• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PENGATURAN MENGENAI TANGGUNGJAWAB PELAKU

B. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen

Dalam hal tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen, sangat erat kaitannya dengan suatu produk dimana produk menjadi unsur penting dalam kegiatan jual beli sebab inilah yang ditawarkan pelaku usaha kepada konsumen.

Dalam pengertian luas, produk ialah segala barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu proses sehingga produk berkaitan erat dengan teknologi. Secara historis, tanggung jawab ini lahir karena ada ketidakseimbangan tanggung jawab antara pelaku usaha dan konsumen. Namun, pihak konsumenlah yang dituntut untuk bersikap waspada dan hati-hati dalam membeli suatu produk demi kenyamanan dan keselamatan dirinya.

Syarat-syarat suatu produk yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha dalam memproduksi produk terbarunya yaitu : produk tersebut aman pada saat

digunakan, dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan barang atau jasa yang diperolehnya sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian (fisik maupun psikis) apabila mengkonsumsi suatu produk, pelaku usaha harus memberikan informasi yang jelas dan benar tentang produknya, maksudnya agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk, karena dengan informasi tersebut konsumen dapat mengetahui cara penggunaan dari produk tersebut, produk tersebut harus memenuhi ketentuan standar, mutu, sesuai dengan takaran atau timbangan, pelaku usaha diwajibkan mencantumkan tanggal kadaluarsa, izin peredaran produk dari pemerintah seperti izin dari departemen kesehatan, badan pengawas obat dan makanan (hal ini khusus bagi produk makanan dan obat-obatan) serta identitas lengkap produsen, pencantuman label halal, hal ini diperlukan mengingat penduduk Indonesia mayoritas muslim, produk yang beredar tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku, dalam arti produk yang dipasarkan bukan merupakan produk terlarang seperti narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya yang dapat membahayakan kesehatan serta keselamatan konsumen.41

Pada dasarnya konsumen pengguna tidak akan mengetahui semua jenis produk barang dan jasa sehingga konsumen sangat memerlukan informasi produk barang dan jasa yang ada di pasaran. Untuk menyampaikan informasi tersebut digunakanlah media promosi, baik promosi melalui media cetak maupun elektronik. Promosi merupakan media yang sangat dibutuhkan bagi pelaku usaha

41 Purdi E. Chandra, Trik Sukses Menuju Sukses, (Yogyakarta: Grafika Indah, 2000), hlm.

121

dalam memasarkan produknya dan menaikkan jumlah penjualan. Dengan demikian, informasi-informasi yang diperlukan konsumen sekaligus yang harus disampaikan produsen adalah menyangkut tentang harga (price), jumlah (Quantity), mutu (Quality), cara penggunaan, efek samping, dan

keterangan-keterangan lainnya, yang dapat membantu konsumen dalam memutuskan untuk membeli atau tidak suatu produk barang atau jasa, sekaligus informasi-informasi tersebut juga membantu produsen untuk menetapkan bentuk dan standar produk yang ditawarkan kepada konsumen.42

Pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 diatur mengenai pertanggungjawaban produsen, yang disebut dengan pelaku usaha pada Bab VI dengan judul Tanggung Jawab Pelaku Usaha.

Pasal 19 menentukan:

1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/ dan atau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa sejenis atau setara lainnya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.

4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahankonsumen.

Pasal 19 Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini adalah tidak dimaksudkan supaya persoalan diselesaikan melalui pengadilan, tetapi merupakan

42 Shidarta, Op.Cit, hlm. 19

kewajiban mutlak bagi produsen untuk memberi penggantian kepada konsumen, kewajiban yang harus dipenuhi seketika. Namun demikian, dengan memperhatikan Pasal 19 ayat (5) maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disini adalah kalau kesalahan tidak pada konsumen. Jika sebaliknya kesalahan ada pada konsumen, produsen akan dibebaskan dari kewajiban tersebut.43

Tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen berhubungan dengan produk yang cacat atau rusak sehingga menyebabkan kerugian bagi pihak konsumen. Menurut Emma Suratman, produk cacat adalah setiap produk yang tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya baik secara kesengajaan atau kealpaan dalam proses produksinya maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi manusia atau harta benda dalam penggunaannya, sebagaimana diharapkan orang.

Dari batasan ini terlihat bahwa pihak yang paling utama bertanggung jawab adalah pelaku usaha pembuat produk tersebut, tanpa kesalahan dari pihak distributornya.

Suatu produk dapat disebut cacat atau tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya karena:

1. Cacat produk atau manufaktur 2. Cacat desain

3. Cacatperingatan atau cacat instruksi.44

43 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Citra Aditya Bakti:

Bandung, 2006), hlm. 82-83

44 Celina Tri Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Sinar Grafika: Jakarta, Cet I, 2008), hlm. 103

Berdasarkan sistem hukum yang ada, kedudukan konsumen sangat lemah dibanding pelaku usaha. Salah satu usaha untuk melindungi dan meningkatkan kedudukan konsumen adalah dengan menerapkan prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) dalam hukum tentang tanggung jawab pelaku usaha. Tanggung jawab mutlak (strict liability) adalah pelaku usaha dianggap bersalah, konsekuensinya ia harus bertanggung jawab (liable) untuk memberi ganti rugi secara langsung kepada pihak konsumen yang menderita kerugian. Meskipun berlaku tanggung jawab produk yang bersifat mutlak, pelaku usaha dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya, baik untuk seluruhnya atau untuk sebagian. Hal-hal yang dapat membebaskan tanggung jawab pelaku usaha tersebut adalah:

1. Jika pelaku usaha tidak mengedarkan produknya (put into circulation) 2. Cacat yang menyebabkan kerugian tersebut tidak ada pada saat

produk diedarkan oleh pelaku usaha, atau terjadinya cacat tersebut baru timbul kemudian

3. Bahwa produk tersebut tidak dibuat oleh pelaku usaha baik untuk dijual atau diedarkan untuk tujuan ekonomis maupun dibuat atau diedarkan dalam rangka bisnis

4. Bahwa terjadinya cacat pada produk tersebut akibat keharusan memenuhi kewajiban yang ditentukan dalam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah

5. Bahwa secara ilmiah dan teknis (state of scientic and technical knowledge, state of art defense) pada saat produk tersebut diedarkan tidak mungkinterjadi cacat.45

Tanggung jawab hukum dalam hukum perdata berupa tanggung jawab seseorang terhadap perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan melawan hukum memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan perbuatan pidana.

Perbuatan melawan hukum tidak hanya mencakup perbuatan yang bertentangan

45 Ibid, hlm. 106

dengan undang-undang pidana saja, akan tetapi jika perbuatan tersebut bertentangan dengan undang-undang lainnya dan bahkan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan perundang-undangan dari perbuatan melawan hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.46

Tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen mengenai suatu produk yang berkaitan dengan kerugian, baik kerugian materil maupun imateril yang diderita konsumen akibat memakai atau mengonsumsi produk cacat yang dihasilkan dan atau yang diperdagangkan pelaku usaha. Hal tersebut menunjukan bahwa tanggung jawab produk dan perlindungan konsumen merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tetapi hanya dapat dibedakan dimana tanggung jawab produk merupakan sebagian dari cakupan perlindungan konsumen.47

Dokumen terkait