• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGAL Maret 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TANGGAL Maret 2018"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PADA GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN “ISPA” DI WILAYAH RT 08 RW 02 KEL UTAN PANJANG KEC.

KEMAYORAN-JAKARTA PUSAT

TANGGAL 20-22 Maret 2018

Disusun Oleh:

FITRI YANI 2015750019

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA

TAHUN 2018

(2)
(3)
(4)

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiyah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada keluarga Tn. B Khusus An. P khususnya

“Dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan pernapasan ISPA di wilayah utan panjang

Dalam Penulisan karya tulis ilmiah ini menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna penyempurnaan dimasa yang akan datang. Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, saran dan data data baik secara penulisan maupun secara lisan, maka pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua penulis (YUSRIZAL & ORMASIAH ) yang selalu mendukung & memfasilitasi dari lahir hingga saat ini

2. Bapak Dr.Muhammad Hadi SKM.M.KEP selaku Dekan Fakultas ilmu keperawatan UMJ

3. Ibu Ns.Titin sutini M.kep.Sp.Kep.An. selaku Ka.prodi DIII Keperawatan FIK UMJ

4. Ibu Ns.Nurhayati, M.kep Sp.kep.kom selaku pembimbing keperawatan keluarga yang telah banyak memberi bantuan, bimbingan, dan pengarahan yang sangat berguna dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Ns.fitrian rayasari M.kep Sp.kep.kmb selaku sekretaris prodi DII keperawatan yang selalu memberi support angkatan XXXIII

6. Ibu Ns.Nuraenah salim M.kep jiwa selaku wali tingkat

7. Para dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat untuk angkatan XXXIII

ii

(5)

karena itu penulis mengharapkan adanya masukan baik itu berupa saran ataupun kritik yang membangun dari semua pihak dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama kesehatan.

Jakarta, 22 mei 2018

Penulis

iii

(6)

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 5

1. Tujuan Umum... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

C. Ruang Lingkup ... 6

D. Metode Penulisan ... 6

E. Sistematis Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Masalah Keperawatan ... 10

1. Pengertian ... 10

2. Etiologi ... 10

3. Tanda Gejala ... 12

4. Patofisiologi ... 12

5. Klasifikasi ... 13

6. Komplikasi ... 15

7. Penatalaksanaan ... 15

8. Pemeriksaan Penunjang ... 16

B. Pemenuhan Kebutuhan Oksigen ... 17

1. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi ... 17

C. Asuhan Keperawatan Keluarga ... 18

1. Konsep Keluarga ... 18

a. Pengertian ... 18

b. Jenis / Tipe Keluarga ... 18

c. Struktur Keluarga ... 22

d. Peran Keluarga ... 23

e. Fungsi Keluarga ... 24

f. Tahap Perkembangan Dan Tugas Perkembangan Keluarga ... 24

g. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan ... 27

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga ... 31

a. Pengkajian Keperawatan ... 31

(7)

d. Pelaksanaan Keperawatan ... 52

e. Evaluasi Keperawatan ... 54

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan ... ..57

B. Diagnosa Keperawatan ...60

C. Perencanaan Keperawatan ...76

D. Pelaksanaan Keperawatan ...85

E. Evaluasi Keperawatan ...96

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan ... 102

B. Diagnosa Keperawatan ... 105

C. Perencanaan Keperawatan ... 106

D. Pelaksanaan Keperawatan ... 107

E. Evaluasi Keperawatan ... 107

BAB IV PEMBAHASAN A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN A . Latar Belakang

ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang di sebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riteksia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (hood alsagaff, 2010).

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia tanpa atau disertai radang parenkim paru (Alsagaff dan Mukti, 2010). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan pleura (Depkes RI, 2011).

Penyakit infeksi pada sistem pernafasan biasanya dibagi menjadi dua kelompok penyakit pada saluran pernafasan atas (paling umum terjadi) dan penyakit pada saluran pernafasan bawah (lebih jarang misalnya: pneumonia). Infeksi saluran pernafasan menempati 75% dari semua infeksi yang terdiagnosa secara klinis sebagai infeksi para lebih prevalen pada klien yang dirawat di rumah sakit, lansia pencandu obat, pencandu alkohol dan AIDS (Dam Janof, 1996). Proses infeksi dapat menyerang baik, saluran pernafasan atas maupun bawah, atau keduanya.

Infeksi tersebut dapat disebabkan oleh virus, bakteri, ritreksia, jamur, atau protozoa dan dapat bersifat ringan sembuh sendiri (sel-limited), atau bahkan parah. Infeksi saluran pernafasan akut adalah penyebab utama morbilitas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Sekitar 4 juta orang meninggal akibat ispa setiap tahun 98% nya disebabkan oleh saluran pernafasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggipada bayi, anak-anak, lansia terutama di negara-negara dengan pendaoatan perkapita rendah dan menengah

Sampai saat ini ISPA masih menjadi masalah kesehatan dunia. menurut WHO pada tahun 2016 di negara berkembang dengan angka kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah15%-20% per tahun pada usia balita di Indonesia ISPA selalu

(9)

menempati urutan pertama penyebab kematian bayi dan balita . Kematian akibat ISPA pada balita mencapai 12,4 juta pada balita golongan umur 0-1 tahun dan sebanyak 80,3 kematian ini terjadi di Negara berkembang (Kemenkes,2010) .Berdasarkan data Riskesdas (2007) prevalence ISPA di indonesia (25.5%), sedangkan pada tahun (2013) , periode prevalence ISPA berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah 25,0%. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41, 7%), Papua (31, 1%), Aceh (30, 0%), Nusa Tenggara Barat (28, 3%), dan Jawa Timur (28, 3%). Period prevalence ISPA penduduk DKI Jakarta yang terdiagnosis (D) ISPA oleh tenaga kesehatan adalah sebesar 12,5% dan yang mengalami gejala (G) ISPA seperti tenggorakan sakit atau nyeri telan, pilek,batuk kering, dan batuk berdahak adalah sebesar 25,2%. Berdasarkan Data ISPA di puskesmas utan panjang tahun 2017 ISPA adalah penyakit yang banyak di derita dengan jumlah prevalensi 11,5 % dengan jumlah 3929 jiwa total penduduk yang datang berkunjung.

ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riteksia, sedangkan infeksi oleh virus, tertuma bila ada epidemik atau pandemi. Penyulit bakterial umumnya disertai keradangan parenkim. Hingga kini telah dikenal 6 kelompok besar virus pernapasan sebagai penyebab ISPA, yaitu orthomyxovirus, paramyxovirus, metamyxovirus, adenovirus, picornavirus, dan coronavirus (Alsagaff & mukty, 2010). Faktor resiko terjadinya ISPA pada anak juga tidak hanya faktor individu anaknya saja melainkan faktor lingkungan dan faktor perilaku keluarga (Depkes, 2005). Faktor lingkungan dilihat dari pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah kepadatan hunian, kelembapan, kebersihan dan musim (WHO, 2007).

Tanda dan gejala secara umum yang sering didapat adalah: retinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrostenal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah-muntah dan insomnia. Kadang kadang dapat juga terjadi diare. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit (Alsagaff & mukty, 2010).

(10)

ApabilaISPA tidak ditangani dapat menimbulkan dampak seperti terjadinya penyakit Otitis media, Sinusitis, Bronchitis, Bronchopneumonia, dan pleuritis (Alsagaff &

Mukty, 2010). Menurut WHO (2007), penyakit ISPA merupakan penyakit utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Sekitar 4 juta manusia meninggal akibat ISPA setiap tahunnya, 98% disebabkan oleh ISPA sehingga ISPA masih merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian cukup tinggi. Sehingga ISPA berdampak pada gangguan pemenuhan oksigen. Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Tanpa oksigen dalam sirkulasi aliran darah, individu Akan meninggal dalam hitungan menit. Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhan oksigen pada klien yang mengalami ISPA Akan mengalami hambatan, karena terjadi perubahan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen atau fungsi pernapasan yang dipengaruhi oleh kondisi seperti: pergerakan udara masuk atau keluar dari paru, difusi oksigen dan karbon dioksida, dan transport oksigen dan karbon dioksida melalui darah keseluruh jaringan.

Menurut Eni & Yupi (2015), oksigenasi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

Hiperventilasi, Hipoventilasi, dan Hipoksia. Untuk itu dibutuhkan tindakkan cepat dan tepat dalam menangani penyakit ISPA sehingga pemenuhan kebutuhan oksigen dapat terpenuhi.

Untuk mengatasi dampak dari ISPA pemerintah telah melakukan upaya mengendalikan dan mencegah penuluran ISPA dimasyarakat sehingga dapat meningkatkan kesehatan yang optimal. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan membuat sebuah program pengendalian penyakit ISPA (P2 ISPA). P2 ISPA telah dikembangkan sejak tahun 1984 dan telah di review pada tahun 2011 namun tidak mengalami perubahan substansi. Ruang lingkup P2 ISPA adalah: Pengendalian

Pneumonia Balita, Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun, kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemik Influenza serta penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah, dan faktor risiko ISPA.

(11)

Walaupun pemerintah telah melakukan upaya P2 ISPA, namun peran serta keluarga juga dibutuhkan dalam menghadapi penyakit ISPA. Keluarga harus mampu mengenal masalah ISPA (pengertian, penyebab, dan dampak).

Keluarga harus bisa mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang sedang mengalami penyakit ISPA. Keluarga harus bisa merawat anggota keluarga yang sedang sakit ISPA. Kemudian, keluarga harus menyediakan lingkungan rumah yang sehat sehingga anggota keluarga tidak terserang penyakit ISPA atau memperparah penyakit. Dan keluarga juga harus dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada disekitar lingkungan. Apabila setiap keluarga dapat melaksanakan peran tersebut, diharapkan dapat mempertahankan atau meningkatkan keadaan kesehatan anggota keluarga yang produktifitas tinggi yang sesuai dengan fungsi keluarga yaitu fungsi perawatan/ pemeliharan kesehatan (Friedman, 1998). Sehingga dapat terwujudnya kesehatan yang optimal.

Peran orangtua dalam pencegahan ISPA pada balita termasuk dalam peran orang tua dalam perawatan anak. Peran aktif orangtua dalam pencegahan ISPA sangat diperlukan karena yang biasa terkena dampak ISPA adalah usia balita dan anak anak yang kekebalan tubuhnya masih rentan terkena infeksi sehingga diperlukan peran orangtua dalam menangani hal ini. Orang tua harus mengerti tentang dampak negative dari ISPA seperti ISPA ringan bisa menjadi pneumonia yang kronologisnya dapat mengakibatkan kematian jika tidak ditangani. Pencegahan kejadian ISPA tidak terlepas dari peran orangtua yang harus mengetahui car acara pencegahan ISPA. ISPA dapat di cegah dengan mengetahui penyakit ISPA, mengatur pola makan, menciptakan lingkungan yang nyaman, dan menghindari factor pencetus (andarmoyo)

Penanganan penyakit ISPA tidak lepas dari peran perawat keluarga.

