i
RINGKASAN BUKU “CARA MENGUJI KETULUSAN CINTA”,
KARYA A. SETYAWAN, S.J.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Elisabet Riil Rejeki
NIM: 071124033
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Sang Juru Slamatku
Kedua orang tuaku tercinta: Alm. Bapak Antonius Sudarto (Yochanes Slamet) dan Ibu Veronika Daliyah
Saudaraku: Leonardus Dwi Wibisono dan Yulius Wahyu Wibisono My Lovely : FX. Restu Arivianto
Kalian semua adalah salah satu alasanku untuk tetap bertahan dan terus berjuang sampai saat ini.
Teman-teman seperjuanganku, para pewarta Kabar Gembira, dan semua pihak yang telah ikut membantu, mendukung, dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkembang selama menjalani proses pendidikan hingga selesai di
program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma
v
MOTTO
“ Jadikan kepandaian sebagai kebahagiaan bersama, sehingga mampu
meningkatkan rasa ikhlas tuk bersyukur atas kesuksesan ” (Mario Teguh )
“ Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti diraih
selama semangat masih menyengat ” (Mario Teguh)
“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku”
(Yoh. 14: 1)
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah RINGKASAN BUKU “CARA MENGUJI KETULUSAN CINTA “, karya A. SETYAWAN, S.J, membahas tentang teori cinta dan usaha pembinaan yang dilakukan terhadap kaum muda. Alasan mendasar bagi penulis mengambil judul skripsi ini adalah ingin memperdalam wawasan, pengetahuan dan berbagi permasalahan yang di hadapi oleh kaum muda khususnya di Stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok, Paroki Klepu, Sleman, Yogyakarta. Buku karya A. Setyawan sebagai inspirasi untuk mendampingi kaum muda di Stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok, Paroki Klepu, Sleman, Yogyakarta.
Disadari bahwa kaum muda merupakan sekelompok manusia yang sedang berkembang secara dinamis, seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman menuju kedewasaannya. Sebagai manusia yang dinamis dan berada dalam taraf tertentu dalam perkembangannya, kaum muda sering mengalami persoalan yang datang silih berganti, baik menyangkut persoalan iman keagamaan maupun kemasyarakatan. Dalam situasi itulah, kaum muda membutuhkan pertolongan, supaya kaum muda dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan harapan keluarga, Gereja dan masyarakat.
Buku ini dibagi menjadi 11 bab dibuka dengan prolog Cinta Tanpa Teori? Restorasi Cinta, Hukum Cinta, Bahasa Cinta, Tantangan Cinta, Tanda‐tanda Cinta, Kemutlakan Cinta, Hambatan Cinta, Kreativitas Cinta, Jalan Cinta, dan ditutup dengan epilog Cinta Tanpa Teori!.
Menelusuri hidup cinta, mencintai, dan dicintai berarti perlu mendalami berbagai seluk‐beluk yang ada dalam pengertian akan cinta itu sendiri. Yang pasti seks bukanlah cinta itu sendiri, melainkan sarana untuk mewujudkan cinta yang ada antara pasangan pria‐wanita. Bahaya yang mengancam adalah kecenderungan mengeksploitasi seks itu dan mengejar kenikmatan semata bukan untuk mencapai tujuan cinta pada pasangannya. Apakah tujuan seks untuk mencari kenikmatan semata atau hanya sebagai sarana prokreasi? Hal ini dikupas panjang lebar dalam bab V Tantangan Cinta.
ix ABSTRACT
The titleof this thesis is Book Summary of ʺ How to Test The Sincerity
of Love ʺ, authored by A.Setiawan, SJ, that discusses thetheoryof loveand efforttoward youth. The fundamental reasonfor the writerto take this title is to broaden the perception,knowledgeand share problemsthat is facedbyyoung particularly inthe Districk Pojok, of St.JohnChrysostom, ParishKlepu, Sleman, Yogyakarta. The book authored byA.Setiawanis taken as inspiration to accompany the youth in Districk of PojokStas, of JohnChrysostom, ParishKlepu, Sleman, Yogyakarta.
It is recognized that young people are a group of people whoare developing dynamically, along with the change and development of the age to ward adulthood. As human beings are dynamic and in acertain extentin its development, young people often have problems that come and go, both related to religious faith and social issues. In that situation, young people are in need of help, so that young people can grow anddevelop properly in accordance with the expectations of family, the Churchand sociely.
The book is dividedinto11chaptersopened with aprologue of Love without Theory?Restorationof Theory, the Law ofLove,Language of Love, Defiance of Love, Signs ofLove, Absoluteof Love, Barriers of Love, Creativityof Love, Wayof Love, andconcluded withan epilogueLoveWithoutTheory!.
Tracing the life of love, to love, and tobe loved mean it is necessary to deepen the various intricacies that existin the understanding of love it self. To be sure that sex is not love it self, but a means to realize the love that exists between male-female couples. The danger is the tendency to exploit sex and the pursuit of pleasure not only to achieve the objectives in love with her partner. Is the purpose of sex to look for mere pleasure or simply asa means of procreation? It is peeled at length in chapter V the Challenge of Love.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang Maha Kasih karena telah menerangi, mencerahkan, membimbing dan menuntun penulis dengan penuh kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul RINGKASAN
BUKU ʺCARA MENGUJI KETULUSAN CINTAʺ, KARYA A.
SETYAWAN, SJ.
Setiap manusia dikaruniai dengan berbagai kemampuan, namun dalam porsi yang berbeda-beda. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dengan setia telah mendampingi, memberi semangat, dan memberikan kritikan yang membangun kepada penulis untuk terus berjuang. Maka dari itu penulis menyampaikan limpah terima kasih dan penghargaan yang setulusnya kepada:
xi
2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku dosen penguji II sekaligus dosen akademik yang dalam kebersamaan selalu meluangkan waktu, memberi sapaan dan memberi semangat kepada penulis selama menjalani proses pendidikan di kampus IPPAK hingga selesainya penulisan skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag. M.Si, selaku dosen penguji III yang selalu memberi semangat kepada penulis selama menjalani pendidikan di kampus IPPAK hingga selesainya penulisan skripsi ini. Terima kasih atas kerelaan hati dengan selalu ada dan meluangkan waktu untuk mendengarkan curhatan penulis di saat penulis mengalami kepenatan dan kelelahan hati di sela-sela menyelesaikan pendidikan di kampus ini. Terima kasih untuk segala sharing, masukan yang membangun, dan kesempatan untuk selalu berkembang.
4. Kaprodi IPPAK-USD Yogyakarta, Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed., yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi. 5. Segenap staf dosen prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan kerelaan hati dan penuh kesabaran telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh proses pendidikan sampai selesainya penulisan skripsi ini.
6. Segenap staf karyawan IPPAK-USD Yogyakarta yang selalu menyapa dan melayani penulis dengan sepenuh hati selama menjalani proses pendidikan sampai menyelesaikan penulisan skripsi ini.
xiii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
c. Cinta Sakral atau Muharam? ... 11
d. Cintak tidak Rasional ... 11
e. Mencintai atau Menyukai? ... 12
f. Sayang atau Cinta? ... 12
g. Cinta : Masalah dan Misteri ... 12
3. Hukum Cinta ... 14
a. Cinta yang Menyatukan ... 14
b. Setiap Orang Mengalami Kesepian ... 14
c. Kesepian Seumur Hidup ... 14
xiv
e. Bersahabat dengan Kesepian ... 15
f. Berarti menjadi Manusia... 15
d. Memperluas Jaringan ... 28
xv
e. Manusia : Yang Ilahi dan Duniawi ... 36
8. Hambatan Cinta ... 38
a. osa Orang ua ... 38
b. Mencintai Barang, Memanfaatkan Orang ... 40
c. Melepaskan Seks dari Cinta ... 41
d. Ketidakberdayaan Sekolah ... 43
e. Kelemahan Pemerintah ... 43
f. Kebanyakan Basa- Basi ... 44
g. Cinta Bersyarat ... 45
9. Kreativitas Cinta ... 46
a. Tidak Suka kepada Tuhan? Boleh! ... .46
b. Cinta Tidak Harus Menyetujui. ... 47
c. Mengapa Mencintai Musuh? ... 48
d. Cara Mencintai Musuh. ... 49
e. Musuh dalam Selimut ... 51
f. Mencintai Musuh dalam Selimut ... 51
g. Bagaimana Caranya? ... 52
h. Kita Dicintai Tanpa Syarat ... 52
i. Tidak Ada Anak Haram ... 53
j. Berarti Kita Pantas Dicintai ... 53
k. Masa ' Kita Tidak Mencintainya? ... 54
l. Mencintai Orang Lain? Untuk Apa? ... 55
m. Proses : Ada Saatnya ... 56
n. Tidak Abortif ... 57
10. Jalan Cinta ... 58
a. Berpikir secara Benar ... 58
b. Cinta Perkawinan : Suatu Panggilan Alam ... 59
c. Mulailah dari Tujuan.. ... 59
d. Dua Model Berpikir ... 60
e. Cinta Menurut Perkawinan? ... 62
xvi
g. Cara Kerja Cinta. ... 63
h. Cinta Itu Gratis ... 64
i. Muara Cinta ... 65
j. Seberapa Jauh Anda Mencinta? ... 66
11. Cinta Tanpa Teori ... 68
BAB III AN APAN K ʺ CARA MENGUJI KETULUSAN CINTAʺ ... 71
BAB IV PENUTUP ... 77
A.Kesimpulan ... 77
B.Saran ... 79
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Gereja dilahirkan untuk merealisasikan Kerajaan Allah di dunia demi kemuliaan Allah Bapa. Dari pihak Allah, Allah sendiri yang meraja, berkuasa dan belas kasih-Nya menyelamatkan manusia. Dari pihak manusia, Kerajaan Allah adalah suasana manusia menerima Allah sebagai yang menentukan dan yang mengatur hidupnya baik secara perorangan maupun secara kelompok.
