• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jacq) termasuk gologan tumbuhan palma yang berasal dari Afrika. Dalam perekonomian Indonesia, komoditi kelapa sawit memegang peran yang cukup strategis kerena komoditas ini mempunyai prospek yang cukup cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu minyak kelapa sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai diseluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini mampu pula mencitakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Zen, 2006:25).

Kelapa sawit merupakan jenis tanaman yang multiguna karena dapat memberikan aneka hasil atau manfaat yang cukup besar. Selain menghasilkan minyak sawit dan minyak inti sawit, dari tanaman kelapa sawit juga dapat diperoleh bahan biodiesel, bungkil sawit dan lumpur sawitnya dapat dimanfaatkan untuk bahan penyekat atau campuran pakan ternak, tandan kosongnya untuk bahan baku kertas dan bahan baku pupuk, kayu pohonnya untuk dinding rumah, serta pulp kayunya digunakan untuk bahan baku kertas.

Oleh karena itu nilai manfaatnya yang begitu banyak, tanaman kelapa sawit banyak dilirik oleh pengusaha untuk dibudidayakan. Semakin melambungnya harga crude palm oil (CPO) juga menjadi alasan bagi para investor untuk menanamkan modalnya di perkebunan kelapa sawit. Tidak hanya pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang gencar memperluas areal perkebunan kelapa sawit, beberapa perusahaan swasta juga terus

mengembangkan usahanya di bidang kelapa sawit. Perusahaan inti rakya (PIR) juga turut menyumbang produksi kelapa sawit bagi Indonesia sehingga nilai devisa yang diperoleh Negara melambung tinggi (Sukamto, 2008).

Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak yang berasal dari daging buah warna merah, jenis minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil (CPO). Sedangkan minyak yang kedua berasal dari dari ini kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO) (Mangoensoekarjo, 2005).

Menurut Mangoensoekarjo (2005), produk kelapa sawit dapat di kelompokkan dalam:

a. Bahan Makanan

Minyak kelapa sawit mengandung kaloro yang cukup tinggi dan mengandung sejumlah vitamin antara lain pro-vitamin A (Beta Karotena), tokoferol sebagai sumber pro-vitamin E, dan tokotrienol. Minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit yang di gunakan sebagai bahan pangan yang diperoleh memalui proses fraksinasi, rafinasi dan hidrogenasi. Minyak kelapa sawit mengandung kolestrol rendah. minyak kelapa sawit yang dimurnikan (refined) menjadi minyak goring kandungan kolestrolnya akan turun smapai pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan manusia. Telah dibuktikan bahwa minyak goring kelapa sawit, terutama minyak goring merah (red cooking red) cenderung mengurangi terjadinya thrombosis pada urat nadi, tidak menigkatkan tekanan darah tinggi, dan tidak menimbulkan kanker.

b. Bahan Non Makan

Minyak kelapa sawit dapat dipakai untuk bahan industri berat ataupun ringan antara lain untuk industri penyemakan kulit agar menjadi lebih lembut dan

fleksibel. Dalam industry tekstil minyak sawit dipakai sabagai minyak pelumas yang tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi, pada industri kawat dipakai dalam cold rolling dan fluxing agent, dapa industri perak sebagai bahan flotasi pada pemisahan biji tembaga dan cobalt. Pada industry ringan minyak kelapa sawit dipakai sebagai sabun, detergen, semir sepatu, lilin, tinta cetak, dan lain-lain. C.

c. Bahan Kosmetik dan Farmasi

Minyak kelapa sawit selain untuk industry bahan makanan dan non makan juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk industri kosmetik dan industry farmasi. Minyak kelapa sawit banyak dipakai untuk pembuatan shampo, krim (cream), minyak rambut, sabun cair, lipstick dan lain-lain. Minyak kelapa mengandung beta-karotena yang cukup tinggi banyak dipakai untuk obat kanker paru-paru dan kanker payudara, dan juga berfungsi sebagai pembentuk vitamin A dalam tubuh manusia.