Beberapa peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga yang menderita ISPA adalah perawat sebagai pendidik (promotif) dengan memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang pengertian, penyebab, dampak dan cara merawat penderita ISPA. Perawat sebagai pelaksana (kuratif) memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada keluarga yang

(12)

mengalami penyakit ISPA. Perawat sebagai konsultan (preventif) dapat menjadi tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan kepada seseorang yang menderita ISPA. Kemudian perawat sebagai advokat (rehabilitatif) dapat membantu keluarga mengambil keputusan dalam menangani penyakit ISPA.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang asuhan keperawatan pada keluarga Tn. B khususnya An. P dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernapasan

“ISPA” di wilayah Rt 008 Rw 002 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat.

A. Tujuan Penulis 1. Tujuan Umum

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan pernapasan “ISPA” kepada klien selama 3 hari di harapkan penulis dapat pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga Tn. B khususnya Anak P dengan infeksi saluran pernafasan atas melalui pendekatan proses keperawatan

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien di harapkan penulis mampu:

(13)

1. Mampu melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernapasan “ISPA”.

2. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernapasan “ISPA”.

3. Mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernapasan “ISPA”.

4. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernapasan “ISPA”.

5. Mampu melakukan evaluasi pada asuhan keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernapasan “ISPA

6. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernapasan “ISPA”.

7. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktek.

8. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta dapat mencari solusi.

B. Ruang Lingkup

Mengingat banyaknya masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat terutama pada sistem pernafasan, maka penulis membatasi makalah ini pada pembahasan mengenai pemberian asuhan keperawatan pada keluarga Tn B Khususnya Anak P dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan system pernafasan ISPA diwilayah……

C. Metode penulisan

Metode yang penulis gunakan dalam menyusun makalah ilmiah adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang mempelajari, menganalisa, dan

(14)

menarik kesimpulan dari pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dan membandingkan dengan hasil studi keperpustakaan. Adapun data diperoleh dengan menggunakan teknik:

1. Studi kepustakaan

Suatu kegiatan untuk memperoleh dengan cara mempelajari buku- buku dan literature yang berhubungan dengan asuhan keperawatan keluarga dan keperawatan sistem pernafasan: infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

2. Studi kasus 1. Observasi

Observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien yang bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan, dan keperawatan serta hasil tindakan yang dilakukan.

2. Wawancara

Yaitu dengan melakukan wawancara dengan keluarga memperoleh data-data khususnya yang terkait dengan ISPA dan tugas-tugas kesehatan serta faktor kesehatan dalam keluarga sesuai dengan masalah yang dihadapi.

3. Pemeriksaan fisik

Yaitu dilakukan pada seluruh anggota keluarga, akan tetapi difokuskan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

(15)

D. Sistematis Penulis

Makalah ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari Lima Bab yaitu:

BAB I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup metode penulisan, dan system penulisan

BAB II : Tinjauan Tertulis

1. Konsep dasar terdiri dari: pengertian, etiologi, tanda gejela, patofisiologi, klasifikasi, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang.

2. Pemenuhan Kebutuhan Oksigen terdiri dari: Pengaturan pernapasan, faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan, dan peubahan dalam fungsi pernapasan.

3. Asuhan keperawatan keluarga terdiri dari:

Konsep keluarga terdiri dari: pengertian, jenis/tipe keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga, tahap perkembangan dan tugas perkembangan keluarga.

Konsep keperawatan keluarga terdiri dari: pagnosa keperawatan, rencana keperawatan pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan

BAB III : Tinjauan Kasus

Merupakan hasil laporan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.B Khususnya An. P dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada gangguan sistem pernafasan “ISPA” di wilayah RT008 RW 002 kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat dengan infeksi saluran pernafasan atas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

(16)

BAB IV : Pembahasan

Membahas kesenjangan yang terjadi antara Bab II dan Bab III meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

BAB V : Penutup Kesimpulan

Berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn.B khususnya An. P dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sisem pernapasan “ISPA” di wilayah RT 008 RW 002 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

Saran

Berisi tentang usulan-usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn.

B khususnya An. P dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada sistem pernapasan “ISPA” di wilayah RT008 RW 002 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(17)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A .Konsep Dasar Masalah Keperawatan 1. Pengertian

ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riteksia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (Alsagaff & Mukty, 2010).

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang meyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli) termaksud jaringan adneksanya seperti sinus/rongga di sekitar hIdung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan pleura (DepkesRI ,2011)

2. Etiologi

ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riteksis, sedangkan infeksi bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh virus, terutama bila ada epidemik atau pademi.

Penyulit bakterial umumnya disertai keradangan parenkim. Hingga kini telah dikenal lebih 100 jenis virus penyebab ISPA. Dalam kliik di kenal 6 kelompok besar virus pernapasan penyebab ISPA, yaitu:

(18)

GROUP VIRUS SUB GROUP TIPE

Orthomyxovirus Influenza virus A

B C Paramyxovirus Para Influenza virus 1-4

Metamyxovirus Respiratory syncytial virus (RSvirus)

Adenovirus 1-31

Piconavirus Rhinovirus 1-55

Coxsackie virus A 1-21

Caxsackie virus B 1-6

Echovirus 1-32

Coronavirus

(19)

3. Tanda Gejala

Tanda dan gejala secara umum yang sering di dapat adalah : retinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrostenal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4- 7hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah- muntah dan insomnia.kadang-kadang terdapat juga terjadi diare. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit (Alsagaff & mukty, 2010 : 113).

