkan
menurut Lily dan Stilwell (1965), probiotik adalah suatu senyawa yang
dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dapat memacu pertumbuhan
C. Deskripsi pupuk probiotik Nopkor
Nopkor atau dengan nama trivialnya Nitrogen Phospat Kalium Organism Recovery merupakan kultur campuran mikrobia fiksasi nitrogen, pelarut, phospat, dan kalium yang mengandung mikrobia N-P-K.
Fungsi utama Nopkor sebagai penggembur dan pengembalian
kesuburan tanah sehingga unsur hara tanah akan menjadi lebih kaya baik
secara unsur makro dan mikro yang bermanfaat bagi tanaman serta
berfungsi sebagai pupuk (Murwono, 2012). Jenis mikrobia yang
terkandung di dalam proses pembuatan Nopkor adalah Aceto mycetes. Pemberian Nopkor pada pemupukan tanaman tidak diperbolehkan
mengenai bagian tubuh tumbuhan, hal ini dikarenakan akan menyebabkan
pembusukan pada bagian tumbuhan tersebut. Secara rinci fungsi Nopkor
adalah sebagai berikut:
1. Dapat menstabilkan pH pupuk dan tanaman
2. Mencegah terjadinya pembusukan akar
3. Mempercepat pertumbuhan tunas
4. Meningkatkan aktivitas akar untuk berkembang dan memudahkan
penyerapan unsur hara
5. Dapat membuat pupuk kompos
6. Dapat mendekomposisikan residu tanah
7. Mencegah laju pertumbuhan mikrobia bersifat pathogen
8. Dalam penggunaan yang benar, dapat dijadikan cadangan makanan
9. Dapat memulihkan generasi yang hampir punah atau membantu sifat
baik dari induk tanaman (Murwono, 2012).
D. Tanaman karet
1. Sejarah tanaman karet
Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun
sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran
karet di Asia Tenggara dibawa oleh Henry Wickham. Saat ini Negara -
negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar
adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia (Santi, 2009).
Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari
3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya
85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7%
perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.
Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2,2 juta ton
(Anwar, 2006).
2. Macam-macam tanaman karet
Berikut ini akan disampaikan uraian singkat tentang ciri-ciri
beberapa klon penting atau ungul yang dianjurkan oleh Balai-balai
penelitian untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya karet dewasa
ini. Klon-klon yang dimaksud adalah: GT 1, AVROS 2037, PR 228,
1. Klon GT 1
Silsilah dari klon GT1 adalah Klon Primer yang memiliki ciri-ciri
tanaman muda sebagai berikut:
o Batang: agak jagur, tegak sampai agak bengkok-bengkok,
silindris samapai agak pipih.
o Kulit batang: warna cokla tua sampai kehitam-hitaman,
celah-celah berupa berupa jala dan sempit, lentisel sedikit dan halus.
o Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun agak besar dan
berbonggol.
o Payung: bentuk kerucut terpotong, agak besar dan tertutup,
tangkai daun agak jarang atau sedang, jarak antar paying agak
dekat sampai sedang.
o Tangkai daun: bentuk agak cembung dan hampir berbentuk
huruf S, agak kurus dan agak pendek, arahnya mendatar sampai
agak terkulai, kaki tangkai daun agak besar dan bagian atasnya
agak rata.
o Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, pendek, arahnya
terjungkat (keatas), membentuk sudut sempit (< 60o).
o Helai daun: warna hijau tua agak mengkilat, agak kaku,
bentuknya elips, panjangnya 2x lebar, pinggir daun rata, ujung
daun agak lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan ekor
agak panjang, penampang melintang cekung, penampang
terpisah sampai bersinggungan, daun tengah sejajar dengan daun
pinggir, daun pinggir tidak simetris.
o Warna lateks: putih.
2. Klon AVROS 2037
Memiliki silsilah AVROS 256 x AVROS 352 dengan ciri-ciri
tanaman muda sebagai berikut:
o Batang: besar, tegak agak melengkung, silindris.
o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa jala dan
sempit sekali, lentisel sedikit dan halus.
o Mata: letaknya dalam lekukan, bekas pangkal tangkai daun kecil
dan rata.
o Payung: bentuk kerucut, sedang, terbuka, tangkai daun agak
jarang, jarak antar payung sedang.
o Tangkai daun: bentuknya agak cembung, panjang, kurus,
arahnya mendatar agak ke bawah sedikit, pangkal tangkai daun
kecil dan bagian atasnya rata.
o Anak tangkai daun: bentuknya pendek, lurus, gemuk, arahnya
terhadap tangkai daun terjungkat (ke atas), membentuk sudut
sedang (+ 60o).
o Helai daun: warna hijau kekuning-kuningan, suram, tipis tidak
kaku, bentuknya elips sampai agak oval, panjang 2,5x lebar,
pinggir daun sedikit bergelombang tak teratur, ujung daun lebar
penampang melintang rata, penampang memanjang agak
cembung sedikit, letak daun agak sedikit terkulai, helaian daun
bersinggungan sampai tumpang tindih, daun tengah dibawah
kedua daun pinggir.
o Warna lateks: putih kekuning-kuningan.