d. Pemanfaatan Limbah

Limbah dari kelapa sawit dapat berupa limbah cair dan limbah padat antara lain sabut, cangkang dan tandan kosong (janjang kosong). limbah cair dapat dimanfaatkan untuk penghasil energi, melalui pembuatan biogas dengan bantuan jasa renik. Sedangkan limah padat umunya dipakai sebagai sumber energy untuk bahan bakar pabrik. Tandan kosong juga dapat diproses menjadi furfural dan alkohol. Furfural yang dipisahkan dari selulosa melalui proses hidrolisis, dapat dipakai sebagai pakan ternak. Tandan kosong juaga dapat diproses menjadi pulp untuk pembuatan kertas dan pupuk kompos. Batang kelapa sawit dapat dijadikan kayu bangunan dan perabot.

Tanaman kelapa sawit menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dura, pisifera, dan tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang

tebal (6-8 mm) sehingga memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Kelapa sawit jenis pisifera tidak mempunyai cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Sedangkan hibrida dari dura (induk) x pisifera (jantan) yaitu tenera. Tenera mempunyai cangkang tipis (0,5-4 mm) dan dikelilingi oleh cincin-cincin serat pada mesocarp. Varietas tenera lebih disukai untuk penanaman komersil karena kandungan minyak di dalam mesocarp-nya lebih tinggi daripada dura. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging perbuahnya mencapai 90 % dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.

2. Indikator Keberhasilan petani

Salah satu indikator yang yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan petani adalah pendapatan. Besarnya pendapatan yang diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas usaha, pertanaman dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Apabila pendapatan petani semakin besar maka kesejahteraan petani juga akan meningkat (Hermanto1994:

56). Agar kesejahteraan petani menjadi lebih baik mereka perlu memperoleh pendapatan yang lebih besar.

Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani dapat berharap dapat meningkatakan pendapatannya sehingga kebutuhannya hidup sehari-hari dapat terpenuhi (Soekartawi. 2000:8).

3. Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah hasil pencarian usaha, perolehan sesuatu yang didapatkan (W.J.S Poerwadarminta 1996: 225). Pendapatan adalah barang-barang dan jasa yang dipengaruhi tingkat hidupnya (Sumitro Djojohadikusumo :53). Pengertian ini memberikan gambaran bahwa pendapatan merupakan sejumlah hasil yang diterima atau diperoleh dalam periode tertentu, baik bentuk material maupun non material yang mempengaruhi tingkat kehidupan seseorang.

Pendapatan meliputi sember-sumber ekonomi yang diterima perusahaan dari transaksi penjualan barang dan menyerahkan jasa kepada pihak lain (Sukirno. 1982: 102)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja usaha atau sebagainnya (Departemen Pendidikan dan +kebudayaan.1998:185).

Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang di terima oleh perorangan, perusahaan atau organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi ongkos dan laba (BN. Marbun. 2003:230).

Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam waktu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitik beratkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Pendapatan didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumahtangga selama jangka waktu tertentu.

Pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan. Nitisemito menyatakan bahwa jumlah pendapatan yang di terima mempunyai pengaruh terhadap semangat kerja. Semakin besar pendapatan (gaji) yang diberikan, semakin tercukupi kebutuhan mereka. Pengertian ini

sejalan dengan yang di kemukakan Hasibuan yaitu bahwa pendapatan adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima seseorang sebagai imbalan atas jasa yang telah diberikan kepada perusahaan atau tempat dia bekerja. Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dihasilkan seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu.

Pendapatan dapat diartikan sebagi total penerimaan yang diperoleh dalam waktu periode tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan (Reksoprianto. 2004: 79).

Pendapatan masyarakat adalah penerimaan atau gaji jasa dari hasil usaha yang diperoleh individu atau kelompok rumah tangga dalam satu bulan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pendapatan dari usaha sampingan adalah pendapatan tambahan yang merupakan penerimaan lain dari luar pekerjaan pokok. Pendapatan sampingan dapat menambah pendapatan pokok.