4. Patofiologi

(20)

5. Klasifikasi

Program pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :

1. Pneumonia berat, yang ditandai dengan : tidak minum/menyusu, tarikan dinding dada kedalam, kejang, dan napas berbunyi 2. Pneumonia, ditandai dengan napas cepat, bila:

1) Usia 2-11 bulan → 50x/menit 2) Usia 1-5 tahun → 40x/menit

3. Bukan pneumonia ditandai dengan batuk, pilek, bisa disertai demam.

Klasifikasi penyakit ISPA menurut (Wong, 2008: 935) digolongkan menjadi 3, yaitu:

a. Nasofaringitis

Nasofaringitis akut (Sama dengan flu pada umumnya) disebabkan oleh berbagai jenis virus yang berbeda, biasanya rinovirus, RSV, virus influenza, atau virus pada influenza. Gejala-gejala nasofaringitis lebih berat pada bayi dan anak-anak dibandingkan orang dewasa. Demam merupakan gejala yang paling banyak terjadi, terutama pada anak-anak kecil. Tanda-tanda fisik yang terjadi adalah edema dan vasodilatasi mukosa. Manifestasi lainnya yang dapat terjadi pada:

1) Anak yang lebih kecil: demam, iritabilitas, gelisah, bersin, muntah dan/atau diare.

2) Anak yang lebih besar: Hidung dan tenggorokan kering dan iritasi, bersin, rasa pedas, nyeri otot, batuk kadang-kadang.

(21)

b. Faringitis

Infeksi streptokokus hemolitik group A pada jalan napas atas (streptokokus tenggorokan) itu sendiri bukan merupakan penyakit serius, namun anak-anak yang terserang berisiko mengalami rentetan penyakit serius: demam rematik akut, penyakit inflamasi jantung, sendi, dan sistem saraf pusat, dan glomerulonefritis akut yang merupakan infeksi ginjal akut. Kerusakan permanen dapat terjadi akibat rentetan penyakit ini, terutama demam rematik akut.

Manifestasi yang dapat terjadi pada:

1) Anak yang lebih kecil: demam, malaise umum, anoreksia, sakit tenggorokan sedang, sakit kepala.

2) Anak yang lebih besar: demam (mencapai 40°C), sakit kepala, anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, dan muntah.

c. Tonsilitis

Tonsilitis sering terjadi bersamaan dengan faringitis. Karena banyaknya jaringan limfoid dan sering terjadinya ISPA. Pada saat tonsil palatin membesar karena edema, keduanya dapat bertemu di garis tengah (kissing tonsils) yang menyumbat jalan napas atau makan. Anak mengalami kesulitan menelan dan bernapas. Jika terjadi pembesaran adenoid, ruang di belakang lubang hidung posterior menjadi tersumbat, sehingga mempersulit atau bahkan tidak memungkinkan udara mengalir dari hidung ke tenggorokan.

Akibatnya, anak bernapas melalui mulut.

d. Influenza

Penyakit ini disebarkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung (infeksi droplet besar) atu melalui benda-benda yang terkontaminasi sekret nasofaring. Tidak ada kelompok usia yang spesifik, namun serangan terbanyak terjadi pada anak kecil yang

(22)

sebelumnya belum pernah kontak dengan jenis virus tersebut.

Influenza lebih banyak terjadi pada musim dingin. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 1 sampai 3 hari, dan orang yang terkena penyakit ini sangat infeksius selama 24 jam sebelum dan sesudah awitan gejala. Sebagian besar pasien mengalami kekeringan tenggorokan dan mukosa hidung, batuk kering, dan kecenderungan mengalami suara serak.

6. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi antara lain adalah:

a. Otitis media b. Sinusitis c. Bronchitis

d. Bronkopneumonia

e. Pleuritis (Alsagaff & Mukty, 2010) 7. Penatalaksanaan

Hingga saat ini belum ditemukan obat khusus anti virus. Terapi ditunjukan untuk:

a. Simtomatik dan Platif

1) Antipiretik dan analgetik : Asetosal, parasetamol, Metampiron 2) Antitusif : Kodein-HCL, Noskapin

3) Hipnotika 4) Roboransia

5) Istirahat yang cukup b. Penyulit/komplikasi

1) Bila terjadi peningkatan obstruksi bronkus pada penderita PPOM atau asma bronchial dapat diberi kortikosteroid jangka pendek ditambah bronkodilator beta-adrenergik.

2) Antibiotik perlu ditambah bila terjadi infeksi sekunder bakteri.

(23)

8. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga Cara pemeriksaanyang lazim dikerjakan, yaitu:

a. Biakan Virus

Bahan berasal dari sekret hidung atau hapusan dinding belakang faring kemudian dikirim dalam media gelatin, lactalbumine dan ekstrak yeast (GLY) dalam suhu 4°C. Untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rektum. Untuk pembiakan Mikoplasma pneumonia digunakan media tryticase, soya boilon dan bovine albumin (TSB).

b. Reaksi Serologis

Reaksi serologis yang digunakan antara lain adalah pengikatan komplemen, reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi netralisasi, RIA serta ELISA.

c. Diagnostik Virus secara langsung

Dengan Cara khusus yaitu imonofluoresensi RIA, ELISA dapat diidentifikasi virus influenza, RSV dan mikoplasma pneumonia.mikropon electron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan Cara yang lebih sederhana yaitu pemeriksaan darah tepi, jumlah leukosit dan hitung jenis. Leukositosis dengan peningkatan sel PMN di dalam darah maupun sputum menandakan ada infeksi sekunder oleh karena bakteri. Jarang terjadi leokositosis yang paling sering jumlah leukosit normal atau rendah (Alsagaff & Mukty, 2010).

(24)

B. Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Tanpa oksigen dalam sirkulasi aliran darah, individu Akan meninggal dalam hitungan menit. Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhan oksigen pada klien yang mengalami ISPA Akan mengalami hambatan, karena terjadi perubahan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen atau fungsi pernapasan yang dipengaruhi oleh kondisi seperti:

pergerakan udara masuk atau keluar dari paru, difusi oksigen dan karbon dioksida, dan transport oksigen dan karbon dioksida melalui darah keseluruh jaringan. Pada penyakit ISPA klien mengalami gangguan kebersihan jalan napas yang mengakibatkan suplai oksigen dalam tubuh berkurang.

1. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi

Menurut Eni & Yupi (2015), oksigenasi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Hiperventilasi

Hiperventilasi adalah peningkatan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Selama hiperventilasi, frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, dan lebih banyak CO₂ yang dibuang daripada yang dihasilkan (Kozier, 2010).

b. Hipoventilasi

Hipoventilasi yaitu penurunan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Dengan hipoventilasi, CO₂ sering kali menumpuk dalam darah, sebuah kondisi yang disebut hiperkarbia (hiperkapnia) (Kozier, 2010).

c. Hipoksia

Hipoksia adalah suatu kondisi ketidakcukupan oksigen di tempat manapun di dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.

Hipoksia dapat dihubungkan dengan setiap bagian dalam pernapasan – ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh darah – dan dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah satu atau semua bagian dalam proses tersebut (Kozier, 2010).

(25)

C. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Konsep Keluarga

a. Pengertian

Istilah keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung dari orientasi teoritis yang digunakan. Beberapa definisi keluarga sering menggunakan teori interaksi, sistem atau tradisional. Secara tradisional keluarga didefinisikan sebagai berikut:

WHO (1969)

Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan memalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (dalam Andarmoyo, 2012).

Logan’s (1979)

Keluarga adalah sebuah sistem social dan kumpulan dari beberapa komponen yang saling berintraksi satu dengan yang lainnya (dalam Andarmoyo, 2012).

Depkes RI (1988)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan dalam keadaan saling ketergantungan (dalam Andarmoyo, 2012).

Allender dan Spradley (2001)

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas (dalam Tantut, 2012).

b. jenis/Tipe keluarga

Tipe keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones tahun 2003 (dalam Susanto, 2012):

(26)

1) Tradisional

a) The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak tinggal dalam satu rumah.

b) The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.

c) Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.

d) The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/ pendidikan yang terjadi pada wanita.

e) The extended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua (kakeknenek), keponakan.

f) The single-parent family

Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).

g) Commuter family

Kedua orang tua bekerja di Kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat

“weekends” atau pada waktuwaktu tertentu.

(27)

h) Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

i) Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang Sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televise, telepon, dan lain-lain.

j) Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.

k) The single adult living alone/single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.

2) Non Tradisional

a) The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

b) The stepparent family Keluarga dengan orangtua tiri.

c) Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang Sama, pengalaman yang Sama;

sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

(28)

d) The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

e) Gay and lesbian families

Seseorangyang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana marital partners‟.

f) Cohabitating family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

g) Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anak.

h) Group nework family

Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang- barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anak.

i) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

j) Homeless family

Keluarga yang berbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

(29)

k) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

c. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari:

1) Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3) Patriakal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

4) Matriakal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

5) Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

(30)

d. Peran Keluarga

Peranan keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Sehingga peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dalam situasi tertentu.

Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah:

1) Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/ pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagi anggota masyarakat kelompok sosisal tertentu.

2) Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak- anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu

3) Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual (Setiadi, 2008).

(31)

e. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003) (dalam Tantut, 2012) dibagi menjadi lima, yaitu:

1) Fungsi afektif dan koping: keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.

2) Fungsi sosialisasi: keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping; memberikan feedback; dan memberikan petunjuk dalam memecahkan masalah.

3) Fungsi reproduksi: keluarga melahirkan anak.

4) Fungsi ekonomi: keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat

5) Fungsi fisik atau perawatan kesehatan: keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

f. Tahapan Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers (Friedman, 1998), meskipun setiap keluarga melalui tahap perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Tahap-tahap perkembangan keluarga yang paling banyak digunakan untuk keluarga inti dengan dua orang tua adalah delapan tahap siklus kehidupan keluarga dari Duvall (1977):

1) Tahap I Pasangan Baru (Keluaraga Baru)

Keluargabaru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan wanita (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan

(32)

yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing dan yang berakhir ketika lahirnya anak pertama. Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan keluarga yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Tugas perkembangan pada tahap pasangan baru adalah:

1) Membina hubungan intim yang memuaskan, yaitu pemenuhan kebutuhan psikologis suami dan istri. Suami maupun istri perlu saling memerhatikan, menciptakan komunikasi terbuka dan menyenangkan, serta saling menghargai dan menghormati keberadaannya (fungsi afektif keluarga).

2) Membina hubungan persaudaraan secara harmonis, suami maupun istri harus saling menjalin hubungan dengan keluarga pasangannya sehingga terbentuk interak si sosial yang harmonis (fungsi sosialisasi keluarga).

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak, pasangan suami istri harus mulai merencanakan, kapan dimulainya kehamilan sampai berapa anak yang diinginkan dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki (fungsi perawatan anak secara fisik, psikologis maupun sosial dan fungsi ekonomi) (diadaptasi dari Tantut (2012), Andarmoyo (2012)).

1. Tahap II keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama) Dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan anak berusia 30 bulan atau 2, 5 tahun. Kehadiran bayi pertama ini akan menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam kehidupan rumah tangga. Kelahiran anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting dan sering merupakan krisis keluarga.

Masalah-masalah yang lazim ditemukan pada tahap ini adalah: a) Suami merasa diabaikan

(33)

b) Terdapat peningkatan perselisihan dan argument antara suami dan istri

c) Interupsi dalam jadwal yang kontinu

d) Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun

Oleh karena itu, keluarga dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap peran baru yang dimilikinya dan harus mampu melaksanakan tugas dari peran baru tersebut. Tugas perkembangan pada tahap child bearing adalah:

1. Persiapan menjadi orang tua, yaitu keluarga mulai mengintegrasi bayi ke dalam kehidupan keluarga sehingga keluarga mulai memainkan peran sebagai orangtua. Bayi membutuhkan perhatian besar untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan, keluarga perlu mengidentifikasi tugas perkembangan pribadi dan perannya sebagi orangtua. Hal ini dibutuhkan agar tidak terjadi penyimpangan dalam menjalankan tugasnya, serta membantu menyelesaikan tugas yang dibebankan.

