yang dihasilkan pada Putaran Kennedy (1964 – 1967) (Departemen
LETTER OF CREDIT DALAM HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL A Pengantar
C. UNCITRAL MODEL LAW 1 Pengantar
12. Tanda Tangan Digital dan Pejabat Verifikas
a. Tanda Tangan Digital (Digital Signature)
Di samping Model Law 1996 tersebut di atas, UNCITRAL telah pula secara aktif merancang aturan-aturan untuk tanda tangan digital dan pejabat verifikasi. Untuk itu, UNCITRAL membentuk
suatu badan khusus, yaitu UNCITRAL Working Group.
Sejak bulan Februari 1997, UNCITRAL Working Group telah
mempersiapkan aturan-aturan mengenai 'digital signature' dan
'Certifying Authority' (CA atau pejabat atau lembaga
sertifikasi). Pembentukan kelompok kerja ini sebagai implementasi dari pasal 7 Model Law 1996.
Digital signature adalah ‘sejumlah karakter alphanumerik
yang dihasilkan dari operasi matematik dan kriptografi’.46 Hingga saat ini "cryptography" masih dipandang cara terbaik untuk memproteksi data dari kemungkinan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan.47
Cryptography telah digunakan secara umum. Penggunaannya
acapkali didasarkan pada penggunaan fungsi-fungsi 'algorithmic'
(algoritma). Pada prinsipnya cara kerja cryptograhy sederhana
saja. Cryptography mengubah informasi menjadi kode. Pengirim
mengirim informasi melalui kode-kode. Penerima kode (informasi) kemudian membuka kode tersebut untuk dapat membacanya. Dalam mengirim-menerima code, dilakukan dengan menggunakan 2 kunci. Kunci ini tidak lain adalah angka-angka.
Satu kunci digunakan untuk menerjemahkan data dan untuk
mengkonfirmasi digital signature (kunci privat atau private
keys).
Kunci lainnya, yaitu kunci publik (public keys), digunakan untuk meverifikasi suatu tanda tangan digital dari pesan yang kembali ke bentuk aslinya (public key).48
46 Danrivanto Budhijanto, Op.cit., hlm. 67.
47
Danrivanto Budhijanto, Op.cit., hlm. 67.
48 Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 431; Danrivanto Budhijanto, op.cit.,
23
b. Certification Authority
Certification Authority (CA) adalah konsep yang baru
berkembang, yakni suatu provider jasa pihak ke-3 yang netral dan independen. CA mengeluarkan serifikat 'untuk menghubungkan suatu kunci dengan si penandantangan. CA juga bertugas mendaftarkan suatu public key bersama-sama dengan nama dari pelanggan (pengguna) sertifikat sebagai 'subyek' sertifikat.
Dengan dimulainya diskusi secara umum mengenai isu yang
dibahas, Working Group mempersiapkan teks-teks mengenai aturan-
aturan seragam pada akhir 1997. Aturan-aturan hukum seragam ini disahkan oleh Working Group pada sidangnya yang ke-32 di Wina pada tangggal 19-30 Januari 1998. UNCITRAL mengesahkannya pada sidangnya yang ke 31 di New York, pada tanggal 1 - 12 Juni 1998.
Aturan-aturan hukum seragam ini antara lain mengatur ruang lingkup berlakunya aturan (Bab I), tanda tangan elektronik (Bab 2), pejabat sertifikasi dan isu-isu terkait (Bab 3), dan
pengakuan tanda tangan elektronik asing (Bab 4).49
49 Digital Signatures, Certification Authorities and Related Legal
Issues, Doc. Nos. A/CV.9/WG.IV/WP/73 dan A/CN.9/457); Rafiqul Islam,
24
D. Penutup
UNCITRAL telah menempuh suatu pendekatan fungsional dalam Model Law. UNCITRAL tidak menempuh upaya menyusun kembali aturan- aturan yang ada untuk mengakomodasi e-commerce. Namun yang dilakukan UNCITRAL adalah menemukan pemecahan secara teknis untuk memenuhi persyaratan-persyaratan hukum yang ada (dengan sedikit
penyesuaian). Misalnya, masalah integritas dan keaslian
(authenticity) dari suatu pesan data dari tanda tangan elektronis
telah diselesaikan dengan penggunaan metode cryptography.50
Di samping penggunaan cryptography, sebenarnya apa yang Model Law sumbangkan secara signifikan adalah pengakuan hukum terhadap pesan data.51 Endeshaw mentakan bahwa Model Law ini
semata-mata menetapkan “legal recognition of data message
transmitted via electronic or other form.”
