• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB HUKUM PENERJEMAH DALAM

TANGGUNG JAWAB HUKUM PENERJEMAH DALAM MENGHADAPI TUNTUTAN GANTI RUGI DARI

PEMAGANG HAK CIPTA ASLI

A. Tuntutan Ganti Rugi dari Pemegang Hak Cipta Asli. 1. Pengertian Ganti Rugi.

Adapun tuntutan ganti rugi merupakan ajaran hukum yang dalam sistem civil lawdenganonrechtmatige daadatau dalamcommon law dikenal denganlaw of torts. Dengan mengambil sumber daricivil law, onrechtmatige daadberasal dari ketentuan Pasal 1365 KUHPerdat yang menyebutkan bahwa tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut. Menurut Mariam Darus Badrulzaman Perbuatan hukum dalam pasal ini awalnya hanya menyangkut kepada hak subyektif dan berkenaan dengan kewajiban pembuat sendiri. Sejak Arrest Hoge Raad tanggal 31 Januari 1919 dalam perkara antara Cohen dan Lindenbaum, makna perbuatan melawan hukum diperluas lagi sehingga meliputi:

a. Melanggar hak orang lain.

b. Bertentangan dengan kewajiban hukum dari si pembuat atau c. bertentangan dengan kesusilaan (moral) atau

d. Bertentangan dengan kepatutan dan ketelitian

Apabila dicermati lebih jauh, ajaran onrechtmatige daad merupakan dasar hukum pengajuan gugatan ganti rugi disamping gugatan yang didasarkan pada ajaran

wanprestasi atau breach of contract. Ada perbedaan yang mendasar antara onrechtmatige daad dengan ajaran wanprestasi. Onrechtmatige daad mendasarkan adanya kerugian yang diderita akibat perbuatan orang lain yang telah melanggar hukum (dengan berbagai maknya), sedangkanwanprestasimendasarkan pada adanya kerugian yang disebabkan pelanggaran terhadap sebuah perjanjian yakni tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya atau memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan (Subekti, 2005:147).

Pembangunan menimbulkan dampak positif dan dampak negative. Dampak positif antara lain peningkatan tarap hidup masyarakat, peningkatan ilmu dan teknologi, peningkatan keahlian dan keterampilan. Disisi lain timbul dampak negatif,dengan kemajuan teknologi dibidang grafika tersedia alat-alat cetak modern dan tenaga kerja ahli dan terampil tercipta usaha percetakan melawan hukum, yaitu mencetak karya tulis/buku tanpa izin pencipta/pemegang hak cipta. Tujuannya adalah memperoleh keuntungan pribadi tanpa membayar pajak. Perbuatan ini termasuk kejahatan pelanggaran hak cipta.58

Selain hak-hak eksklusif ini, Konvensi Bern juga mengatur sekumpulan hak yang dinamakan hak moral. Yang dimaksud dengan hak moral adalah hak pemegang hak cipta untuk mengajukan keberatan terhadap setiap perbuatan yang bermaksud mengubah, mengurangi, atau menambah keaslian ciptaannya yang dapat meragukan kehormatan dan reputasi pencipta/pemegang hak cipta.

58 Abdul Kadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya

Hak-hak moral yang diberikan kepada seorang pencipta/pemegang hak cipta sejajar dengan hak-hak ekonomi yang dimiliki oleh pemegang hak cipta atas ciptaannya.59Sehingga jika terjadi pelanggaran atas hak eksklusif, hak moral dan hak

ekonomi, maka pemegang hak cipta asli berhak untuk melakukan gugatan ganti rugi.

2. Tuntutan Ganti Rugi dari Pemegang Hak Cipta Asli.

Jika ciptaan (Pasal 11 UUHC) itu ternyata hasil pelanggaran hak cipta, maka pemegang hak cipta asli (pencipta asli) berhak mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri yang berwenang dengan tidak mengurangi tuntutan pidana terhadap pelanggar hak cipta (Pasal 42 ayat 3 UUHC). Untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan pelanggar supaya menghentikan kegiatan, pembuatan, perbanyakan, penyiaran, pengedaran, dan penjualan ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta (Pasal 42 ayat 4 UUHC).

