• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PEMBAHASAN

4.6. Persepsi Masyarakat dan Instansi-Instansi Pemerintah Terkait

4.6.2. Tanggapan Instansi-instansi Pemerintahan yang Terkait

Wawancara dilakukan terhadap 5 instansi Pemerintahan yang dianggap berkaitan dan berkepentingan untuk mengembangkan P. Kera, P. Lutung dan P. Burung yang terdapat di Desa Tnajung Binga tersebut. Adapun instansi-instansi yang diwawancarai adalah Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung, BAPPEDA Kab. Belitung, Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kab. Belitung, Kecamatan Sijuk dan Pemerintahan Desa Tanjung Binga. Adapun hasil wawancara dari masing-masing instansi tersebut adalah sebagai berikut :

4.6.2.1. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung menyatakan bahwa belum ada pihak yang mengelola P. Kera, P. Lutung dan P. Burung untuk dikembangkan. Sampai saat ini pun, Belum ada keterlibatan dari Dinas Perikanan dan Kelautan tersebut untuk mengembangkan ketiga pulau tersebut dan perairannya. Hal ini dikarenakan belum adanya rencana pengembangan ketiga pulau tersebut dari instansi ini.

4.6.2.2 BAPPEDA Kabupaten Belitung

BAPPEDA Kabupaten Belitung menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada keterlibatan langsung maupun tidak langsung instansi tersebut untuk mengembangkan ketiga pulau tersebut dan perairannya. Sedangkan konsep, rencana, visi dan misi pihak BAPPEDA untuk mengembangkan P. Kera, P. Lutung dan P. Burung adalah sesuai dengan tata ruang Kabupaten Belitung, yaitu daerah tersebut merupakan kawasan wisata.

4.6.2.3. Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Belitung

Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Belitung mengatakan bahwa kapasitas dinas tersebut hanya sebatas pembina bagi pihak pengembang atau pengelola. Karena sampai saat ini belum ada pihak yang mau mengembangkan dan mengelola daerah tersebut khususnya pada perairan di ketiga pulau tersebut, maka sejauh ini dinas belum terlibat langsung untuk

pengembangan, tetapi hanya melakukan pendataan. Adapun konsep, rencana pengembangan, visi dan misi dinas tersebut untuk menjadikan P. Kera, P. Lutung dan P. Burung adalah menjadi daerah wisata bahari dan masuk ke dalam kawasan pariwisata.

4.6.2.4. Kecamatan Sijuk

Kecamatan Sijuk yang diwakili oleh Bapak Camat menyatakan bahwa sejauh ini kurang ada keterlibatan pihak kecamatan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan dan pengelolaan P. Kera, P. Lutung dan P. Burung. Konsep dan rencana pengembangan kecamatan terhadap ketiga pulau tersebut dan perairannya yaitu untuk dijadikan tempat rekreasi, penyelaman, renang dan memancing. Harapan dari pihak kecamatan terhadap pengembangan ketiga pulau tersebut yaitu agar dijadikan kawasan wisata bahari khususnya untuk selam dan memancing, sehingga dengan dikembangkannya daerah tersebut menjadi objek wisata maka akan memberikan dampak positif secara ekonomis dan sosial kepada masyarakat sekitar.

4.6.2.5. Pemerintahan Desa Tanjung Binga

Pemerintahan Desa yang diwakili oleh Bapak Kepala Desa Tanjung Binga menyatakan bahwa seharusnya instansi yang mengembangkan dan mengelola P. Burung, P. Kera dan P. Lutung adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung, sedangkan keterlibatan pemerintah desa hanya sebagai pemandu kegiatan tersebut. Pada saat ini, ketiga pulau tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hanya sebatas mengeksploitasi langsung sumberdaya hayati yang terdapat di kawasan tersebut seperti ikan, kerang dan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di pulau tersebut. Sedangkan sektor swasta belum mengambil bagian dalam pemanfaatan atau pengembangan dan pengelolaan di ketiga pulau tersebut dan perairannya. Adapun harapan dari Pemerintahan Desa Tanjung Binga yaitu agar perairan di P. Burung, P. Kera dan P. Lutung dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari, sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar pulau tersebut.

