SKRIPSI
Di Susun Oleh :
HARI BUDHI TRISNANTO 0643010269
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
HARI BUDHI TRISNANTO NPM. 0643010269
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakulsitas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 12 November 2010
PEMBIMBING UTAMA
Zainal Abidin Achmad, MSi, MEd NPT. 3 7303 99 0173 1
TIM PENGUJI : 1. Ketua
Dra. Sumardjijati, MSi NIP. 19620323 199309 2001 2. Sekretaris
DRA. Herlina Suksmawati, M.Si NPT. 19641225 199309 2001
3. Anggota
Zainal Abidin Achmad, MSi, MEd NPT. 3 7303 99 0173 1
Mengetahui, DEKAN
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “PEMAKNAAN LIRIK LAGU “KEONG RACUN” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Keong Racun” Yang Diciptakan Buy Akur)” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan mengucapkan terima kasih kepada Bapak, Zainal Abidin
Achmad, MSi, Med. selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis.
Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun material. Untuk itu penulis mengucapkan terimah kasih kepada : 1. Ibu dra.Hj.Suparwati,MSi, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito,S.Sos,MSi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Segenap Dosen-dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan curahan kasih sayang,
dorongan, semangat dan nasehat baik moril maupun materiil kepada penulis. 5. Buat kakak ku dan adik aku trimakasih atas dorongan, semangat dan
dukungannya kepada penyelesaian penulisan seminar proposal.
6. Sahabat-sahabat terbaikku : Krisna “JO“, Rangga “GRAJI”, Ferdiansyah
“OM”, Dimas “DUDLEY”, Kadek “KACONG”, Karisma “CACAK”, dan Restu “LOLO”, terima kasih untuk dukungannya selama ini.
iv menyelamatkanku dari tujuan yang tertunda.
Penulis menyadari bahwa penulisan seminar proposal ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan banyak saran dan kritik serta masukan-masukan yang berguna demi kesempurnaan proposal ini. Semoga
penulisan seminar proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis secara khusus dan bagi pembaca secara umum.
Surabaya,
Agustus 2010
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...v
DAFTAR GAMBAR...vii
ABSTRAKSI...viii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang Masal...1
1.2 Perumusan Masalah...8
1.3 Tujuan Penelitian...8
1.4 Kegunaan Penelitian...8
BAB II KAJIAN PUSTAKA...9
2.1 Landasan Teori...9
2.1.1 Musik...9
2.1.2 Lirik Lagu...9
2.1.3 Implementasi Ketidak Setaraan Gender...11
2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Ketidak Setaraan Gender...12
2.1.5 Karakter Psikologis Laki-Laki dan Perampuan...15
2.1.6 Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan...16
2.1.7 Pengertian Seksualitas...17
2.1.8 Perilaku Seksualitas...21
2.1.9 Perasaan, Emosi dan Cinta...25
2.1.10 Semiotika Dalam Komunikasi...29
3.1 Jenis Penelitian...37
3.2 Unit Analisis...37
3.3 Corpus...38
3.4 Teknik Pengumpulan Data...40
3.4.1 Jenis Data...40
3.4.2 Sumber Data...41
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data...41
3.5 Metode Analisis Data...41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...44
4.1 Gambaran Umum Objek...44
4.1.1 Profil Buy Akur...44
4.2 Penyajian Dan Pemaknaan Data...47
4.2.1 Penyajian Data...47
4.2.2 Pemakanaan Lirik Lagu “Keong Racun”...49
4.3 Pemaknaan Laki-Laki Dalam Lirik Lagu “Keong Racun”...68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...69
5.1 Kesimpulan...69
5.2 Saran...70
DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR LAMPIRAN...
“Keong Racun” Yang Diciptakan Buy Akur).
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui makna
lirik lagu “Keong Racun” yang diciptakan oleh Buy Akur. Metode
ananlisis data dalam penelitian ini menggunakan pemaknaan terhadap
lirik lagu ini menggunakan metode semiotik Saussure yaitu, dengan
menghubungkan antara signifier dan signified atau penandaan dan
petanda dengan melihat dari kata-kata dan rangkaian kata yang
membentuk kalimat dalam lirik lagu tersebut sehingga dapat diperoleh
interpretasi data yang benar-benar berkualitas.
Dan landasan teori yang digunakan dalam ini adalah Musik,
Lirik Lagu “Keong Racun” yang diciptakan Buy Akur, Semiotik
dalam Ilmu Komunikasi, Teori tanda Ferdinand De Saussure, Signifier
dan Signified, Model Semiotik Saussure.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa makna lirik lagu
“Keong Racun” yang diciptaan Buy Akur itu sendiri adalah manusia
tidak akan pernah puas dengan apa yang dimilikinya (laki),
laki-laki dalam hal ini dimaknai sebagai orang yang suka berganti-ganti
pasangan dan melecehkan perempuan yang dimana perempuan
sebagai perempuan yang teraniyaya karena kekerasan psikis yang
disebabakan oleh perilaku laki-laki.
mengakibatkan berbagai macam
tindakan ketidakadilan gender seperti adanya pelabelan atau stereotip.
Dalam hal ini Kesadaran akan penghapuasan ketidakadilan dan
kekerasan terahadap perempuan memebutuhkan peran serta berbagai
pihak. Seperti perlunya menggalakkan aksi penolakan secara tegas
dan terang-terangan terhadap segala aksi kekerasan terhadap
perempuan dengan membuat undang-undang yang mengatur tentang
hak-hak perempuan, dan menjatuhkan sanksi dengan tegas kepada
pihak-pihak yang melanggarnya.
Kata kunci : semiotik, lirik lagu diciptakan “keong Racun “
1 1.1. Latar Belakang Masalah
Musik adalah hasil budaya manusia yang menarik diantara banyak budaya yang lain, dikatakn menarik karena musik memegang peranan yang
sangat banyak di berbagai bidang. Seperti jika dilihat dari segi psikologinya, musik kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat
akan seni dan berkreasi dari sisi sosial musik dapat disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat musik tersebut diciptakan. Dari segi ekonomi, musik telah berkembang pesat menjadi suatu komoditi
yang menguntungkan.
Musik sendiri menurut kamus Lengkap Bahasa Indonesia memiliki makna bunyi-bunyian yang ditata enak dan rapi. Dari definisi diatas dapat
diketahui bahwa musik dapat menciptakan sebuah lagu. Sebuah lagu yang dinyanyikan biasanya terdiri dari tiga komponen yang saling melengkapi
dan saling bergantung. Komponen tersebut antara lain paduan alat musik atau instrument, suara atau vocal dan yang terakhir adalah lirik lagunya. Instrument, dan kekuatan vocal penyanyi adalah sebagai tubuh sedangkan
lirik lagu adalah jiwa atau nyawa adalah pengambaran musik itu sendiri. Para pencipta musik telah membuat hasil karya musiknya dengan lirik
dapat dikenal oleh khalayak, bahkan bisa mendapat penghargaan berupa
platinum-nya dari angka penjualan sehinga bisa mengangkat pamor atau popularitas dari sang pencipta karya seni. Lirik lagu adalah sebuah media
komunikasi verbal yang memiliki makna pesan didalamnya, sebuah lirik lagu bila tepat memilihnya bisa memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata atau peristiwa, juga secara individu mampu untuk memikat perhatian.
Sebuah karya cipta dibanding musik juga harus memiliki jiwa keseluruhan dalam sebuah produk musik yang telah tercipta, ada yang menyangkut
pembicaraan autoritas mereka melambangkan saling pengertian yang patut diagungkan dan dipatuhi orang dari apa yang diawali mereka.
Isi lirik musik dalam hal ini adalah, adanya tanda – tanda perantara
emosi yang dibangkitkan dalam diri pendengar. Langer berpendapat bahwa musik merupakan ekspresi perasaan, bentuk simbolik yang signifikasinya dapat dirasakan, tetapi tidak dapat didefinisikan karena ia hanya bersifat
implisit, tetapi secara konvensional tidak tetap. Para ahli ilmu musik yang telah berupaya menemukan berbagai korelasi antara bentuk dan isi musik
adalah Meyer dan Cook. Meyer mengembangkan teori kesesuaian antara pola-pola tegangan, penundaan pelepasan dalam irama atau harmoni dan dalam berbagi emosi manusia. Cooke bahkan mencoba menetapkan
kosakata musik yang berkaitan dengan fase-fase musik dan rangkaian yang selaras dengan berbagi emosi seperti kegembiraan, kesenangan, kesedihan
dan sebagainya (Noth,2006:440).
komunikasi. Sebab lewat lagu, pencipta berusaha menyampaikan apa yang
ingin diungkapkannya. Pesan yang disampaikan seorang pencipta lagu tentunya tidak berasal dari luar diri pencipta lagu tersebut, dalam arti bahwa
pesan tersebut bersumber pada pola pikirnya serta kerangka acuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan linkungan sosial di sekitarnya.