Tugas mewartakan Kerajaan Allah bukan saja dipegang oleh para klerus, melainkan dibebankan juga kepada semua warga Gereja termasuk kaum mudanya. Muda-mudi Katolik (mudika) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keanggotaan Gereja. Di satu sisi mereka merupakan kaum muda yang memiliki ciri, sifat, perkembangan dan mengalami persoalan yang sama dengan kaum muda pada umumnya. Di sisi lain mereka mempunyai tanggungjawab dalam mengambil bagian pada tugas perutusan Gereja. Mudika Stasi Pojok merupakan generasi penerus Gereja yang juga sedang menghadapi situasi dan permasalahan hidupnya sebagai kaum muda.
Krisis kaum muda yang wajar, berarti dalam proses menuju dewasa, kaum muda mengalami permasalahan sebagai akibat peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang menyangkut perubahan, perkembangan dan pertumbuhan fisik. Sedangkan yang kedua yaitu krisis masyarakat dewasa ini. Krisis masyarakat dewasa ini, bisa dialami dan dirasakan oleh masyarakat pada umumnya dan secara khusus kaum muda. Misalnya, perjudian, tindak kekerasan, penganiayaan, pelecehan seksual, pemerkosaan, narkotika. Ini adalah bukti atau tanda-tanda zaman dewasa ini yang sangat memprihatinkan dan memiliki dampak yang negative bagi perkembangan masyarakat pada umumnya dan secara khusus bagi perkembangan kaum muda. Untuk mencapai kedewasaan diri tersebut mereka mulai mengembangkan seluruh potensi maupun kepribadiannya. Dalam usaha memperkembangkan diri ini mereka tidak jarang mengalami kesulitan dan hambatan.
Ada permasalahan lain yang tidak kalah hebatnya yaitu dampak globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi. Memang disadari bahwa kemajuan dalam berbagai bidang itu telah memberi kemudahan dan kemungkinan bagi setiap manusia untuk melakukan segala kegiatannya, namun kenyataan yang terjadi justru kaum muda Katolik semakin menjadi individualis, konsumtif, daya kritis kurang, egois, mental instan dan situasi ini semakin diperparah oleh lemahnya pembinaan dari keluarga dan masyarakat.
Setelah penulis mengamati kaum muda di Stasi Pojok, Paroki Klepu, Sleman, Yogyakarta juga mengalami krisis dalam pertumbuhan dan perkembangan imannya seperti yang dialami kaum muda pada umumnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan iman kaum muda, antara lain kurangnya perhatian dari keluarga, Gereja dan masyarakat sekitar. Sedangkan persoalan yang dihadapi oleh kaum muda menuntut perhatian yang cukup serius terutama berkaitan dengan krisis masyarakat dewasa ini, misalnya minuman keras, jarang pergi ke Gereja, jarang aktif di lingkungan dan Stasi. Situasi seperti ini semakin berkembang dengan subur manakala kaum muda sendiri belum memiliki kesadaran yang penuh dalam melaksanakan perannya sebagai kaum muda yang beriman kepada Yesus Kristus. Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan hanya merupakan aktivitas yang menunjang kebutuhan sekunder yang memperhitungkan sejauh mana kegiatan tersebut menguntungkan baginya.
Bagaimana juga mereka merupakan harapan, tulang punggung Gereja dan masyarakat baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Oleh karena itu perlulah mudika dipersiapkan secara sungguh-sungguh supaya dapat mencapai kedewasaan iman sehingga dapat memikul tanggungjawabnya dalam meneruskan tugas perutusan Gereja. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui pendampingan iman. Pendampingan iman merupakan salah satu pelayanan bagi perkembangan iman Kristiani, sebagai usaha seseorang dalam menemani orang lain atau kelompok agar iman subyek yang didampingi dapat tumbuh dan mewujud nyatakan dalam kehidupan mereka sehari-hari dalam rangka menyongsong masa depan. Mudika juga perlu didampingi dalam hal pendampingan iman. contohnya usaha peningkatan pendampingan iman mudika melalui katekese. Melalui kegiatan katekese semua orang beriman baik secara pribadi maupun bersama dapat membina penghayatan iman dalam situasi konkret, sehingga orang dapat berkembang menjadi manusia kristiani yang dewasa dalam hal iman.
perkembangan mudika. Karena dirasa pendampingan iman bagi kaum muda belum memadai maka perlu diupayakan bentuk pendampingan iman yang lebih sesuai.
Dalam kerangka inilah penulis mengajukan suatu sumbangan pemikiran bagi usaha peningkatan pendampingan iman mudika. Sebagai upaya penulis meringkas buku dengan maksud menggali inspirasi untuk mendampingi mereka “ Ringkasan buku ʺCara Menguji Ketulusan Cintaʺ, karya A. Setyawan, S.J.
B. Inspirasi dari Sebuah Buku Berjudul " Cara Menguji Ketulusan Cinta", karya A. Setyawan, S.J.
Karya Cara Menguji Ketulusan Cinta dari A. Setyawan, S.J. mengingatkan kita bahwa cinta kerap diutarakan tetapi sedikit dipahami. Analisis soal cinta berawal dari pengalaman, emosi, dan peristiwa. Buku ini menyampaikan kekayaan dari spektrum cinta. Bahwa, cinta adalah bagian terpenting dari kemanusiaan kita.
yang sesungguhnya di tengah-tengah kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Kaum muda pada umumnya memiliki kepribadian yang dinamis karena selalu berpikir dan bergerak maju seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman. Kaum muda juga memiliki bakat, kemampuan, potensi dan kreativitas yang tinggi dan mampu mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan seluruh potensi yang dimilikinya itu.
Kaum muda Katolik dapat pula menjadi tenaga pembaharu dalam masyarakat dan Gereja. Melalui anggapan ini pula, di masa sekarang dan masa yang akan datang, kaum muda memiliki tugas yang cukup berat, karena kaum muda dituntut untuk mampu mengambil peran secara aktif dalam Gereja dan masyarakat sesuai dengan keadaannya dirinya yang sesungguhnya.
Menjadi orang Kristiani yang dewasa adalah proses penemuan diri dan panggilan Tuhan yang harus ditempuh melalui pengalaman sepanjang hidup. Proses pendewasaan diri sangat dipengaruhi oleh berbagai hal dan situasi. Oleh karena itu, perkembangan iman bagi seluruh umat dan khususnya kaum muda menuntut pengenalan secara lebih mendalam tentang situasi dan kondisi kaum muda.
yang berani turut ambil bagian sebagai petugas tata perayaan. Mereka lebih suka datang dan tanpa peduli dengan apa yang akan terjadi, yang penting datang untuk Ekaristi dan menyambut komuni.
Berbagai alasan sering muncul mengapa kaum muda sekarang ini jarang sekali yang berani turut ambil bagian dalam setiap kegiatan hidup menggereja. Bermacam-macam alasan yang muncul antara lain : tidak ada waktu atau terlalu sibuk dengan pekerjaan, kuliah maupun sekolah, tidak punya kenalan, malu, banyak tugas, merasa sudah tidak muda lagi, dan masih banyak alasan lagi. Alasan-alasan itulah yang membuat kaum muda kurang begitu nampak keberadaan dan kontribusinya.
Masalah lain yang sering dihadapi oleh kaum muda adalah kemunduran spritualitas atau bisa dikatakan krisis iman. Di tengah zaman yang begitu pesat disertai dengan proses pencarian identitas diri, mereka mulai mempertanyakan keberadaan dan fungsi agama, bahkan keberadaan Tuhan sendiri. Selain itu kaum muda yang juga sedang mengalami perkembangan fisik dan psikis yang masih labil membuat dinamika hidup mereka sulit untuk ditebak atau diduga.