3. Klon PR 228
Memiliki silsilah BR 2 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda
sebagai berikut:
o Batang: besar, tegak lurus, silindris.
o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa alur sempit
tak teratur, lentisel agak banyak dan agak kasar.
o Payung: bentuk busur sampai setengah bulatan, besar, agak
tertutup, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang.
o Tangkai daun: bentuknya lurus hampir berbentuk huruf S, agak
panjang, agak lurus, arahnya terjungkat sampai agak mendatar,
kaki tangkai sedang dengan sedikit lekukan dibagian atasnya.
o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, agak pendek, gemuk,
arahnya terhadap tangkai daun ke atas, membentuk sudut sedang
(+ 60o).
o Helai daun: warna hijau kekuning-kuningan, agak kaku,
bentuknya oval, panjang 2,5x lebar, pinggir daun rata, ujung
daun lebar dan garis tepinya melengkung dengan ekor daun
lurus, letak daun agak terkulai, letak helai daun bersinggungan
sampai sedikit tumpang tindih, daun tengah agak dibawah dari
daun pinggir dan terpuntir.
o Warna lateks: putih kekuning-kuningan.
4. Klon PR 255
Memiliki silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda
dari klon ini adalah sebagai berikut:
o Batang: Besar, tegak lurus, silindris.
o Kulit batang: warna coklat kehitam-hitaman, celah-celah berupa
alur, lebar, tak teratur, lentisel sedikit dan halus.
o Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun menonjol dan agak
kecil.
o Payung: bentuk busur, agak besar, agak terbuka, tangkai daun
rapat/padat, jarak antar payung agak jauh.
o Tangkai daun: bentuk lurus agak cembung, panjang, kurus,
arahnya mendatar sampai agak ke atas, pangkal tangkai daun
agak kecil dan bagian atasnya belekuk.
o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, panjang, arahnya terhadap
tangkai daun lurus, membentuk sudut sedang (+ 60o).
o Helai daun : warna hijau agak kusam, agak kaku, bentuknya
elips panjang, panjang 21/4 x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak menyempit dan garis tepinya hampir lurus dengan
memanjang lurus, letak daun tegak agak terkulai, antar daun
terpisah, daun tengah dibawah daun pinggir dan terpuntir.
o Warna lateks: kuning.
5. Klon PR 300
Memiliki silsilah PR 226 x PR 228 dengan ciri-ciri tanaman muda
adalah sebagai berikut:
o Batang: agak besar, tegak lurus, silindris.
o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa jala agak
lebar, lentisel sedikit dan halus.
o Mata: letaknya agak menonjol, bekas pangkal tangkai daun
sedang dan rata.
o Payung: bentuk busur, agak kecil, terbuka, tangkai-tangkai daun
padat, jarak antar payung sedang.
o Tangkai daun: bentuknya hampir lurus, agak pendek, agak lurus,
arahnya mendatar sampai agak keatas, pangkal tangkai daun
agak kecil dan bagian atasnya rata.
o Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, agak panjang, kurus,
arahnya terhadap tangkai daun terjungkat (keatas), membentuk
sudut sempit (< 60o).
o Helai daun: warna hijau kekuning - kuningan, agak kusam, tipis
dan agak kaku, bentuk oval panjang, panjang 2,75 x lebar,
pinggir daun agak bergelombang tak teratur, ujung daun lebar
penampang melintang agak cekung, penampang memanjang
lurus, letak daun tegak agak terkulai, helaian daun terpisah, daun
tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir.
o Warna lateks: kekuning-kuningan.
6. Klon PR 303
Yang mempunyai silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman
muda adalah sebagai berikut:
o Batang: besar, tegak lurus, silindris.
o Kulit batang: warna coklat, celah - celah berupa alur tak teratur
dan sempit.
o Mata: letaknya hampir rata, bekas pangkal tangkai daun agak
besar dan rata.
o Payung: bentuk busur, agak besar, terbuka, tangkai daun agak
jarang, jarak antar payung sedang.
o Tangkai daun: bentuknya hampir lurus, agak panjang, sedang,
arahnya mendatar samapi agak ke atas, pangkal tangkai daun
agak besar dan bagian atasnya berlekuk.
o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, panjang, agak kurus,
arahnya terhadap tangkai daun lurus, membentuk sudut sedang
(+ 60o).
o Helai daun: warna hijau, kusam, tipis agak kaku, bentuknya oval
agak panjang, panjang 2,5 x lebar, pinggir daun bergelombang
dengan ekor daun pendek, penampang melintang rata,
penampang memanjang lurus, letak daun tegak agak ke bawah,
helaian daun terpisah sampai bersinggungan, daun tengah agak
dibawah sedikit dari kedua daun pinggir dan terpuntir, helaian
daun pinggir simetris.
o Warna lateks: kekuning-kuningan.