Pendapatan petani dibagi menjadi tiga bagian :

a) Pendapatan on farm yaitu pendapatan yang diterima dari hasil usaha taninya sendiri.

b) Pendapatan off farm yaitu pendapatan usaha tani yang diterima dari luar usahataninya, sendiri seperti menjadi buruh bangunan, buruh angkut dan buruh pabrik.

c) Pendapatan non farm adalah pendapatan usahatani yang diterima dari luar sektor pertanian seperti pedangang dan warung.

Semakin baik pengalaman berusaha seseorang maka semakin berpeluang dalam meningkatkan pendapatan. Karena seseorang atau kelompok memiliki keterampilan dalam mengkatkan aktifitas sehingga pendapatan turut bertambah.

Menurut Boediono (2003:150) Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan seseorang, diantaranya adalah:

a) Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber dari hasil-hasil tabungan tahun ini dan warisan.

b) Harga perunit dari masing-masing faktor produksi, harga ini ditentukan oleh penawaran dan permintaan pasar produksi.

c) Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerja sampingan.

Pendapatan dapat juga diartikan sebagai kebutuhan dan keinginan tidak terbatas jumlahnya, hanya saja kebutuhan dan keinginan tersebut dibatasi dengan jumlah pendapatan yang diterima oleh seseorang (Pitma Pratiwi.2015:21). Pendapatan yang diterima oleh masyarakat tentu berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya. hal ini disebabkan berberbeda-bedanya jenis pekerjaan yang dilakukan. Perbedaan pekerjaan tersebut dilatar belakangi oleh tingkat pendidikan, skill, dan pengalaman bekerja. Jenis pekerjaan masyarakat bermacam-macam seperti, bertani, nelayan, buruh, pedagang, dan juga berkerja di sektor pemerintah maupun swasta (Pitma Pratiwi. 2015: 22).

Menurut Bramastuti (2009:42) ada beberapa indikator pendapatan:

1. Pendapatan yang diterima perbulan.

2. Pekerjaan

3. Anggaran biaya sekolah

4. Beban keluarga yang ditanggung.

4. Pengertian Pendapatan Petani

Pendapatan petani dapat didefinisikan sebagai hasil yang diterima oleh seseorang dari hasil menggarap lahan pertanian guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bagi para petani, tanah merupakan salah satu unsur produksi yang sangat menentukan keberhasilan usaha tani sekaligus sebagai sumber penghasilan petani. Selain dari hasil usahatani yang diusahakan petani juga memperoleh penghasilan bekerja di luar sektor non usahatani seperti buruh, dagang dan pekerjaan lainnya yang sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang di miliki.

Tolak ukur untuk yang sangat penting untuk melihat kesejahteraan petani adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung dari pendapatan petani (A.T Mosher. 2013: 83).

Besarnya pendapatan petani akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi seperti, pangan, sandang, papan, dan kesehatan.

5. Konsep Kesejahteraan a. Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah rasa tentram yang dirasa oleh seseorang atau kelompok akibat terpenuhinya keinginan hidup lahir dan batin. Kesejahteraan didasarkan pada standar universal yang menyangkut kesehatan, sandang, pangan dan papan, sedangkan kesejahteraan batin menyangkut presepsi yang bersifat intelektual, emosional ataupun spiritual (Maeswara 2009).

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata sejahtera (kata dasar dari kesejahteraan ) berarti keadaan aman, aman, sentosa dan makmur. Kementrian

Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan lapangan pekerjaan dan kebutuhan dasar lainya, seperti lingkungan yang bersih aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Fahruddin A. 2012:40)

Pengertian kesejahteraan menurut UU tentang Kesejahteraan yakni suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat, serta menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila. Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi, dimana kondisi tersebut juga diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Maka setiap individu membutuhkan kondisi yang sejahtera, baik sejahtera dalam materiil dan dalam hal non materil sehingga dapat terciptanya suasana yang harmonis dalam bermasyarakat.

(Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1976 Pasal 2 ayat 1).

Sebagaimana yang kita ketahui, negara Indonesia masih memiliki banyak warga negara yang miskin. Warga negara yang miskin membutuhkan sekali modal untuk dapat miningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Istilah kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti aman sentosa dan makmur dan dapat berarti terlepas dari gangguan. Sedangkan

kesejahteraan diartikan dengan hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan dan ketentraman. Selanjutnya definisi kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah kondisi dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya (Ikhwan Abidin Basri. 2005:24).

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat pendapatan, pengeluaran, pola konsumsi, tingkat pendidikan, tempat tinggal dan kesehatan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan tersebut adalah (A.T. Mosher. 2013:63) :

1) Tingkat Pendapatan

Hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah. semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka presentase pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan kata lain, apabila terjadi peningkatan tersebut tidak berubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera.

Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.

2) Tingkat Pengeluaran

Pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya.

Pendapatan berkurang, masyarakat tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya simpanan.

Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka akan juga akan bertambah dan simpanan mereka juga akan ikut bertambah.

3) Pola Konsumsi

Pola konsumsi merupakan salah satu faktor penting dalam kesejahteraan. Besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga/keluarga dapat memberikan gambaran kesejahteraan rumahtangga tersebut.

Pola konsumsi merupakan tingkat kebutuhan seseorang atau rumah tangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi keberhasilannya. Pada umumnya orang akan mendahulukan kebutuhan pokok, sehingga orang yang berpenghasilannya rendah pola konsumsinya berbeda dengan pola konsumsi orang yang berpenghasilan tinggi.

Dampak dari usaha tani kebun kelapa sawit tersebut dilihat dari perbedaan pendapatan yang yang dapat mempengaruhi pendapatan yang dapat mempengaruhi pola konsumsi. Sehingga dengan adanya usaha tani kebun kelapa sawit tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan daya beli masyarakat baik untuk

kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, serta terjadinya perbedaan konsumsi, investasi ,SDM dan kegiatan sosial.

4) Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam mengukur tingkat kesejahteraan. Namun yang dilihat tidak hanya tingkatnya, tapi juga kualitasnya.

5) Tempat Tinggal

Tempat tinggal dalam arti rumah dan lokasi dimana rumah itu berada. Yang harus difokuskan adalah kualitas dan bentuk. Dalam hal ini yang dimaksud kulitas adalah dari bahan-bahan bangunan yang digunakan dan kualitas rumah juga dilihat dari sisi kenyamanan, kesehatan dan keselamatan.

6) Kesehatan

Seperti halnya pendidikan, kesehatan juga menjadi salah satu aspek penting terhadap pengukuran kesejahteraan. Dua komponen penting yang harus diukur dalam kesejahteraan. Pertama, akses ke pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau. Kedua, kondisi kesehatan rata-rata masyarakat.

B. Tinjauan Empiris

Dari judul penelitian tentang Analisis Pendapatan Petani Kelapa Sawit peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul tersebut yang diuraikan dibawah ini.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul

Penelitian Metode Hasil Penelitian 1. Irman adalah pendapatan sangat memiliki pengaru terhadapa kesejahteraan keluarga tersebut dilihat dari hasil uji T yang menunjukan sebesar 4.031 dengan nilai sifnifikan sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Dimana >

atau 3,065>2,051 maka dengan ini menyatakan menerima Ha dan menolak Ho dengan kata lain bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendapatan terhadap kesejahteraan pendapatan petani kelapa sawit setelah lunas kredit lebih tinggi dibandingkan sebelum lunas kredit petani kelapa sawit terhadap PT.SDK III hal ini dapat dilihat pada uji t diperoleh t hitung >t tabel yaitu sebesar 12,245 dan t tabel pada 0,5 sebesar 2,708 yang artinya tolak HO dan terima H1.

Tingkat kesejahteraan di ukur dengan menggunakan indikator tingkat kesejahteraan beras.