Pada tahun 2009, Keuskupan Agung Semarang mencanangkan sebagai "Tahun Kaum Muda". Keuskupan Agung Semarang berarti memberi kesempatan dan dukungan penuh bagi kaum muda untuk lebih aktif dalam setiap kegiatan menggereja sebagai bentuk usaha untuk memperkembangkan imannya agar mereka berkembang menjadi pribadi-pribadi yang penuh tanggungjawab. Untuk mendukung usaha dari KAS tersebut maka Gereja dan orang tua memberi peluang dan dorongan yang sebesar-besarnya untuk kaum muda untuk lebih terlibat dalam kegiatan menggereja terutama untuk berani ambil bagian dalam tugas Perayaan Ekaristi.
Melihat banyak masalah yang dihadapi kaum muda kristiani dalam pendewasaan pribadi dan iman, Gereja sadar bahwa sudah saatnya dicari suatu solusi pendampingan yang efektif bagi mereka agar nantinya mereka menjadi kaum muda yang dewasa dalam berbagai segi. Gereja secara tegas mengungkapkan bahwa kaum muda merupakan harapan dan tulang punggung Gereja dan masyarakat dalam setiap aspek kehidupan. Secara khusus Gereja melihat bahwa maju mundurnya Gereja di masa yang akan datang tidak terlepas dari kreativitas dan tanggungjawab kaum muda Kristiani masa kini.
mulai dari keluarga, masyarakat, dan berbagai wadah kegiatan rohani. Menyadari berbagai macam persoalan yang mempengaruhi proses perkembangan diri kaum muda Kristiani menuju iman yang dewasa dan sekaligus melihat keprihatinan yang dirasakan oleh Gereja.
BAB II
RINGKASAN BUKU " CARA MENGUJI KETULUSAN CINTA "
BAB 1
Cinta Tanpa Teori
Cinta bukan teori. Cinta itu mendengarkan. Cinta lebih diwujudkan dengan tindakan daripada kata. Cinta tidak mungkin dibangun tanpa kata-kata yang menyusun pemahaman teori. Ada relasi timbal balik antara teori dan pengalaman. Cinta adalah penilaian tentang perasaan.
BAB 2
Restorasi Cinta
a. Tragis atau Drastis?
Setiap orang memiliki unsur tragis. Dalam pengalaman hidupnya juga mengalami drastis. Unsur tragis di sini bisa karena kehilangan orang yang disayangi dan kehidupannya mengalami perubahan drastis.
b. Cinta Sama dengan Perasaan?
Cinta sama dengan perasaan. Cinta dijadikan tameng untuk melakukan aneka ragam tindakan. Tidak sedikit tindakan itu lahir justru karena cinta. Karena cinta dimiliki oleh setiap orang.
c. Cinta Sakral atau Muharam?
d. Cinta Tidak Rasional?
Cinta itu rasional, karena masuk dalam wilayah objektif. Perasaan itu ada dalam diri kita. Kondisi objektif : finansial, keamanan, kondisi orang yang akan kita temui. Jika kita mengabaikan kondisi objektif, kita bisa jadi tergila-gila pada sesuatu.
e. Mencintai atau Menyukai?
Mencintai, karena terkait dengan keseluruhan pribadi. Sedangkan menyukai terkait dengan perasaan. Mencintai berarti secara konsisten menerima pribadi dalam keseluruhannya.
f. Sayang atau Cinta?
Cinta, karena ada perbedaan antara sayang dan cinta. Cinta itu sakral dan seringkali diartikan memiliki. Cinta dianggap sebagai ungkapan tertinggi dan hanya bisa diungkapkan pada satu orang. Cinta adalah kekuatan yang menyatukan.
g. Cinta : Masalah dan Misteri
Ada perbedaan antara masalah dan misteri. asa a
ucu a au a a ucu ika an as disebu sebagai is e i
ada n a a u ka ena k ndisi i u bisa di acak sebab
musababnya dan lalu bisa diselesaikan. Ganti lampu, ganti saklar, kabel, misalnya. Jadi, sejauh bisa diselesaikan, mati lampu itu disebut masalah. Misteri : hidup, cinta. Cinta ada dalam kategori misteri. Cinta bisa jadi masalah dan akhirnya menjadi misteri yang melibatkan diri kita sendiri. Misteri tak terhindarkan dan memaksa.
BAB 3
Hukum Cinta
a. Cinta yang Menyatukan
Cinta yang menyatukan. Cinta sebagai kekuatan yang membangun materi sehingga tercipta semesta. Disini ada soal bahwa orang yang berbeda, hal yang berbeda, latar belakang yang berbeda digerakkan untuk bersatu. Hukum cinta membuat unsur semesta menyatu. Cinta adalah kekuatan yang menyatukan.
b. Setiap Orang Mengalami Kesepian
Setiap orang mengalami kesepian. Dari kesepian itu kita mencari orang lain. Ada dorongan untuk bersatu dengan orang lain. Kesepian adalah bagian dari kondisi manusia. Dari kesepian itu kita butuh pendamping atau orang yang menemani kita.
c. Kesepian Seumur Hidup
tidak menjamin ketenangan dan kebahagiaan. Maka kesepian menyertai manusia dalam seluruh hidupnya.
d. Lari dari Kesepian
Kesepian tidaklah menyenangkan bisa menjadi luka yang memedihkan hati. Terkadang manusia dihadapkan dengan kesepian dan cenderung melarikan diri. Kesepian memang menakutkan. Namun, kesepian juga bisa jadi momen anugrah bila orang tak lari darinya, melainkan bersahabat dengannya.
e. Bersahabat dengan Kesepian
Manusia adalah makhluk sosial, ini merupakan kebenaran yang ada sejak kita lahir. Bahwa kita tak bisa hidup tanpa orang lain. Dapat diartikan pula pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri. Sendiri berarti sepi. Jadi manusia memiliki kesepian. Orang tidak tahu apa yang ia inginkan, apa yang ia rasakan atau apa yang ia yakini. Dalam kondisi yang demikian, maka reaksi alamiah kita adalah mencari teman.
f. Berarti Menjadi Manusia
BAB 4
Bahasa Cinta
a. Epithymia : Tak Lihat Tak Sayang
Dalam konteks ini penglihatan yang lebih dipergunakan. Ada pepatah tak kenal maka tak sayang. Tetapi disini tak lihat maka tak sayang. Epithymia muncul karena penggunaan sensor indra penglihatan, sehingga orang melihat dan dapat terpikat.
Epithymia atau sensual love adalah cinta dalam arti tak lihat maka tak sayang. Cinta model ini merujuk pada penggunaan indra dan menimbulkan libido. Ini dimiliki oleh semua manusia normal. Libido mendorong untk mencari kenikmatan demi kenikmatan. Libido sebagai dorongan normal untuk pemenuhan diri.
b. Eros : Bersatu Kita Teguh
Orang ingin selalu dekat dan tak terpisahkan oleh pasangannya. Ada dorongan untuk bersatu dengan hal atau
orang yang menariknya. Eros biasanya difungsikan dalam hubungan dengan ketertarikan karena daya tarik fisik kepada lawan jenis.
berdasarkan hawa nafsu saja. Berbeda dari itu Eros bisa dipahami sebagai dorongan untuk bersatu dengan hal atau orang yang menariknya. Eros tidak lagi sekedar muncul dari rangsangan atau dorongan seksual. Meski unsur epithymia bisa terlibat di dalam eros, akan tetapi tak selamanya keduanya menyatu.
c. Storge : Kasih Sayang Mama
Mengajarkan kepada kita bahwa kita layak dicintai bagaimanapun keadaan kita. Storge juga bermakna cinta, kasih dan sayang. Ungkapan kasih sayang kepada orang tuanya. Cinta dalam lingkup keluarga. Rasa cinta yang ditumbuhkan orang tua membangun sikap, sifat anak untuk kemudian mencintai orang lain, termasuk mencintai orang tuanya.
d. Philia : Persahabatan
Persahabatan atau pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Artinya kita memilih sahabat lebih karena dia memiliki kesatuan dengan kita yang tidak dimiliki kebanyakan orang lain.
persahabatan sehari-hari, diucapkan antara sesama sahabat atau teman karib. Di dalamnya juga terkandung saling memperhatikan, keterbukaan, perhatian dan setia kawan, toleransi serta solidaritas.
e. Agape : "Takasimura"
Agape : Takasimura adalah cinta tanpa syarat. Merupakan kasih yang sejati. Di dalamnya terkandung sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak sombong, melakukan hal-hal yang sopan, tidak dendam, kejujuran, perhatian, mengerti, paham dan memahami orang lain, kesetiaan, percaya, komitmen pada ucapan dan janji. Dalam hidup dan kehidupan sosial.