7. Klon LCB 1320
Klon ini memiliki silsilah Klon Primer dengan ciri - ciri tanaman
muda adalah sebagai berikut:
o Batang: besar, tegak lurus, silindris.
o Kulit batang: warna coklat, celah-celah merupakan alur panjang
dan sempit kadang - kadang terputus - putus, lentisel sedikit dan
halus.
o Mata: letaknya rata dan bekas tangkai daun besar dan agak
berbonggol.
o Payung: bentuk setengah bulatan sampai kerucut terpotong,
besar, agak terbuka, tangkai daun agak rapat, jarak antar payung
sedang.
o Tangkai daun: bentuknya lurus sampai sedikit cembung,
panjang, arahnya menjungkat, membentuk + 60o.
o Helai daun : warna hijau kekuning - kuningan, berkilau, agak
kaku, bentuk oval panjang, panjang 3 x lebar, pinggir daun agak
ekor daun agak panjang, penampang melintang datar sampai
sedikit berbentuk huruf V, penampang memanjang agak
cembung, letak daun landai, antar daun terpisah dan daun tengah
terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir.
o Warna lateks: putih.
8. Klon RRIM 600
Silsilah dari klon ini adalah Tjir 1 x PB 86 dengan ciri-ciri tanaman
muda klon ini adalah sebagai berikut:
o Batang: agak besar, tumbuh meninggi, tegak lurus, sedikit
bengkok, silindris.
o Kulit batang: warna coklat, coklat hitam dibawah bekas pangkal
tangkai daun, celah - celah berupa alur tak teratur agak sempit,
lentisel sedikit sekali dan halus.
o Mata: letaknya agak rata, bekas pangkal tangkai daun kecil
agak berbonggol.
o Payung: bentuk busur sampai kerucut, agak kecil, agak tertutup,
tangkai-tangkai daun agak jarang, jarak antar payung jauh
sekali.
o Tangkai daun: bentuknya lurus agak berbentuk huruf S, panjang,
agak kurus, arahnya mendatar agak keatas, pangkal tangkai daun
o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, penek, kurus, arahnya
terhadap tangkai daun lurus agak keatas sedikit, menbentuk
sudut sedang (+ 60o).
o Helai daun : warna hijau, agak mengkilat sedikit, agak lemas,
bentuknya oval agak panjang, panjang 21/3 x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan garis tepinya melengkung
dengan ekor dan agak panjang, penampang melintang rata,
penampang memanjang lurus sedikit melengkung, letak daun
terkulai, helaian daun terpisah, daun tengah terletak dalam satu
bidang dengan daun pinggir.
o Warna lateks: putih.
Keterangan tentang singkatan nama-nama klon
GT : Gondang Tapen
WR : Wangun Reja
PR : Proefstation Rubber
LCB : Landbouw Caoutchuc Bedrijf
AVROS: Algemene Vereniging van Rubberplanters ter Ooskust van
Sumatra
PPN : Perusahaan Perkebunan Negara
Tjir : Tjirandji
GYT : Good Year Type
RRIM : Rubber Research Institute of Malaysia
IAN : Instituto Agronomico dede Norte (Brazil)
BPM : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Medan
BPPJ : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Jember
RCG : Rubber Research Center Getas
IRR : Indonesian Rubber Research
3. Klasifikasi tanaman karet
Tanaman karet (Havea brasiliensis Mull Arg), merupakan tanaman tergolong tanaman tahunan berbentuk pohon cukup besar. Menurut
Tjitro Soephomo (1991) Dalam dunia tumbuhan tanaman karet
tersusun dalam sistematika berikut:
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Dikotiledoneae
Ordo: Euphorbiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Havea
Spesies: Havea
brasiliensis
Gambar 2.1 Tanaman Karet
4. Marfologi dan fisiologi tanaman karet
Menurut Budiman (2012), tanaman karet diperbanyak melalui
okulasi, untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan
batang bawah berupa tanaman pesemaian biji-biji klon anjuran,
Untuk mendapatkan bibit yang bermutu perlu mempersiapkan
kebun batang bawah dan atas (entres) dibangun sesuai dengan standar
yang dianjurkan, memulai dari pemilihan lokasi sampai dengan
pengelolahannya. Setelah membangun batang bawah dan kebun batang
atas dapat dilakukan okulasi dengan menempel mata dari satu tanaman
sejenis dengan tujuan untuk mendapatkan sifat unggul, hasil tersebut
akan diperoleh bibit unggul seperti stum mata tidur, stum mini, stum
tinggi, dan bibit dalam polibag namun yang sering digunakan petani
adalah stum mata tidur dan bibit dalam polibag. Pengenalan ciri-ciri
karet pada tanaman muda dilakukan pada tanaman berumur 10-18
bulan dengan jumlah 4-6 payung, ciri-ciri tanaman muda okulasi yang
entresnya berasal dari klon tertentu, dapat ditentukan dengan
memperhatikan bagian-bagian tanaman (Setyamidjaja, 1993) :
1. Batang
Dalam mengidentifikasi batang perlu diperhatikan:
Pertumbuhan batang : dapat tumbuh besar tegap atau kurus
Ketegakan batang: dapat tumbuh tegak lurus, bengkok,
lengkung atau miring (condong).
