BAB IV KONSEP ISLAM TENTANG SIFAT DAN TANGGUNGJAWAB
C. Tanggungjawab Orangtua Dalam Mendidik Anak
5. Tanggung Jawab Pendidikan Intelektual
Allah menganugrahkan potensi intelektual dan karakteristinya kepada manusia: kecerdasan, kemampuan menghafal, mengingat, mencipta, memahami, dan aktifitas berfikir lainnya. Potensi ini dianugrahkan kepada manusia sejak lahir, tetapi keberadqaannya perlu dikembangkan. Jika potensi ini tidak dipedulikan, bisa hilang. Demikian juga bila potensi ini tidak diakun secara benar, akan mengantarkan manusia kepada kesesatan. Oleh karena itu, peran orangtua dalam keluarga berkaitan dengan pengembangan dan pemeliharaan potensi yang dianugrahkan Allah ini sangat penting. Ayahlah penanggung jawab yang paling utama dalam mendidik anak-anaknya.56
Maksud pendidikan intelektual adalah pembentukan dan pembinaan berpikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, ilmu pengetahuan hukum, peradaban ilmiyah dan moderenisme serta kesadaran berpikir dan berbudaya. Dengan demikian, ilmu, rasio dan peradaban anak benar-benar dapat terbina.
Tanggung jawab ini tidak kurang pentingnya dibanding tanggung jawab lain yang telah disebutkan sebelum ini, tanggung jawab keimanan, moral dan fisik. Sedangkan pendidikan intelektual merupakan penyadaran, pembudayaan dan pengajaran.57
Tanggung jawab oarang tua dalam pendidikan intelektual berkisar pada persoalan-persoalan berikut :
1. Tanggung jawab kewajiban mengajar
55
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman pendidikan Anak dalam Islam, Terj. Dari Tarbiyatul
Aulad fi al-Islam, oleh Saifullah Kamalie, Heri Noer Ali,(Semarang: Penerbit Asy-Syifa, 1998), h.219-231
56
Baharitsh.op. cit ., 274 57
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman pendidikan Anak dalam Islam, Terj. Dari Tarbiyatul
Aulad fi al-Islam, oleh Saifullah Kamalie, Heri Noer Ali,(Semarang: Penerbit Asy-Syifa, 1998) h.270
Tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab ini sangat penting dan urgen dalam pandangan Islam. Oleh karena itu, islam memberikan tanggung jawab yang besar dalam mendidik anak-anak. Menumbuhkan sikap terlibat dalam mengembangkan kebudayaan dan ilmu serta memusatkan otak mereka untuk memahami konsep secara maksimal, pengetahuan secara kritis, kebijakan yang berimbang dan presepsi yang matang lagi sehat. Dengan cara ini potensinya akan terbuka, kecerdasannya akan tampak, akalnya akan matang, dan akan lahir kejeniusan. Sebagaimana diketahui dari tarikh, ayat yang pertama diturunkan kepada Rasullullah adalah ayat-ayat berikut :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan Mu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan Mu lah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
Kalam. Dia mengajarkan pada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS.
Al Alaq : 1-5)
Bila kita perhatikan, perintah ayat ini begitu kentalnya dengan nuansa pendidikan. Pesan ayat-ayat tersebut tidak lain sebagai pengagungan hakikat baca tulis dan ilmu pengetahuan, serta membuka pintu kebudayaan dari berbagai segi. 58
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menungkatkan kemampuan intelektual adalah sebagai berikut:
1. Rajin membaca 2. Diskusi 3. Meneliti 4. Menuliskan kembali 58
DR.Abdullah Nasih Ulwan, Mengembangkan Kepribadian Anak, Terj. Dari Tarbiyatul Aulad fil Islam, oleh Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, (Bandung:Remaja Rosda Karya,1990) h. 54-55
5. Buka internet 6. Korespondensi 7. Ikut kajian 8. Ikut seminar59
Menurut ilmu pengetahuan dalam pandangan Islam merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah, jika menurut syara, orang yang melalaikan pencarian ilmu atau tidak mengajarkannya di ancam siksa, jika orang-orang yang menyembunyikan ilmu yang bermanfaat akan di ikat dengan sabuk neraka pada hari kiamat, tidaklah semua ini menjadi bukti bahwa islam itu agama yang mewajibkan menurut dan mengajarkan ilmu pengetahuan.60
2. Tanggung jawab kesadaran berpikir
Diantara sejumlah tanggung jawab besar dan berat yang diamanatkan Islam kepada orang tua adalah meningkatkan kesadaran berpikir anak sejak dini sehingga ia mencapai usia cerdik dan matang.
Menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan :
Tanggung jawab kesadaran berpikir adalah mengikat erat anak dengan Islam sebagai agama dan negara, Al-Qur’an sebagai pedoman dan aturan
hukum, dengan sejarah yang jaya dan mulia, kebudayaan Islam secara sepiritual dan intelektual dan keterkaitan terhadap dakwah Islam.61
Orang tua bertanggung jawab mengajari anak akan hakikat Islam bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang bernilai abadi dan universal sehingga Allah mewariskan kepada hambanya bumi serta isinya, anak diserahkan kepada guru pembimbing yang ikhlas, peka, dan mengerti betul tentang Islam, mereka disuguhi sejumlah buku yang bermutu yang membahas segala hal yang berhubungan dengan peraturan-peraturan Islam, baik akidah, modal, ekonomi, politik maupun yang menjelaskan bahaya
59Nuraida. Rihlah Nur Aulia,” Character Building”, (Jakarta: Aulia Publishing House, 2007) h.92
60
DR.Abdullah Nasih Ulwan, Mengembangkan Kepribadian Anak, Terj. Dari Tarbiyatul Aulad fil Islam, oleh Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, (Bandung:Remaja Rosda Karya,1990) h.65
61
tipu daya Zionisme, kolonialisme, komunisme, salibisme, dan bahaya paham-paham materialisme lainnya yang bertentangan dengan Islam dan kaum muslimin. Dan juga memilihkan bagi anak-anak mereka, teman-teman sepermainan yang baik, terpercaya, memahami Islam, berpikir lurus, dan mengerti kebudayaan Islam secara utuh dan menyeluruh.62
3. Kesehatan Akal
Diantara sejumlah tanggung jawab yang diamanat Islam diatas pundak orang tua adalah tanggung jawab memperhatikan kesehatan akal anak-anak. Mereka dapat menentukan dan memelihara tanggung jawab dibidang ini sehingga pemikiran anak-anak tetap sehat, otak mereka tetap bersih, dan pemikiran merekla tetap matang.63
Hubungan baik orang tua dan anak yang kukuh merupakan sebaik-baik jaminan untuk kesehatan akal dan jasmaninya, juga untuk kelanjutan proses kematangn anggotanya. Kesuburan akal perasaan yang dapat betrlangsung dalam suasana tenang dan aman sehingga matang sempurna.64
Dapat disimpulakan bahwa kewajiban mengajar penadaran berfikir dan kesehatan akal merupakan tanggung jawab yang paling menonjol di dalam mendidik intelektualisasi anak-anak. Jika para orang tua, pendidik dan pengajar meremehkan berbagai kewajiban dan tanggung jawab ini, maka Allah Swt akal memperhitungkan akibat dari sikap meremehkan itu.
Alangkah malunya kepada Aallah, jika mereka mendapatkan kebenaran, namun mereka meremehkannya.
Dan nalangkah celakanya mereka pada hari akhir nanti, jika jawaban mereka dihadapan Tuhan semesta alam adalah:
62 Ibid., h.98-103 63 Ibid., h106 64
Amina Hj.Noor, “Mendidik Anak Pintar Cerdas Bermula dari Alam Rahim....”(Kuala
"Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan Kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".65