Agape difungsikan sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Sering kali disebut kasih yang agung, karena mampu meniadakan segala bentuk perbedaan yang dibangun manusia, permusuhan, pertentangan, dan pertengkaran. Selalu membawa atau berdampak pada perdamaian, damai sejahtera dan ketenangan.
f. Cinta yang Mana?
dalam seluruh tata kosmis kehidupan. Artinya, dalam proses itu, seluruh dimensi cinta terlibat.
Oleh karena itu, cinta seksual mendapatkan makna terdalamnya jika dipahami dalam konteks pemberian diri secara utuh dan bukannya pemberian bersyarat.
g. Cintaku Ditolak
BAB 5
Tantangan Cinta
a. Seks atau Seksualitas
Seks adalah nafsu, yaitu suatu kekuatan pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting atau naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan manusia. Sedangkan seksualitas merupakan suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan seks.
manusia berkenaan dengan seks ini. Berbagai macam upaya dilakukan dan sering kali orang jatuh ke ekstrem yang satu atau yang lainnya.
b. Dari Mana Datangnya Cinta?
Dari mata turun ke hati. Pepatah ini sepertinya sudah berurat-akar. Persis dari situlah cinta berasal : hati. Hati bukan soal perasaan belaka, melainkan keseluruhan kepribadian kita yang terkristalisasi. Jadi hati menjadi penting dalam diri manusia.
c. Dari Mata Turun ke Bawah
Penulis kira pandangan itu benar untuk kategori pikiran pragmatis dan oportunis. Kelompok orang seperti ini bisa saja menuduh pihak yang menentangnya sebagai orang yang tidak realitas, munafik, sok suci, dan lain-lain.
d. Monster Seks
Monster seks adalah kelompok seks bebas dan seks aman. Tanpa cinta, para kelompok seks bebas dan seks aman sangat menikmati dunia seks. Gaya hidup seperti ini tidak pernah membuka mata pada fakta kehancuran keluarga, penderitaan batin anak, frustasi, kebingungan dan sejenisnya.
e. Kawin dan Nikah
Secara deskriptif dari suatu hubungan seks (diluar pernikahan) tidak bisa disimpulkan apa-apa selain bahwa sudah terjadi hubungan seks. Dan secara normatif tidak bisa dikatakan bahwa cinta mengharuskan adanya hubungan seks. Suatu perkawinan yang dibentuk untuk meneruskan keturunan manusia. Kawin dan penerusan keturunan manusia adalah tugas manusia dan itulah tujuan perkawinan.
keluarga ( bukan sekedar digosipkan sudah menikah atau sejenisnya). Jadi, ada dimensi sosial dalam institusi perkawinan.
f. Dwifungsi Seks
Dalam konteks perkawinan, hubungan seks memang memiliki dua aspek yaitu untuk keturunan dan untuk mengungkapkan cinta personal. Cinta sungguh menunjukkan hukum mencari kesatuan yang diwujudkan dalam hubungan seks.
Dalam hubungan seks, ada suatu proses penegasan seksualitas dan hubungan seks dilandasi oleh cinta, rasa tanggungjawab dan komitmen. Jelaslah bahwa hubungan seks bisa menjadi ungkapan cinta, seks sebagai ungkapan cinta.
g. Sama- Sama Cinta
Cinta adalah suatu proses, tidak bisa dikatakan bahwa sebelum menikah seseorang memiliki cinta yang sudah sempurna kepada calonnya sehingga layak untuk menikah. Hubungan seks juga dibenarkan dalam konteks pernikahan untuk mengungkapkan cinta.
BAB 6
Tanda- Tanda Cinta
a. Daya Tarik Seksual
Daya tarik seksual adalah segala kelebihan yang dimiliki oleh seseorang ( individu) yang terbaca oleh lawan jenisnya dan dianggap sebagai pemikat. Daya tarik seksual adalah kenikmatan seks yang tidak bersifat nikmat secara langsung. Lain halnya kalau cinta kita berkembang menuju cinta sejati. Daya tarik yang kita lihat pada diri orang lain tidak hanya beberapa, tetapi keseluruhan pribadinya sungguh mengesan bagi kita.
Ada tiga cara jiwa pria dan wanita bersatu. Pertama, melalui daya tarik seksual pada umumnya. Ini dengan mudah kita pahami. Tetapi, dari kenyataan kita melihat bahwa ada banyak orang yang secara seksual tertarik, tetapi tidak membuat ikatan jiwa. Hanya ikatan fisik yang terjadi. Kedua, melalui apa yang disebut ikatan karma. Hipotesis ini bisa diterima kalau kita memiliki keyakinan. Ketiga, ikatan kosmis. Cara ini melibatkan proses kosmis yang dilandasi oleh Sang Maha Misteri. Tentu, ini mengandaikan kepercayaan.
ditutupi pakaian itu. Bukan tubuhnya yang kita cintai, melainkan kepribadian yang tercermin dari gerak-gerik tubuhnya. Kita melihat keseluruhan pribadi. itulah benih Cinta Sejati : bukan sesuatu yang parsial, melainkan keseluruhan. Mencintai berarti menerima baik kelemahan maupun kekurangan sebagai kesatuan utuh. Jelas, tanda yang pertama untuk menguji cinta kita adalah soal ketertarikan. Semakin kita terfokus pada keseluruhan pribadi yang tampak pada kita, semakin mengarah pada kepenuhan cinta kepada orang lain.
b. Waktu akan Membuktikan
Waktu akan membuktikan segalanya.Kata-kata itu benar menurut penulis. Terutama dalam hal hubungan, entah itu persahabatan, percintaan, keluarga, dan yang lainnya. Waktu akan membuktikan dan menguji kita apakah kita sungguh-sungguh menginginkan sesuatu atau keinginan itu hanyalah sekedar keinginan sesaat saja. Atau bisa juga keinginan itu ada pada saat kita bersama, saat kita sudah tidak bersama perlahan semuanya itu memudar dan menghilang.
mencari berbagai jalan untuk mewujudkannya. Impian itu akan tetap hidup dalam diri kita karena hal itulah yang kita inginkan.
c. Biarlah Badai Berlalu
Pasangan yang sedang dilanda cinta, pisah dalam waktu yang lama juga akan membuat adanya jarak dalam hubungan batin. Sarana komunikasi yang tidak menghadirkan fisik orang yang kita cintai bisa berpengaruh pada sikap ketertarikan kita. Karena kehadiran fisik lebih menekankan sikap percaya, terbuka dan cinta yang saling menumbuhkan.
d. Memperluas Jaringan
Memperluas jaringan adalah memperluas pertemanan. Menjalin relasi dengan semua orang. Dengan relasi itu menambah kekayaan relasi yang kita punyai. Temanmu adalah temanku, temanku menjadi temanmu. Kalau cinta yang dibangun sungguh tulus, teman-teman kita juga akan menerima kita. Semua orang lain tetap dapat masuk dalam jaringan relasi antar kita.
Jika aspek yang anda miliki mutlak mendekati kualitas Cinta Sejati, berilah skor 10. Ada kemungkinan besar bahwa yang anda alami menunjukkan kualitas Cinta Sejati. Dalam hal ini, anda bisa mulai mempertimbangakan hidup perkawinan. Tetapi, sebelum anda mengambil keputusan atau mempertimbangkan perkawinan dengan pasangan anda, ada baiknya anda menyadari alasan anda untuk menikah.
e. Mengapa Menikah?
Tanda-tanda Cinta sejati yang disampaikan tidak ada satu tanda pun yang berlaku untuk suatu persahabatan atau relasi yang tidak menuntut perkawinan. Artinya, kalaupun kita memiliki skor sempurna untuk kategori Cinta Sejati, kualitas Cinta Sejati tetap bisa kita terapkan kepada seorang sahabat. Cinta Sejati tidak identik dengan perkawinan. Cinta hanya merupakan salah satu elemen yang diperlukan untuk membangun keluarga.
pada macam aksioma bahwa intimitas manusia satu dengan yang lainnya menuntut suatu ungkapan seksual genital (hubungan seks).
f. Kawin Beda Agama
Cinta mengalahkan perbedaan, termasuk agama. Di situlah letak bahayanya perkawinan beda agama. Bukan pertama-tama soal praktis cara mendidik anak atau mengurus perekonomian rumah tangga, melainkan soal mengalami iman secara radikal. Penulis sangat membedakan istilah radikal dan istilah fanatik. Sesuai dengan asal katanya, radikal berarti sampai pada akar-akarnya. Orang yang menghayati imannya secara radikal berarti orang yang memahami imannya dari perwujudan luar (agama, kitab suci, cara beribadat, komunitas) sampai ke akar-akarnya. Ironisnya, sering kali justru orang yang fanatik tidak sampai pada penghayatan iman yang radikal.
kebingungan dalam memilih agama. Resikonya juga takut dikucilkan oleh orang tua, keluarga dan masyarakat.
g. Cinta Iman
Dalam konteks feodal, perkawinan menjadi sarana untuk memperluas wilayah, memperluas pengaruh. Cinta Sejati tidak menjadi elemen yang penting. Dengan begitu, orang bisa diperalat untuk memenuhi ambisi raja atau petinggi negeri. Secara halus adalah bentuk penindasan, khususnya wanita karena posisinya selalu lemah.
