• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Renteng

Dalam dokumen HUKUM PERUSAHAAN TRANSNASIONAL DAN FRANC (Halaman 177-184)

HUKUM FRANCHISE

ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM USAHA BISNIS FRANCHISE

D. Aspek Hukum Perpajakan

12. Tanggung Renteng

Pengaturan mengenai tanggung renteng Pajak Pertambahan Nilai—yang semula diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sampai dengan perubahan kedua atas Undang-Undang tersebut dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000, dan kemudian dihapus dari UU KUP yang baru karena merupakan pengaturan material—diatur kembali dalam

Juajir Sumardi 178 UU PPn yang baru mengingat ketentuan ini masih sangat diperlukan untuk melindungi pembeli maupun penjual.

Selanjutnya mengenai pajak atas royalty, dalam sistem bisnis franchise, seperti diketahui bahwa pihak Franchisee (pemegang franchise) mendapat hak berdasar perjanjian dengan kewajiban memberikan royalty atau franchise fee kepada pihak franchisor (pemilik franchise), maka atas pembayaran royalty ini dikenakan pajak. Hal ini dikarenakan semua kegiatan dalam bidang franchise adalah kegiatan yang berpotensi ekonomi, dan karenanya berpotensi fiskal.151

Dalam kaitan dengan bisnis franchise, permasalahan dalam hal pajak royalty ini adalah, siapakah yang harus membayar pajak atas royalty ini, apakah pihak franchisee ataukah pihak franchisor. Dalam kaitan ini, praktek yang terjadi, pembebanan pajak royalty ini didasarkan atas kesepakatan bersama yang dituangkan di dalam perjanjian franchise. Jadi, tidak ada suatu ketentuan yang mewajibkan hanya satu pihak saja yang menanggung beban pajak ini, dapat saja diperjanjikan bahwa beban pajak royalty ini ditanggung bersama.

Masalah perpajakan yang terkait dalam sistem bisnis franchise ini sangat penting bagi sektor pemasukan negara di bidang perpajakan. Dengan berkembangnya sistem bisnis franchise yang diterapkan dalam hubungan perdagangan di Indonesia, maka seyogianya pemerintah melakukan pengaturan secara lebih jelas mengenai aspek-aspek hukum perpajakan dari sistem bisnis franchise ini. Untuk itu, perlu suatu kebijakan nasional ke arah terciptanya suatu undang-undang yang secara khusus mengatur masalah bisnis franchise ini.

151

Pajak atas royalty ini dapat diperhitungkan secara per tahun atas dasar omzet atau laba yang diperoleh dalam tiap tahunnya, dan dapat pula diperhitungkan secara lumpsum. Besarnya pajak royalty ini adalah 15% dari jumlah bruto untuk wajib pajak dalam negeri, sedangkan untuk wajib pajak luar negeri adalah 20%.

Juajir Sumardi 180 DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman A., Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan, Get. 2, Jakarta: Pradnya Paramita, 1970.

Alice de Jonge., Transnational Corporations And International Law: Accountability in the Global Business Environment, United Kingdom: Edward Elgar Publishing Limited, 2011.

Arif, Sritua dan Adi Sasono, Modal Asing dan Beban Hutang Luar Negeri dan Ekonomi Indonesia, Jakarta: Ul Press, 1987.

Barnet, Richard J dan Ronald E. Muller, Menjangkau Dunia Menguak Kekuasaan Perusahaan Multinasional, Jakarta: LP3ES, 1984.

Bedjaoui, Mohammed, Menuju Tata Ekonomi Dunia Baru, Jakarta: GunungAgung, 1985.

Boediono, Ekonomi Internasional, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM, 1981.

Black, Henry Campbell, Black's Law Dictionary, Sixth Edition, T.tp: Minn West Publishing Co, 1990.

Ells, Richard, Global Corporation: The Emerging System of World Economic Power, New York, 1972.

Erler, Brigitte, Bantuan Mematikan: Catatan Lapangan Tentang Bantuan Asing, Jakarta: LP3ES, 1989.

Fern, Martin D, Warren's Form of Agreement, USA: Mattew Bender, 1992. Franchise Handbook 1993, Blenheim Group PLC, 1992.

Friedman, W.G. dan John Pierre Beguin, Joint International Venture in Development Countries, New York: Columbia University Press, 1971. Hall Hill, Investasi Asing dan Industrialisasi di Indonesia, Jakarta: LP3ES,

1991.

Hartono, Sunaryati, Beberapa Masalah Transnasional Dalam Penanaman Modal Asing, Bandung: Binacipta, 1972.

Juajir Sumardi 181 _______, Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional, Bandung: Binacipta,

1976.

______, Hukum Ekonomi Pembangunan, Bandung: Binacipta, 1982. ______, In Search of New Legal Principles, Bandung: Binacipta, 1982.