Pengunaan bahasa pada kegiatan pembuatan hasil karya lirik lagu pada sebuah karya seni musik berbeda pada pemakaian sehari-hari (natural
atau ordinary language) perbedaan itu terlihat dari kalimat-kalimat yang dibuat tersebut karena mengandung makna tersembunyi yang dapat dipersepsikan oleh khalayak sebagai sebuah tanda tanya terhadap maksud
dari lirik lagu tersebut. Makna pada kata-kata merupakan suatu jalinan asosiasi, pikiran yang berkaitan serta perasaan yang melengkapi konsep yang diterapkan.
Penciptaan sebuah karya seni musik yang diciptakan seorang pencita lagu terkdang berkaitan dengan lingkungan sekitarnya atau hasil pengalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dari hasil lagu yang tercipta terkadang mempunyai hasil-hasil pemaknaan yang berbeda-beda dari pendengar lagu salah satunya adalah pemaknaan dalam lirik lagu “Keong
Racun” yang dimana dalam lagu terdapat pesan “gender dan seksualitas”. Mungkin kita semua seringkali mendengar banyak orang yang
singkat dan sederhana mengenai aspek Gender dan keterkaitannya terhadap
perspektif ilmu Seksologi. Gender itu berasal dari bahasa latin “GENUS” yang berarti jenis atau tipe. Gender adalah sifat dan perilaku yang
dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya.
Guna melihat analisis sosial secara lebih tajam, maka pertama kali
yang harus dilakukan adalah memahami kata gender dan seks atau jenis kelamin. Gender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat sedangkan seks
adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan. Bentuk hubungan gender dengan seks (jenis kelamin) adalah sebagai hubungan sosial antara laki-laki dengan perempuan yang bersifat saling membantu
atau sebaliknya malah merugikan, serta memiliki banyak perbedaan dan ketidaksetaraan. Hubungan gender berbeda dari waktu ke waktu, dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lain, akibat perbedan suku, agama,
status sosial maupun nilai tradisi dan norma yang dianut.
Isu gender merupakan isu yang relatif baru bagi masyarakat sehingga
seringkali menimbulkan berbagai penafsiran dan tanggapan yang sering kurang tepat tentang gender. Pemahaman tentang gender menjadi sesuatu yang sangat penting artinya bagi semua kalangan, baik dalam pembangunan
swasta, masyarakat maupun keluarga. Melalui pemahaman yang benar mengenai gender diharapkan secara bertahap diskriminasi perlu dapat
laki-laki. Oleh karena itu perempuan dianggap lebih lemah sedangkan laki-laki
kuat, padahal lemah atau kuatnya seseorang bukan dilihat dari fisiknya tetapi kemampuan berpikir.
Kedudukan perempuan selalu dianggap berada di bawah kekuasaan laki-laki. Stereotip perempuan sebagai kaum yang lemah dan sebagai korban ketidakadilan merupakan sebuah konstruksi yang ditempa sejak
ratusan tahun yang silam. Salah satu jenis stereotip itu adalah yang bersumber dari pandangan gender, misalnya penandaan yang berawal dari
asumsi bahwa perempuan bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan streotip ini.
Stereotip itu sendiri secara umum memiliki pengertian pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu dan celakanya pelabelan atau penandaan tersebut selalu mergikan dan menimbulkan ketidakadilan (Fakih,
2008:17).
Laki-laki selalu mendominasi setiap sisi kehidupan kaum perempuan
sebagai pihak yang lemah dalam struktur sosial kemasyarakatan karena masih kuatnya budaya patriarkhi yang ada dalam masyarkat kita, seperti menjustifikasi dan melegitimasi bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukannya
dari pada perempuan, karena itu laki-lakilah yang dapat menjadi pemimpin. Pemaknaan secara umum telah menutup jalan baik perempuan untuk
Pandangan itu kemudian lebih dikukuhkan lagi melalui agama dan
tradisi dengan demikian. Laki-laki diakui dan dikukuhkan untuk menguasai perempuan kemudian hubungan laki-laki dan perempuan yang hirarkis
(dianggap) sudah benar. Situasi ini adalah hasil belajar manusia dari budaya patriarkhi. Dalam budaya ini, berbagai ketidakadilan muncul berbagai bidang dan bentuk. Bentuk dari berbagai ketidakadilan ini bisa berupa
marginalisasi, stereotip, subordinasi, beban ganda dan kekerasan terhadap perempuan (kekerasan psikis).
Karena itulah dalam penelitan ini menaruh perhatian pada masalah pemaknaan lirik lagu atau lebih tepatnya lagi pada masalah pada pengambaran sosok laki-laki yang memiliki sifat seperti perselingkuhan
atau yang dimaksud dengan “keong racun” seperti di gambarkan oleh penciptanya Buy Akur. Buy Akur (49) adalah pencipta lagu yang baru terdengar di blantika industri musik Indonesia bagi pendengar musik, Gang
Siti Mariah 6 RT 10 RW 1 Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Bandung tempat tinggal Buy Akur, lagu tersebut terinspirasi dari temannya
yang berselingkuh dan lagu ini tercipta 2 tahun lalu, penyanyi pertama lagu ini adalah lissa namun tidak berhasil menarik perhatian para penggemar musik di Indonesia. Lagu berjudul “Keong Racun” mendadak heboh di
ranah dunia maya. Lagu bergenre dangdut yang menceritakan soal perselingkuhan ini bahkan sempat menjadi topik hangat di situs
sebagai Jojo dan Shinta. Mereka merekam aksinya dalam bentuk video
lantas di-upload ke situs youtube. Ternyata, aksi mereka yang menggelitik dalam video tersebut menyita perhatian pengguna internet. Tak urung, lagu
“Keong Racun” pun ikut menjadi perbincangan hangat. Padahal, lagu itu sudah lama beredar di Kota Bandung lewat penyanyi Lissa ( www.okezone.com/teman-selingkuh-inspirasi-buy-akur-ciptakan-keong-racun.htm).
Namun lagu ini mengalami kontroversi antara penyanyi pertama
“Keong Racun” Lissa dengan pihak Charlie vokalis ST 12 yang memulai profesi barunya sebagai pemilik manajemen artis yang diberi nama Pangeran Cinta. Lagu “Keong Racun” ciptaan Buy Akur telah dikontrak hak
ciptanya oleh Charli ST 12 dan Lissa merasa tidak terima karena tidak dilibatkan dalam lagu yang pernah dinyanyikannya tersebut sebab Charli telah menemukan penyanyi yang cocok untuk menyanyikan lagu “Keong
Racun” dari versi dangdut ke versi pop yaitu duo group Putripenelope (Putri Lama dan Cinta Penelope).
Lagu ciptaan Buy Akur yang berjudul “Keong Racun”, membuat peneliti tertarik untuk melakukan suatu studi pemaknaan terhadap lirik lagu “Keong Racun” karena beberapa hal, diantaranya adalah karana dalam lirik
lagu ciptaan Buy Akur “Keong Racun” mengambarkan pengambaran laki dalam memandang perempuan yang dianggap gampangan oleh
perempuan, dimana perempuan mempunyai hak-hak sebagai mananya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pemaknaan lirik lagu “Koeng Racun” yang diciptakan oleh “Buy Akur”?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah pemaknaan lirik lagu dalam lagu “Keong Racun” yang diciptakan oleh Buy Akur.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Praktis, yaitu membantu pembaca dalam memahami makna
tentang pemaknaan lirik lagu yang ada dalam lagu “Keong Racun” yang diciptakan “Buy Akur”.
2. Kegunaan Teoritis, yaitu sebagai bahan penambah referensi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Musik
Musik adalah suara atau bunyi-bunyian yang diatur menjadi suatu
yang menarik dan menyenangkan. Dengan kata lain musik dikenal sebagai sesuatu yang terdiri atas nada dan rime yan mengalun secara teratur. Musik
juga memainkan peran dalam evolusi manusia, dibalik perilaku dan tindakan manusia terdapat pikiran dan perkembangan ini dipengaruhi oleh musik. Seni musik merupakan salah satu seni untuk menyampaikan
ekspresi. Ekspresi yang disampaikan sekarang ini bukan hanya mengandung unsur keindahan seperti tema-tema percintaan, namun belakangan ini banyak tercpta tema-tema yang berisi permasalahan sosial
dan realitas yang ada pada masyarakat. Musik dapat tercipta karena didorong oleh kondisi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat, musik juga
diilhami oleh perilaku umum masyarakat, dan sebaliknya perilaku umum masyarakat dapat terilhami oleh musik tertentu. Perilaku umum masyarakat dapat berupa permasalahan sosial, peristiwa monumental,
kebutuhan dan tuntunan bersama, (Ayuningtyas, 2006:9) 2.1.2. Lirik Lagu
Salah satu hal yang penting dalam sebuah musik adalah lirik lagu. Sebagaimana bahasa dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk
mencerminkan realitas ssosial di masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai
sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai di aransir dan di
perdengarkan kepda khalayak, lirik lagu tersebut mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebarluasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan perasangka tertentu.