BAB 7
Kemutlakan Cinta
a. Cinta yang Menjadi Daging
Tuhan itu sosok yang jauh, tak terjangkau oleh indera manusia. Ia berdiri di suatu sudut di luar alam semesta dan menonton pertunjukan sandiwara di semesta. Tidak ada Tuhan dalam peristiwa hidup yang biasa-biasa saja karena manusia bisa berbuat seperti itu. Pekerjaan Tuhan itu haruslah spektakuler.
Tuhan bekerja, itu tidak selalu berarti terlanggarnya hukum alam. Bertahannya hukum alam sendiri merupakan karya cinta Tuhan. Cinta itu sungguh mendarah daging dalam segala ciptaan. Karya Tuhan yang wajar itu tidak disebut sebagai karya spektakuler karena kita menyadari bahwa Tuhan terus-menerus campur tangan dalam proses penciptaan.
kepada yang lain. Tuhan hadir dalam proses alam semesta, demikian pula cinta-Nya.
b. Cinta Menjadi Terbatas
Yang bisa penulis raih hanyalah secara fisik dekat dengan
saya. Model komunikasi timbal balik dalam suatu komunitas. Begitulah ciri relasi fisik : sementara, bisa berubah, menimbulkan kelekatan, didasari kerja hormon tubuh, kesatuan yang diidealkan tak realitas. Itu berarti menyangkut aspek spiritual : Tuhan, iman, dan agama.
Jika pusat hidup itu adalah Tuhan sendiri, penulis bisa mengatakan bahwa semakin kita menjalin relasi yang sedemikian personal dengan Tuhan, semakin kita juga menjalin relasi personal dengan orang lain. Semakin dekat dengan Tuhan sama sekali tidak membuat perbedaan jarak antara kita dan orang yang satu atau orang lain.
paham, tradisi lain tentang Tuhan, tentang iman dan tentang hidup.
c. Cinta Tak Terbatas
Cinta itu bersifat adil. Kesetaraan antara cinta dan keadilan sebagai wahyu dan akal/landasan rasional. Cinta tidak menghilangkan keadilan. Sebaliknya, keadilan menjadi wujud cinta. Keadilan tanpa cinta menjadi statis dan abstrak, tidak menyentuh realitas secara konkret.
d. Cinta Tuhan
Tuhan adalah sumber segala cinta. Rumi membedakan dua jenis cinta : Cinta Sejati (cinta kepada Tuhan) dan cinta turunan (cinta kepada Tuhan). Tapi, jika dikaji lebih dalam, yang ada sebetulnya adalah cinta kepada Tuhan karena apa pun di dunia ini adalah cerminan Tuhan yang Maha Mutlak itu. Kita sanggup mencintai karena diberi daya cinta oleh Tuhan, Sang Cinta Sejati.
Dengan kata lain, krisis iman sebenarnya juga adalah krisis cinta. Penulis tidak mau mengatakan bahwa iman sama dengan cinta, tetapipenulis yakin bahwa dalam kadar tertentu ada kesamaan antara cinta dan iman. Misalnya, saya mengatakan bahwa saya mencintai anda. Bagaimana anda mau membuktikan? Lambat laun anda hanya akan tinggal mempercayai, menerima, atau mengingkarinya. Saya tidak bisa membuktikan. Anda juga tidak.
Cinta Sejati betumpu pada kepercayaan. Semua relasi cinta dimulai dan dibangun atas dasar tindakan iman, yaitu soal percaya atau tidak. Tetapi tentu saja, tidak semua kepercayaan merupakan tindakan iman atau tindakan cinta.
membangun kepercayaan supaya masing-masing semakin bisa memercayakan diri. Tetapi, kalaupun dua insan sudah saling percaya dan berani mengklaim bahwa cinta mereka abdi,mereka perlu ingat bahwa cinta manusia itu tetaplah terbatas dan tidak pasti.
Kepercayaan mutlak hanya mungkin diterapkan pada sesuatu yang memang bisa dipercaya secara mutlak dan itulah yang saya sebut sebagai Tuhan. Saling percaya antara anda dan saya akan menjadi semakin aman kalau landasannya adalah kepercayaan pada Tuhan sendiri : baik anda maupun saya berusaha mendekatkan diri kepada Sumber Kepercayaan Mutlak itu.
Cinta Sejati pertama-tama adalah soal mendekatkan diri pada pusat semesta, pada Tuhan Sang Sumber Sejati. Cinta Sejati mendasarkan dirinya pada Tuhan sendiri. Cinta jenis inilah yang dimaksudkan dan diwartakan oleh Jalaluddin Rumi. Cinta ini tidak bisa menjadijelas dalam kata-kata kalau orang tidak memiliki pengalaman personal.
e. Manusia : Yang Ilahi dan Duniawi
mencintai orang lain adalah juga proses mendekatkan diri pada Tuhan.
BAB 8
Hambatan Cinta
a. " Dosa" Orang Tua
Penelitian menunjukkan secara positif bahwa penerimaan, kehangatan, dukungan orang tua kepada anak cenderung terkait erat dengan ciri emosional, sosial, dan kognitif yang menguntungkan bagi perkembangan anak. Sedangkan, hukuman yang keras, aturan sangat yang sangat ekstrem ketat dan otoriter cenderung menghambat konsep diri dan perkembangan emosional dan sosial anak.
Tentu orang tua mengeidealkan pendidikan terbaik bagi anaknya. Tetapi, bisa jadi apa yang mereka buat justru sebaliknya : merugikan anak. Misalnya, rasa salah bisa berasal dari model pendidikan orang tua yang terlalu ketat dan ironisnya, orang tua membenarkan kemarahannya pada anak sebagai upaya untuk mendisiplinkan anak. Ada juga orang tua yang memaksakan ambisi-ambisi mereka kepada anak-anaknya. Anak dituntut mencapai kesuksesan sebagaimana digambarkan oleh orang tua. Apa yang secara subjektif diinginkan orang tua diproyeksikan kepada anak mereka.
terus untuk ditularkan kepada orang lain. Tentu tidak semua paham itu bisa diterima. Kita masih bisa mengkritisi paham-paham yang kita terima dari orang tua. Berikut ini beberapa paham yang pantas kita kritisi :
1. Rasa wajib yang ditanamkan kepada anak akan menghasilkan cinta.
2. Kebencian dalam diri anak bisa dihapuskan dengan melarang anak untuk merasa benci atau tidak suka.
3. Orang tua harus menghormati semata-mata karena mereka adalah orang tua, orang tua selalu benar.
4. Anak-anak tidak layak mendapatkan penghormatan karena mereka toh anak-anak.
5. Kepatuhan membuat anak menjadi orang yang kuat.
6. Ungkapan terima kasih, meskipun tidak tulus (basa-basi) lebih baik daripada terus terang mengatakan tidak suka. 7. Orang tua yang paling tahu apa yang dibutuhkan anak dan
bagaimana cara mendidiknya.
iman Katolik itu benar. Maka, menolak ajaran Katolik berarti melawan Tuhan.
Gereja Katolik saat itu tidak menyadari bahwa rumusan manusia tetaplah terbatas : bahasa, budaya, dimensi sosial dan sebagainya. Gereja saat itu tidak konsisten dengan filsafat yang digulati sehingga tidak membedakan antara Sang Wahyu dan ajaran tentang Wahyu itu.
b. Mencintai Barang, Memanfaatkan Orang
dialog kedua lebih kondusif untuk menumbuhkan cinta dalam anak.
Pembandingan itu bisa juga terjadi ketika kita sudah belajar memupuk kesadaran. Sering terjadi orang tua membandingkan anak-anaknya. Maksudnya barangkali positif, tetapi caranya dalam jangka panjang justru menimbulkan kompleks rasa kecil, rasa minder, penolakan diri, dan sebagainya.