3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, Hubungan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga. (Diadaptasi dari Tantut (2012), Andarmoyo (2012))

3) Tahap III keluarga dengan anak Prasekolah

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2, 5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini kesibukan akan bertambah sehingga menuntut perhatian yang lebih banyak dari orangtua.

Orangtua adalah arsitek keluarga sehingga orangtua harus merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar dapat semakin memperkokoh kemitraan dan perkawinan mereka (dalam

(34)

Tantut (2012), Andarmoyo (2012)). Tugas perkembangan pada tahap prasekolah:

a) Memenuhi Kebutuhan anggota keluarga seperti tempat tinggal, privasi dan rasa aman Membantu anak untuk bersosialisasi.

b) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara anak yang lain juga harus terpenuhi

c) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun diluar keluaga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

d) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak e) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

f) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak (dalam

Tantut, 2012)

4) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai saat anak berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 12 tahun. Keluarga perlu membantu meletakan dasar penyesuaian diri anak dengan teman sebaya. Tugas perkembangan pada tahap anak usia sekolah adalah:

(35)

a Membantu sosialisasi anak: tetanga, sekolah dan lingkungan, kegiatan mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, menyediakan aktivitas untuk anak dan membantu sosialisasi anak keluar rumah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh orangtua.

b Mempertahankan keintiman pasangan, saat ini hubungan perkawinan sering mengalami penurunan.orantua lebih fokus pada karir dan pendidikan anak.

c Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga, keluarga perlu menyediakan kebutuhan gizi bagi anggota keluarganya.

Keluarga perlu pula menyediakan kebutuhan anak akan kesehatan terutama kesehatan kulit dan gigi. (Diadaptasi dari Tantut (2012), Andarmoyo (2012))

5) Tahap V keluarga dengan Remaja

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir pada 6-7 tahun kemudian. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit, karena orangtua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik antara orangtua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara orangtua mempunyai hak untuk mengontrol. Tugas perkembangan pada tahap remaja adalah:

(36)

a Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, orangtua harus mempercayai anak agar mandiri secara prematur, dengan mengabaikan kebutuhan ketergantungannya.

b Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, pada masa ini anak telah lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri sehingga pasangan suami istri akan lebih banyak waktu untuk dapat meniti karir atau menciptakan kesenangan perkawinan.

c) Mempertahankan komunikasi terbuka

d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga, meskipun peraturan dalam keluarga perlu diubah, etika dan standar moral keluarga perlu dipertahankan oleh orangtua, sementara remaja mencari nilai dan keyakinan mereka sendiri (dalam Tantut, (2012) & Andarmoyo, (2012)) 6) Tahap VI keluarga dengan dewasa awal

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir saat anak terakhir meninggalkan rumah. Keluarga menyiapkan/ membantu anak tertua dalam melepaskan diri untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir/yang lebih kecil untuk mandiri. Tugas perkembangan pada tahap dewasa awal adalah:

a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar b) Mempertahankan keintiman pasangan

c) Membantu orangtua suami/isteri yang memasuki lansia d) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

(Dalam Tantut, 2012)

(37)

7) Tahap VII keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Atau pada saat orangtua berusia 45-55 tahun dan berakhir 16-18 tahun kemudian. Tugas perkembangan pada tahap usia pertengahan adalah:

a) Mempertahankan kesehatan

b) Mempertahankan hubungan sebaya dan anak- anak

c) Memperkokoh hubungan perkawinan (Dalam Tantut, 2012 dan andarmoyo, 2012) 8) Tahap VIII keluarga Lansia

Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana, dimulai ketika salah satu atau ke dua pasangan pensiun, sampai salah satu pasangan meninggal dan berakhir ketika ke dua pasangan meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Dengan memenuhi tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orangtua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut.

Tugas perkembangan pada tahap lansia adalah:

a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan b) Menyesuaikan diri dengan perubahan

c) Mempertahankan hubungan perkawinan

d) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi e) Melakukan life review

(Dalam Tantut, 2012 dan andarmoyo, 2012)

(38)

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga disesuaikan dengan fokus perawatan. Jika ia melihat keluarga sebagai latar belakang atau konteks dari keluarga maka keluarga merupakan fokus utama tetapi jika ia melihat didalam keluarga ada individu yang rawat, maka anggota keluarga secara individu merupakan fokus utama (Setiadi, 2008).

a. Pengkajian Keperawatan

Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga (Lyer et al., (1996) dalam Setiadi, (2008)). Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu perbandingan, ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teori dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan.

Cara pengumpulan pengkajian data tentang keluarga yang dapat dilakukan antara lain dengan:

1) Wawancara

Wawancara yaitu menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi keluarga dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Tujuan wawancara adalah:

a) Mendapatkan informasi yang diperlukan

b) Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam komunikasi c) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan Wawancara dengan keluarga dikaitkan dalam hubungan dengan kejadiankejadian pada waktu lalu dan sekarang.

2) Pengamatan

Pengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan).

(39)

3) Studi Dokumentasi

Yang biasa dijadikan acuan antara lain adalah KMS, kartu keluarga dan catatan kesehatan lainnya misalnya informasi-informasi tertulis maupun lisan dari tujukan dari berbagai lembaga yang menangani keluarga dan dari anggota tim lainnya.

4) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik hanya dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang baik dengan keluarga dengan cara:

1) Diawali perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah 2) Menjelaskan tujuan kunjungan

3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada dikeluarga

4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan

5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan perawat.