Pesan yang disampaikan oleh pencipta lagu lewat lagunya ini tentu tidak akan berasal dari luar diri si pencipta lagu, dalam artian bahwa pesan
tersebut bersumber dari pola pikirnya serta frame of reference dan field of experience yang terbentuk dari hasil interaksinya dengan linkungan sosial sekitar.
Perkembangan lirik lagu di Indonesia sudah mulai muncul sejak setelah merebut kemerdekaan. Pada paruhan pertama dasawarsa 1950-an. Pada waktu masih dilakukan yang dinamakan “musikalisasi syair” yaitu
menggarap komposisi-komposisi lagu terhadap puisi-puisi yang terlebih dahulu diciptakan oleh penyair terpandang. (Rachmawati, 2000:42)
Lirik sebuah lagu di era sekarang merupakan sebuah kunci utama, meski tidak dipungkiri sentuhan musik tidak kalah pentingnya untuk menghidupkan lagu tersebut secara keseluruhan. Lirik merupakan sebuah
energi yang mengungkapkan banyak hal. Hampir sebagian peristiwa atau perasaan emosi yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh si pencipta lagu.
diterima oleh siapa saja, tanpa harus melihat golongan atau kalangan
tertentu, kelompok, ras dan budaya.
2.1.3 Implementasi Ketidak Setaraan Gender
Guna melihat analisis sosial secara lebih tajam, maka pertama kali yang harus dilakukan adalah memahami kata gender dan seks atau jenis kelamin. Pada uraian sebelumnya telah diuraikan mengenai gender dan
seks. Sejarah (gender difference) antar lelaki dan perempuan terjadi melalui proses sosialisasi, pengetauan dan kontruksi sosial kultural,
keagamaan, bahkan melalui kekuasaan negara. Melalui proses yang cukup panjang sehingga gender lambat laun menjadi seolah-olah ketentuan Tuhan atau kodrat dan ketentuan biologis, menyebutnya dengan kodrat.
Misalnya : sifat lemah lembut, sifat memelihara dan sifat emosional yang dimiliki oleh kaum perempuan dikatakan sebagai kodrat perempuan.
Akan tetapi sebaliknya sosialisasi kontruksi sosial tentang gender
ini secara evolusi akhirnya mempengaruhi perkembangan masing-masing jenis kelamin. Misalnya: sifat gender laki-laki harus kuat dan agresif
sehingga konstruksi sosial itu membuat lelaki terlatih dan motivasi menuju dan memepertahankan sifat yang ditentukan tersebut yang memang laki-laki lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya karena konstruksi sosial bahwa
kaum perempuan harus lemah lembut, maka sejak kecil sosialisasi tersebut mempengaruhi perkembangan fisik dan biologis mereka. Karena proses
Persoalannya, jika konstruksi gender dianggap sebagai kodrat,
akibatnya gender mempengaruhi keyakinan manusia serta budaya masyarakat tentang bagaiman lelaki sosial tersebut. Perbedaan biologis itu
dianggap sebagai ketentuan Tuhan. Masyrakat sebagai kelompok yang menciptakan perilaku pembagian gender untuk menentukan berdasarkan apa yang mereka anggap sebagai keharusan untuk membedakan antara
lelaki dan perempuan. Keyakinan pembagian itu selanjutnya diwariskan dari satu generasi selanjutnya penuh dengan proses, negosiasi, retensi
maupun dominasi. Akhirnya alamiah, normal dan kodrat sehingga bagi meraka yang mulai melanggar dianggap tidak normal dan kurun waktu yang berbeda, pembagian gender tersebut berbeda-beda.
2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Ketidak Setaraan Gender
Perbedaan jenis kelamin melahirkan perbedaan gender dan perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan. Faktor yang
menyebabkan ketidakseimbangan atau ketidakadilan gender adalah akibat adanya gender yang dikonstruksikan secara sosial dan budaya. Beberapa
anggapan yang memojokan kaum perempuan dalam konteks sosial ini menyebabkan sejumlah persoalan.
Sejak dulu banyak mitos-mitos yang menjadi penyebab
ketidakadilan gender, misalnya laki-laki selalu dianggap bertindak berdasarkan rasional, sedangkan kaum perempuan selalu mendahulukan
Misalnya perempuan itu sebagai konco wingking (teman di belakang)
berfungsi 3M (macak, masak, manak), meskipun M (manak) masih harus dipertahankan. Disamping itu juga ada anggapan bahwa pantangan bagi
laki-laki untuk bekerja di dapur untuk memasak, mencuci, maupun malakukan keiatan rumah tangga. Dikatakannya juga laki-laki untuk bekerja di dapur maka rejekinya akan “seret” atau malah “cupar”. Semua
contoh yan ada disebabkan karena neara Indonesia menganut hukum hegemoni patriarki, yaitu yang berkuasa dalam keluarga adalah bapak.
Petriarki mengambarkan dominasi laki-laki dalam semua lingkup kemasyarakatan lainnya. Patriarki adalah konsep dalam masyarakat, dalam pemerintahan, militer, agama dan lain sebagainya.
Selain hukum hegemoni patriarki di atas ketidakseimbangan gender juga disebabkan karena sistem kapitalis yang berlaku, yaitu siapa yang mempunyai modal besar itulah yang menang. Hal ini mengakibatkan
laki-laki yang dilambangkan lebih kuat dari pada perempuan akan mempunyai peran dan fungsi yan lebih besar.
Menifestasi ketidakadilan gender tersosialisasi kepada kaum laki-laki dan perempuan secara mantap, yang mengakibatkan ketidakadilan tersebut marupakan kebiasaan dan akhirnya dipercaya bahwa peran gender
itu seolah-olah merupakan kodrat dan akhirnya diterima masyarakat secara umum. Hal ini disebabkan karena terdapat kesalahan atau kerancuan
ketentuhan tuhan. Misalnya pekerjaan domestik, seperti merawat anak,
merawat rumah sangat melekat dengan tugas perempuan, yang akhirnya dianggap kodrat. Padahal sebenarnya pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah
konstruksi sosial yang dibentuk laki-laki maupun perempuan.
Usaha yang harus dilakukan untuk mencapai kesataraan gender nampaknya bukan hanya sekedar bersifat institusional, utamanya dari
phak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dan memegang peran dalam proses pembentukan gender. Untuk itu peranan pembuat dalam
proses pembentukan gender, pembuat kebijakan dan perencanaan pembangunan menjadi sangat penting dan menentukan arah perubahan menuju kesetaraan gender atau dapat dikatakan bahwa
negara/pemerintahan mempunyai peranan atau andil dalam mewujudkan keseimbangan gender.
Dalam setiap perencanaan pembangunan, gender hendaknya
dijadikan sebagai “kunci utama” dalam memahami kegiatan apa yang dilakukan lelaki dan perempuan, berapa banyak waktu yang diperlukan
untuk kegiatan tersebut, siapa yang memutuskan dan sebagainya. Perencana peran pembangunan hendaknya mampu menganalisis perbedaan peran kodrat dan peran gender sehingga mengetahui hal-hal
2.1.5 Karakter Psikologis Laki-Laki dan Perampuan
Aspek psikologis yang mencakup intelegensi dan emosi dalam proses perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini
berbeda dengan aspek biologis yang mengalami pertumbuhan secara otomatis tanpa harus dipelajari. Kondisi intelegensi dasrnya memang biologis, yaitu pusat susunan syaraf otak yang mengandung pusat-pusat
kemampuan yang diperoleh individu sejak dalam kandungan sampai tiga tahun pertama sesudah lahir. Ada perkembangan selanjutnya tentang
kondisi psikhis bagi lelaki dan perempuan sama hanya saja mana yang dominan satu dengan yang lain berbeda. Ini juga dipengaruhi adanya perlakuan yang berbeda terhadap lelaki dan perempuan sesuai dengan
keinginan orang tua masing-masing. Apabila anak lelaki dan perempuan mempunyai potensi yang sama, diperlakukan dan diberi kesempatan yang sama, diperlakukan dan diberi kesempatan yang sama untuk
mengembangkan diri semaksimal mungkin akan mencapai yang sama. Napaknya apa yang berkembang di masyarakat tidaklah demikian,
perlu disadari bahwa faktor budaya akan mempengaruhi pola penasuhan orang tua terhadp anaknya. Misalnya: sistem patriarkhi yang telah berkembang dalam kehidupan masyarakat bahwa laki-lakilah yang
berkuasa sehingga muncullah pemikiran androgini. Kondisi ini dipolakan sejak bayi baru lahir dan dimapankan dalam kehidupan sehari-hari,
2.1.6 Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan
Seperti dikatakan di atas bahwa aplikasi dan implikasi gender di masyarakat belum sesuai dengan yang diharapkan, karena masih sangat
dipengaruhi oleh faktor sosial budaya setempat. Perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan gender (gender inequalities). Ketidakadilan gender dimanifestasikan dalam berbagai bentuk
ketidakadilan, misalnya: subordinasi, marginalisasi, beban kerja lebih banyak dan stereotipe. Manfaat dan dampak dari aspek gender terhadap
kualitas lelaki dan perempuan sebagai kualitas sumber daya pembangunan, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa pola sosialisasi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dapat menimbulkan kesenjangan
gender. Bentuk-bentuk nyata yang dapat diamati munculnya gejala-gejala ketertinggalan, subordiansi, marjinalisasi dan diskriminasi.
