• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Hukum Kepada Para Pihak Yang Melanggar Penggunaan Produk Industri Dalam Negeri Melalui Pengadaan Barang

3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN

C. Tanggung Jawab Hukum Kepada Para Pihak Yang Melanggar Penggunaan Produk Industri Dalam Negeri Melalui Pengadaan Barang

dan Jasa

162

Ibid.

163

Program pemerintah dalam mendorong penggunaan produk buatan dalam negeri kini memasuki babak baru menyusul ditandatanganinya nota kesepahaman antara Kementerian Perindustrian dan Badan Pengawas Keuangan dan pembangunan (BPKP) untuk melakukan audit penggunan komponen dalam negeri. Babak baru tersebut menandakan makin ketatnya pengawasan terhadap pelaksanaan program pemerintah dalam mendorong penggunaan produk buatan dalam negeri berupa audit penggunaan komponen dalam negeri, sehingga diharapkan mampu mendongkrak penggunaan komponen buatan dalam negeri dalam berbagai proyek pengadaan barang/jasa pemerintah.164

Pengaturan tentang sanksi terhadap program Peningkatan Penggunaan

Produk Dalam Negeri (P3DN), terdapat di Undang-Undang

Perindustrian,Peraturan Menteri Perindustrin (Permenperin) Nomor 16/M- Ditandatanganinya MoU antara Kemenperin dan BPKP tersebut, kepala BPKP Ardan Adiperdana menyatakan kesiapannya untuk mengaudit penggunaan produk dalam negeri di lingkungan kementerian dan instansi pengguna APBN. Agar pelaksanaan penggunaan produk dalam negeri lebih efektif dan komprehensif. jika berdasarkan hasil pemeriksaan oleh BPKP serta Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), Tim P3DN di masing-masing instansi dan institusi serta dari Kelompok Kerja Timnas P3DN, ditemukan adanya ketidaksesuaian dalam pengadaan barang/jasa produksi dalam negeri dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain yang tidak benar terkait capaian TKDN, produsen dan/atau penyedia barang/jasa dapat dikenai sanksi.

164

Kemenperin, “MoU Kemenperin dan BPKP Babak Baru Dalam Implementasi P3DN”

IND/PER/2/2011 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri, dan Permenperin Nomor 02/M-IND/PER/1/2014 tentang Pedoman Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Di dalam Undang-Undang Perindustrian secara tegas mengatur yaitu dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014. Dimana dalamPasal 85 dijelaskan bahwa “Untuk Pemberdayaan Industri dalam Negeri, pemerintah meningkatkan penggunaan produk dalam negeri”.

Pengaturan tersebut diteruskan dalam Pasal 86 dimana dinyatakan bahwa:

1. Produk dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 wajib digunakan oleh:

a. Lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, dan satuan kerja perangkat daerah dalam pengadaan barang/jasa apabila sumber pembiayaannya berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, termasuk pinjaman atau hibah dari dalam negeri atau luar negeri; dan

b. Badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha swasta dalam pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah dan/atau pekerjaan-nya dilakukan melalui pola kerja sama antara Pemerintah dengan badan usaha swasta dan/atau mengusahakan sumber daya yang dikuasai negara.

2. Pejabat pengadan barang/jasa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:

a. Peringatan tertulis;

b. Denda administratif dan/atau;

c. Pemberhentian dari jabatan pengadaan barang/jasa.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif dan besaran denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

4. Pengenaan sanksi sebagimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan dalam hal produk dalam negeri belum tersedia atau belum mencukupi (UU Perindustrian).

Pada Permenperin Nomor 16/M-IND/PER/2/2011 di dalam Pasal 15 menyatakan bahwa penyedia barang/jasa yang dengan sengaja menyediakan barang/jasa dengan nilai TKDN realisasi pelaksanaan yang tidak sesuai dengan nilai TKDN penawaran dikenakan sanksi finansial. Sanksi finansial dihitung berdasarkan antara nilai TKDN penawaran dengan nilai TKDN realisasi pelaksanaan dikalikan dengan harga penawaran, dengan perbedaan nilai TKDN maksimal sebesar 15% (lima belas persen).

Sedangkan di dalam Permenperin Nomor 02/M-IND/PER/1/2014 Pasal 46 mengatur secara lebih spesifik, yaitu:

1. Terhadap KPA/PPK/Pejabat Pengadaan yang menyimpang dari ketentuan dalam Permenperin ini dapat dikenakan sanksi administratif sesuai peraturan perundang-undangan.

2. Terhadap penyedia barang/jasa yang membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain yang tidak benar terkait dengan capaian

TKDN dan/atau berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan adanya ketidaksesuaian dalam penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri dikenakan sanksi administratif dan finansial. Sanksi administratif berupa: peringatan tertulis, penutupan sementara, pencantuman dalam daftar hitam, pembekuan izin usaha dan/atau pencabutan izin usaha yang dilakukan oleh PPK/ULP/Pejabat Pengadaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan sedangkan sanksi finansial berupa: pengurangan pembayaran sebesar selisih antara capaian TKDN penawaran dengan capaian TKDN pelaksanaan paling tinggi 15% yang dilakukan oleh Penggunaa Anggaran. Berdasarkan ketentuan pasal diatas dapat diketahui bahwa pemerintah berhak untuk memberikan sanksi administrasi dan/atau finansial terhadap lembaga atau instansi yang tidak mendukung pelaksanaan P3DN. Hal ini tentunya didasarkan bahwa tanggung jawab untuk melakukan perlindungan serta mendukung industri dalam negeri bukan hanya tanggung jawab salah satu pihak saja, namun perlu adanya dukungan dari berbagai pihak.

Tanggung jawab pihak penyedia barang dan jasa untuk memenuhi capaian sasaran Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam produk industrinya yang sesuai pedoman peningkatan penggunaan produk dalam negeri serta sesuai dengan isi kontrak pengadaan barang dan jasa agar dapat digunakan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, tidak adanya saling mempengaruhi antar pihak penyedia dengan pengguna barang dan jasa sehingga mengakibatkan persaingan tidak sehat, penyedia barang dan jasa bersedia menerima keputusan yang ditetapkan pengguna barang dan jasa seperti Pengguna

Anggaran (PA), Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), kelompok kerja ULP, pejabat pengadaan, serta pihak terkait lainnya dalam pengadaan barang dan jasa. Tanggung jawab pengguna barang dan jasa untuk menerima sanksi yang telah disebutkan diatas terhadap perbuatan yang tidak patut dilakukan seperti melakukan praktek KKN berupa memberikan denda , berhenti dari jabatan pengadaan barang/jasa. Dengan demikian pelaksanaan kebijakan P3DN dapat benar-benar dilaksanakan guna mendukung industri dalam negeri.

BAB V