Oleh karena itulah mengapa beberapa negara telah membuat rancangan UU-nya mengenai perdagangan secara e-commerce ini dengan didasarkan kepada seluruh atau sebagian ketentuan dari Model Law ini. Termasuk antara lain Amerika Serikat dalam 'Uniform Commercial Code'-nya, the Illinois Electronic Commerce
Security Act, dan the Danish Bill for an Act on Digital
Signature. Malaysia telah mengundangkan perundang-undangannya
mengenai electronic commerce dan tanda tangan digital. Negara-
negara lainnya telah pula mempertimbangkan UU nasionalnya untuk bidang electronic commerce dan tanda tangan digital ini. Sejak bulan Oktober 1997, Inggris telah memperkenalkan perdagangan
elektronik-nya di pasar modalnya (Stock Exchange). Di Jerman
telah pula mengundangkan the Digital Signature Ordinance pada
tahun 1997 (mulai berlaku pada tanggal 1 November 1997).52
50 Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 431.
51
Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 431.
52 Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 431; lihat pula: Mieke Komar
Kantaatmadja, op.cit., hlm. 3 dan 9 (mengungkapkan upaya Amerika Serikat dan Uni Eropa dalam mempersiapkan aturan-aturan hukum di bidang e-commercenya).
25
Salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia adalah
menyikapi hadirnya e-commerce ini. Sebenarnya masalah utamanya adalah sederhana, aturan hukum RI hanya perlu mengakui keabsahan
transaksi-transaksi melalui e-commerce.53
Yang juga tidak kalah pentingnya adalah pengakuan terhadap data elektronik sebagai alat bukti di hadapan pengadilan. Alat bukti yang diakui hukum Indonesia adalah: (1) bukti tulisan; (2) bukti saksi-saksi; (3) persangkaan-persangkaan; (4) pengakuan; dan (5) bukti sumpah.54 Bukti data elektronik hingga tulisan ini dibuat belum ada pengakuan.55
Sebagai perbandingan, negara berkembang lainnya adalah Cina. Pada bulan Maret 1999, Cina mengeluarkan hukum kontrak yaitu the Contract Law of the People’s Republic of China. UU tahun 1999 ini menyatakan bahwa tulisan dapat berupa berbagai wujud atau bentuk, termasuk tulisan-tulisan yang ‘disimpan secara
visual’ (‘visually recorded’). Dalam pengertian tersebut yang
tercakup ke dalamnya adalah kontrak-kontrak elektronik. Karena kontrak-kontrak tersebut dapat ‘dilihat’, maka kontrak demikian sah menurut hukum kontrak Cina.
53 Cf., Mieke Komar Kantaatmadja, op.cit., hlm. 1 (pengakuan ini perlu
untuk menciptakan kepastian hukum dalam bertransaksi melalui e-commerce di Indonesia).
54
Pasal 1866 BW dan 154 HIR.
55 Sebenarnya UU kita secara tidak langsung mengakui dokumen perusahaan
sebagai alat bukti tertulis otentik. UU Nomor 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan telah mengakui adanya data elektronik ini. (Lihat lebih lanjut: Isis Ikhwansyah, ‘Prinsip-prinsip Universal Bagi Kontrak Melalui E-Commerce dan Sistem Hukum pembuktian Perdata dalam Teknologi
26
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Munir, Cyber Law: Policies and Challenges, Malaysia, Singapore, Hong kong: Butterworths Asia, 1999.
Danrivanto Budhijanto, ‘Aspek Hukum “Digital Signature” dan
“Certification Authority” dalam Transaksi E-Commerce,”
dalam: Mieke Komar Kantaatmadja, et.al. (eds.), Cyber Law:
Suatu Pengantar, Jakarta: Elips, 2002.
Endeshaw, Assafa, Internet and Ecommerce Law, Singapore: prentice
Hall, 2001.
Isis Ikhwansyah, ‘Prinsip-prinsip Universal Bagi Kontrak Melalui E-Commerce dan Sistem Hukum pembuktian Perdata dalam Teknologi Informasi,’ dalam: Mieke Komar Kantaatmadja,
et.al. (eds.), Cyber Law: Suatu Pengantar, Jakarta: Elips, 2002.
Islam, Rafiqul, International Trade Law, London: LBC, 1999.
Mieke Komar Kantaatmadja, “Pengaturan Kontrak Untuk Perdagangan Elektronik (E-Contracts),” dalam: Mieke Komar Kantaatmadka,
et.al. (eds.), Cyber Law: Suatu Pengantar, Jakarta: Elips, 2002.
Mieke Komar Kantaatmadja, et.al. (eds.), Cyber Law: Suatu
Pengantar, Jakarta: Elips, 2002.
UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce with Guide to Enactment, 1996, with additional Article 5 bis as adopted in 1998.
1
BAB VII
PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL