• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanda Gejala

Dalam dokumen TANGGAL Maret 2018 (Halaman 19-0)

BAB II TINJAUAN TEORITIS

3. Tanda Gejala

Tanda dan gejala secara umum yang sering di dapat adalah : retinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrostenal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah-muntah dan insomnia.kadang-kadang terdapat juga terjadi diare. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit (Alsagaff & mukty, 2010 : 113).

4. Patofiologi

5. Klasifikasi

Program pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :

1. Pneumonia berat, yang ditandai dengan : tidak minum/menyusu, tarikan dinding dada kedalam, kejang, dan napas berbunyi 2. Pneumonia, ditandai dengan napas cepat, bila:

1) Usia 2-11 bulan → 50x/menit 2) Usia 1-5 tahun → 40x/menit

3. Bukan pneumonia ditandai dengan batuk, pilek, bisa disertai demam.

Klasifikasi penyakit ISPA menurut (Wong, 2008: 935) digolongkan menjadi 3, yaitu:

a. Nasofaringitis

Nasofaringitis akut (Sama dengan flu pada umumnya) disebabkan oleh berbagai jenis virus yang berbeda, biasanya rinovirus, RSV, virus influenza, atau virus pada influenza. Gejala-gejala nasofaringitis lebih berat pada bayi dan anak-anak dibandingkan orang dewasa. Demam merupakan gejala yang paling banyak terjadi, terutama pada anak-anak kecil. Tanda-tanda fisik yang terjadi adalah edema dan vasodilatasi mukosa. Manifestasi lainnya yang dapat terjadi pada:

1) Anak yang lebih kecil: demam, iritabilitas, gelisah, bersin, muntah dan/atau diare.

2) Anak yang lebih besar: Hidung dan tenggorokan kering dan iritasi, bersin, rasa pedas, nyeri otot, batuk kadang-kadang.

b. Faringitis

Infeksi streptokokus hemolitik group A pada jalan napas atas (streptokokus tenggorokan) itu sendiri bukan merupakan penyakit serius, namun anak-anak yang terserang berisiko mengalami rentetan penyakit serius: demam rematik akut, penyakit inflamasi jantung, sendi, dan sistem saraf pusat, dan glomerulonefritis akut yang merupakan infeksi ginjal akut. Kerusakan permanen dapat terjadi akibat rentetan penyakit ini, terutama demam rematik akut.

Manifestasi yang dapat terjadi pada:

1) Anak yang lebih kecil: demam, malaise umum, anoreksia, sakit tenggorokan sedang, sakit kepala.

2) Anak yang lebih besar: demam (mencapai 40°C), sakit kepala, anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, dan muntah.

c. Tonsilitis

Tonsilitis sering terjadi bersamaan dengan faringitis. Karena banyaknya jaringan limfoid dan sering terjadinya ISPA. Pada saat tonsil palatin membesar karena edema, keduanya dapat bertemu di garis tengah (kissing tonsils) yang menyumbat jalan napas atau makan. Anak mengalami kesulitan menelan dan bernapas. Jika terjadi pembesaran adenoid, ruang di belakang lubang hidung posterior menjadi tersumbat, sehingga mempersulit atau bahkan tidak memungkinkan udara mengalir dari hidung ke tenggorokan.

Akibatnya, anak bernapas melalui mulut.

d. Influenza

Penyakit ini disebarkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung (infeksi droplet besar) atu melalui benda-benda yang terkontaminasi sekret nasofaring. Tidak ada kelompok usia yang spesifik, namun serangan terbanyak terjadi pada anak kecil yang

sebelumnya belum pernah kontak dengan jenis virus tersebut.

Influenza lebih banyak terjadi pada musim dingin. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 1 sampai 3 hari, dan orang yang terkena penyakit ini sangat infeksius selama 24 jam sebelum dan sesudah awitan gejala. Sebagian besar pasien mengalami kekeringan tenggorokan dan mukosa hidung, batuk kering, dan kecenderungan mengalami suara serak.

6. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi antara lain adalah:

a. Otitis media b. Sinusitis c. Bronchitis

d. Bronkopneumonia

e. Pleuritis (Alsagaff & Mukty, 2010) 7. Penatalaksanaan

Hingga saat ini belum ditemukan obat khusus anti virus. Terapi ditunjukan untuk:

a. Simtomatik dan Platif

1) Antipiretik dan analgetik : Asetosal, parasetamol, Metampiron 2) Antitusif : Kodein-HCL, Noskapin

3) Hipnotika 4) Roboransia

5) Istirahat yang cukup b. Penyulit/komplikasi

1) Bila terjadi peningkatan obstruksi bronkus pada penderita PPOM atau asma bronchial dapat diberi kortikosteroid jangka pendek ditambah bronkodilator beta-adrenergik.

2) Antibiotik perlu ditambah bila terjadi infeksi sekunder bakteri.

8. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga Cara pemeriksaanyang lazim dikerjakan, yaitu:

a. Biakan Virus

Bahan berasal dari sekret hidung atau hapusan dinding belakang faring kemudian dikirim dalam media gelatin, lactalbumine dan ekstrak yeast (GLY) dalam suhu 4°C. Untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rektum. Untuk pembiakan Mikoplasma pneumonia digunakan media tryticase, soya boilon dan bovine albumin (TSB).

b. Reaksi Serologis

Reaksi serologis yang digunakan antara lain adalah pengikatan komplemen, reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi netralisasi, RIA serta ELISA.

c. Diagnostik Virus secara langsung

Dengan Cara khusus yaitu imonofluoresensi RIA, ELISA dapat diidentifikasi virus influenza, RSV dan mikoplasma pneumonia.mikropon electron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan Cara yang lebih sederhana yaitu pemeriksaan darah tepi, jumlah leukosit dan hitung jenis. Leukositosis dengan peningkatan sel PMN di dalam darah maupun sputum menandakan ada infeksi sekunder oleh karena bakteri. Jarang terjadi leokositosis yang paling sering jumlah leukosit normal atau rendah (Alsagaff & Mukty, 2010).

B. Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Tanpa oksigen dalam sirkulasi aliran darah, individu Akan meninggal dalam hitungan menit. Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhan oksigen pada klien yang mengalami ISPA Akan mengalami hambatan, karena terjadi perubahan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen atau fungsi pernapasan yang dipengaruhi oleh kondisi seperti:

pergerakan udara masuk atau keluar dari paru, difusi oksigen dan karbon dioksida, dan transport oksigen dan karbon dioksida melalui darah keseluruh jaringan. Pada penyakit ISPA klien mengalami gangguan kebersihan jalan napas yang mengakibatkan suplai oksigen dalam tubuh berkurang.

1. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi

Menurut Eni & Yupi (2015), oksigenasi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Hiperventilasi

Hiperventilasi adalah peningkatan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Selama hiperventilasi, frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, dan lebih banyak CO₂ yang dibuang daripada yang dihasilkan (Kozier, 2010).

b. Hipoventilasi

Hipoventilasi yaitu penurunan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Dengan hipoventilasi, CO₂ sering kali menumpuk dalam darah, sebuah kondisi yang disebut hiperkarbia (hiperkapnia) (Kozier, 2010).

c. Hipoksia

Hipoksia adalah suatu kondisi ketidakcukupan oksigen di tempat manapun di dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.

Hipoksia dapat dihubungkan dengan setiap bagian dalam pernapasan – ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh darah – dan dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah satu atau semua bagian dalam proses tersebut (Kozier, 2010).

C. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Konsep Keluarga

a. Pengertian

Istilah keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung dari orientasi teoritis yang digunakan. Beberapa definisi keluarga sering menggunakan teori interaksi, sistem atau tradisional. Secara tradisional keluarga didefinisikan sebagai berikut:

WHO (1969)

Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan memalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (dalam Andarmoyo, 2012).

Logan’s (1979)

Keluarga adalah sebuah sistem social dan kumpulan dari beberapa komponen yang saling berintraksi satu dengan yang lainnya (dalam Andarmoyo, 2012).

Depkes RI (1988)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan dalam keadaan saling ketergantungan (dalam Andarmoyo, 2012).

Allender dan Spradley (2001)

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas (dalam Tantut, 2012).

b. jenis/Tipe keluarga

Tipe keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones tahun 2003 (dalam Susanto, 2012):

1) Tradisional

a) The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak tinggal dalam satu rumah.

b) The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.

c) Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.

d) The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/ pendidikan yang terjadi pada wanita.

e) The extended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua (kakeknenek), keponakan.

f) The single-parent family

Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).

g) Commuter family

Kedua orang tua bekerja di Kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat

“weekends” atau pada waktuwaktu tertentu.

h) Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

i) Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang Sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televise, telepon, dan lain-lain.

j) Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.

k) The single adult living alone/single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.