Bentuk batang: dapat silindris, pipih lurus, atau pipih spiral
(terpuntir).
2. Kulit batang
Dalam mengidentifikasi kulit batang menggunakan ciri pada
Corak kulit gabus: dilihat retak-retak kulit gabus dengan
celah-celahnya. Bentuk celah ada yang panjang dan teratur,
terputus-putus, seperti jalan, ada yang lebar dan ada pula yang sempit.
Warna kulit gabus: coklat muda, coklat tua kehitam-hitaman.
Banyaknya lentisel: banyak, sedang atau sedikit, bila diraba
dengan tangan terasa kasar atau halus.
3. Mata
Mata adalah primordia tunas yang terletak diatas bekas
kedudukan pangkal tangkai daun. Dari primordial ini akan
keluar tunas baru. Letak mata didalam lekukan, terlihat rata atau
menonjol. Berkas pangkal tangkai daun: ada yang rata atau
menonjol.
4. Payung
Ciri-ciri yang diperhatikan adalah:
Bentuk payung: ada yang berbentuk setengah bulat, busur
kerucut, atau kerucut terpotong.
Ukuran payung hanya dapat ditentukan ukuran relatifnya, yaitu
besar, kecil atau besar.
Kepadatan payung: dengan memperhatikan letak
tangkai-tangkai daun dalam satu payung, seperti padat, jarang, agak
padat, atau agak jarang.
Kerapatan permukaan payung : dengan memperhatikan keadaan
(jika kita memandang dari samping tidak tembus ke sebrang)
atau payung terbuka (jika keadaan sebaliknya)
Jarak antar payung: dengan melihat letak payung yang di atas
dan dibawahnya dan bagian payung yang tidak berdaun yang
terletak diantara payung, dibedakan sebagai berikut: jauh, dekat
atau agak dekat.
5. Tangkai daun
Yang diperhatikan dalam mengidentifikasi tangkai daun
adalah tangkai-tangkai yang terletak dalam payung termuda yang
pertumbuhannya sempurna, demikian pula untuk mengidentifikasi
anak tangkai daun, helaian dan ciri-ciri yang diperhatikan ialah:
Posisi tangkai daun : terjungkit (membentuk sudut runcing),
terkulai (membentuk sudut tumpul ), mendatar/ horizontal
Bentuk tangkai daun, yaitu benyuk tangkai secara memanjang:
lurus, cembung, cekung, berbentuk huruf S.
Ukuran tangkai daun : untuk ukuran panjang : panjang, sedang,
pendek dan ukuran besar : gemuk, kurus, agak gemuk, dan agak
kurus
Ukuran pangkal tangkai (kaki tangkai): pada pangkal ada yang
berbentuk besar, kecil atau sedang. Bagian atas: ada yang
6. Anak tangkai daun
Posisi anak tangkai daun terhadap tangkai daun: terjungkat,
dan searah dengan arah tangkai daun. Ukuran anak tangkai daun:
dilihat dari panjangnya dan ukuran besarnya. Bentuk anak tangkai
daun: lurus atau melengkung. Besarnya sudut yang dibentuk oleh
anak tangkai daun yang ditengah, pinggir, dengan besar sudut:
besar bila sudut lebih dari 600, kecil jika kurang dari 600, dan sedang bila sudutnya antara 600.
7. Helaian daun
Warna kilau dan lekukan daun yakni hijau muda, hijau tua,
dan hijau kekuningan, berkilau atau kusam, lekukan kaku atau
tidak. Bentuk helaian daun: elip, bulat telur, belah ketupat. Pada
bagian pinggir daun dan ekor daun: agak rata bergelombang atau
bergelombang. Penampang daun: bentuk penambang memanjang
dari daun sampai ekor lurus atau cembung dan bentuk penampang
melintang daun: datar, cembung, cekung, atau berbentuk huruf V.
letak daun terhadap permukaan payung terkulai, dan tegak standar
dan tembus pandang, atau antara keadaan terkulai dan mendatar.
Letak helai daun dan posisi letak daun tengah: letak helaian
daun dipengaruhi oleh ukuran panjang anak tangkai daun, besarnya
sudut yang dibentuk oleh anak daun, dan besarnya bagian lebar
dari helaian daun. Letak helaian daun ada yang terpisah,
daun pinggir ada yang simetris (setangkup) dan ada yang tidak.
Pada daun helaian pinggir yang tidak simetris, bagian helaian daun
sebelah kiri tulang daun utama tidak sama lebarnya dengan bagian
sebelah kanan tulang daun utama.
8. Warna lateks
Klon karet mempunyai warna latek putih, putih
kekuning-kuningan atau kuning. Warna latek juga dapat membedakan klon
yang satu dengan yang lain.
