• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

D. Kritik Terhadap Kecerdasan Majemuk

2. Tanggapan Negatif

Sebagian besar, teori kecerdasan majemuk yang dipaparkan oleh Gardner dikritik oleh para ahli pendidikan. Adapun kritikan dari teori Gardner, sebagai berikut:

a. Teori multiple intelligences terlalu menekankan segi intelektual, dari pada perasaan, emosi dalam diri orang.

b. Teori MI bukanlah hal baru, sejak Plato hal ini sudah dipikirkan. Bagi mereka inteligensi musikal, visual, interpersonal, intrapersonal dan sebaginya merupakan kemampuan biasa bukan inteligensi (kecerdasan).

c. Pengertian Gardner tentang inteligensi kurang diartikan secara ketat dan baik.

Karena setiap waktu pasti akan memunculkan inteligensi baru. Bagi mereka, dari sembilan (9) kecerdasan yang ada, disebut inteligensi hanyalah verbal linguistik dan matematis-logis, sedangkan tujuh (7) kecerdasan yang lain hanyalah talenta atau bakat.

d. Teori Gardner kurang eksak (pasti/tentu), kurang saintifik (alamiah), dan terlalu membuka ruang debat.

e. Teori ini juga terlalu ideal, bahkan merupakan utopi (khayalan).

f. Kurang praktis dilapangan, karena teori ini hanya cocok dalam kelas yang jumlahnya sedikit dan tidak untuk kelas besar

BAB III

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH

Pada bagian bab ini penulis akan menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan bagian integral dari Pendidikan Nasional dan bagian dari Katekese. Sehubungan dengan itu pada bab ini akan diuraikan pendidikan nasional;

katekese; hakikat PAK di sekolah yang meliputi: PAK sekolah sebagai bagian pendidikan nasional dan PAK sekolah sebagai bagian pendidikan iman; tujuan PAK di sekolah; ruang lingkup bahan PAK di sekolah; serta pendekatan PAK di sekolah.

A. Pendidikan Nasional

Pendidikan menjadi kebutuhan hidup bagi semua orang tanpa terkecuali..

Pendidikan membantu setiap orang menjadi pribadi yang berilmu dan berakhlak mulia. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal bab II pasal 3 dikatakan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Pendidikan perlu diarahkan untuk menghasilkan manusia hebat dengan mengembangkan potensi-potensi dalam diri peserta didik demi kepentingan

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan harus meliputi pembentukan pribadi manusia seutuhnya, yang memperhatikan akhir hidup manusia dan sekaligus kebaikan umum masyarakat. Anak-anak dan orang muda hendaknya dibina sedemikian sehingga dapat mengembangkan bakat-bakat fisik, moral, dan intelektual mereka secara harmonis, memiliki rasa tanggungjawab, dapat menggunakan kebebasan mereka dengan benar, dan terbina pula untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial (KHK, Kan. 795).

Pendidikan juga dipahami sebagai usaha bantuan orang dewasa yang diberikan kepada orang yang belum dewasa supaya mengalami perkembangan atau kedewasaan baik dari segi intelektual, sikap, keterampilan, spiritual, emosional, dan sebagainya yang berguna bagi dirinya. Penyelenggaraan pendidikan terdapat beberapa jalur, pertama pendidikan informal yaitu pendidikan yang dilaksanakan di dalam keluarga dan lingkungan. Kedua, pendidikan formal yaitu pendidikan yang diselenggarakan di sekolah secara terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Ketiga, pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang dilaksanakan di luar pendidikan formal.

Dengan demikian, pendidikan berarti sebuah usaha yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat maupun pemerintah lewat proses pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik supaya mengalami perkembangan kecakapan baik dari segi kognitif, afeksi, psikomotorik, keterampilan, spiritualitas serta emosi dalam suasana belajar yang mendukung. Singkatnya pendidikan mengarahkan dan membantu para peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dewasa menjadi dewasa, dan hal-hal lainnya.