Seseorang tidak lagi dihargai sebagai pribadi yang unik, yang memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Dari situ, berkembang berbagai sikap yang menunjukan semangat kompetitif yang sering kali tidak sportif. Orang sulit menghargai kesuksesan orang lain, orang sulit berterima kasih pada orang lain, orang sulit melihat kebahagiaan orang lain, dan seterusnya.
c. Melepaskan Seks dari Cinta
lebih buruk daripada jika dengan bijak orang tua bisa menunjukkan letak kebahagiaan mereka sebagai suami istri : bukan pada seks, melainkan pada sesuatu yang melatarbelakangi seks, yaitu cinta.
Semakin orang mampu mencintai secara benar, ia akan terbantu untuk mengambil keputusan yang tepat termasuk mengenai seks. Orang yang sungguh-sungguh mencintai orang lain justru akan menghargai atau menghormati martabat orang yang dicintai itu. Maka, yang penting adalah pendidikan integral tentang cinta itu sendiri. Artinya, anak dididik dalam suasana penuh cinta, terutama dalam hal seksualitasnya.
Kita mengamati dasar penyebab revolusi seksual dulu adalah iklim keterbukaan. Seks yang dulu dianggap tabu menjadi terbuka. Wilayah pribadi sekarang sudah banyak yang menjadi wilayah publik. Prostitusi tidak hanya mencakup tempat legal, tetapi juga terjadi di kalangan ekslusif yang sama-sama sepakat menghayati paham free sex asalkan tidak merugikan.
yang diteladankan oleh orang tua kepada anak mereka dalam keluarga.
d. Ketidakberdayaan Sekolah
Kesalahan dalam menumbuhkan cinta pada seorang anak tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada orang tua. Sekolah memiliki mekanisme represi tersendiri.
Murid menjadi objek yang tidak bisa berkembang secara kreatif. Institusi pendidikan formal membuat pengembangan otak berjalan tidak seimbang : mungkin karena kurikulum yang tak pernah mapan, mungkin karena eksekusi yang macet. Sekolah tak berdaya.
e. Kelemahan Pemerintah
Ketidakberdayaan sekolah itu tentu saja perlu dipahami dalam konteks yang lebih luas. Seorang guru, misalnya, tidak punya kapasitas untuk membuat kurikulum sendiri. Mengajar tuntutan kurikulum yang ditentukan dari atas membuat konsentrasi tertuju pada pengajaran. Di hadapan tuntutan kurikulum yang begitu berjubel, seorang guru tidak lagi sempat memperhatikan perkembangan murid pribadi per pribadi.
Pemerintah yang tidak jelas orientasi pendidikan maupun kemanusiaan hanya akan menempatkan pendidikan sebagai konsekuensi pembangunan ekonomi. Belum lagi, pendidikan bisa menjadi ajang tarik menarik berbagai pihak itu politik, agama, ekonomi dan bisnis.
f. Kebanyakan Basa- Basi
Basa-basi dalam komunikasi hanya mendapatkan orang pada tataran dangkal. Orang tidak bisa menjalin relasi personal dengan mengandalkan basa-basi. Bagi orang yang kebanyakan basa-basi, cinta yang dihayati cenderung merupakan cinta impersonal.
g. Cinta Bersyarat
BAB 9
Kreativitas Cinta
a. Tidak Suka kepada Tuhan? Boleh!
Anda boleh tidak suka kepada Tuhan! Jangan percaya pada ajaran bahwa marah, mangkel, sebel dan menyalahkan Tuhan itu dosa. Kalau anda merasa mangkel atau marah kepada Tuhan, itu pertanda bahwa anda memiliki relasi dengan Tuhan. Jadi, kalau anda merasa marah kepada Tuhan, itu berarti anda memiliki konsep tentang Tuhan. Kalau anda punya konsep, maka anda yakin bahwa yang anda konsepkan itu ada. Maka, jika anda marah kepada Tuhan, setidak-tidaknya anda percaya bahwa Tuhan itu ada.
penting bagi kita untuk benar-benar bisa mencintai orang lain. Rasa tidak suka, sebal dalam diri kita memang bisa tampak mengurangi ketulusan kita dalam mencintai.
b. Cinta Tidak Harus Menyetujui
Ada perbedaan antara cinta dan suka, pembedaan lain perlu kita ingat antara mencintai dan menyetujui, antara menerima dan membenarkan. Penerimaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain tidak berarti menyetujui. Penerimaan melibatkan maksud atau tujuan tertentu.
c. Mengapa Mencintai Musuh?
Pertama, membalas kebencian dengan kebencian akan melipat gandakan kebencian. Amat jarang kita jumpai dalam kenyataan sehari-hari kejahatan, kecurangan, kelicikan, atau kebohongan dibalas dengan kebaikan. Benci dibalas dengan cinta. Akibatnya, lingkaran kebencian merajalela dan suasana semakin kacau. Tidak ada jalan untuk memutus lingkaran selain dengan cinta : berkorban. Jadi, alasan mencintai musuh adalah bahwa mencintai lebih bisa memotong lingkaran kebencian.
Kedua, Cinta itu tidak buta karena cinta juga mengatasi perasaan. Artinya, cinta bisa melepaskan diri dari perasaan. Sedangkan kebencian, sepenuhnya adalah perasaan, atau setidak-tidaknya jika itu merupakan suatu sikap, sikap benci tidaklepas dari perasaan benci.
Kita harus mencintai musuh karena kita menghindari tindakan brutal, perilaku binatang. Dengan begitu kita menghargai dan menghormati harga diri orang lain dan harga diri kita sendiri. Mencintai adalah martabat eksklusif manusia.
Yang ketiga, pada dasarnya kita tidak menginginkan
Dalam kerohanian tertentu, bahkan dianjurkan untuk mendoakan orang yang menyakiti, melukai, menghancurkan hidup kita. Kalau kita sungguh-sungguh tulus mencintai musuh, pasti ada yang bisa kita pakai untuk mewujudkan cinta kita.
d. Cara Mencintai Musuh
Mencintai musuh tidak bisa kita lakukan tanpa upaya pengembangan kemampuan untuk mengampuni secara total. Mungkin pengampunan total ini langsung kita tanggapi sebagai cara tersulit. Sama halnya dengan mendengar perintah untuk mencintai musuh. Tetapi, seperti ungkapan mencintai musuh, mengampuni musuh juga perlu dipahami.
Cara mudah untuk menjelaskan adalah dengan menyajikan kritik terhadap pandangan yang kurang tepat tentang pengampunan total. Pertama, pengampunan total tidak berarti melupakan masalah, melupakan orang, atau melupakan semuanya. Berusaha melupakan masalah justru memberi kekuatan kepadanya untuk mengganggu pikiran dan perasaan kita. Lain soalnya kalau kita mau aktif melupakan, itu justru kontradiktif.
masalah. Tetapi, secara wajar, kita tidak harus memaksakan diri untuk mengembalikan relasi seperti dulu. Kita bisa mengampuni kesalahan berat teman kita. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita tetap memilki kadar kepercayaan yang sama, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Maka, mengampuni juga tak perlu diidentikan dengan memercayai. Membangun kepercayaan adalah langkah selanjutnya dari pengampunan. Barangkali mulai dari nol lagi.
Ketiga, bahwa mengampuni berarti menyerah pada situasi sulit. Mungkin tidak banyak di antara kita yang memilki keberanian untuk menanggung akibat pengampunan yang berjuang pada kematian. Tetapi dalam kadar tertentu, mengampuni juga berarti mengorbankan kehidupan kita sendiri.
sikap realitas untuk membangun relasi baru yang lebih didasari cinta. Maka, meskipun kesalahan lama tidak dilupakan, kita tetap bisa menjamin relasi dengan bentuk baru yang tidak menghilangkan kualitas cinta kita.
e. Musuh dalam Selimut
Meskipun cinta menjadi, tanggapan terhadapnya tidak selalu positif. Sebagaimana benci tidak harus dilawan dengan benci, pada kenyataannya cinta juga tidak dengan sendirinya dibalas dengan cinta.
Musuh yang paling berbahaya justru adalah musuh dalam selimut. Dan, musuh dalam selimut itu bukan orang lain, melainkan diri kita sendiri. Jadi, musuh yang paling berbahaya adalah diri kita sendiri.
f. Mencintai Musuh dalam Selimut
Kalau kita tidak mencintai musuh, kita tidak bisa mencintai teman. Artinya, kalau kita tidak bisa mencintai diri sendiri. Banyak orang tidak bisa mencintai dirinya sendiri. Seorang manusia tidak mungkin berdamai dengan orang lain sebelum ia belajar untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Barangkali memang benar bahwa Tuhan itu Maha Pengampun.
g. Bagaimana Caranya?