9. Akar
Perakaran tanaman karet tersusun atas akar tunggang, akar
lateral dan akar baru. Akar lateral pertumbuhannya menyebar ke
segala arah. Ketiga akar ini adalah sistem dari tanaman yang
berada pada bagian bawah permukaan tanah dan berperan besar
dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Perkembangan perakaran tanaman pada umumnya dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu energi yang tersedia dalam jaringan tanaman
dan keadaan lingkungan pertumbuhan akar.
Pada mulanya pertumbuhan akar hanya terbatas pada daerah
sekitar pohon setelah lebih dari lima tahun, akar mulai menyebar
lebih jauh lagi dari pohon. Panjang akar tunggang mampu
mencapai kedalaman dua meter atau lebih, sedangkan akar
lateralnya mampu menyebar hingga 20 meter atau lebih. Fungsi
tanaman dan sebagai organ yang berfungsi dalam pengambilan air
dan unsur hara dari dalam tanah. Akar merupakan organ tanaman
yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan
dan pertumbuhan tanaman karet, maka dari itu akar tanaman karet
harus tumbuh dengan baik agar dihasilkan tanaman yang baik.
Kulit batang tanaman karet memiliki struktur anatomi seperti
tanaman dikotil lainnya. Pada bagian kulit batang karet terdapat
pembuluh latek, yang banyak mengandung getah atau latek.
10.Ciri-ciri khusus
Kadang-kadang pada klon tertentu memiliki ciri khusus
seperti: lelehan lateks, helaian daun tengah yang terpuntir, lateks
yang berubah warna menjadi ungu, dan lain-lain. Mengenai ciri -
ciri diatas hampir semuanya dapat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungannya seperti: jenis tanah, tinggi tempat, kesuburan tanah,
pemupukan, iklim, dan lain-lain.
Berikut ini akan disampaikan uraian singkat tentang ciri - ciri
beberapa klon penting atau ungul yang dianjurkan oleh balai-balai
penelitian untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya karet
dewasa ini. Klon-klon yang dimaksud adalah: GT 1, AVROS 2037,
5. Syarat tumbuh
Menurut Syakir (2010), membangun kebun karet diperlukan
teknologi budidaya karet yang mencakup beberapa kegiatan yaitu:
syarat tumbuh tanaman karet, klon-klon rekomendasi, bahan tanam,
pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama serta
penyadapan/panen.
Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu
yang merupakan syarat hidupnya. Lebih rinci syarat tumbuh diuraikan
sebagai berikut:
a. Iklim
Daerah yang cocok adalah pada zona antara 150 LS dan 150 LU,
dengan suhu harian 25-30 oC. b. Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000-
2.500mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun.
Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai
tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari,
minimum 5-7 jam/hari.
c. Tinggi tempat
Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200-400 m dari permukaan laut. Pada ketinggian >400
d. Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik
untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang
tumbuh tinggi dan berbatang besar, tinggi pohon dewasa
mencapai 15-25 m, batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan
memiliki percabangan yang tinggi diatas.
e. Tanah
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis
mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,
solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase, tetapi sifat
kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya
rendah. Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi
sifat fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya
kurang baik. Tanah - tanah kurang subur seperti podsolik merah
kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan pemupukan dan
pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan
karet dengan hasil yang cukup baik. Padas pada lapisan olah tanah
tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam
tanah terganggu.
Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman
adalah 4-8. Sifat - sifat tanah yang cocok pada umumnya antara
lain; aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur
terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan
<16% serta permukaan air tanah < 100 cm.
6. Hama dan penyakit
Beberapa penyakit gugur daun yang banyak dijumpai di pembibitan
antara lain; Penyakit gugur daun oidium, colletotrichum, corynespora
dan Helminthosporium.
a. Penyakit gugur daun Oidium
Gejala pada daun terdapat masa tepung berwarna putih
melekat pada permukaan bawah daun, kemudian berkembang
menyebabkan bercak transparan sehingga pertumbuhan daun
tidak normal, agak berkeriput. Masa tepung jamur tersebut dapat
juga menutupi permukaan atas daun. Daun muda yang masih
berwarna coklat tembaga jika terserang akan gugur, sedangkan
daun-daun yang lebih dewasa tidak gugur akan tetapi fungsi
untuk berfotosintesis tidak maksimal. Serangan pada pembibitan
batang bawah menyebabkan tanaman gundul dan pertumbuhan
terhambat sehingga waktu okulasi tertunda.
b. Penyakit gugur daun Corynespora
Jamur Corynespora cassiicola terutama menyerang daun, baik pada tanaman muda maupun tanaman tua. Gejala diawali
tulang-tulang daun selanjutnya bercak berkembang dan meluas,
berbentuk bulat atau tidak teratur. Bagian tepi bercak berwarna
coklat dengan bagian pusatnya mengering atau dapat berlubang.