Dalampengkajian keluarga terdapat tahap-tahap pengkajian yang disebut sebagai penjajakan untuk mempermudah proses pengkajian.

1) Penjajakan I

Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain:

1) Data Umum

a) Identitas kepala keluarga

1) Nama kepala keluarga (KK) :

2) Umur (KK) :

3) Pekerjaan kepala keluarga (KK) :

(40)

4) Pendidikan kepala keluarga (KK) : 5) Alamat dan nomor telpon : b) Komposisi anggota keluarga :

Nama Umur Sex Hub Pendidikan Pekerjaan Keterangan dengan

KK

c) Genogram Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan gambar dengan symbol berbeda (Friedman, 1998) seperti :

Laki-laki :

Perempuan :

Meninggal dunia :

Tinggal serumah : - - -

Pasien yang diidentifikasi :

Menikah :

Bercerai :

Anak adopsi :

(41)

Anak kembar :

Aborsi atau keguguran:

d) Tipe keluarga

e) Suku bangsa

1. Asal suku bangsa keluarga 2. Bahasa yang dipakai bangsa

3. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi kesehatan.

f) Agama

1. Agama yang dianut keluarga

2. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan g) Status social ekonomi keluarga

1. Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga 2. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan

3. Tabungan khusus kesehatan

4. Barang (harta benda) yang memiliki keluarga (perabot, transportasi)

h) Rekreasi

2) Riwayat dan tahap perkembangan

(42)

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi c) Riwayat keluarga inti :

1. Riwayat terbentuk keluarga inti

2. Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau penyakit menular di keluarga) d) Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri) :

1. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular keluarga

2. Riwayat kebiasaan atau gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan

3) Lingkungan

a) Karasteristik Rumah :

1. Ukuran rumah (luas rumah) 2. Kondisi dalam dan luar rumah 3. Kebersihan rumah

4. Ventilasi rumah

5. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) 6. Air bersih

7. Pengelolaan sampah 8. Kepemilikan rumah 9. Kamar mandi atau WC 10. Denah rumah

b) Karasteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal 1. Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja 2. Aturan dan kesepakatan penduduk setempat 3. Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan c) Mobilitas geografis keluarga

1. Apakah keluarga sering pindah rumah

2. Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah menyebabkan stress)

(43)

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat 1. Perkumpulan atau organisasi social yang diikuti oleh

anggota keluarga

2. Digambarkan dalam ecomap e) System pendukung keluarga

Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah.

4) Struktur keluarga

a) Pola komunikasi keluarga

1. Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga 2. Cara keluarga memecahkan masalah

b) Struktur kekuatan keluarga

1. Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah

2. Power yang digunakan keluarga

c) Struktur peran (formal dan informal) Peran seluruh anggota keluarga d) Nilai dan norma keluarga 5) Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif

1. Bagaimana cara keluarga mengekpresikan perasaan kasih sayang

2. Perasaan saling memiliki

3. Dukungan terhadap anggota keluarga 4. Saling menghargai, kehangatan.

b) Fungsi sosialisasi

1. Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar

2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga c) Fungsi perawatan kesehatan

(44)

1. Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya sakit diapakan tetapi bagaimana prevensi atau promosi)

2. Bila ditemui data maladaptive, langsung lakukan penjajakan tahap II (berdasarkan 5 tugas keluarga seperti bagaimana keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan).

d) Fungsi pemeliharaan kesehatan

1) Perilaku keluarga dalam penanggulangan sakit a) Bagaimana kebiasaan berobat jika ada anggota

keluarga yang sakit.

b) Apakah obat beli sendiri atau tidak 2) Pemenuhan kebutuhan makan

a) Pengadaan makanan sehari-hari b) Komposisi jenis makanan sehari-hari c) Cara menyajikan makanan dalam keluarga d) Pantangan terhadap makanan dalam keluarga e) Kebiasaan keluarga dalam mengelola air minum f) Kebiasaan keluarga dalam mengelola makanan g) Kebiasaan makan dalam keluarga

3) Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur a) Pola tidur siang hari dalam keluarga

b) Kamar tidur masing-masing dalam keluarga c) Cara mengatasi bila anggota keluarga sulit tidur 4) Pemenuhan kebutuhan rekreasi dan latihan

a) Keluarga mempunyai rekreasi yang teratur b) Waktu senggang dalam keluarga

c) Aktifitas olahraga secara teratur 5) Pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

(45)

a) Kebiasaan anggota keluarga dalam pemeliharaan kebersihan diri

b) Pemeliharan kesehatan menggunakan bahan atau alat mandi.

6) Stress dan koping keluarga

a) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga

b) Respon keluarga terhadap stress c) Strategi koping yang digunakan d) Strategi adaptasi yang disfungsional :

Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptive

7) Pemeriksaan fisik (head to toe)

1. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

2. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga

3. Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata mulut THT, leher, thorax, abdomen, ektersmitas atas dan bawah, system genitalis.

8) Harapan keluarga

1. Terhadap masalah kesehatan keluarga 2. Terhadap petugas kesehatan yang ada a. Penjajakan II

Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya:

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

(46)

d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan. b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat. Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain:

1) Analisa data

Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data, yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara menganalisa data adalah:

a) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam format pengkajian

b) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual

c) Mengembangkan standart

d) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga untuk melakukan analisa data, yaitu:

a) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga, yang meliputi:

Keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial anggota keluarga

Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga

Keadaan gizi anggota keluarga

Status imunisasi anggota keluarga

(47)

Kehamilan dan KB

b) Keadan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi:

Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi, luas rumah dan sebagainya

Sumber air minum

Jamban keluarga

Tempat pembuangan air limbah

Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya

c) Karakteristik keluarga, yang meliputi:

Sifat-sifat keluarga

Dinamika dalam keluarga

Komunikasi dalam keluarga

Interaksi antar anggota keluarga

Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga

Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga

Dalam proses analisa, data dikelompokan menjadi 2 yaitu data subyektif dan objektif.

No. DATA ETIOLOGI MASALAH

Data subyektif :



Data Objektif :



2) Perumusan masalah

(48)

Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/simpton.

a) Masalah (Problem)

Tujuan penulisan pernyatan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan sesingkat mungkin. Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA (1995) dalam Setiadi (2008) adalah sebagi berikut:

Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)

Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala yang jelas mendukung bahwa benar-benar terjadi.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Ketidakefektifan pola napas

Gangguan pertukaran gas

Nyeri akut

Gangguan tumbuh kembang

Resiko (ancaman kesehatan)

Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani.

Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit)

Resiko peningkatan suhu tubuh

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko kurang volume cairan dan elektrolit

Potensial/sejahtera

Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkat lebih optimal.

Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan

(49)
(50)

Potensial peningkatan koping keluarga

Resiko terhadap tindakan kekerasan

Sindrom

Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/ situasi tertentu.

Menurut NANDA ada 2 diagnosa keperawatan sindrom, yaitu:

Syndrom trauma pemerkosaan (rape trauma syndrome) Pada kelompok ini menunjukan adanya tanda dan gejala, seperti cemas, takut, sedih gangguan istirahat tidur dan lain-lain.

Resiko sindrom penyalahgunaan (risk for disuse syndrome) Misalnya resiko gangguan proses pikir, resiko gangguan gambaran diri dan lain-lain.

b) Penyebab (Etiologi)

Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga, yaitu:

Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Mengambil keputasan untuk melakukan tindakan yang tepat

Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usiannya yang terlalu muda

Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada)

c) Tanda (Sign)

(51)

Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “yang dimanifestasikan dengan”.

3) Prioritas masalah

Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas (skala Baylon dan Maglaya) sebagi berikut:

a) Tentukan skor untuk tiap kriteria

b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot Skor x Bobot Angka tertinggi

c) Jumlahkan skor untuk semua kriteria

d) Skor tinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot

(52)

NO. KRITERIA NILAI BOBOT

1. Sifat masalah 1

• Tidak/ kurang sehat 3

• Ancaman kesehatan 2

• Keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2

• Mudah 2

• Sebagian 1

• Tidak dapat 0

3. Potensial masalah untuk dicegah 1

• Tinggi 3

• Cukup 2

• Rendah 1

4. Menonjolnya masalah 1

• Masalah berat harus segera ditangani 2

• Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1 ditangani

• Masalah tidak dirasakan 0

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala:

Kriteria I, yaitu sifat masalah untuk mengetahui sifat masalah ini mengacu pada etiologi masalah kesehatan yang terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu:

Ancaman kesehatan

Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan anatara lain:

• Penyakit keturunan (asma, DM, dan sebagainya)

• Anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular (TBC, gonore hepatitis, dan sebagainya)

(53)

• Jumlah anggota keluarga terlalu bessar dan tidak sesuai dengan kemampuan sumber daya keluarga

• Resiko terjadi kecelakaan (lingkungan rumah tidak aman)

• Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga

• Keadaan yang menimbulkan stress, antara lain:

Hubungan keluarga tidak harmonis

Hubungan orang tua dan anak yang tegang

Orang tua yang tidak dewasa

Sanitasi lingkungan yang buruk, diantaranya:

Ventilasi kurang baik

Sumber air minum tidak memenuhi syarat

Polusi udara

Tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai syarat

Tempat pembuangan tinja yang mencemari sumber air minum

kebisingan

Kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti:

Merokok

Minum minuman keras

Makan obat tanpa resep

Makan daging mentah

Hygiene perseorangan jelek

(54)

• Sifat kepribadian

• Riwayat persalinan sulit

• Peran yang tidak sesuai

• Imunisasi anak yang tidak lengkap

Kurang / tidak sehat

Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan, seperti keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa) dan gagal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.

Situasi krisis (keadaan sejahtera)

• Perkawinan

• Kehamilan

• Persalinan

• Masa nifas

• Menjadi orang tua

• Penambahan anggota keluarga (bayi)

• Abortus

• Anak masa sekolah

• Anak remaja

• Kehilangan pekerjaan

• Kematian anggota keluarga

• Pindah rumah

Kriteria II, yaitu kemungkinan masalah dapat diubah

Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untung menangani masalah

Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, intervensi pemerintah mengenai pelaksanaan pendidikan karakter hanya dapat dimaknai sebagai hal yang positif, jika hal itu dilaksanakan dengan penuh

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka diperoleh hasil bahwa terkait dengan pengajuan Kasasi Penuntut Umum dengan alasan Judex Factie salah menjatuhkan sanksi

pertanggungjawaban atas terjadinya kepailitan perseroan. Hal ini dapat kita dapati pengaturannya di dalam Pasal 97 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perbedaan nilai uji hedonik pada setiap sampel jahe tersebut disebabkan karena perbedaan kandungan dan kadar kandungan zat aktif dari masing- masing

Penelitian ini terdiri dua tahap, tahap pertama penghilangan rasa gatal, dan optimasi pembuatan tepung kimpul yang terdiri atas 2 faktor yaitu blanching dan perendaman

Hukum Islam sebelum diadopsi menjadi hukum negara dalam bentuk peraturan perundang-undangan adalah hukum yang berlaku secara non formal.. Keberadaan hukum Islam sebagai

Mahasiswa wajib melakukan minimal 4 kali bimbingan dengan CE dan/atau Preseptor terkait kasus yang akan dipresentasikan dan mencatatnya dalam form bimbingan pada buku log.

Proses dan cara kerja metode bailing out sand pada kegiatan well service dimulai dengan memasukkan alat scrapper untuk membersihkan pasir,scale, yang ada di dinding