Karya ʺCara Menguji Ketulusan Cintaʺ dari A. Setyawan, S.J. mengingatkan kita bahwa cinta kerap diutarakan tetapi sedikit dipahami. Analisis soal cinta berawal dari pengalaman, emosi, dan peristiwa. Buku ini menyampaikan kekayaan dari spektrum cinta. Bahwa, cinta adalah bagian terpenting dari kemanusiaan kita.
Cinta, bagi A.Setyawan adalah misteri. Bukan karena masalah cinta tak bisa diselesaikan dan dijawab secara sempurna. Tetapi, menurut beliau, karena cinta mengandung begitu banyak paradoks. Misalnya saja, semakin orang mau berbagi dan membantu orang lain secara bebas, tetapi mengapa dia semakin merasa gembira? Mengapa orang rela berkorban demi orang lain? Itu diantara paradoks cinta.
Apakah cinta itu? Apakah cinta bisa dilukiskan? Pendapat para ahli mengenai cinta berbeda-beda. Contohnya menurut ahli cinta Ronny Sababalat
“Cin a iba a n a angin: angin bisa di asakan a i ki a idak bisa e i a ben uk
angin itu, sama halnya cinta bisa kita rasakan tapi kita tidak bisa melihat wujudnya, tapi hasil dari angin itu bisa kita lihat angin sepoi-sepoi bisa membuat ornag bisa tidur, ibaratnya angin sepoi-sepoi atau cinta yang harmonis itu membuat orang bisa hanyut dalam keharmonisan cinta dan keromantisan, sedangkan angin ribut bisa membuat kerusakan yang luar biasa, sama halnya dengan cinta yang buruk bisa membuat hancur masa depan, membuat galau dan
ain sebagain a ” Ta i cin a i u idak bisa didesk i sikan a au dii iakan Bi a a
itu dilakukan, akan hilanglah keindahanya. Cinta hanya bisa dirasakan, dihayati, dijalankan. Namun sebaliknya, ada pula yang mengatakan bahwa cinta adalah fenomena dan fakta, jadi bisa dibahas secara ilmiah.
Ada berbagai pertanyaan mengenai cinta. Apakah cinta itu sebatas perasaan atau emosional? Apakah cinta itu emosional sekaligus rasional? Apakah cinta dapat terjalin hanya rasional? Apakah ada hubungan antara kepuasan seksual dan cinta? Apakah seks merupakan yang terpenting dalam cinta? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu bermacam-macam bila jawaban-jawaban itu dikumpulkan kemudian dipilah-pilah, terbentuk teori tentang cinta.
Paling tidak, kita dapat membahas cinta dari berbagai aspek seluk beluknya dan dengan demikian dapat mencoba melukiskan batasan atau ciri-ciri cinta. Mari kita tinjau berbagai istilah yang berkaitan dengan cinta :
a. Jatuh Cinta
Kalau kita jatuh cinta, mestinya bangkit lagi. Tetapi kalau jatuh cinta, wah, diteruskan saja. Betapa indahnya, sejuta warnanya. Bagaimana rasanya dan peristiwanya jatuh cinta? Barangkali anda telah mengalami situasi berikut ini.