Caranya pertama, mengakui keberadaannya. Artinya, hal yang membuat kita jengkel, malu, sedih, tidak suka, benci dan lain-lain kita akui adanya. Yang kedua, kita sadari apa yang kita rasakan. Misalnya, kita merasa malu, merasa risih, merasa kurang percaya diri, minder, sehingga orang cenderung menghindari kita. Yang ketiga, bedakan mana yang realitas dan mana yang penilaian. Yang keempat, sadarilah bahwa malu itu adalah perasaan yang ada dalam diri kita. Jangan ditolak. Dan yang kelima, terimalah semua sebagai kenyataan diri anda.
h. Kita Dicintai Tanpa Syarat
mampu mencinta. Percayalah bahwa kita ada di dunia karena prinsip cinta. Konkretnya, kita ada karena dicintai. Sebelum lahir, kita bahkan sudah mengalami cinta dalam kandungan. Apa pun kenyataan anda sekarang ini, kelahiran anda adalah bukti cinta itu sendiri. Berarti, anda ada di dunia karena hukum cinta.
i. Tidak Ada Anak Haram
Tidak ada anak yang terlahir sebagai anak haram. Cap itu hanya menunjuk kepada kesalahan orang tuanya dan sama sekali bukan kesalahan anak itu sendiri. Betapa malang nasibnya tak pernah punya pikiran untuk lahir di dunia dan lahir pun hanya untuk dicap sebagai anak haram yang tidak layak hidup sebagai manusia.
j. Berarti Kita Pantas Dicintai
k. Masa' Kita Tidak Mencintainya?
Jika orang lain saja mencintai kita, masa kita tidak mencintai diri kita. Kita yakin bahwa untuk mencintai, kita mesti melupakan diri kita sendiri. Pertama, apakah itu realitas? Jika pemahaman tetang diri tepat, mungkin melupakan diri memang suatu langkah realitas. Kedua, kalau memang kita sampai pada tahap mencintai dengan fokus keluar dari diri sendiri, bukanlah itu didasari terlebih dahulu oleh cinta pada diri sendiri, yaitu menerima diri sendiri. Jadi, betapapun luhur niat untuk mencintai orang lain, itu hanya mungkin terwujud kalau kita sendiri terlebih dahulu mencintai diri kita.
Tetapi, tak ada jaminan bahwa jika kita mencintai diri sendiri, lalu semua orang juga mencintai diri kita. Belum tentu. Akan tetapi, kita perlu berpikir dari sudut mereka juga. Mengapa mereka tidak mencintai orang lain? Persis karena mereka tidak mencintai diri mereka sendiri. Jadi, persoalannya, bukan bahwa kita ini tidak layak dicintai. Persoalannya : orang lain belum sanggup mencintai diri sendiri sehingga belum bisa mencintai orang lain. Mereka tidak memiliki cinta yang bisa dibagikan kepada orang lain. Seseorang tidak mungkin memberikan sesuatu yang ia tidak miliki.
keluarga, saudara, teman dan tentu saja oleh Cinta Yang Mutlak. Apa pun kondisinya, seberapa pun kemampuan kita bernalar, apapun latar belakang budaya kita, Tuhan mencintai kita tanpa syarat.
l. Mencintai Orang Lain? Untuk Apa?
Cinta memang harus dikaitkan dengan kehendak sedemikian rupa sehingga tidak saling memperlemah. Cinta tanpa kehendak yang kuat hanya akan membawa orang pada teori cinta sehingga orang tidak bisa sungguh-sungguh mencintai. Orang dapat memberikan uang, tapi bukan perhatian. Orang bisa memberikan bekal fisik, tetapi bukan nilai moral.
m. Proses : Ada Saatnya
Untuk mencintai orang lain adalah menerima mereka apa adanya. Kata kuncinya adalah proses. Kita menghargai proses perkembangan orang lain. Dengan modal ini, kita bisa membangun persahabatan yang sejati dengan siapapun. Ada saatnya ketika aspek-aspek luar itu mengembangkan persahabatan lebih dalam lagi : berbagi gagasan, keyakinan, perasaan, dan pengalaman pribadi. Ada saatnya persahabatan kita mengalami masa sulit : kesepian, cemburu, kecewa, berpisah.
n. Tidak Abortif
Jika kita melihat cinta sebagai proses, yaitu bahwa cinta tidak abortif. Artinya, cinta tidak menghentikan proses yang ada. Sebagian orang kurang menyadari hal ini sehingga jika melihat kasus-kasus kehamilan terutama di luar perkawinan, mereka cenderung membiarkan tindakan aborsi. Semua tindakan aborsi itu keliru (dalam kasus suatu aborsi bisa diterima), tetapi menempatkan persoalan dalam pemahaman akan cinta sebagai suatu proses.
Penulis belum pernah mendengar suatu teori yang memuaskan mengenai kapan terjadi loncatan dari belum ada pribadi ke sudah ada pribadi. ada banyak teori mengenai hal ini demi memutuskan apakah aborsi boleh dilakukan atau tidak. Boleh tidaknya aborsi itu bukan ditentukan oleh berapa umur janin. Ini bukan soal waktu. Kita perlu mengubah cara pandang. Ini pertama-tama soal apakah proses kehidupan semakin ditunjang oleh tindakan medis. Ini bukan soal kehidupan janin, melainkan juga soal kehidupan ibu.
BAB 10
Jalan Cinta
a. Berpikir secara Benar
Apa sebetulnya yang disebut fana itu? Segala sesuatu yang bisa kita tangkap secara indrawi : kita lihat dengan mata, kita raba dengan kulit, kita cium dengan hidung, kita dengar dengan telinga, dan kita cecap dengan lidah. Tidak hanya itu, pikiran kita pun bersifat fana : bisa berubah-ubah.
b. Cinta Perkawinan : Suatu Panggilan Alam
Hubungan seks di luar pernikahan tidak dikategorikan sebagai wujud cinta konyugal, yaitu cinta yang melibatkan hubungan genital yang mengikat dua makhluk untuk mempertahankan spesies.
Dalam uraian sebelumnya telah ditegaskan bahwa relasi yang demikian bukanlah relasi cinta. Perkawinan di satu sisi memang kita bangun untuk meraih kebahagiaan. Untuk itulah kita mencari pasangan yang kita yakini bisa membahagiakan kita. Memilih pasangan hidup adalah soal mau berbagi hidup dengan orang yang kita pilih dalam kondisi untung dan malang. Kita memilih pasangan, menerima dia apa adanya. Itu berarti kita bersama siap menghadapi suka duka, gembira sedih, ringan berat, dan sebagainya. Inilah komitmen. Cinta perkawinan adalah panggilan alam, tak bisa disimpulkan bahwa panggilan alam hanyalah cinta perkawinan/ konyugal.
c. Mulailah dari Tujuan
dan melaksanakan kehendak-Nya di dunia ini. Ini berarti kita tidak menempatkan hidup keluarga sebagai bagian pencarian untuk menemukan Tuhan.
Cara mana yang menurut kesadaran rohani kita lebih membantu kita untuk mencapai Cinta Sejati. Kita lebih dahulu menciba mencari, menggali, memaknai kehidupan kita sendiri sebelum kita menentukan pilihan hidup kita. Maka, memahami Cinta Sejati, menjalin relasi personal dengan Tuhan menjadi dasar bagi kita untuk menentukan pilihan hidup kita. Mencari Tuhan dulu, baru menentukan pilihan jalan untuk mencintai Tuhan. Kita menentukan jalan dulu, baru kita mencoba mencintai Tuhan.
d. Dua Model Berpikir
perkawinan sama sekali tidak menjadi ungkapan iman, relasi personal dengan Tuhan sendiri. Begitulah akibat model berpikir pertama : kawin dulu, Tuhan belakangan.
Kita lihat model berpikir kedua : mencari kehendak Tuhan, mencintai Yang Mutlak dulu, baru menentukan pilihan. Kita tidak mungkin menemukan kehendak Tuhan karena Tuhan adalah misteri. Tetapi, misteri disebut misteri karena melibatkan kita di dalamnya : perasaan, pemikiran, kehendak dan imajinasi kita.
Misteri sama sekali bukan sesuatu yang ada di luar kita. Misteri melibatkan diri kita secara personal. Memang mengetahui kehendak Tuhan bukan sesuatu yang pasti. Kalau kita percaya bahwa Kitab Suci adalah pewahyuan Tuhan, dan perintah Kitab Suci berarti perintah Tuhan. Kehendak Tuhan memang misteri, tetapi bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan misteri. Kita tetap bisa mencari apa makna atau relevansi kehendak Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.
e. Cinta Menuntut Perkawinan?