Dari pendapatan setara beras dapat disimpulkan bahwa petani kelapa sawit di desa mararai satu dapat dikatakan sejahtera.

3.

pendapatan usahatani kelapa sawit di Kecamatan Budong-Budong Kebupaten Mamuju Tengah sebesar Rp 9.809.930/bulan

2. Pendapatan usahatani sangat berpenaruh terhadap tingkat kesehahteraan rumah tangga petani kelapa sawit di Kecamatan Budong-budong Kabupaten Mamuju Tengah dan petani sangat bersyukur karena dari hasil usahatani kelapa sawit mereka bisa

Hasil penelitian ini dibantu dengan bantuan SPSS16.0, dengan hasil sebagai berikut:

1. Pendapatan petani berpengaruh positif terhadap kesejahteraan keluarga. Hal ini menunjukkan dengan nilai t-hitung >t-tabel yaitu 5,460>1.666 dan nilai signifikan dihasilkan 0,000 <

0,05.

2. Pengeluaran petani berpengaruh positif terhadap kesejahteraan keluarga. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t- hitung >t-tabel yaitu 12,019>

1.666 dan nilai signifikan dihasilkan 0,000< 0,05.

5. Nova kelapa sawit terhadap kesejahteraan petani kelapa sawit adalah sebesar 0,074 satu satuan dengan nilai t-hitung> t-tabel (2,976>

1,663) dan nilai taraf signifikan < 0,05 (0,008<

0,05).

2. Pengaruh variabel produktifitas terhadap kesejahteraan petani kelapa sawit adalah sebesar 0,405 dengan nilai t-hitung> t-tabel (4,294>1,663) dan taraf signifikan < 0,05 (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel produktifitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani kelapa sawit.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian merupakan suatu hubungan atau kaintan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti..

Kerangka ini didapatkan dari tinjauan pustaka penelitian yang merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti.

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian Pendapatan

D. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai barikut:

Diduga bahwa pendapatan petani kelapa sawit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan petani di Desa Waeputeh Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah.

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan data kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsiakam suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata (Sugiono. 2006:54)

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis (Sugiono. 2017:8).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada para petani kelapa sawit di Desa Waeputeh Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2021. Lokasi penelitian ini dipilih karena Desa Waeputeh merupakan salah satu daerah penghasil kelapa sawit di Sulawesi Barat, selain Kabupaten Pasangkayu.

C. Sumber Data 3. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari sumbernya dan diberikan kepada pengumpul data atau peneliti diolah sendiri untuk dimafaatkan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden yaitu petani kelapa

sawit yang ada di Desa Waeputeh Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju tengah.

4. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data yang diperoleh dari instansi terkait adalah dari kantor Desa Waeputeh.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional yaitu suatu definisi yang diberikan kepada variabel dengan memberikan arti dari suatu operasi yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Indikator

1. Pendapatan (X)

Pendapatan didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumahtangga selama jangka waktu tertentu. Indonesia kesejahteraan itu adalah keadaan aman, sentosa dan makmur. sementara itu kesejahteraan adalah suatu kondisi seseorang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya.

1. Tempat tinggal 2. Pola konsumsi 3. Kesehatan

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam satu penelitian dibutuhkan populasi sebagai sasaran untuk memperoleh data dan informasi untuk menjawab permasalahan penelitian.

Dalam hubungannya dengan objek penelitian, jumlah petani kelapa sawit di Desa Waeputeh Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah berjumlah 340 orang, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua petani kelap sawit yang berada di Desa Waeputeh Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diambil dengan cara mereduksi objek penelitian yang dianggap resprentatif (mewakili) terhadap populasi. Jika subjek berada dalam lingkup yang sangat besar maka dapat diambil antara 10%-15%

Sampel adalah objek yang diambil dengan cara mereduksi objek penelitian yang dianggap resprentatif (mewakili) terhadap populasi. Jika subjek berada dalam lingkup yang sangat besar maka dapat diambil antara 10%-15%

Dokumen terkait