Perbedaan gender dalam beberapa hal akan mengantarkan pada
ketidakadilan gender (gender inequalities). Ketidakadilan yang dilahirkan oleh perbedaan gender inilah yang sesungguhnya sedang dipertanyakan.
Ternyata dari sejarah perkembangan hubungan yang tidak adil, menindas serta mendominasi antara kedua jenis kelamin tersebut. Bentuk menifestasi ketidakadilan gender ini adalah mempersepsi. Uraian berikut ini akan
menganalisis bagaimana manifestasi ketidakadilan gender dalam bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan pekerjaan yang mereka lakukan.
inequalities). Namun persoalannya tidaklah sesederhana yang dipikirkan,
ternyata perbedaan gender tersebut telah melahirkan berbagai ketidakadilan baik bagi kaum lelaki maupun perempuan. Ketidakadilan
gender adalah suatu sistem dan struktur dimana kaum lelaki dan perempuan menjadi korban dari sistem itu. Guna memahami bagaimana perbedaan dapat dipahami melalui berbagai manifestasi ketidakadilan
tersebut.
2.1.7 Pengertian Seksualitas
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut dan sikapberkaitan dengan perilaku seksual maupun orientasi seksual.Kata seksualitas berasal dari kata dasar “seks”, yang berasal dari bahasa Inggris
yang artinya adalah hubungan INTIM, saat ini seks bukan lagi sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan, bahkan pada saat, zaman, keadaan, waktu, dan jugarevolusi pola pikir manusia tak jarang seks di jadikan
sebagai gaya hidup (life style).‘Seks”juga yang memiliki beberapaarti, yaitu:
1. Jenis Kelamin keadaan biologis manusia yang membedakan laki dan
perempuan. Istilah jenis kelamin berbeda dengan jender. Gender adalah pembedaan jenis kelamin berdasarkan peran yang dibentuk oleh
masyarakat/budaya tertentu (misalnya perempuan lembut,laki-laki kasar).
2. Reproduksi Seksual : Membuat bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu laki
tertentu. Bagian tubuh itu disebut alat atau organ
reproduksi. Organ reproduksi laki-laki dan perempuan berbeda karena punya fungsi yang berbeda.
3. Organ reproduksi : organ reproduksi laki-laki dan perempuan terdiri
atas organ bagian luar dan bagian dalam.
4. Rangsangan atau Gairah Seksual : rangsangan seksual
dapatdisebabkan perasaan tertarik sekali (seperti magnit)padaseseorang sehingga terasa ada getaran “aneh” yang munculdalam tubuh.
5. Hubungan Seks : Hubungan seks (HUS) terjadi bila dua individusaling
merasa terangsang satu sama lain (dapat terjadi pada lainjenis maupun pada sejenis) sampai organ seks satu sama lainbertemu dan terjadi
penetrasi.
6. Orientasi seksual (sexual orientation) adalah kecenderunganseseorang mencari pasangan seksualnya berdasarkan jeniskelamin. Ada tiga
orientasi seksual:
a. Heteroseksual (tertarik pada jenis kelamin yang berbeda).
b. Homoseksual (tertarik pada jeniskelamin yang sama: gay pada
laki-laki, lesbian pada perempuan).50 Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon Konselor Sebaya
c. Biseksual (tertarik pada dua jenis kelamin: laki-lakidan
7. Kelainan Perilaku Seksual (sexual disorders) adalahkecenderungan
seseorang untuk memperoleh kepuasan seksualmelalui tingkah laku tertentu. Misalnya:
a. Vayourisme b. Fetihisme
1. Sanisme: memperoleh kepuasan seksual dengan
melukai/menyiksa pasangannya.
2. Machosisme: memperoleh kepuasan seksual dengan melukai diri
sendiri.
Seksualitas adalah konstruksi historis yang dibentuk oleh banyak hal. Mulai dari faktor biologis, mental, identitas gender, perbedaan budaya,
kecakapan reproduktif, keperluan, keinginan, hingga fantasi-fantasi. Semuanya tentunya terikat dengan norma-norma atau nilai budaya yang ada di masyarakat.
Orang banyak memandang seksualitas adalah hal tabu yang sangat pantang untuk dibicarakan. Padahal dalam Al-Quran sendiri seks
dipaparkan dengan sangat indahnya, dengan kata-kata kiasan yang begitu indah, yang menunjukkan, seks tidak pantang untuk di bicarakan. (www.shvoong.com)
Dalam dunia barat, seksualitas tak ada hubungannya dengan seks, reproduksi, ataupun komitmen. Seks bisa dilakukan dengan banyak orang,
Begitu pun dengan keluarga yang heteroseksual. Seksualitas yang aktif
seharusnya terjadi dalam pernikahan. Maka itu, di Indonesia selalu ada kaitan antara pernikahan, seksualitas, dan reproduksi. Konseptualisasi
seksualitas dalam konteks Indonesia selalu mempertimbangkan agama. (ikarlina@gmail.com/seksualitas-dan-keremajaan-beda-di.html)
Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini, masih banyak pro dan
kontra di kalangan masyarakat terkait pendidikan seks bagi para remaja.Selain itu, pembicaraan-pembicaraan mengenai masalah seks,
masih dianggap sebagai hal yang tabu untuk dibahas. Dan sebagian masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks, bahwa seolah-olah hal itu sebagai sesuatu yang vulgar untuk disampaikan
kepada para remaja.Karena membicarakan seks dan pendidikan mengenai itu masih dianggap tabu.
Cara pandang para remaja terhadap seksualitas perlu diarahkan,
agar mereka tidak salah menganggap hal alamiah itu menjadi sebuah aktivitas yang biasa untuk dilakukan bagi kalangan usia muda.
Pengamat kesehatan, Dr Tengku Yenni Febrina di Medan, mengungkapkan masa remaja merupakan saat fase transisi dari anak-anak menuju dewasa, sehingga pada masa itu mereka membutuhkan perhatian
dari orang tua dan sekolah untuk kehidupan sosialisasi pergaulan remaja. Pada masa remaja perlu mendapat bimbingan yang cukup besar
yang merugikan masa depan mereka.Salah satu pergaulan bebas saat ini
yang paling populer adalah menganggap free sex sebagai hal yang biasa untuk dilakukan.
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian para remaja terhadap pergaulan bebas, bahaya serta risiko yang akan dialami jika melakukan hal itu, dan mereka perlu diberikan pendidikan seks yang benar
dan jelas. Cara pandang remaja yang salah terhadap seksualitas, akan memberikan dampak negatif terhadap generasi muda, terlebih tatanan
kehidupan sosial nantinya yang disebabkan salah kaprah memahami hal itu.Bahkan, dengan terjadinya kekeliruan itu, remaja perempuan lebih rentan terhadap berbagai resiko yang akan diderita dari perilaku seksual
secara bebas tanpa ikatan agama. 2.1.8 Perilaku Seksual
Membicarakan seks bukanlah menjadi suatu pembicaraan yang
tabu walaupun sebagian tradisi di daerah melarang menceritakan tentang perilaku seksualitas terkait dengan norma-norma dan nilai-nilai yang
mengikatnya sehingga banyak individu-individu maupun kelompok tertentu malu menceritakan masalah seks, apalagi penyakit kelamin. Pemahaman tentang perilaku seksualitas sungguh memprihatinkan, apalagi
institusi pendidikan masih kurang mengenalkan pelajaran tentang perilaku seksualitas dan kesehatan reproduksi karena di anggap masih tabu, bahkan
bahwa semua permasalahan seks dapat dipelajari dengan sendirinya, hal
ini terjadi terkait dengan gejala sosial yang mempengaruhi kesadaran individu serta perilakunya yang berbeda dari karak teristis psikologis,
biologis individu.