B. Katekese

Katekese berasal dari bahasa Yunani “Catechein” (kata kerja) dan

“”Catechesis” (kata benda). Akar katanya ialah “kat” berarti keluar, ke arah luas dan “echo” berarti gema atau gaung. Maka, makna katekese berarti menggemakan secara meluas atau keluar. Dalam ajaran Agama Katolik yang digemakan atau diwartakan dalam katekese ialah Injil tentang Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah pewarta Kabar Gembira yang utama dan pertama. Ia mewartakan Kerajaan Allah, yang dirumuskan di dalam Injil sebagai Berita Gembira (PUK, Art. 34).

Dalam Catechesi Tradendae (CT. Art. 18) katekese merupakan pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa, khususnya mencangkup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen.

Sedangkan menurut Thomas Groome (2010: 40), katekese berarti pembinaan atau menceritakan kembali cerita iman Kristen yang telah diberitahu. Katekese ialah pemakluman Sabda Allah, sebagai bentuk pewartaan. Dari pemahaman ini, katekese dipahami sebagai suatu tindakan atau usaha untuk mengajarkan kembali ajaran Kristiani kepada umat, agar umat mengalami kesatuan hidup dengan Kristus.

Katekese tidak lepas dari pewartaan Injil yang berisi tentang sabda Allah.

Sabda Allah adalah sumber katekese. Sabda itu ialah Yesus Kristus sendiri yang menjadi manusia dan bahwa suara-Nya terus bergema dalam Gereja dan di dunia melalui Roh Kudus (PUK, Art. 94). Maka, Sabda Allah harus memiliki nilai eksistensial artinya sungguh kena akan kenyataan hidup manusia. Berkatekese bukan hanya menafsirkan Injil yang terdapat dalam Kitab Suci dan tersalurkan

lewat ajaran Gereja tetapi menafsirkan pengalaman sesama, mengajak menggali arti hidup sedalam-dalamnya dalam konteks situasi peristiwa sehingga amanat Allah secara pribadi menyentuh dan mengundang kepatuhan imannya (Huber, 1981: 41).

Inti dalam katekese selalu terikat pada Yesus Kristus. Katekese diberikan untuk mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh firman itu (CT, Art. 20).

Lewat firman yang diwartakan, orang Katolik menerima pribadi Yesus Kristus, menyerahkan diri kepada-Nya lewat pertobatan, berusaha mengenal-Nya, mengikuti-Nya serta memberikan kesaksian dalam hidup sehari-hari.

Adisusanto (1995: 3) mengatakan katekese sebagai pendidikan iman.

Artinya katekese merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja dengan tujuan membantu umat beriman agar imannya semakin mendalam dan mereka semakin terlibat dalam hidup menggereja dan bermasyarakat baik sebagai pribadi maupun kelompok. Pendidikan iman sebagai bagian dari katekese berusaha mendidik umat untuk semakin menghayati dan mendalami ajaran Kristus serta semakin mencintai dan mengenal-Nya.

Dalam pendidikan iman meliputi pengenalan akan kebenaran-kebenaran yang diwahyukan untuk membawa manusia pada perubahan sikap dan tindakan sebagai jalan untuk bersatu dengan Kristus (Marinus Telaumbanua, 2005: 48).

Pendidikan iman sebagai bagian katekese memiliki sumber pesan utama yaitu sabda Allah. Sabda Allah yang terkandung dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci direnungkan dan dimengerti secara mendalam lewat perasaan iman seluruh umat Allah dengan bimbingan magisterium, dirayakan dalam Ekaristi, bersinar dalam

kehidupan Gereja teristimewa lewat kesaksian Kristiani oleh para kudus, dan diperdalam lewat riset teologis serta dinyatakan dalam nilai-nilai moral dan religius yang asli (PUK, Art. 95). Maka, Gereja harus merenungkan sabda Allah dengan semangat iman yang dalam, mendengarkannya dengan saleh, memeliharanya dengan cinta, dan menjelaskannya dengan setia (PUK, Art. 94).