Dua orang lain jenis, laki-laki dan perempuan, barangkali baru pertama kalinya berjumpa arau sudah lama kenal. Pada suatu peristiwa, salah satu atau keduanya mengalami perasaan yang aneh, ketertarikan yang snagat disertai gejolak seksual terhadap yang lainnya. Inilah awal mulanya. Saat berjumpa, ada perasaan yang aneh, jantung berdebar
lebih cepat, tangan bergetar. Awal ini terkenang saat berpisah, terbawa sampai kerumah. Munculnya rasa rindu, yang makin lama makin dalam. Dalam pikiran terkenang terus akan dia dengan segenap kelebihanya. Perilaku berubah menjadi serba salah. Melihat dia saja rasnya sudah senang, apalagi jika berjumpa. Situasi seperti inilah yang kemudian disebu “ abuk ke a ang”
b. Cinta Monyet
Cinta monyet terjadi pada para remaja pada awal pubertas, umumnya siswa SMP dan awal SMA. Disebut cinta monyet barnagkali sesuai dengan karakter monyet yang mudah berubah orientasinya. Untuk anda yang belum sempat memperhatikan perilaku monyet, kira-kira sebagai berikut. Bila seekor monyet melihat yang dia sukai, dia dengan segera akan berusaha mendapatkanya. Suatu saat bila dia melihat barang lain lagi maka barang yang sedang dia pegang akan dilepaskan, dan kemudia berusaha mengambil barang yang bari dilihatnya itu. Sebagai contoh, seekor monyet telah memegang pisang lalu melihat kacang. Maka, pisang yang dia pegang itu akan dilepaskan agar bisa mengambil kacang. Barangkali sifat para remaja pada awal bercinta memang seperti karakter monyet, pacar lama segera dilepaskan bila menemukan yang lain.
Cinta monyet merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam proses perkembangan kejiwaan. A. Setyawan dalam bukunya Sex Gadis melukiskan manfaat cinta monyet sebagai berikut:
i a idak bisa begi u sa a e ece kan „cin a n e ‟ ka ena cin a
semacam ini justru bisa menjadi awal yang baik bagi pertumbuhan seorang remaja. Bahkan, bukan hanay bagi seorang remaja, melainkan juga bagi mereka yang lebih dewasa. Kenapa? Karena cinta seperti itu tidak hanya berlaku bagi remaja, tetapi pada masa remaja.
Banyak orang tidak berkembang karena tidak ada pendampingan yang memadai (entah dari pihak orang tua ataupun pihak lainya) pada masa-masa puber. Ada saja remaja yang pada masa pubernya justru mendapatkan tekanan dari berbagai pihat. Dalam kondisi demikian, wajarlah kalau ia memiliki luka batin: merasa ditolak, tidak dipahami, ditadak dicintai. Dengan demikian, bukan tidak mustahil jika ia memiliki penolakan terhadapt dirinya sendiri. Akibatnya, dia tidak bisa mengembangkan dirinya dan hanya berlari dari satu tempat ketempat lain tanpa pernah kerasan dengan dirinya sendiri, dengan hidupnya sendiri. Dia menjadi kurang percaya diri. Persis disinilah perangkap dan hambatan terbesar manusia.
Apabila seorang remaja jatuh cinta dan karenanya dimarahi orang tuanya, bisa jadi ia memiliki luka batin dalam hidupnya. Jika lika batin itu tidak dirawat dengan baik, akan semakin menganga lebar. Dalam perkembangan hidupnya, remaja seperti ini akan mengalami
kesepihan karena ditolak. Bertolak dari hal itu bisa saja ia lalu menolak dirinya sendiri, tidak bisa menerima diri, tidak bisa menerima pengalaman-pengalaman sendiri. Fenomena seperti gadis populer Los Angles yang bunuh diri karena mengalami kesulitan menerima hidupnya sendiri.
Maka cinta dalam bentuk apapun perlu kita pahami apa adanya. Maksudnya, kita pahami dalam tahap apa cinta itu tampak kepada kita. Eros tidak bisa dihadapi sebagai epithymia atau philia. Tetapi, eros tidak bisa direpresi, ditekan begitu saja. Kita perlu belajar melakukan perubahan dengan memberi pemahaman akan makna cinta sejati. Disini tentu dperlukan dialog yang sehat dan memang dilandasi oleh pemahaman yang tepat.
Tidak sedikit ornag tua yang terlalu khawatir anaknya tersesat dalam pergaulan sehingga mereka sangat membatasi pergaulan anaknya. Tidak sedikit orang tua yang melepaskan tanggung jawabnya sehingga membiarkan anaknya berkembang apa adanya (minum, mabuk, obar, free sex, dll) dua pendekatan ini didak memadai. Tetapi hal itu bisa dimaklumi karena tidak setiap orang tua juga memahami makana cinta. Terkadang pemahaman bereka begitu dangkal sehingga cara mendidik anak juga begitu superficial. Marilah kita memahami cinta tidak hanya dari segi linguistik, tetapi juga dari tantangan zaman yang sekarang ini tanpa disadari telah menusuk kita dari belakang.