Perilaku seksual merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku
seksual sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalammasyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan
bataskepentingan tersendiri terhadap perilaku seks. Bagi golongan masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilaidan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandangseks sebagai suatu perilaku
yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang dianggap belum cukup dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya,
termasuk mereka sendiri sebagai suami isteri merasa risih dan malu berbicara tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur
sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan hukum adat, Agama dan ajaran moralitas, dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalamprakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan
kemanusiaan.
Gejala sosial yang riil merupakan fakta sosial yang harus dipelajari
memaksa, bersifat eksternal. Kehadiran kekuatan ini
dapat di kenal walaupun tidak di ikuti, baik dengan adanya sanksi tertentu maupun perlawanan yang diberikan kepada setiap usaha individu yang
cendrung melanggarnya. Fakta sosial terkait dengan perilaku seksualitas individu-individu memberikan perspektif bahwa perilaku seksualitas menjadi suatu privasi pribadi individu tetapi menjadi akar permasalahan
sosial yaitu pelacuran sebagai transaksi bisnis yang disepakati oleh pihak yang terlibat sebagai suatu yang bersifat kontrak jangka pendek, yang
memungkinkan satu orang atau lebih mendapatkan kepuasan seks dengan metode yang beranekaragam.( Perkins dan Bernnet. 1985 ), kekerasan dalam rumah tangga, pekerjaan, kesehatan reproduksi dan ketidakadilan
gender.
Permasalahan terkait dengan perilaku seksualitas dari perspektif gender dalam satu fakta sosial riil memberikan penjelasan bahwa
pengaturan-pengaturan yang mengikat tidak memberikan ruang bebas dalam memberikan solusi permasalahan perilaku seksualitas. (Johnson
Doyle Paul : 174-178)
Perilaku seksual dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron pada wanita serta hormon testosteron pada laki-laki. Hormon
estrogen memicu timbul-timbulnya gejala psikologis dari birahi dan memicu timbulnya tanda-tanda fisik pada wanita begitu pula dengan
gender serta menjadi alasan bagi laki-laki untuk mengesahkan perbedaan
peran sosial atas dasar gender. Ketidakadilan atas gender semakin menyudutkan kaum perempuan dalam aktivitas sosial maupun segala
bidang pekerjaan bahkan budaya patriarki mendukung alasan ketidakadilan gender. (Subagya 2009)
Kaum perempuan terbelenggu oleh fakta sosial yang riil terjadi di
masyarakat bahwa norma-norma dan nilai-nilai yang mengikat kaum perempuan tidak memberikan ruang bebas dalam segala bidang. Fakta
sosial terkait dengan kebijakan negara yaitu pornografi, keluarga berencana, kesehatan reproduksi terkait dengan kesuburan, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil, perempuan pekerja. Pada manusia,
perilaku seksualitas merupakan interaksi antara perilaku prokreatif dengan situasi fisik serta sosial yang melengkunginya. Dalam konsep Sigmund Freud tentang seksualitas manusia bukan sekedar
kegiatan genitalia dengan tujuan prokreatif tetapi lebih merupakan perilaku mencari kesenangan dalam arti luas (Eros), yang terdiri dari 2 unsur yaitu
pelestarian pribadi (Self Preservation) dan reproduksi.
Dalam kasus Poligami sebagai perilaku seksual yang normal bagi laki-laki di berbagai komunitas tradisional dunia, sedangkan perilaku
seksual poliandri secara universal belum dapat diterima sebagai kenyataaan realitas sosial. Perilaku homoseksual, gay dan lesbian masih
2.1.9. Perasaan, Emosi dan Cinta
Perasaan , emosi dan cinta merupakan susana psikis atau suasana batin yang dihayati seseorang pada suatu saat. Untuk lebih memahaminya
maka berikut ini akan diuraikan definisi dari perasaan, emosi dan cinta (Widianti, Dian 2007 : 46)
a. Perasaan
Seperti halnya emosi merupakan suatu suasana batin atau suasana hati yang membentuk suatu kontinum atau garis. Kontium ini
bergerak dari ujung yang paling positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling negatif yaitu sangat tidak senang, suka, tegang terangsang timbul karena adanya perangsang dari luar.
Perangsang dari luar berbaur dengan kondisi sesaat dari individu dan membangkitkan suatu perasaan.
b. Emosi
Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif dan menimbulkan suatu gejolak
suasana batin. Emosi seperti halnya perasaan juga membentuk suatu garis kontinu yang bergerak dari emosi positif dengan yang bersifat negatif. Beberapa ciri emosi diantarannya adalah (1) pengalaman
emosional bersifat pribadi. (2) adanya perubahan aspek jasmani. (3) emosi diekspresikan dalam prilaku. (4) emosi sebagai motif. Individu
perkembangan emosi terdapat pola-pola ekspresi dan pengendalian
emosi. Pola-pola tersebut diantaranya adalah :
1) Spontanitas dan pengendalian. Individu pada umumnya sangat
spontan dalam menyatakan emosinya, tetapi karena pengaruh kebudayaan individu dituntun harus dapat mengendalikan ekspres emosinya.
2) Pernyataan konstruktif dan penekanan. Ekspresi emosi yang dapat
diterima masyarakat dapat dinyatakan sesuai dengan keinginan
individu tetapi yang negatif atau ditolak masyarakat perlu ditahan dan ditekan.
3) Ekspresi langsung dan tersembunyi. Emosi-emosi yang memiliki
intensitas tinggi seperti benci, permusuhan dan sebagainya mungkin dapat dinyatakan secara langsung atau tidak. Pada umumnya emosi demikian, bukan hanya ditahan atau ditekan
tetapi juga disembunyikan.
Kehidupan emosi sangat kompleks, banyak macam ragamnya
dan tiap macam emosi bervariasi pula manurut muatannya, sifatnya serta intensitasnya. Berdasarkan muatannya, ada emosi yang menarah pada hal yang positif dan ada pula yang mengarah pada hal negatif.
Ada emosi yang bersifat konstruktif dan ada pula yang bersifat destruktif. Ada yang sangat kuat intensitasnya, tetapi juga ada yang
Emosi sangat memegang peranan penting dalam kehidupan
individu, akan memberi warna kepada kepribadian, aktivitas serta penampilannya juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan
mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental tetap tercpita, maka individu perlu mengadakan beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosi yang konstruktif.
c. Cinta
Jenis perasaan ini sangat populer. Rasa cinta berkembang dari
kesadaran manusia akan keterpisahannya dari yang lain dan keutuhannya untuk mengatasi kecemasan karena keterpisahan tersebut melalui pembentukan suatu persekutuhan dengan yang lain. Manusia
sebagai individu berdiri sendiri terlepas dari yang lainnya. Karena kesendirian dan keterlepasannya dari yang lain inilah, seringkali ia merasa kesepian, merasa cemas dan ia membutuhkan seseorang atau
orang lain. Berkat adanya situasi ini tumbuhlah rasa cinta akan orang lainatau sesuatu hal diluar dirinya. Dari uraian diatas, Erich Fromm
membedakan lima macam cinta, yaitu : cinta sahabat, cinta orang tua, cinta erotik, cinta diri sendiri, dan cinta Tuhan. Beberapa ciri rasa cinta yaitu pertama, cinta melibatkan rasa empati. Seseorang yang
mencintai berusaha memasuki perasaan orang yang dicintainya. Kedua, orang yang mencintai sangat memperhatikan kebahagian,
menjadi sumber bagi peningkatan kebahagian, kesejahteraan dan
perkembangan dirinya. Keempat, orang yang mencintai berusaha melakukan berbagai upaya dan turut membantu orang yang dicintai
untuk mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan dan kemajuan.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, dapat diketahui bahwa lirik lagu “Keong Racun” yang diciptakan oleh Buy Akur
merupakan sebuah ungkapan laki-laki dan wanita. Dimana pengambaran laki-laki didalam lirik lagu “Keong Racun” adalah
seorang laki-laki yang suka berganti pasangan wanita dan memiliki karakter yang suka mempermainkan perasaan pasangannya. Karakter tersebut dapat timbul karena emosi yang tidak dikendalikan, karena
kurangnya pengendalian dalam diri individu maka emosi tersebut menjadi bersifat destruktif atau merusak. Sehingga akibatnya emosi yang berlebihan kepada lawan jenisnya membuat pasangannya
menjadi tidak senang. Dengan demikian rasa cinta itu lama kelamaan hilang. Melalui lirik lagu “Keong Racun” sang pencipta lirik yaitu
Buy Akur berusaha mencurahkan simpati atas hati atau kejadian nyata yang dilakukan oleh temannya dalam kehidupan percintaan mereka. Dari simpati tersebut dapat menjadi sebuah peringatan bagi para
wanita tentang bagaimana memilih laki-laki yang baik dan tidak memiliki karekter laki-laki yang dikategorikan sebagai “Keong
2.1.10.Semiotika Dalam Komunikasi
Menurut (Littlejohn, 1996:64) tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat
melakuakan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di
tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana
kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya
membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak bekomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179; Kurniawan,2001:53) dalam (Sobur,2006:15).
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, “semeion” yang berarti “tanda” (Sudjiman dan van Zoest, 1996:vii) atau “same” yang
berarti “penaksiran tanda” (Cobley dan Jansz, 1999:4). Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika (Kurniawan, 2001:49). (“Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu
hal yang menunjukan pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api (Sobur 2006:16-17).
disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan
sarana signs “tanda-tanda” dan bedasarkan pada sign system (code) ”sistem tanda” (Segers, 2004). Hjelmslev (Christomy, 2001:7)
mendefinisikan tanda sebagai “suatu keterhubungan antara wahana ekspresi (expression plan) dan wahana isi (content plen). Charles Morris (Segers, 2000:5) menyebut semiosis ini sebagai suatu “proses tanda, yaitu
proses ketika sesuatu merupakan tanda bagi beberapa organisme” (Sobur 2006:16).
Pada dasarnya, semiosis dapat dipandang sebagai suatu proses tanda yang dapat diberikan dalam istilah semiotika sebagai sesuatu hubungan antara lima istiah:
S adalah semiotic relation (hubungan semiotik) ; s untuk sign tanda
; i untuk interperter (penafsir) ; e untuk effect atau pengaruh (misalnya, suatu disposisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap r pada
kondisi-kondisi tertentu c karena s) ; r untuk reference (rujukan) ; dan c untuk context (konteks) atau conditions (kondisi).
Semiotika signifikasi yang dikembangkan oleh Ferdinand de
Saussure memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya
sendiri dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda.
2.1.11.Tanda dan Makna
Tanda sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria seperti : nama,(sebutan). Peran, funsi dan tujuan, keinginan. Tanda
tersebut berada pada kehidupan manusia. Apabila tanda berada pada kehidupan manusia, maka ini berarti tanda dapat pula berada pada kehidupan manusia dan menjadi sistem tanda yang mengatur
kehidupannya. Oleh karenanya tanda-tanda itu (yang berada pada sisitem tanda) sangatlah akrab dan bahkan melekat pada kehidupan manusia yang
penuh makna (meaningful action) seperti teraktualisasi pada bahasa religi, seni sejarah, ilmu pengetahuan (Budianto dalam Sobur, 2006:124).
Tanda terdapat dimana-mana. Kata adalah tanda, demikian pula
gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur bangunan, struktur film, bangunan atau nayanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Karya sastra yang besar, misalnya
merupakan prosuk strukturisasi dari subjek kolektif. Tanda merupakan manifestasi konkret dari citra bunyi dan sering diidentifikasi dengan citra
bunyi itu sebagai penanda (Sobur, 2006:32). Pemikiran Saussure yang paling penting dalam konterks semiotik adalah pndangannya mengenai tanda. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia
dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau
atau konsep (aspek) dari bahasa. Kedua unsur ini seperti dua sisi dari
sekeping mata uang atau selembar kertas. Tanda bahasa dengan demikian dapat menyatukan, bukan hal dengan nama. Melainkan konsep dan
gambaran akustis.
Saussure menggambarkan tanda yang terdiri dari signifier dan signified itu sebagai berikut :
Sign
Composed of
Signification
Signifer Plus Signifed___________External (Physical existence (Mental Concept) reality of
of the sign) meaning
(Physical existence (Mental concept) of maening of the sing) Sumber : (Sobur, 2004:125)
Gambar 2.1. Diagram Semiotik Ferdinan De Saussure
Saussure menyebut singifier sebagai bunyi atau coretan bermakna, sedangkan signified adalah gambaran mental atau konsep sesuatu signifier.
Hubungan antara keberadaan fisik tanda konsep mental tersebut dinamakan signification. Dengan kata lain, signification adalah upaya
dalam memberi makna terhadap dunia (Sobur, 2006:46)
(manasuka) dan hanya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau peraturan
dari kultur pemakai bahasa tersebut. Hubungan antara signifier dan signified tidak dapat dijelaskan dengan nalar apapun, pilihan
bunyi-bunyinya maupun pilihan untuk mengaitkan rangkaian bunyi tersebut dengan benda atau konsep yang dimaksud, karena hubungan yang terjadi antara signifier dan signified bersifat arbitrer, maka makna signifier harus
dipelejari yang berarti ada struktur yang pasti atau kode yang membantu menafsirkan makna.
Sifat arbitrer antara signifier dan signified serta kaitan antara kedua komponen ini menarik bila dikaitkan dengan kekuasaan. Maksudnya, bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang kekuasaan dapat
menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifier. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan. Maksudnya bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang kekuasaan dapat menentukan signified mana
yang boleh dikaitkan dengan signifier. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan yang bersifat otoriter dimana signified tertentu hanya bisa
diberi makna oleh pihak penguasa dan signified alternatifve atau “tandingan” tidak diberi tempat.
Ketika bahasanya berupaya mendefinisikan realitas, ada bahaya
bahwa bahasa sendiri tereduksi menjadi suatu rangkaian signifier belaka tanpa referensi langsung terhadap yang ditandakan (signified). Suatu
“kosong” sebab bahasa tampak sebagai rangkaian perumusan yang
tersimpan dalam kamus atau memori saja.
Hubungan antara signifer dan signified ini, yaitu
(Kurniawan, 2001:30)
1. Signifier atau penandaan adalah bunyi yang bermakna (aspek
material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis dan dibaca. 2. Signified atau petanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau
konsep (aspek mental) dari bahasa.
Dalam pemaknaan ada dua macam yaitu makna kontasi dan makna denotasi. Makana kontasi adalah makana yang tidak sebenarnya, konotasi meliputi bahasa-bahasa yang sifat utamanya sosial dalam hal pesan literatur
memberi dukungan bagi makna kedua dari sebuah tatanan artifisila atau ideologis secara umum (Kuniawan, 2001:68) sedangakan makna denotasi makna yang tidak sebenarnya, denotasi meliputi bahasa-bahasa yang telah
diartikan secara umum menurut kamus besar bahasa indonesia.
Beberapa teori tentang makna dikemukakan oleh Alston (1964;
11-26) dalam ( Sobur, 2006:259) diantaranya adalah : 1. Teori Acuan (Referential Theory)
Teori acuan atau teori referensial merupakan salah satu jenis teori
makna yang mengenali atau mengidentifikasikan makna suatu ungkapan dengan apa yang diacuanya atau hubungan acuan itu.
Teori Ideasional merupakan salah satu jenis teori makna yang
mengenali atau mengidentifikasikan makna unhkapan dengan gagasan-gagasan yang berhubungan dengan ungkapan tersebut. Dalam hal ini,
teori ideasional menghubungkan makna atau ungkapan tersebut kepada kesadaran. Atau dengan kata lain, teori ideasional mengidentifikasi makna E (exprssion atau ungkapan) dengan gagasan-gagasan atau
ide-ide yang ditimbulkan E (expression). Jadi pada dasarnya teori ini meletakkan gagasan (ide) sebagai titik sentral yang menentukan makna
suatu ungkapan.
3. Tori Tingkah Laku (Behavioral Theory)
Teori tingkah laku merupakan salah satu jenis teori makna mengenai
makna suatu kata atau ungkapan bahasa dengan rangsangan-rangsangan (stimuli) yang menimbulkan ucapan tersebut. Teori ini menanggapi bahasa sebagai semacam kelakuan yang
mengembalikannya kepada teori stimulus respons. Makna menurut teori ini, merupakan rangsangan untuk menimbulkan perilaku tertentu
sebagai respons kepada rangsangan itu tadi.
Penelitian ini dapat dikatakan berlandasan pada teori ideasional. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya ide atau gagasan yang datang dari
pencipta lirik lagu berdasarkan cerita nyata dari teman yang menjadi inspirasi dalam menciptakan sebuah karya lagu. Melalui cerita tersebut,
lagu yang penuh makna. Berlandasan teori ideasional, peneliti berusaha
untuk melakukan pemaknaan terhadap setiap lirik “Keong Racun”. 2.2 Kerangka Berpikir
Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar belakang (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang
bereda-beda pada setiap individu tersebut. Dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan dalam bentuk lagu, maka
pencipta juga tidak terlepas dari dua hal diatas.
Begitu juga peneliti dalam memaknai tanda dan lambang yang ada dalam obyek, juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan pada lirik lagu “Keong Racun” dengan mengunakan metode semoitic Saussure, alasan digunakannya metode
Ferdinand De Saussure adalah semiotiknya mencakup tanda-tanda yang bersifat linguistik pada sebuah teks lirik lagu Buy Akur pada lirik lagu
“Keong Racun”. Sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interprestasi data mengenai makna lirik lagu tersebut.
Dari data-data berupa lirik lagu “Keong Racun”, kata-kata dan
rangkaian dalam kalimat lirik lagu tersebut kemudian dianalisis dengan mengunakan metode semiotik Saussure (menitikberatkan pada aspek
diperoleh signifikasi) hingga menghasilkan suatu interpretasi bagaimana
makna lirik lagu “Keong Racun” tersebut.
Gambar 2. Diagram Kerangka Berfikir
Lirik lagu “Keong Racun” ciptaan Buy Akur
Analisis lirik lagu, melalui kata dan kalimat, serta peribahasa atau
vokalika, menggunakan semiotik Ferdinand De
Saussure
Hasil interpretasi data mengenai representasi perlawanan Gender dan
3.1. Jenis Penelitian
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dimana dalam pendekatan deskriptif
kualitatif akan dapat menginterprestasikan secara rinci pemaknaan tiap lirik dalam lirik lagu “Keong Racun” Ciptaan “Buy Akur”.
Pemakanaan lirik lagu “Keong Racun” ciptaan Buy Akur adalah untuk mengetahui bagaimana pengambaran laki-laki dalam memandang perempuan yang dimana dalam lirik lagu “Keong Racun” terdapat unsur
Gender dan Seksualitas. Dengan menggunakan metode analisis semiotik, pemaknaan yang dilakukan peneliti dapat lebih menghasilkan uraian yang mendalam tentang tulisan yang dapat diamati. Kemudian untuk
menginteprestasikan bagaimana pengambaran laki-laki dalam memandang perempuan dalam lirik lagu “Keong Racun” ciptaan dari Buy Akur. Maka
perlu diketahuai sistem tanda yang ada pada lirik lagu tersebut. Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode pendekatan semiotik Saussure dapat menganalisis makna yang terdapat pada lirik lagu tersebut.
3.2. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah tanda-tanda berupa tulisan
terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat yang menjadi latar belakang dalam pengambaran laki-laki dalam memandang perempuan
dalam lirik lagu “Keong Racun” berupa pemaknaan lirik lagu yang tersusun
dalam dua bagian, yakni signifier (penanda) dan Signified (petanda).
Signifier (penanda) lebih menjelaskan pada sebuah ide dan juga aspek
material dari bahasa apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca, sedangkan signified (petanda) adalah gambaran mental, pikiran atau konsep jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa. Pada corpus
penelitian ditunjukkan melalui teks atau bahasa yang diteliti dan dikelompokkan per-baitnya.
3.2. Corpus
Corpus adalah perkumpulan bahan yang terbatas yang ditemukan pada
perkembangannya, oleh analisis dengan semacam kesamaan bersifat sehomogen munkin (Kurniawan, 2001:70). Sifat yang homogen ini diperlukan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis
sebagai keseluruhan. Tetapi sebagai analisis, corpus itu bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam sehingga memungkinkan untuk memahami
banyak aspek dari sebuah teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri dari teks yang bersangkutan. Kelebihan adalah bahwa mendekati teks kita tidak
didahului oleh para anggapan atau interprestasi tertentu sebelumnya.
Corpus adalah suatu himpunan terbatas atau juga “terbatas” dari unsur
dianalisis sebagai keseluruhan (Arkoun dalam Achmad, 2001:43). Sedangkan
corpus dalam penelitian ini adalah lirik lagu dengan judul “Keong Racun” ciptaan dari “Buy Akur”.
Alasan pengambilan lagu diatas sebagai corpus adalah karena dalam lirik lagu tersebut memuat tentang pengambaran laki-laki dalam memandang perempuan dalam hubungannya dengan stereotipe yang melekat padanya.
Selain itu dalam lirik lagu ini, pencipta memposisikan sebagai pencipta namun penyanyi lirik lagu “Keong Racun” memposisikan dirinya sebagai korban
laki dalam memandang perempuan yang dianggap gampangan oleh laki-laki dimana merupakan pelecehan seksualitas terhadap perempuan. Dengan menggunakan kata “Aku” sebagai korban “perempuan” dalam cerita tersebut.
Dengan mengangkat dirinya sebagai subyek dalam lirik lagu dalam melakukan penghayatan dan mengekspresikan perasaannya ke dalam lagu tersebut. Lirik lagu “Keong Racun” selengkapnya sebagai berikut :
Keong Racun
Reff:
Dasar kau keong racun Baru kenal eh ngajak tidur Ngomong nggak sopan santun Kau anggap aku ayam kampung
Eh ku takut sekali
tanpa basa basi kau ngajak happy happy Eh kau tak tahu malu
Tanpa basa basi kau ngajak happy happy
*
Ngajak check-in dan santai
Sorry sorry sorry jack Jangan remehkan aku Sorry sorry sorry bang Ku bukan cewek murahan
Back to Reff, *, Reff
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara mendengarkan lirik lagu “Keong Racun”, kemudian membaca serta memahami kata-perkata dari lirik
3.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari bahan-bahan referensi, seperti buku-buku artikel dan data dari internet yang
berhubungan dengan objek kejadian yang diteliti lirik lagu “Keong Racun”
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan studi kepustakaan ini dilakukan dengan mengadakan penelitian kepustakaan
untuk memperoleh data yang teoritis yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dikemukakan guna mendapatkan data teoritis untuk pemecahan masalah.
3.4. Metode Analisis Data
Pemaknaan terhadap lirik lagu ini menggunakan metode Semiotik
Saussure yaitu, dengan menghubungkan antara Signifier dan signified atau penandaan dan petanda dengan melihat dari kata-kata dan rangkaian kata yang
membentuk kalimat dalam lirik lagu tersebut sehingga dapat diperoleh interpretasi data yang benar-benar berkualitas.
Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna (aspek mental),
yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis dan dibaca. Sementara Signified atau petanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep
lirik lagu “Keong Racun” terdapat lirik “Dasar kau keong racun, Baru kenal
eh ngajak tidur, Ngomong nggak sopan santun, Kau anggap aku ayam
kampung”
Dalam lirik ini diperoleh konsep mental (Signified) sebagai berikut, bahwa sosok perempuan (dalam lirik lagu ini) digambarkan sebagai seorang perempuan yang sangat mengutamakan harga diri dari seorang laki-laki yang
baru dikenal dan yang telah merendahkannya. Hal tersebut dapat disebabkan karena berbagai hal, misalnya karena memang hal tersebut sudah menjadi ciri
kepribadian individu tersebut tetapi juga berasal dari hasil reaksi atas pengalaman masa lalu yang pernah dilecehkan oleh seorang laki-laki. Pernyataan tersebut bisa dijelaskan dengan gambar semiotik Ferdinand De
Saussure di bawah ini :
Sign
Composed of
Signification
Signifer Plus Signifed___________External
(Physical existence (Mental Concept) reality of
of the sign) meaning
Sumber : Sobur, 2004, 125).
Gambar 3.1. Diagram Semiotik Ferdinan de Saussure
Langue adalah suatau kemampuan barbahasa yang ada pada setiap
dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang. Singkatnya,
langue adalah bahasa pada umumnya.
Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa
pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole merupakan bahasa pada tingkat individu manyebut langue melebihi semua individu yang berbicara bahasa itu, seperti juga sebuah symfoni tidak sama dengan dibawahkannya dalam sebuah
45
4.1. Gambaran Umum Objek
4.1.1. Profil Buy Akur
Subur Tahroni tapi yang lebih dikenal dengan Buy Akur,
merupakan musisi dan pencipta lagu kelahiran Bandung pada 6 April 1961. Tinggal di rumah kecil di Gang Siti Mariah 6 RT 10 RW 1
Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Bandung. Pria berusia 49 tahun ini sehari-hari tinggal bersama istri dan empat anaknya. Sejak 1982 sudah berkecimpung sebagai penyanyi dan pencipta lagu, baru sepekan
belakangan nama Abuy banyak diperbincangkan banyak orang. Hal itu setelah beredarnya video lipsync 'Keong Racun' versi Sinta dan Jojo yang
diunggah ke Youtube. [www.detik/okezone.com].