2) Non Tradisional

a) The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

b) The stepparent family Keluarga dengan orangtua tiri.

c) Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang Sama, pengalaman yang Sama;

sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

d) The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

e) Gay and lesbian families

Seseorangyang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana marital partners‟.

f) Cohabitating family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

g) Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anak.

h) Group nework family

Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anak.

i) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

j) Homeless family

Keluarga yang berbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

k) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

c. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari:

1) Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3) Patriakal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

4) Matriakal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

5) Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

d. Peran Keluarga

Peranan keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Sehingga peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dalam situasi tertentu.

Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah:

1) Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/ pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagi anggota masyarakat kelompok sosisal tertentu.

2) Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu

3) Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual (Setiadi, 2008).

e. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003) (dalam Tantut, 2012) dibagi menjadi lima, yaitu:

1) Fungsi afektif dan koping: keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.

2) Fungsi sosialisasi: keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping; memberikan feedback; dan memberikan petunjuk dalam memecahkan masalah.

3) Fungsi reproduksi: keluarga melahirkan anak.

4) Fungsi ekonomi: keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat

5) Fungsi fisik atau perawatan kesehatan: keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

f. Tahapan Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers (Friedman, 1998), meskipun setiap keluarga melalui tahap perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Tahap-tahap perkembangan keluarga yang paling banyak digunakan untuk keluarga inti dengan dua orang tua adalah delapan tahap siklus kehidupan keluarga dari Duvall (1977):

1) Tahap I Pasangan Baru (Keluaraga Baru)

Keluargabaru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan wanita (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan

yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing dan yang berakhir ketika lahirnya anak pertama. Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan keluarga yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Tugas perkembangan pada tahap pasangan baru adalah:

1) Membina hubungan intim yang memuaskan, yaitu pemenuhan kebutuhan psikologis suami dan istri. Suami maupun istri perlu saling memerhatikan, menciptakan komunikasi terbuka dan menyenangkan, serta saling menghargai dan menghormati keberadaannya (fungsi afektif keluarga).

2) Membina hubungan persaudaraan secara harmonis, suami maupun istri harus saling menjalin hubungan dengan keluarga pasangannya sehingga terbentuk interak si sosial yang harmonis (fungsi sosialisasi keluarga).

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak, pasangan suami istri harus mulai merencanakan, kapan dimulainya kehamilan sampai berapa anak yang diinginkan dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki (fungsi perawatan anak secara fisik, psikologis maupun sosial dan fungsi ekonomi) (diadaptasi dari Tantut (2012), Andarmoyo (2012)).

1. Tahap II keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama) Dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan anak berusia 30 bulan atau 2, 5 tahun. Kehadiran bayi pertama ini akan menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam kehidupan rumah tangga. Kelahiran anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting dan sering merupakan krisis keluarga.

Masalah-masalah yang lazim ditemukan pada tahap ini adalah: a) Suami merasa diabaikan

b) Terdapat peningkatan perselisihan dan argument antara suami dan istri

c) Interupsi dalam jadwal yang kontinu

d) Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun

Oleh karena itu, keluarga dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap peran baru yang dimilikinya dan harus mampu melaksanakan tugas dari peran baru tersebut. Tugas perkembangan pada tahap child bearing adalah:

1. Persiapan menjadi orang tua, yaitu keluarga mulai mengintegrasi bayi ke dalam kehidupan keluarga sehingga keluarga mulai memainkan peran sebagai orangtua. Bayi membutuhkan perhatian besar untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan, keluarga perlu mengidentifikasi tugas perkembangan pribadi dan perannya sebagi orangtua. Hal ini dibutuhkan agar tidak terjadi penyimpangan dalam menjalankan tugasnya, serta membantu menyelesaikan tugas yang dibebankan.

3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, Hubungan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga. (Diadaptasi dari Tantut (2012), Andarmoyo (2012))

3) Tahap III keluarga dengan anak Prasekolah

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2, 5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini kesibukan akan bertambah sehingga menuntut perhatian yang lebih banyak dari orangtua.