4.7. Manajemen Pengelolaan Pulau

Modal utama untuk menarik wisatawan agar datang berkunjung ke suatu objek wisata alam adalah keindahan dan keaslian kondisi alam di lokasi objek wisata tersebut. Manajemen komprehensif atau manajemen multi tujuan dari sumberdaya laut adalah konsep baru dalam merespon untuk merubah hubungan antara manusia dan lingkungan laut (Kenchington 1988). Bila kita berbicara tentang wisata bahari khususnya untuk kegiatan snorkeling dan selam, maka tantangan terbesar dalam mengelola suatu objek wisata bahari adalah bagaimana menjaga kondisi perairan dan ekosistem terumbu karang agar tidak terdegradasi sedangkan yang kita hadapi adalah orang-orang yang memiliki tingkah laku dan keinginan yang berbeda-beda. Selain daripada itu, kondisi daratan dan masyarakat sekitar lokasi objek wisata juga harus menjadi perhatian karena segala aktivitas di daratan dan di laut akan turut mempengaruhi kondisi perairan khususnya ekosistem terumbu karang yang menjadi modal utama untuk menarik wisatawan. Bila perairan P. Kera, P. Lutung dan P. Burung dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata bahari, maka daerah tersebut akan bertambah banyak aktivitas dengan tujuannya masing - masing di tempat tersebut, maka sebaiknya daerah tersebut diatur dengan manajemen wilayah untuk penggunaan yang beragam. Manajemen wilayah untuk penggunaan yang beragam bertujuan untuk produksi air, kayu, ikan, invertebrata, kehidupan liar, padang rumput dan rekreasi di luar rumah yang berkelanjutan dengan orientasi utama konservasi terhadap alam untuk mendukung aktivitas ekonomi (meskipun zona spesifik mungkin juga dibuat di dalam area tersebut untuk mencapai tujuan spesifik konservasi) (Kenchington 1988).

4.7.1. Pengelolaan P. Kera

Dangkalnya perairan P. Kera (Lampiran 9.1)menyebabkan aktivitas yang mungkin dilakukan di keempat titik pengamatan adalah bersnorkeling. Nilai kesesuaian di semua titik pengamatan menunjukkan pengembangan wisata bahari di P. Kera lebih sesuai dikembangkan di utara pulau tersebut. Tetapi bila kita lihat dari penutupan komunitas terumbu karang, penutupan tertinggi terdapat di bagian timur, sehingga daerah tersebut bisa juga dijadikan daerah tujuan untuk

bersnorkeling, karena tutupan komunitas terumbu karang yang tinggi biasanya menyajikan beragam bentuk dan warna yang indah dan merupakan pemandangan bawah air yang menarik untuk disaksikan. Sebaiknya dilakukan perbaikan kondisi ekosistem terumbu karang di sebelah Barat dan Selatan P. Kera, karena tutupan komunitas terumbu karang tersebut lebih rendah dari 2 daerah pengamatan yang lain, bahkan tutupan terumbu karang batu hidup di barat pulau kondisinya tergolong dalam kategori buruk. Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menetapkan wilayah tersebut sebagai daerah konservasi atau daerah perlindungan. Alan dan Angel (1988), menyatakan bahwa rencana dari daerah perlindungan mungkin memiliki tujuan pengeluaran pengaruh manusia untuk mengizinkan perawatan atau pembangunan kembali kondisi asli. Langkah nyata untuk meningkatkan tutupan terumbu karang hidup di daerah tersebut adalah dengan melakukan transplantasi terumbu karang, karena substrat dasar yang berupa pasir putih halus kurang cocok untuk penempelan larva karang, sehingga harus dengan bantuan dan usaha manusia. Dengan upaya tersebut diharapkan tutupan terumbu karang akan meningkat sehingga jumlah ikan karang yang berasosiasi pun akan semakin banyak (Sale 1991) dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil tangkapan nelayan setempat.