Barangkali dengan cara ini kita bisa melengkapi pemahaman lima istilah cinta tersebut.
c. Cinta Pertama
Apabila peristiwa jatuh cinta pertama atau cinta monyet berlangsung terus, hal ini lazim disebut cinta pertama. Peristiwa ini pada realitasnya jarang terjadi hanya ada pada imajinasi para penyair dan pengarang novel.
d. Cinta pada Pandangan Pertama
Ada banyak orang yang tidak mudah jatuh cinta. Dia telah memiliki imajinasi atau persyaratan tertentu dalam memilih calon pasangan. Suatu ketika dalam suatu peristiwa, mungkin dalam perkenalan sesaat (seperti yang terjadi pada ane gan), dalam perjalanan kemana gitu, imajinasi yang dia miliki itu tertumbuk (bertemu) dengan seorang yang cocok dengan dia angan-angankan. Maka, terjadilah apa yang disebut cinta pada pandangan pertama. Apabila pertemuan berlanjut dan ternyata ada kesesuaian serta saling menyenangkan, saling memahami, bisa jadi mereka memutuskan untuk menjadi suami istri.
BAB IV
PENUTUP
Pada akhir skripsi ini, penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran berkaitan dengan buku ʺCara Menguji Ketulusan Cintaʺ, karya A. Setyawan, SJ.
A. KESIMPULAN
Buku ini dibagi menjadi 11 bab dibuka dengan prolog Cinta Tanpa Teori?, Restorasi Cinta, Hukum Cinta, Bahasa Cinta, Tantangan Cinta, Tanda‐tanda Cinta, Kemutlakan Cinta, Hambatan Cinta, Kreativitas Cinta, Jalan Cinta, dan ditutup dengan epilog Cinta Tanpa Teori.
Menelusuri hidup cinta, mencintai, dan dicintai berarti perlu mendalami berbagai seluk‐beluk yang ada dalam pengertian akan cinta itu sendiri. Yang pasti seks bukanlah cinta itu sendiri, melainkan sarana untuk mewujudkan cinta yang ada antara pasangan pria‐wanita. Bahaya yang mengancam adalah kecenderungan mengeksploitasi seks itu dan mengejar kenikmatan semata bukan untuk mencapai tujuan cinta pada pasangannya. Apakah tujuan seks untuk mencari kenikmatan semata atau hanya sebagai sarana prokreasi? Hal ini dikupas panjang lebar dalam bab V Tantangan Cinta.
Cinta sejati tidak datang begitu saja. Karena ketulusan cinta bisa teruji ketika cinta itu datang. Karena ketulusan adalah datangnya dari
kerelaan dan dari sebuah kebaikan hati. Ketulusan cinta bisa teruji ketika cinta bisa menerima kekurangan dan kelebihan pasangan. Cinta dan kesetiaan teruji ketika jarak dan waktu memisahkan, jika kita mendasarinya dengan ketulusan dan keikhlasan. Karena kuncinya adalah keteladanan dan ketulusan cinta.
Di era modern, ada satu kecenderungan yang membahayakan kehidupan bersama. Karena sadar atau tidak, manusia terdorong untuk memanfaatkan orang dan lebih mencintai barang. Dalam lingkup keluarga, misalnya, ada orangtua yang memiliki paham bawah sadar bahwa anak adalah aset. Menurut penulis buku ini, A. Setyawan SJ, seorang anak juga memiliki martabat pribadi.
Lebih lanjut, penulis memaparkan konsekuensi dari cara pandang yang kurang tepat tersebut. Akibatnya, orangtua akan menghadapi anak seolah-olah sedang berhadapan dengan barang yang bisa dipakai seturut keinginan mereka. Sebaliknya, tatkala berhadapan dengan barang, orangtua tersebut berperilaku seolah barang itu adalah person yang harus dicintai.