Perkawinan menuntut cinta, tetapi cinta tak menuntut perkawinan. Kesimpulan semacam ini bisa diterima akal sehat dan fakta mengatakan begitu. Perkawinan yang dipaksakan menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan tidak punya kebebasan. Kesimpulan bisa ditarik bahwa cinta tidak menuntut perkawinan. Cinta bisa diwujudkan dengan cara lain. Cara lain adalah dengan selibat, tidak menikah. Selibat pun sebagaimana perkawinan, bisa disebut sebagai suatu panggilan alam. Kalau cara hidup seperti ini disebut panggilan, sebagaimana perkawinan, tentu ada tuntutan dan konsekuensi tertentu. Selibat, disebut benar-benar selibat kalau memang pilihannya dalam hidup tanpa cinta konyugal. Konsekuensinya memang hidup sendiri dan tidak mencampuradukan cinta dengan seks.
Perkosaan maupun poligami mengindikasikan bahwa wanita direduksi menjadi mesin seks. Ini berarti bahwa orang tidak mengerti bagaimana mencinta.
f. Takut Berkomitmen
tidak enak maupun yang enak. Orang yang tidak berani membuat komitmen pasti memiliki ketakutan untuk dituntut : setia, tanggung jawab, terbuka, menepati janji.
Orang yang tidak memiliki kapasitas untuk memilih pastilah tidak berkembang sebagai pribadi. Ia tidak memilki kepercayaan diri. Hidupnya ditentukan oleh lingkungan, orang lain, oleh situasi di luar dirinya. Orang ini membiarkan orang lain memilihkan untuk dirinya. Akibatnya, kalau ia mengalami kesulitan, ia akan menyalahkan orang lain sedangkan dirinya sendiri sanggup selalu benar padahal tidak apa-apa. Orang hidup tanpa komitmen hanya akan berlagak menjadi bos-bos kecil di hadapan Misteri Semesta. Hidupnya hanya dalam tataran omong doang.
g. Cara Kerja Cinta
Pada kenyataannya orang memang bisa menangis sungguh-sungguh karena harus mengorbankan, bahkan orang sangat dicintainya. Bukan karena tidak mencintai orang itu, tetapi karena pilihan hidup yang diambil bisa jadi berbeda. Kita tidak bisa menahan tangis ketika harus berpisah dengan orang yang sangat kita cintai. Itulah sketsa konsekuensi-konsekuensi pilihan yang kita hadapi kalau kita sungguh mau berkembang dalam komitmen cinta. Macam itulah cara kerja Cinta : melepas satu demi satu kelekatan terhadap apa pun yang tidak mengarahkan kita pada Cinta.
h. Cinta Itu Gratis
Dari tinjauan etimologinya, gratis sepadan dengan gratia. Apa artinya gratia? Rahmat!!! Jadi, hidup kita sebetulnya adalah rahmat. Apa pun yang kita alami, Tuhan terus-menerus menawarkan rahmat-Nya. Supaya kita bisa kembali ke pangkuan-Nya, kembali pada Cinta Sejati, Cinta Abadi. Dengan cara memberikan diri kita sepenuhnya kepada Cinta itu sendiri.
kita seolah tidak sanggup berbuat apa-apa. Kalau cinta itu memang sungguh Cinta Sejati, Ia akan menarik kita kepada-Nya. Ungkapan ini bisa dibenarkan kalau kita memandang cinta sebagai proses, dan memang sejak awal sudah saya katakan bahwa cinta adalah suatu proses. Serupa dengan itu, kita pun perlu berusaha mencari perasaan indah karena Cinta. Perasaan itu akan mendatangi kita. Yang perlu kita lakukan hanya membuka diri kita untuk Cinta.
i. Muara Cinta
Melalui keheningan kita bisa sampai pada fondasi untuk mengembangkan cinta. Keheningan itu pula yang memungkinkan kita terus bertumbuh dalam cinta dan mengalir sampai muara Cinta Sejati, Yang Mutlak. Cinta Sejati akhirnya juga bermuara pada perwujudan Cinta atau Iman dalam kesaksian akan kebenaran dan keadilan. Konsekuensinya bisa mencakup kematian karena tidak sedikit orang yang membenci kebenaran dan keadilan.
j. Seberapa Jauh Anda Mencinta?
Kita tidak bisa mengukur seberapa jauh mencinta. Yang dituntutkan dari kita adalah menumbuhkan cinta yang memancar ke segala penjuru. Dengan cara itulah Cinta Tuhan teralisasi di dunia ini. Menumbuhkan cinta dalam diri kita hanya dimungkinkan kalau kita memiliki kesatuan, memiliki relasi personal dengan Tuhan. Pribadi semacam ini tidak lain adalah pribadi yang menjadi citra Tuhan, menjadi gambaran Tuhan, menjadi cermin Tuhan di dunia.
Perlakuan terhadap tubuh dan kesehatan mental seseorang. Ada latihan-latihan yang bisa membantu kita untuk mengembalikan kesehatan mental kita. Barangkali berbagai macam latihan pernafasan dan meditasi bisa dikategorikan dalam latihan seperti itu.
BAB 11
Cinta Tanpa Teori
Cinta bukan suatu teori.Cinta selalu lebih berarti tindakan daripada kata-kata. Cinta harus diwujudkan dalam tindakan. Tetapi, kalau sudah pada tahap itu, cinta hanya dapat mengandalkan kesadaran pribadi masing-masing. Semakin orang punya kesadaran diri, kesadaran akan cinta, semakin ia bisa menikmati cinta. Kita sering belum bisa menikmati keindahan Cinta karena kita sendiri dibiasakan dengan hidup dalam cinta bersyarat. Akibatnya, kita juga ikut-ikutan memberikan cinta bersyarat itu.
Telah disampaikan pada bagian lampiran mengenai beberapa langkah konkret yang bisa kita ambil untuk perlahan-lahan membangun sikap cinta, baik pada diri orang lain maupun pada diri kita sendiri. Pertama, kita ada di dunia ini karena Cinta. Keberadaan kita ini terwujud karena Cinta Ibunda nan Rahim. Bagaimanapun jahatnya orang tua kita, bahwa kita ada dalam kondisi bisa membaca, bisa makan minum, bisa bernafas, dan sebagainya tidak lain karena kerja kreatif Cinta. Cinta sedang berkarya dalam diri kita.
berangkat dari situasi yang ada, menciptakan kebaikan. Cinta tidak memerintahkan kita untuk berbuat tidak adil, tetapi kalau terjadi ketidakadilan, Cinta mendesak kita untuk mewujudkan keadilan.
Di hadapan Cinta Sejati, kita boleh mengalami jatuh tanpa minta izin. Dalam Cinta, kita boleh mengalami kegagalan. Akan tetapi, kekuatan Cinta Sejati tidak akan membiarkan kita terperosok dalam kematian, kegagalan yang mematikan, atau kegelapan total. Cinta Sejati selalu menawarkan kemungkinan yang terarah kepada-Nya.
Ketiga, bahwa Cinta mengarah kita ke depan. Dan gerak cinta selalu mengarah kepada suatu pertumbuhan, perkembangan, kedewasaan dalam hidup. Ini semua menjadi bagian dari teori yang tidak diperlukan lagi, dan teori ini sudah menjadi praksis.
Orang yang paling menghayati Cinta Sejati adalah orang yang bertekun dalam jatuh bangun untuk memperjuangkan keadilan sosial, apa pun cara yang ditempuh. Komitmen cintanya bukan lagi komitmen antara dirinya dengan pacar, dengan suami/istri, dengan orang tua. Tentu komitmen cinta terhadap mereka tetap dimiliki, tetapi lebih dari itu, komitmen cinta tehadap dunia menjadi horizon yang menampung komitmen-komitmen yang lainnya.
ingin mencintai secara total, perwujudan cinta tentu menyentuh dimensi sosial hidupnya, seberapa pun kadarnya yang bisa diberikannya.
BAB III
TANGGAPAN BUKU ʺCARA MENGUJI KETULUSAN CINTA ʺ
Karya ʺCara Menguji Ketulusan Cintaʺ dari A. Setyawan, S.J. mengingatkan kita bahwa cinta kerap diutarakan tetapi sedikit dipahami. Analisis soal cinta berawal dari pengalaman, emosi, dan peristiwa. Buku ini menyampaikan kekayaan dari spektrum cinta. Bahwa, cinta adalah bagian terpenting dari kemanusiaan kita.
Cinta, bagi A.Setyawan adalah misteri. Bukan karena masalah cinta tak bisa diselesaikan dan dijawab secara sempurna. Tetapi, menurut beliau, karena cinta mengandung begitu banyak paradoks. Misalnya saja, semakin orang mau berbagi dan membantu orang lain secara bebas, tetapi mengapa dia semakin merasa gembira? Mengapa orang rela berkorban demi orang lain? Itu diantara paradoks cinta.
Apakah cinta itu? Apakah cinta bisa dilukiskan? Pendapat para ahli mengenai cinta berbeda-beda. Contohnya menurut ahli cinta Ronny Sababalat
“Cin a iba a n a angin: angin bisa di asakan a i ki a idak bisa e i a ben uk