Orangtua adalah arsitek keluarga sehingga orangtua harus merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar dapat semakin memperkokoh kemitraan dan perkawinan mereka (dalam

Tantut (2012), Andarmoyo (2012)). Tugas perkembangan pada tahap prasekolah:

a) Memenuhi Kebutuhan anggota keluarga seperti tempat tinggal, privasi dan rasa aman Membantu anak untuk bersosialisasi.

b) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara anak yang lain juga harus terpenuhi

c) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun diluar keluaga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

d) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak e) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

f) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak (dalam

Tantut, 2012)

4) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai saat anak berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 12 tahun. Keluarga perlu membantu meletakan dasar penyesuaian diri anak dengan teman sebaya. Tugas perkembangan pada tahap anak usia sekolah adalah:

a Membantu sosialisasi anak: tetanga, sekolah dan lingkungan, kegiatan mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, menyediakan aktivitas untuk anak dan membantu sosialisasi anak keluar rumah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh orangtua.

b Mempertahankan keintiman pasangan, saat ini hubungan perkawinan sering mengalami penurunan.orantua lebih fokus pada karir dan pendidikan anak.

c Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga, keluarga perlu menyediakan kebutuhan gizi bagi anggota keluarganya.

Keluarga perlu pula menyediakan kebutuhan anak akan kesehatan terutama kesehatan kulit dan gigi. (Diadaptasi dari Tantut (2012), Andarmoyo (2012))

5) Tahap V keluarga dengan Remaja

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir pada 6-7 tahun kemudian. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit, karena orangtua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik antara orangtua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara orangtua mempunyai hak untuk mengontrol. Tugas perkembangan pada tahap remaja adalah:

a Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, orangtua harus mempercayai anak agar mandiri secara prematur, dengan mengabaikan kebutuhan ketergantungannya.

b Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, pada masa ini anak telah lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri sehingga pasangan suami istri akan lebih banyak waktu untuk dapat meniti karir atau menciptakan kesenangan perkawinan.

c) Mempertahankan komunikasi terbuka

d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga, meskipun peraturan dalam keluarga perlu diubah, etika dan standar moral keluarga perlu dipertahankan oleh orangtua, sementara remaja mencari nilai dan keyakinan mereka sendiri (dalam Tantut, (2012) & Andarmoyo, (2012)) 6) Tahap VI keluarga dengan dewasa awal

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir saat anak terakhir meninggalkan rumah. Keluarga menyiapkan/ membantu anak tertua dalam melepaskan diri untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir/yang lebih kecil untuk mandiri. Tugas perkembangan pada tahap dewasa awal adalah:

a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar b) Mempertahankan keintiman pasangan

c) Membantu orangtua suami/isteri yang memasuki lansia d) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

(Dalam Tantut, 2012)

7) Tahap VII keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Atau pada saat orangtua berusia 45-55 tahun dan berakhir 16-18 tahun kemudian. Tugas perkembangan pada tahap usia pertengahan adalah:

a) Mempertahankan kesehatan

b) Mempertahankan hubungan sebaya dan anak-anak

c) Memperkokoh hubungan perkawinan (Dalam Tantut, 2012 dan andarmoyo, 2012) 8) Tahap VIII keluarga Lansia

Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana, dimulai ketika salah satu atau ke dua pasangan pensiun, sampai salah satu pasangan meninggal dan berakhir ketika ke dua pasangan meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Dengan memenuhi tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orangtua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut.

Tugas perkembangan pada tahap lansia adalah:

a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan b) Menyesuaikan diri dengan perubahan

c) Mempertahankan hubungan perkawinan

d) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi e) Melakukan life review

(Dalam Tantut, 2012 dan andarmoyo, 2012)

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga disesuaikan dengan fokus perawatan. Jika ia melihat keluarga sebagai latar belakang atau konteks dari keluarga maka keluarga merupakan fokus utama tetapi jika ia melihat didalam keluarga ada individu yang rawat, maka anggota keluarga secara individu merupakan fokus utama (Setiadi, 2008).

a. Pengkajian Keperawatan

Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga (Lyer et al., (1996) dalam Setiadi, (2008)). Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu perbandingan, ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teori dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan.

Cara pengumpulan pengkajian data tentang keluarga yang dapat dilakukan antara lain dengan:

1) Wawancara

Wawancara yaitu menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan

Wawancara yaitu menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan

Dalam dokumen TANGGAL Maret 2018 (Halaman 19-0)

Dokumen terkait