Awal karir, Buy Akur era 80-an lagu-lagu yang diciptakan waktu itu adalah country yang digandrungi kawula muda. Bahkan, album
pertama Kang Abur (1982) bergenre musik country bertitel Anak Jin.
Setelah kenyang dengan musik koboi, Kang Abur beralih ke musik Sunda pada era 90-an. Saat itu lagu-lagu Sunda memang tengah booming.
yang diteruskan Darso, Nining Mayda, Hetty Kusendang, dan deretan
biduan top era 90-an lainnya.
Dalam beberapa lagu yang dinyanyikan para penyanyi zaman itu
terselip karya. Buy Akur Misalnya, lagu Campaka Bodas yang dinyanyikan Darso dan Nyandang Tunggara yang dibawakan Evi Tamala.
Lagu lain yang sempat mengisi gendang telinga pencinta lagu
tanah air karya Buy Akur adalah Sedang-Sedang Saja, Dua Istana, Da Bogoh, Kapatil Cinta, Pelangi di Kintamani, Biduan Plus, dan
Senggol-senggolan Cubit-cubitan. Kini, dia tengah menyiapkan album Cinta Bau Kambing yang akan dinyanyikan sendiri. Dia juga sedang menggarap lagu pesanan penyanyi Nita Talia, I Dont Like You.
Lagu Buy Akur umumnya bersifat terus terang, sedikit nyeleneh, dan jujur. Lagunya tidak hanya dinikmati pendengar tanah air, tapi juga sampai di India serta Malaysia. Bahkan, puluhan lagunya banyak dibajak
di sana, jauh sebelum Keong Racun meledak. Pada 1999, lagu Sedang-Sedang Saja dibajak di India dan menjadi soundtrack film India berjudul
Mann. Film itu laris manis. Tapi, pencipta lagunya tak mendapat apa-apa. (http://www.hariansumutpos.com/).
rumah yang sering dijadikan keduanya sebagai tempat merekam adegan
lipsync mereka. Sedangkan Sinta bernama lengkap Sinta Nurmansyah adalah seorang gadis yang menempuh pendidikan di UPI. Sinta dan Jojo
adalah teman lama, semenjak masa SMA, namun mereka terpisah ketika harus berkuliah di universitas yang berbeda (http://profileband.chordpoprock.net/2010/08/profil-sinta-dan-jojo.html).
Di tengah maraknya orang membicarakan Jojo-Sinta dengan aksi lipsync lagu Keong Racun yang membuatnya terkenal akibat tingkah laku
lipsyncnya. Kehidupan Buy Akur, sang pencipta lagu menghebohkan itu, tetap merana. Hingga kini dia masih tinggal di rumah kontrakan nan mungil di Bandung. Kehidupan Buy Akur jauh dari ingar-bingar dunia
hiburan yang glamor. Dia layaknya pertapa yang tinggal di rumah mungil di antara gang-gang sempit Jalan Pagarsih, Kota Bandung. Padahal, lagu
Keong Racun ciptaannya kini sedang ngetop-ngetopnya bersama para artis yang membawakannya. Lagu tersebut awalnya dipopulerkan oleh penyanyi dangdut Lissa, tapi tidak meledak. Charlie ST 12 kemudian
mengolahnya dan menyerahkan lagu itu kepada duet Putri-Penelope. Hasilnya lumayan bagus. Namun, Keong Racun baru benar-benar meledak
setelah dipopulerkan oleh Jojo-Sinta dengan aksi lipsync yang diunggah ke jejaring sosial YouTube.
Seiring dengan meroketnya lagu Keong Racun, orang mengira
Racun tak mengubah nasib sang pencipta. Dia tetap hidup merana di
rumah kontrakan yang kecil dan lembap. Begitu lipsync Keong Racun Jojo-Sinta meledak, nama Buy Akur sering disebut-sebut sebagai orang di
balik sukses lagu tersebut.
Dia mengakui, ada pihak yang mau membeli lagu Keong Racun dengan harga ratusan juta rupiah. Namun, karena belum jodoh, lagu itu
dijual kepada Charlie ST12 dengan harga Rp 10 juta saja. “Tapi, copy kontrak lagunya belum kembali sampai saat ini,” ujar eks personel grup
musik PMR, grup pop dangdut era 90-an yang melejit dengan lagu Neng Ayo Neng, itu. (http://www.klik-galamedia.com).
4.2. Penyajian dan Pemaknaan Data
4.2.1. Penyajian Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lirik lagu
“Keong Racun” yang diciptaan Buy Akur.
Berikut ini lirik lagu “Keong Racun”:
Keong Racun
Reff :
Kau rayu diriku Kau goda diriku Kau colek diriku
Eh ku takut sekali
Tanpa basa basi kau ngajak happy happy Eh kau tak tahu malu
Tanpa basa basi kau ngajak happy happy
*
Ngajak check-in dan santai
Sorry sorry sorry jack Jangan remehkan aku Sorry sorry sorry bang Ku bukan cewek murahan
Berdasarkan kata-kata yang terdapat dalam lirik lagu “Keong
Racun” yang diciptakan, maka hasil dari pemaknaan tersebut kemudian akan disajikan pemaknaan dalam lirik lagu “keong racun” dan selanjutnya akan di interpretasikan dan di analisis berdasarkan landasan teori Frdinand
Saussure mendefinisikan bahwa bahwa bahasa itu mrupakan suatu
sisitem tanda (Sign), dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yaitu berdasarkan aspek penanda (Signifier) dan juga petanda (Signified) untuk
menghasilkan signifikasi yang akhirnya untuk menghasilkan signifikasi yang akhirnya untuk mengetahui apa realitas yang sebenarnya terjadi di lingkungan masyarakat.
4.2.2. Pemakanaan Lirik Lagu “Keong Racun”
Judul mencerminkan isi dari lirik lagu yang diwakilinya. Judul
“Keong Racun” menimbulkan banyak pertanyaan, apa itu Keong Racun? Siapa yang disebut Keong Racun? Kenapa disebut Keong Racun? Kata Keong Racun yang merupakan judul lagu ini merupakan karena Keong
Racun di sini hanyalah judul sebuah lagu, arti Keong adalah siput yang besar dan Racun adalah zat (gas) yg dapat menyebabkan sakit atau mati.
Kata Keong Racun dalam judul lagu ini adalah sebutan buat seseorang yang suka berganti pasangan atau orang yang sukah selingkuh tapi lagu ini lebih ditujukan terhadap seorang laki-laki. Namun dalam lagu ini
pengertian Keong Racun ditegaskan oleh pencita lagu tentang seorang laki-laki yang suka main cewek, playboy atau selingkuh. Yang
Bait pertama lirik lagu “Keong Racun” adalah sebagai berikut :
Dasar kau keong racun Baru kenal eh ngajak tidur Ngomong nggak sopan santun Kau anggap aku ayam kampung
Pada lirik pertama Dasar kau keong racun
Penanda (signifier) : Dasar kau keong racun
Petanda (Signified) : julukan terhadap laki-laki yang suka berganti pasangan.
Dasar : tanah yg di bawah air, lantai, bagian yang terbawah, awal,
bakat atau pembawaan
kau : artinya engkau, kamu (umumnya digunakan sbg bentuk terikat di depan kata lain)
Keong : siput yang besar
Racun : zat (gas) yg dapat menyebabkan sakit atau mati.
Makna konotasi lirik pertama adalah mengambarkan sifat seseorang yang suka berganti-ganti pasangan dimana ada ketidakadilan gender dan pelecehan seksualitas.
Pada lirik kedua Baru kenal eh ngajak tidur
Penanda (signifier) : Baru kenal eh ngajak tidur,
dikenal untuk melakukan hubungan intim.
Baru : belum lama, belum pernah ada, belum pernah dilihat.
Kenal : tahu dan teringat kembali, tahu, pernah tahu (bersahabat).
Eh : kata seru untuk menyatakan heran, kaget.
Ngajak : kata dasar dari ajak yang mendapat awalan ng, ajak artinya meminta, supaya ikut pergi.
Tidur : hilang kesadaran, biasanya memejamkan mata berbaring atau terbaring.
Makna konotasi dari lirik kedua yaitu ajakan seseorang terhadap pasangannya yang baru dikenal untuk melakukan hubungan intim atau hubungan suami istri. Perilaku yang ditunjukan terhadap pasangannya
merupakan pelecehan seksualitas dimana pasangannya dianggap mudah untuk dibujuk untuk diajak berhubungan intim.
Pada lirik ketiga Ngomong nggak sopan santun,
Penanda (signifier) : Ngomong nggak sopan santun
Petanda (Signified) : bicara tanpa ada tata krama terhadap perampuan yang baru dikenal.