Kasus penerjemahan yang pernah terjadi yaitu kasus la tahzan yang diterjemahkan oleh penerbit tanpa izin dari Pemegang Hak Cipta asli. Penerjemah yang melakukan penerjemahan mempunyai kewajiban hanya menerjemahkan saja. Sehingga saat terjadi tuntutan ganti rugi oleh Pemegang Hak Cipta aslinya, penerjemah tidak mempunyai tanggung jawab dalam tuntutan tersebut. Dalam hal ini penerbit tersebutlah yang bertanggung jawab karena penerbit tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan akibat dari perbuatan penerbit

tersebut, Pemegang Hak Cipta asli sangat dirugikan. Baik dari hak moral dan hak ekonomi.

Apabila pelanggaran itu berupa pengumuman ciptaan yang bertentangan dengan hak cipta, dan perbanyakan yang tidak diperbolehkan, maka penggugat dapat menuntut tergugat :

a. supaya dilakukan penyitaan terhadap benda yang diumumkan bertentangan dengan hak cipta itu, perbanyakan yang tidak diperbolehkan itu, baik penyitaan untuk dijadikan milik penggugat maupun penyitaan untuk dimusnahkan atau dirusak, sehingga tidak dapat dipakai lagi.

b. Supaya dilakukan penyitaan terhadap jumlah uang tanda masuk yang dipungut untuk menghadiri ceramah, pertunjukan, atau pameran yang melanggar hak cipta itu.

c. Supaya dilakukan penyerahan benda tersebut setelah dibayar ganti kerugian kepada pihak yang beritikad baik (Pasal 42 ayat 1 dan 2 UUHC).

B. Tanggung Jawab Hukum Penerjemah dalam Menghadapi Tuntutan Ganti Rugi dari Pihak Ketiga dalam Penerbitan Buku Terjemahan

Tanggung jawab pemegang hak cipta terlihat jelas di dalam perjanjian penerbitan buku yang tertuang dalam hal mengenai hak dan kewajiban para pihak. Dari pasal hak dan kewajiban itu dapat mengetahui batas tanggung jawab dari para pihak di dalam perjanjian penerbitan buku tersebut.

Salah satu isi dari perjanjian penerbitan yang telah disepakati oleh penerjemah dan penerbit berisi bahwa tanggung jawab penerjemah yaitu :

1. Menyerahkan untuk dialihkan karya tulis yang asli bukan plagiat.

2. Bersedia mengoreksi kembali hasil karyanya yang akan dicetak coba dan ulang.

3. Bertanggung jawab terhadap pihak ketiga tentang keaslian ciptaan karya tulis. 4. Bersedia mengganti kerugian kepada penerbit apabila karya tulisnya yang

sudah dicetak dan mendapat tuntutan dari pihak ketiga.60

Berdasarkan penelitian yang penulis dapatkan, penerjemah bertanggung jawab mengenai keaslian atau keabsahan hasil terjemahannya. Hasil terjemahan tersebut dilakukan secara seksama sehingga menghasilkan buku terjemahan yang diharapkan, dan jika terbukti penerjemah melakukan penerjemahan secara serampangan maka penerjemah akan bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya, kesediaan untuk mengoreksi hasil terjemahan.

Namun pada kasus ini penerjemah bertanggung jawab pada saat proses penerjemahan. Sedangkan penerbit yang mencetak, menerbitkan dan memasarkan karya tulis dari penerjemah kepada masyarakat, penerjemah dalam hal ini hanya hanya menerima fee/royalti. Hak cipta pada umumnya diserahkan kepada perusahaan penerbit. Dalam hal ini penerbit bertanggung jawab terhadap ciptaan yang diterbitkan. Apabila dikemudian hari ada tuntutan terhadap isi buku yang diterbitkan maka penerbitlah yang bertanggung jawab.

60

Hasil wawancara dengan Abdul Halim, Direktur PT. Ciputat Press Jakarta Selatan, Tanggal 20 April 2011

Dokumen terkait