Disekitar bercak biasanya terdapat daerah yang berwarna kuning
agak lebar. Pada daun muda serangan Corynospora tidak menimbulkan bercak yang nyata, tetapi tampak kuning merata di
seluruh permukaan daun. Kejadian ini disebabkan karena toksin
yang dibentuk oleh jamur Corynospora, dimana dengan hanya bercak yang kecil pada tulang daun, karena adanya toksin maka
daun dapat menguning, menjadi coklat dan gugur.
c. Penyakit gugur daun Colletotrichum
Colletotrichum gloeosporioides menyebabkan bercak bundar pada daun dengan diameter 2 mm dan mula-mula berwarna
coklat, selanjutnya bagian pusat menjadi abu-abu sampai putih,
nekrotis dan sering membelah. Daun-daun muda menjadi
kehitaman dan gugur, infeksi pada daun yang lebih tua akan
mengakibatkan defoliasi. Bercak dapat berkembang pada tangkai
daun dan menginfeksi pada daun muda menyebabkan daun
berwarna hijau tua, sporulasi terjadi pada keadaan yang lembab
yang ditandai dengan koloni spora yang berwarna merah jambu.
Pada daun-daun yang lebih dewasa infeksi Colletotrichum
mengakibatkan tepi serta ujung daun berkeriput dan pada
dengan tepi kuning bergaris tengah 1 - 2 mm. Bila daun-daun
bertambah umur maka bercak akan berlubang ditengahnya dan
bercak-bercak ini menonjol dari permukaan daun. Infeksi
Colletotrichum hebat mengakibatkan matinya pucuk tanaman. d. Penyakit gugur daun Helminthosporium
Gejala yang khas dari penyakit ini adalah bercak-bercak
bulat, bergaris tengah 1-3 mm, dengan pusat yang tembus cahaya
dan tepi coklat sempit yang jelas, yang mirip dengan mata
burung. Gejala seperti ini terjadi bila infeksi berlangsung pada
saat daun sudah mencapai ukurannya yang penuh, tetapi masih
tergantung lemas. Sering kali pada daun yang sama terdapat tiga
macam gejala yaitu; pucuk keriput, mata burung yang khas, dan
bercak coklat tua. Ketiga gejala tersebut menunjukkan bahwa
daun mendapat infeksi berulang-ulang selama perkembangannya,
dipusat bercak yang tembus cahaya pada sisi bawah daun sering
terlihat tepung hitam yang terdiri dari konidium jamur.
Intensitas serangan patogen penyebab penyakit gugur daun
karet sangat dipengaruhi oleh kondisi dan sifat ketahanan
tanaman serta keadaan lingkungan (cuaca atau iklim). Untuk
penyebaran sporanya dibantu oleh angin dan hujan. Kondisi
tanaman yang kekurangan unsur hara, kurang pemeliharaan,
kelembaban udara yang tinggi, serta adanya air pada permukaan
dan menginfeksi tumbuhan sehingga menimbulkan penyakit yang
kronis. Sebaliknya penyakit gugur daun kurang dijumpai pada
tanaman yang terawat serta lahan dengan drinasi yang baik.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan penyakit gugur daun adalah:
Menanam klon - klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun di
daerah yang rawan serangan penyakit gugur daun. Klon - klon
tahan dan rentan terhadap beberapa penyakit gugur daun karet
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ketahanan klon karet anjuran terhadap penyakit utama dan angin
Klon Ketahanan terhadap Penyakit Ketahanan terhadapan
angin
Colletotrichum Corynespora Oidium
BPM24 Peka Moderat Moderat Moderat BPM107 Toleran Toleran Toleran Toleran BPM109 Toleran Toleran Toleran Moderat IRR104 Moderat Moderat Moderat -
PB217 Moderat Toleran Peka Toleran PB260 Toleran Toleran Toleran Peka PR255 Peka Toleran Moderat Toleran PR261 Peka Toleran Moderat Toleran BPM1 Moderat Toleran Toleran Toleran AVROS20
37
Peka Toleran Moderat Toleran
[image:50.595.101.521.192.752.2]Klon Ketahanan terhadap penyakit Ketahanan terhadapan
angina
Colletotrichum Corynespora Oidium
IRR32 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR39 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR42 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR118 Toleran Toleran Moderat Toleran Sumber: Balit Sembawa (2003) dlm Boerhendhy & Amypalupy (2011).
Perawatan karet tentunya perlu dilakukan pemupukan,
pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis
unsur hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur
hara pembentuk pupuk tersebut.
Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan
jenis dan unsur hara yang dikandungnya. Kadangkala petunjuk
pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan, karena itu sangat
penting untuk membaca label kandungan pupuk sebelum tidak
dapat dimanfaatkan tanaman dan memutuskan untuk membelinya.
Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui cara
aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat
lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada
E. Langkah-langkah dalam melakukan okulasi tanaman karet
Salah satu cara mendapatkan bibit tanaman karet unggul yaitu melalui
teknik okulasi. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan
okulasi yakni dalam penyiapan batang bawah dan kayu okulasi (entres).