Perairan P. Kera merupakan tempat penduduk Desa Tanjung Binga menangkap ikan, sehingga perlu dibuat peraturan tentang penangkapan ikan di daerah tersebut terkait dengan dijadikannya sebagian perairan pulau sebagai tempat rekreasi dan sebagian lagi merupakan daerah yang dikonservasi. Dengan luas daratan pulau yang kecil, sebaiknya tidak dibangun sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata bahari seperti tempat peristirahatan dan sebagainya yang mengakibatkan pembukaan lahan dan berkurangnya jumlah vegetasi yang yang tumbuh di pulau tersebut. Berkurangnya jumlah vegetasi di daratan akan mengakibatkan proses erosi dari daratan akan semakin cepat yang akan menyebabkan bertambahnya sedimentasi dan kekeruhan perairan. Kekeruhan dan sedimentasi mengakibatkan terjadinya penutupan substrat, penutupan dan melebihi kemampuan membersihkan beberapa hewan yang makan dengan cara menyaring air, merubah distribusi vertikal hewan dan tumbuhan, mungkin menyerap dan membawa polutan lain (Kenchington 1988).Selain daripada itu,

segala aktivitas manusia di daratan akan menghasilkan limbah padat dan cair yang akan mencemari perairan dan pada akhirnya akan menyebabkan degradasi lingkungan khususnya terhadap ekosistem terumbu karang yang merupakan modal utama dari wisata bahari di P. Kera tersebut.

4.7.2. Pengelolaan P. Lutung

Kondisi perairan P. Lutung (Lampiran 9.2) yang terdapat terumbu karang yang bervariasi mulai dari 2 m sampai 4 m menyebabkan aktivitas selam dan snorkeling dapat dilakukan di wilayah tersebut. Berdasarkan nilai kesesuaian, dapat dikatakan bahwa daerah barat P. Lutung paling sesuai untuk dikembangkan menjadi objek wisata bahari. Penutupan komunitas terumbu karang yang lebih baik di selatan pulau mengindikasikan bahwa wilayah tersebut juga potensial untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata bahari di P. Lutung. Namun karena kedalaman perairan yang terdapat terumbu karang hanya sampai 2 m menyebabkan lokasi tersebut lebih sesuai bila dikembangkan sebagai daerah tujuan untuk aktivitas snorkeling. Kondisi ekosistem terumbu karang di Utara P. Lutung tergolong sedang, namun dengan nilai IMK yang dapat dikatakan besar pula (0,41), sebaiknya wilayah tersebut dijadikan daerah konservasi untuk memperbaiki kondisi ekosistem terumbu karang di tempat tersebut dan agar kondisi yang sekarang tidak menjadi semakin buruk.

Lokasi lain yang sebaiknya dijadikan daerah konservasi adalah bagian timur pulau. Walaupun tutupan komunitas terumbu karang di tempat tersebut besar, tetapi tutupan tersebut didominasi oleh makro alga dari genus Sargassum yang menyebabkan dasar perairan terlihat berwarna coklat kehitaman, sehingga dirasakan kurang menarik bila dijadikan objek wisata bahari. Substrat dasar yang berupa pasir putih halus menyebabkan harus adanya campur tangan manusia untuk meningkatkan tutupan terumbu karang batu di kedua lokasi tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut salah satunya dengan melakukan transplantasi terumbu karang. Dengan membaiknya kondisi ekosistem terumbu karang di tempat tersebut diharapkan semakin banyak ikan-ikan yang berasosiasi sehingga meningkatkan hasil tangkapan nelayan setempat. Dengan berubahnya status P. Lutung menjadi tujuan wisata dan daerah konservasi harus

dibuat regulasi agar menguntungkan bagi semua pihak, khususnya nelayan setempat yang mencari ikan di sekitar pulau tersebut. Selain daripada hal tersebut, masyarakat setempat harus diikutsertakan agar mereka merasa menjadi bagian dari kegiatan pariwisata dan konservasi tersebut, sebagai salah satu upaya untuk meminimalisir potensi-potensi konflik dengan masyarakat setempat. Alan dan Angel (1988), menyatakan bahwa manajemen terumbu karang pada dasarnya melibatkan beragam dan mengendalikan pengaruh penggunaan terumbu karang oleh manusia.

Karena luasan P. Lutung yang tidak jauh lebih besar dari P. Kera sebaiknya pengelolaan yang dilakukan di daratan pulau juga sama, yaitu dengan tidak mendirikan sarana dan prasarana pendukung untuk wisata bahari. Hal tersebut didasari pertimbangan bahwa dengan adanya perubahan kondisi di daratan akan mengakibatkan perubahan di perairan P. Lutung tersebut seperti masuknya limbah padat dan cair ke perairan karena adanya aktivitas manusia di pulau yang akan mengakibatkan tercemarnya perairan dan terdegradasinya ekosistem terumbu karang di perairan pulau tersebut.

Dokumen terkait