Pelaksanaan katekese sebagai bagian pendidikan iman ada berbagai macam bentuk seperti katekese sakramental, katekese inisiasi, katekese umat (bagi kaum dewasa untuk segala umur), katekese sekolah, dan lain sebagainya. Namun, dari berbagai macam bentuk katekese yang paling pokok dalam pembahasan ini ialah katekese dalam lingkup sekolah yang terintegral ke dalam bentuk PAK di sekolah.

C. Hakikat Pendidikan Agama Katolik di Sekolah 1. PAK Sekolah sebagai bagian Pendidikan Nasional

Pendidikan Agama merupakan salah satu pendidikan formal. Artinya, pendidikan Agama menyediakan tempat untuk menyelenggarakan pendidikan Agama di sekolah. Pendidikan Agama perlu terikat pada kurikulum pendidikan secara nasional. Tujuannya ialah berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai Agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Peraturan Pemerintah RI No.55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan).

Salah satu pendidikan Agama yang harus diselenggarakan di sekolah ialah Pendidikan Agama Katolik.

PAK sekolah sebagai bagian dari pendidikan nasional memiliki peranan penting untuk mewujudkan berbagai tujuan pendidikan nasional. Lidya Putri Herawati (2017: 16) mengatakan PAK di sekolah merupakan usaha yang dilakukan oleh sekolah secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap Agama lain.

PAK sekolah perlu mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Agama dalam hidup sehari-hari. Maka, mata pelajaran Agama Katolik secara resmi mendapat tempat dan waktu untuk penyusunan kurikulum PAK di sekolah. Baik pada proyek perintis sekolah pembangunan, maupun pada SD, SMP, SMA/SMK dan perguruan tinggi. PAK sekolah juga berperan penting dalam membangun manusia ke dalam taraf hidup sesungguhnya menjadikan setiap orang beriman, berbudi pekerti luhur, dan menjalankannya ajaran imannya dalam kehidupan.

Bagi sekolah Katolik, pelajaran Agama merupakan bagian dari dan dilengkapi dengan bentuk-bentuk lain pelayanan sabda (katekese, homili, perayaan-perayaan liturgis, dsb) (PUK, Art. 74). Hidup dan iman peserta didik yang menerima pelajaran agama Katolik ditandai oleh perubahan secara terus-menerus serta mempertimbangkan segala fakta untuk mencapai tujuan. Selain itu, peserta didik dapat memahami apa artinya iman akan Yesus Kristus, tanggapan Gereja terhadap pertanyaan yang dibuat, dan memberikan mereka kesempatan untuk menguji pilihan mereka sendiri secara lebih dalam.

Dengan begitu tujuan PAK di sekolah selaras dengan tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk peserta didik yang beriman, taat pada ajaran agamanya, berkarakter, memiliki sikap toleransi antar agama, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, bertanggungjawab, dan sebagainya.

2. PAK Sekolah sebagai bagian Pendidikan Iman

Iman adalah rahmat dari Allah. Iman terlahir karena relasi yang dalam antara pribadi manusia dengan sang pencipta. Iman berarti pertemuan pribadi dengan Yesus Kristus yang menjadikan seorang menjadi murid-Nya (PUK. Art.

53). Dalam hal ini, peserta didik dituntut untuk berpikir, menilai, dan hidup sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus.

Iman bagaikan air jernih yang menyegarkan perjalanan manusia. Iman adalah anugerah dari Tuhan. Iman hanya bisa lahir jika kemesraan hati manusia sebagai buah dari rahmat yang mengerakkkan dan membantunya dan sebagai suatu tanggapan bebas terhadap dorongan Roh Kudus yang mengerakkan hati dan mengarahkannya kepada Allah, yang mempermudahnya untuk menerima dan percaya akan kebenaran (PUK, Art.55). Selain itu, iman itu ada bila kita sendiri meneliti tanda-tanda zaman dan menafsirkannya dalam terang Injil. Artinya setiap kejadian atau pengalaman kita hadapkan pada perspektif hubungan pribadi dengan Tuhan (Huber, 1979: 59).

Sebagai pendidikan iman, PAK di sekolah tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia, tetapi mereka yang telah dibaptis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan, dan hari ke hari makin menyadari karunia iman yang telah mereka terima; supaya mereka belajar bersujud kepada

Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran (Yoh 4: 23), terutama dalam perayaan liturgi;

supaya mereka dibina untuk menghayati hidup mereka sebagai manusia baru dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati (Ef 4: 22-24); dengan demikian mereka mencapai kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef 4: 13) dan ikut serta mengusahakan pertumbuhan tubuh mistik (Gravissimum Educationis, art. 2).

Pendidikan iman ditinjau dari segi proses, PAK di sekolah dilaksanakan dalam bentuk komunikasi iman baik antar peserta didik maupun peserta didik dengan guru, akan iman pada Yesus Kristus. Tujuan dari komunikasi iman ialah untuk memperkaya hidup beriman dan terbentuknya kepribadian peserta didik sebagai yang mengenal dan mencintai Yesus Kristus serta menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Dalam komunikasi iman mengandung pengetahuan iman, pergumulan iman, dan penghayatan iman dalam berbagai bentuk (Tom Jacobs, dkk, 1992: 9).

D. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

PAK di sekolah sebagai bagian dari katekese memiliki tujuan yang sama, di mana katekese bertujuan untuk membina pengahayatan iman Kristiani. Agar umat yang mendengar pengajaran mengalami kepenuhan hidup di dalam Kristus. Maka, dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga bertujuan supaya peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman.

Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus yang memiliki keprihatinan tunggal yaitu Kerajaan Allah.

Terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dunia merupakan visi dasar seluruh pendidikan iman termasuk PAK di sekolah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan (Komkat KWI, 2007: 7).

Heriyatno Wono Wulung (2008: 7) mengatakan tujuan PAK di sekolah sesungguhnya ialah terwujudnya Kerajaan Allah, dan iman yang selalu berkembang. PAK di sekolah juga tidak hanya membentuk peserta didik sebagai manusia beriman tetapi menjunjung tinggi tujuan dari pendidikan nasional yaitu mencerdaskan anak bangsa baik dari segi ilmu, karakter, keterampilan, jati diri, sikap, dan lain sebagainya. Singkatnya PAK sekolah berusaha menjadikan peserta didik semakin beriman serta memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai.

Perumusan tujuan PAK di sekolah juga tidak lepas dari perubahan kurikulum dari tahun 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum 2006 hingga kurikulum 2013 yang digunakan saat ini. Setiap perubahan kurikulum memiliki ciri khasnya sendiri. Tidak ada kurikulum PAK di sekolah yang lebih baik atau buruk. Intinya ialah setiap perubahan kurikulum berusaha merumuskan pemahaman tentang PAK, tujuan, materi, strategi dan lain sebagainya yang digunakan, dengan memperhatikan makna dan kualitasnya.

Adapun tujuan PAK di sekolah berdasarkan perkembangan kurikulum PAK di sekolah dari tahun 1984, 1994, 2004, 2006 dan kurikulum 2013.

1. Tujuan PAK Sekolah Menurut Kurikulum 1984

Dalam lokakarya Malino pada tanggal 28 Juni-4 Juli 1981 (Pola PAKK, 1981: 5-8) mengungkapkan bahwa tujuan PAK sekolah ialah membantu atau melatih peserta didik untuk mengambil keputusan yang bertanggungjawab mengenai pandangan hidup Kristiani. Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab merupakan hasil pergumulan hidup peserta didik. Sehingga dari hasil keputusan itulah iman peserta didik semakin berkembang.

Salah satu hasil dari pertemuan ini ialah munculnya pola PAKK (Pola Pelajaran Agama Kristen Katolik). Tujuan dari PAKK ialah agar peserta didik mampu menggumuli hidup berdasar pandangan Kristiani dan dengan demikian dapat berkembang menjadi manusia paripurna (Pola PAKK, 1981: 21).

2. Tujuan PAK Sekolah Menurut Kurikulum 1994

Pada sebuah pengamatan terhadap lokakarya kurikulum 1994 Pendidikan Agama Katolik (KomKat KWI, 1994: 12) dikatakan PAK di sekolah merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Maka, dalam kurikulum 1994, tujuan PAK sekolah ialah komunikasi iman (sharing) pengalaman iman antar peserta didik maupun peserta didik dengan guru. Melalui komunikasi iman, peserta didik semakin diperkaya dan diperluas pengetahuan tentang iman Katoliknya.

3. Tujuan PAK Sekolah Menurut Kurikulum 2004

Kurikulum 2004 atau lebih dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang dilatarbelakangi oleh pertimbangan rasional seperti PAK sekolah demi kesuksesan hidup, tantangan arus globalisasi yaitu budaya materialistik, hedonistik, individualisme, pluralisme, fundamentalisme, masyarakat media audio visual, dan krisis makna generasi muda (Maman Sutarman & Yos Lalu, 2004: 3-8). KBK lahir akibat kurikulum sebelumnya yang menekankan pada isi atau materi. Visi utama KBK ialah agar terbentuknya sikap, keterampilan, dan nilai dalam diri peserta didik, sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan dunia.

Adapun fungsi dan tujuan PAK di sekolah dalam KBK (Maman Sutarman

& Yos Lalu, 2004: 19-20) yaitu pertama fungsi PAK di sekolah ialah memampukan peserta didik untuk memahami dan mempertanggungjawabkan ajaran iman agama Katolik, menolong peserta didik untuk hidup secara benar dan baik dalam gereja dan masyarakat, memberi jawaban terhadap persoalan peserta didik dan kaum muda pada umumnya, mengajak peserta didik untuk semakin terbuka terhadap dunia yang majemuk.

Peserta didik dimampukan untuk hidup semakin beriman yaitu membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus yang memiliki keprihatinan tunggal yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah ialah situasi atau peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan bagi semua orang dari berbagai kepercayaan dan agama.

4. Tujuan PAK Sekolah Menurut Kurikulum 2006

Kurikulum 2006 sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) peserta didik didorong, diasuh dan diasah supaya aktif dalam berkomunikasi, bereksplorasi, terampil berefleksi, serta berani menyatakan sikap dan berpendapat.

Jadi pada kurikulum ini, tujuan PAK sekolah mengarahkan peserta didik untuk belajar secara aktif dan mandiri, membangun kesadaran dan interaksi antar peserta didik, guru, melakukan refleksi dan aksi kongkrit. Sehingga PAK di sekolah tidak hanya sekedar memahami pengetahuan tentang Injil, ajaran agama dan ajaran Katolik, tetapi lebih kepada peningkatan kompetensi dan keterampilan yang konkrit sesuai dengan situasi atau kondisi lingkungan (Christina Jeany Ardilla, 2016: 34).

5. Tujuan PAK Sekolah Menurut Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yang terealisasi dalam Pembelajaran PAK dan BP tujuan pendidikan agama ialah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia serta mampu menjaga kerukunan antar umat beragama serta berkembangnya kemampuan peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama, sehingga mengimbangi penguasaan ilmu, teknologi dan seni.

Maka, PAK di sekolah diarahkan untuk membangun sikap jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, kooperatif, tulus, bertanggungjawab, bersikap kritis, inovatif, dinamis, dan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, mendorong kreatifitas, kemandirian, serta gairah untuk sukses. Intinya tujuan PAK di sekolah sesungguhnya ialah mencapai kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran

secara kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. KI meliputi empat aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap sosial, dan spiritual. Sedangkan kompetensi dasar (KD) adalah kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk satu mata pelajaran di kelas tertentu.

Perubahan kurikulum yang terjadi tentu memiliki ciri khasnya tersendiri.

Namun yang paling pokok dari tujuan PAK di sekolah ialah selalu mengarah demi memperkembangkan iman peserta didik secara utuh dan mendalam, perkembangan jati diri, intelektual, keterampilan, bakat, kecerdasan serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses iman dipahami melalui 3 aspek, pertama kognitif (faith as knowing) menunjuk pada pengetahuan dan pemahaman tentang iman.

Kedua, afektif (faith as trusting) yaitu sikap batin dalam menyerahkan diri dan menaruh kepercayaan kepada Allah. Dan ketiga, psikomotorik (faith as doing), mengacu pada praksis atau keterlibatan nyata sebagai perwujudan iman.

E. Ruang Lingkup Bahan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Dapiyanta (2011: 5) mengatakan bahwa ruang lingkup bahan Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak lepas dari bahan katekese. Bahan katekese ialah kebenaran-kebenaran iman dalam konteks hidup kongkrit Gereja. Bahan katekese yang dimaksud ialah wahyu dan iman dalam lingkup Gereja Katolik yang berpusat pada Kristus. Dari gagasan itu, PAK di sekolah merumuskan ruang lingkup dan bahan-bahannya sesuai dengan perkembangan anak dan masyarakat yang berdasarkan kurikulum.

1. Ruang Lingkup Bahan PAK Sekolah pada Kurikulum 1984

Ruang lingkup kurikulum PAK 1984 tidak lepas dari tujuan PAK di sekolah dari masing-masing jenjang pendidikan yang telah disebutkan sebelumnya.

Pertama, tingkat sekolah dasar ialah memahami diri sendiri, sesama dan lingkungan. Ada lima tema besar yang dipelajari yaitu saya, sesama, dan lingkungan, mencari hidup yang berarti dan mendalam, Yesus Kristus, dan jemaat beriman. Kedua, sekolah menengah pertama yaitu lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Ketiga, sekolah menengah atas yaitu memahami diri sendiri, sesama dan lingkungan. Setiap materi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam masing-masing kelas berdasarkan jenjang pendidikan masing-masing.

Dengan demikian, berdasarkan tujuan dan materi PAK di sekolah yang dipelajari ruang lingkup bahan PAK di sekolah ialah saya, sesama dan lingkungan, membangun hidup yang berarti dan mendalam, Yesus Kristus dan Gereja.

2. Ruang Lingkup Bahan PAK Sekolah pada Kurikulum 1994

Ruang lingkup dan bahan kajian PAK sekolah pada kurikulum 1994 (dalam sebuah Pengamatan terhadap Lokakarya Kurikulum 1994 PAK, Syantikara-Yogyakarta 23 November-2 Desember 1993: 25-26) tidak lepas dari bahan atau materi yang diajarkan pada setiap jenjang sekolah. Dalam lokakarya tersebut ruang lingkup dan bahan kajian PAK di sekolah dibedakan berdasarkan jenjang sekolah.

Seperti sekolah dasar meliputi doa, syahadat para rasul, sakramen-sakramen, sepuluh firman (dekalog), dan kehidupan beriman.

Bagi sekolah menengah pertama lebih mengenal pokok-pokok iman Katolik, sakramen-sakramen, dan hidup beriman sehari-hari (firman 3, 4, 6, dan 10)

serta tanggungjawab hidup beriman sehari-hari (iman dan moral). Sedangkan untuk sekolah menengah atas mempelajari tentang keseluruhan hidup beriman Kristiani yang berkisar pada tiga hal pokok. Pertama, peristiwa Yesus Kristus dan sejarah pewahyuan-Nya serta tanggapan iman terhadap-Nya dalam berbagai bidang kehidupan. Kedua, kelanjutan peristiwa Yesus Kristus di dalam tradisi dan situasi tertentu dalam sejarah serta tanggapan iman umat atau tokoh tertentu terhadap-Nya.

serta tanggungjawab hidup beriman sehari-hari (iman dan moral). Sedangkan untuk sekolah menengah atas mempelajari tentang keseluruhan hidup beriman Kristiani yang berkisar pada tiga hal pokok. Pertama, peristiwa Yesus Kristus dan sejarah pewahyuan-Nya serta tanggapan iman terhadap-Nya dalam berbagai bidang kehidupan. Kedua, kelanjutan peristiwa Yesus Kristus di dalam tradisi dan situasi tertentu dalam sejarah serta tanggapan iman umat atau tokoh tertentu terhadap-Nya.

Dokumen terkait