Menurut Setyamidjaja (1993) mengatakan batang bawah yang baik dalam
okulasi adalah batang yang berumur 9-18 bulan dengan diameter berkisar
antara ± 2 cm diukur 10 cm diatas permukaan tanah dan tidak berada pada
stadium membentuk payung. Begitu juga pada entres yang dipilih adalah
tanaman karet yang diambil kulitnya yang berwarna antara hijau tua dan
coklat, berdiameter 1,5-3 cm. berikut langkah – langkah dalam melakukan okulasi tanaman karet:
1. Membersihkan pangkal bawah batang dari tanah terutama pada tempat
keratan (jendela) yang akan dibuat. Selanjutnya membuat jendela
okulasi panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm dengan menyayat kulit sampai
batas kayu.
2. Mempersiapkan mata okulasi (entres) yang baik dan membuat perisai
dengan memisahkan kayu dari kulit selanjutnya memasukkan perisai
ke dalam jendela.
3. Membalut perisai yang sudah dimasukkan kedalam jendela dengan
menggunakan pita plastik dan memastikan balutan tidak kena air
hujan.
4. Memerikasa balutan pada tanaman karet yang diokulasi, dan
menempel pada jendela yang dibalut berwarna hijau segar, waktu yang
dibutuhkan ± 30 hari.
5. Jika hasil okulasi jadi maka bibit hasil okulasi tanaman karet
dipindahkan dengan memotong batang bawah ± 10 cm diatas okulasi
dan memulai penyemaian kedalam polibag.
F. Hasil Penelitian yang relevan
Hasil penelitian yang relavan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2014) dengan judul
PENGARUH PUPUK PROBIOTIK NOPKOR DALAM
PEMUPUKAN SECARA ORGANIK TERHADAP HASIL PANEN
TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan dengan menggunakan NOPKOR berpengaruh
terhadap hasil panen tanaman cabai rawit. Hal ini dilihat dari berat
kering yang diukur pada hasil panen tanaman cabai.
2. Penelitian yang dilakukan Galuh (2014) dengan judul PENGARUH
MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
TANAMAN ANGGUR (Vitis vinivera) VARIETAS PROBOLINGGO BIRU. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan jenis tanah
dengan penambahan Nopkor berpengaruh nyata terhadap pertambahan
G. Hipotesis
1. Terdapat perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor.
2.
Media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat membantu36 BAB III METODOLOGI
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan model
rancangan penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan
salah satu jenis penelitian kuantitatif yang sangat kuat mengukur sebab
akibat yaitu membandingkan efek variansi variabel bebas terhadap
variabel tergantung melalui manipulasi atau pengendalian variabel
bebas tersebut (Taniredja & Mustafidah, 2011).
Penelitian ini menggunakan tiga variabel terdiri atas variabel
bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah media tanam dan pemberian Nopkor. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter tanaman. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah umur
bibit, pemeliharaan, penyiraman dengan dosis yang sama, suhu,
kelembaban dan intensitas cahaya.
B. Alat dan Bahan
1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, cangkul,
semprotan kecil, meteran, penggaris, benang, ember, takaran air,
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit karet hasil
dari stum okulasi mata tidur, Nopkor, tanah, pupuk NPK (sebagai
pakan mikrobia) dan air.
C. Cara Kerja
1. Penyiapan lahan
Dalam penelitian tanaman karet ditanam di dalam polibag yang
diletakkan dalam lahan, oleh karena itu lahan perlu disiapkan secara
intensif. Penyiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari
pohon-pohon atau gulma serta rumput yang tidak berguna. Sekeliling
lahan dibuat pagar pembatas untuk mencegah adanya ganguan dari luar
lahan selanjutnya lahan dipola untuk penempatan polibag dan
pengaturan pengairan.
2. Penyiapan sarana tanam
Penyiapan sarana penanaman yang diperlukan meliputi penyiapan
polibag, media tanam, Nopkor, dan bibit karet.
a. Penyiapan wadah tanam
Wadah tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag
berukuran 50 cm x 25 cm, tebal 0.10-0.15 mm dan berwarna hitam.
Penggunaan polibag berfungsi untuk mempermudah pemindahan
tanaman karet sehingga mempermudah dalam pengambilan data.
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah
alluvial, dan pupuk Nopkor. Sedangkan untuk pupuk NPK itu
diberikan sama dengan setiap polibagnya dimana fungsi dari NPK
sebagai makanan dari mikroba yang ada didalam media tanah dan
Nopkor itu sendiri.
c. Penyiapan bibit
Bibit karet yang digunakan yang digunakan berasal dari salah satu
varietas unggul yaitu RRIC didatangkan dari penangkar bibit dari
Tugu Sempurna 2, Sumatera Selatan. Bibit yang digunakan dalam
penelitian ini telah berumur 30 hari, tumbuh sehat dan mempunyai
tunas
3. Penanaman tanaman karet
a. Pengisian polibag
Tanah yang digunakan untuk mengisi polibeg adalah tanah
lapisan atas (top soil) yang subur dan mengandung bahan
organik. Tanah tersebut kemudian diayak untuk memisahkan dari
sisa-sisa akar dan kayu yang dapat menjadi sumber penyakit.