Berikut ini nukilan dialog yang menyiratkan contoh konkretnya. Seorang ayah menunggu mobil yang sedang dipakai anaknya. Seperempat jam ter lambat sudah membuat sang ayah merasa resah. Tiba-tiba si anak masuk ke rumah sambil memegangi tangannya yang berlumuran darah. Wajahnya pucat pasi dan kelihatan ketakutan sekali. Alih-alih menolong dan segera mengobati, sang ayah malah bertanya dengan ke us “ ana
bi n a?” Si anak adi ence i akan ba wa bi n a enab ak iang is ik endenga a e sebu sang a a a a besa “ a u i u ka u
pikir mbetulin bi i u u a a a?” a a an 152
Tujuannya untuk menumbuhkan cinta dalam diri si anak. Orangtua jangan sekadar mementingkan keselamatan mobil, karena anak tetap lebih bernilai daripada sebuah mobil. Alangkah lebih mengena jika sang ayah
be ka a “ a u e uka? S uku a idak e a u a a i a asi bisa
perbaiki mobil tersebut. Tapi ayah tak bisa mendapatkan kamu yang lain
kan?” Da a k n eks ini a in a anak sebagai ibadi di andang unik dan
memiliki martabat. Ia tiada duanya di dunia.
Buku setebal 303 halaman ini menjadi referensi berharga untuk menyelami kedalaman cinta. Sebab cinta merupakan bagian terpenting dari kedalaman kemanusiaan kita.
B. SARAN
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai buah refleksi penulis selama ini. Mudika sebagai kelompok kaum muda Katolik membawa anggotanya untuk mendalami hidup secara kristiani, menjadi kaum muda Kristiani yang dewasa, berkepribadian matang dan tangguh. Pada akhirnya anggota mudika diharapkan mampu menjadi saksi Kristus dan menampakkan cinta kasih dalam hidupnya. Saran ini untuk membantu kaum muda, agar mereka dapat semakin sadar dan aktif dalam kegiatan hidup menggereja
baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat luas. Beberapa saran yang dapat penulis berikan untuk Stasi Pojok, Paroki Klepu adalah sebagai berikut :
1. Keberadaan kelompok mudika sangatlah penting bagi muda-mudi dalam rangka menghadapi masa mudanya. Oleh karena itu, mudika perlu mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Pengurus paroki maupun stasi perlu memikirkan dan mengangkat tenaga pendamping mudika. Kaderisasi pendamping perlu dilakukan supaya pendampingan bagi mudika tetap berkesinambungan.
2. Orang tua menyadari pentingnya pendampingan bagi mudika dan melibatkan diri dalam usaha pendampingan mudika tersebut. Orang tua juga diharapkan mampu memotivasi mudika supaya terlibat aktif dan bertanggung jawab dalam kegiatan-kegiatan mudika.
3. Pengurus mudika sebagai motor penggerak jalannya mudika perlu mengevaluasi dan merefleksikan kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan. Dengan demikian pengurus mudika mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang lebih sesuai dengan situasi dan kebutuhan mudika.
4. Berkaitan dengan tema, materi, metode, maupun sarana yang akan digunakan dalam pertemuan pendalaman iman/ pendampingan perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh kaum muda, sehingga yang akan disampaikan sungguh-sungguh berguna bagi kaum muda dalam mengenal kehidupan mereka,
sehingga mereka semakin termotivasi untuk semakin terlibat dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat.
Buku karya A. Setyawan yang berjudul Cara Menguji Ketulusan Cinta sangatlah cocok dengan kaum muda zaman sekarang. Isinya juga sangat mengena dalam kehidupan sehari-hari kaum muda.
Akhirnya, semoga permasalahan yang penulis ungkap dalam skripsi ini dapat mewakili kaum muda khususnya dalam pendampingan imannya. Penulis juga berharap buku Rm. A.Setyawan bisa menjadi inspirasi dalam meningkatkan kualitas pendampingan iman bagi mudika.