• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanda sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria seperti : nama,(sebutan). Peran, funsi dan tujuan, keinginan. Tanda tersebut berada pada kehidupan manusia. Apabila tanda berada pada kehidupan manusia, maka ini berarti tanda dapat pula berada pada kehidupan manusia dan menjadi sistem tanda yang mengatur kehidupannya. Oleh karenanya tanda-tanda itu (yang berada pada sisitem tanda) sangatlah akrab dan bahkan melekat pada kehidupan manusia yang penuh makna (meaningful action) seperti teraktualisasi pada bahasa religi, seni sejarah, ilmu pengetahuan (Budianto dalam Sobur, 2006:124).

Tanda terdapat dimana-mana. Kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur bangunan, struktur film, bangunan atau nayanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Karya sastra yang besar, misalnya merupakan prosuk strukturisasi dari subjek kolektif. Tanda merupakan manifestasi konkret dari citra bunyi dan sering diidentifikasi dengan citra bunyi itu sebagai penanda (Sobur, 2006:32). Pemikiran Saussure yang paling penting dalam konterks semiotik adalah pndangannya mengenai tanda. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material) yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis dan dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran

atau konsep (aspek) dari bahasa. Kedua unsur ini seperti dua sisi dari sekeping mata uang atau selembar kertas. Tanda bahasa dengan demikian dapat menyatukan, bukan hal dengan nama. Melainkan konsep dan gambaran akustis.

Saussure menggambarkan tanda yang terdiri dari signifier dan signified itu sebagai berikut :

Sign

Composed of

Signification

Signifer Plus Signifed___________External (Physical existence (Mental Concept) reality of

of the sign) meaning

(Physical existence (Mental concept) of maening of the sing) Sumber : (Sobur, 2004:125)

Gambar 2.1. Diagram Semiotik Ferdinan De Saussure

Saussure menyebut singifier sebagai bunyi atau coretan bermakna, sedangkan signified adalah gambaran mental atau konsep sesuatu signifier. Hubungan antara keberadaan fisik tanda konsep mental tersebut dinamakan signification. Dengan kata lain, signification adalah upaya dalam memberi makna terhadap dunia (Sobur, 2006:46)

Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah produk cultural. Hubungan diantara keduanya bersifat arbitrer

(manasuka) dan hanya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau peraturan dari kultur pemakai bahasa tersebut. Hubungan antara signifier dan signified tidak dapat dijelaskan dengan nalar apapun, pilihan bunyi-bunyinya maupun pilihan untuk mengaitkan rangkaian bunyi tersebut dengan benda atau konsep yang dimaksud, karena hubungan yang terjadi antara signifier dan signified bersifat arbitrer, maka makna signifier harus dipelejari yang berarti ada struktur yang pasti atau kode yang membantu menafsirkan makna.

Sifat arbitrer antara signifier dan signified serta kaitan antara kedua komponen ini menarik bila dikaitkan dengan kekuasaan. Maksudnya, bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang kekuasaan dapat menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifier. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan. Maksudnya bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang kekuasaan dapat menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifier. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan yang bersifat otoriter dimana signified tertentu hanya bisa diberi makna oleh pihak penguasa dan signified alternatifve atau “tandingan” tidak diberi tempat.

Ketika bahasanya berupaya mendefinisikan realitas, ada bahaya bahwa bahasa sendiri tereduksi menjadi suatu rangkaian signifier belaka tanpa referensi langsung terhadap yang ditandakan (signified). Suatu pengertian atau defenisi tentang sesuatu pengertian atau definisi tentang sesuatu tinggal sebagai definisi belaka. Akibatnya bahasa menjadi

“kosong” sebab bahasa tampak sebagai rangkaian perumusan yang tersimpan dalam kamus atau memori saja.

Hubungan antara signifer dan signified ini, yaitu (Kurniawan, 2001:30)

1. Signifier atau penandaan adalah bunyi yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis dan dibaca. 2. Signified atau petanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau

konsep (aspek mental) dari bahasa.

Dalam pemaknaan ada dua macam yaitu makna kontasi dan makna denotasi. Makana kontasi adalah makana yang tidak sebenarnya, konotasi meliputi bahasa-bahasa yang sifat utamanya sosial dalam hal pesan literatur memberi dukungan bagi makna kedua dari sebuah tatanan artifisila atau ideologis secara umum (Kuniawan, 2001:68) sedangakan makna denotasi makna yang tidak sebenarnya, denotasi meliputi bahasa-bahasa yang telah diartikan secara umum menurut kamus besar bahasa indonesia.

Beberapa teori tentang makna dikemukakan oleh Alston (1964; 11-26) dalam ( Sobur, 2006:259) diantaranya adalah :

1. Teori Acuan (Referential Theory)

Teori acuan atau teori referensial merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali atau mengidentifikasikan makna suatu ungkapan dengan apa yang diacuanya atau hubungan acuan itu.

Teori Ideasional merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali atau mengidentifikasikan makna unhkapan dengan gagasan-gagasan yang berhubungan dengan ungkapan tersebut. Dalam hal ini, teori ideasional menghubungkan makna atau ungkapan tersebut kepada kesadaran. Atau dengan kata lain, teori ideasional mengidentifikasi makna E (exprssion atau ungkapan) dengan gagasan-gagasan atau ide-ide yang ditimbulkan E (expression). Jadi pada dasarnya teori ini meletakkan gagasan (ide) sebagai titik sentral yang menentukan makna suatu ungkapan.

3. Tori Tingkah Laku (Behavioral Theory)

Teori tingkah laku merupakan salah satu jenis teori makna mengenai makna suatu kata atau ungkapan bahasa dengan rangsangan-rangsangan (stimuli) yang menimbulkan ucapan tersebut. Teori ini menanggapi bahasa sebagai semacam kelakuan yang mengembalikannya kepada teori stimulus respons. Makna menurut teori ini, merupakan rangsangan untuk menimbulkan perilaku tertentu sebagai respons kepada rangsangan itu tadi.

Penelitian ini dapat dikatakan berlandasan pada teori ideasional. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya ide atau gagasan yang datang dari pencipta lirik lagu berdasarkan cerita nyata dari teman yang menjadi inspirasi dalam menciptakan sebuah karya lagu. Melalui cerita tersebut, pencipta lirik lagu berusaha mengungkapkan ide atau gagasan tersebut dalam sebuah ungkapan (expression) yang dituangkan dalam lirik-lirik

lagu yang penuh makna. Berlandasan teori ideasional, peneliti berusaha untuk melakukan pemaknaan terhadap setiap lirik “Keong Racun”.

Dokumen terkait