b. Menyusun polibag dan penanaman bibit karet
polibag disusun sejajar yang telah dibuat dengan ukuran lebar 40
cm x 20 cm memanjang sesuai dengan pembandingnya yaitu
penelitian A (degan Nopkor) menjadi 2 baris dan penelitian B
(tanpa Nopkor) menjadi 2 baris. Penyusunan dengan pemberian
tanaman dalam memperoleh cahaya sehingga proses fotosintesis
pada tiap tanaman baik. Jarak antara penelitian A dan B yaitu
60cm sehingga lebih membantu dalam pengontrolan. Adapun
[image:58.595.97.554.212.578.2]gambar penyusunan polibag dibuat seperti gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Penyusunan polibag dalam penanaman bibit karet
c. Penanaman bibit Karet
Media dalam polibag yang sudah tersusun sebelum
ditanami bibit terlebih dahulu didiamkan selama tiga hari terlebih
dahulu, pada penelitian A (diberi Nopkor) media diberi Nopkor
terlebih dahulu sebelum didiamkan. Kemudian memulai
penanaman bibit karet, arah mata okulasi karet dihadapkan ke
Timur untuk memudahkan pemeliharaan.
20
cm
40 cm
4. Pemeliharaan tanaman karet
a. Penyiraman
Penyiraman tanaman karet di dalam polibag menjadi sangat
penting karena pada awal pertumbuhan tanaman karet
membutuhkan air dalam jumlah yang cukup. Pada fase awal
pertumbuhan, penyiraman tanaman karet dilakukan sebanyak dua
kali sehari. Media tanam di polibag harus tetap dijaga agar tidak
mengalami kekurangan atau kelebihan air.
Oleh karena pada saat penanaman merupakan awal musim
hujan, penyiraman tidak dapat dilakukan. Penyiraman dilakukan
menyesuaikan kondisi kelembaban media tanam didalam
polibag.
b. Pemberian Nopkor
Pemberian Nopkor tanaman karet pada perlakuan A1-A15,
dilakukan setiap dua minggu sebanyak satu kali dengan takaran ±
150 cc setiap polibag. Nopkor yang digunakan adalah hasil
pengenceran dengan air. Perbandingan 40 cc Nopkor diencerkan
dengan 1 liter air sesuai dengan dosis standar yang tertera pada
Nopkor yang dibeli. Pemberian Nopkor dilakukan dengan
menyemprot pada media tanamnya sehingga akan memperkaya
nutrisi media tanam yang dibutuhkan tanaman karet yang
diujikan. Sedangkan perlakuan kontrol tidak diberikan Nopkor,
Sebelum media ditanamami dengan bibit terlebih dahulu
media dengan perlakuan Nopkor diberikan pupuk Nopkor
terlebih dahulu, kemudian didiamkan selama tiga hari agar
Nopkor pada media tanam bekerja, sehingga diharapkan mampu
memperoleh hasil yang baik. Setelah itu, media dalam polibag
bisa dipakai untuk menanam bibit karet.
c. Cara pengambilan data
Pengambilan data dalam penelitian untuk pengukuran tinggi
batang dan diameter batang menggunakan benang dan meteran.
Benang dibentangkan sesuai tinggi tanaman karet lalu diukur
dengan menggunakan meteran dan hasilnya dicatat dalam lembar
pengamatan, begitu juga dengan pengambilan data untuk
diameter batang dan untuk mengukur jumlah daun tanaman karet
dengan cara mengitung banyaknya tangkai dan dicatat sebagai
data hasil penelitian.
d. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data yang akan
dianalisis. Pengambilan data dilakukan setiap tiga hari sekali
selama empat bulan. Dalam penelitian, pengumpulan data
dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman karet yaitu
tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang sebagai
indikator pertumbuhan tanaman serta keutuhan daun sebagai
pencatatan data hasil pengamatan maka data dimasukan kedalam
tabulasi data seperti berikut:
[image:61.595.98.535.160.717.2]1. Tabulasi data tinggi tanamam karet
Tabel 3.1 Tinggi tanaman dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal
Pengambilan data
Tinggi Tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR (cm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Rata - Rata
Tabel 3.2 Tinggi tanaman dengan perlakuan kontrol Hari/tanggal
Pengambilan data
Tinggi Tanaman karet dengan perlakuan Kontrol (cm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Rata - Rata
2. Tabulasi data diameter batang tanamam karet
Tabel 3.3 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal
Pengambilan data
Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Rata - Rata
Tabel 3.4 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Kontrol. Hari/tanggal
Pengambilan data
Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Kontrol (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
3. Tabulasi data jumlah daun tanamam karet
Tabel 3.5 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal
Pengambilan data
Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Rata - Rata
Tabel 3.6 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan kontrol
Hari/tanggal Pengambilan data
Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan kONTROL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Rata - Rata
D. Metode Analisa Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan T-test
untuk dua grup independent. T-test independent digunakan untuk membandingkan dua kelompok yang independen yakni membandingkan
apakah hasil penambahan pupuk Nopkor dapat mempengaruhi
pertumbuhan bibit karet lebih baik dari pada tanpa ditambahkan Nopkor,
yang diperlukan adalah: mean, dari sampel, standar