Harjowidigdo, Rooseno, "Perspektif Pengaturan Perjanjian Franchise", Makalah Pertemuan Ilmiah tentang Usaha Franchise dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi, Jakarta: BPHN, 1993.

______, "Beberapa Aspek Hukum Franchising", Makalah Seminar tentang Aspek-aspek Hukum tentang Franchising, Surabaya: IKADIN Cab. Surabaya, 1993.

H Horn (ed), 1980, Legal Problems of Codes of Conduct for Multinational Enterprises, Deventer: Kluwer, 1980.

Iman, Mac Daniel,: Masalah Merk dalam Usaha Franchise", Makalah Pertemuan Ilmiah tentang Usaha Franchise dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi, Jakarta: BPHN, 1993.

Ismail Sunny dan Rudioro Rochmat, Tinjauan dan Pembahasan Undang- Undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, Jakarta: Pradnya Paramita, 1976.

Kaufmann David J (ed)., Effective Negotiation: Case Studies in Conference Diplomacy, Dordrecht: Kluwer, 1989.

---., Franchising 1990 Business Strategies and Compliance Issues, T.tp: Practising Law Institute, 1990.

Kusumaatmadja, Mochtar, Pengantar Hukum Internasional Buku I (Umum), Bandung: Binacipta, 1982.

Kuin, Pieter, Perusahaan Transnasional, Jakarta: Gramedia, 1983.

Lubis, T. Mulya dan Richard M. Buxbaum (peny), Peranan Hukum Dalam Perekonomian di Negara Berkembang, Jakarta: Yayasan Oborlnd., 1986.

Mayfield, Alfred, Understanding Franchising in Australia, The Business Library, 1987.

Juajir Sumardi 182 Mendelsohn, Martin, Franchisor's Manual, The British Franchise Association

Guide, 1987.

Queen, Douglas, Pedoman Membeli dan Menjalankan Franchise, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1993.

R.T. Dorl, Franchising and Licensing in the US, Les Nouvelles, 1967.

Setiawan, "Perjanjian Franchising", dalam Aspek-aspek Hukum tentang Franchise, Surabaya: Ikatan Advokat Indonesia Cabang Surabaya, Tahun publikasi tidak terbaca.

Situmorang, Basani, "Masalah Hukum Ketenagakerjaan dalam Usaha Franchise", Makalah Pertemuan Ilmiah tentang Usaha Franchise dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi, Jakarta: BPHN, 1993. Soebagjo, Felix O., "Perlindungan Bisnis Franchise", Makalah Seminar

tentang Peluang Bisnis Waralaba (Franchise) dan Pengembangannya di Indonesia, Jakarta: LPPM-AFI, 1993.

Sumardi, Juajir, "Perjanjian Sebagai Dasar dalam Hubungan Bisnis Franchise", Makalah, Jakarta: PPS-UI, 1993.

______, "Bisnis Franchise Sebagai Pranata Hukum Baru", Makalah, Ujung Pandang: FH-Unhas, 1994.

_______, "Perlindungan Hukum dalam Sistem Bisnis Franchise di Indonesia", Makalah, Ujung Pandang: FH Unhas, 1993.

Surya P Subedi., International Investment Law Reconciling Policy and Principle, USA: Oxford and Portland, Oreon, 2008.

V. Winarto, "Pengembangan Waralaba (Franchising) di Indonesia, Aspek Hukum dan Non Hukum", dalam Aspek-aspek Hukum tentang Franchise, Surabaya: Ikatan Advokat Indonesia Cabang Surabaya, Tahun publikasi tidak terbaca.

West, Alan, Perdagangan Eceran, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1992.

Mappangaja, Hidayat, Peranan Perusahaan Transnasional Ditinjau dari segi Hukum Ekonomi Internasional, Ujung Pandang: Fak. Hukum Unhas, 1992.

Juajir Sumardi 183 Panglaykim, Yusuf, Investasi langsung Jepang di Kawasan ASEAN,,

Yogyakarta: Andi Offset, 1983. ?

_________Perusahaan Multinasional Dalam Bisnis Internasional, Jakarta: Analisa CSIS, 1983.

Prasetia, Rudi, Kedudukan Mandiri dan Pertanggungjawaban Terbatas Dari Perseroan Terbatas, Surabaya: Airtangga University Press, T983. Rajagukguk, Erman, Indonesianisasi Saham, Jakarta: BinaAksara, 1983. Saran K, Kornelis, Perusahaan Multinasional Dalam Tata Ekonomi

Internasional Baru, Ujung Pandang: Fak Hukum Unhas, 1990.

Sumantoro, Aspek-aspek Pengembangan Dunia, Usaha Indonesia,: Bandung: Bina cipta, 1977.

___________Kegiatan Perusahaan Multinasional, Jakarta: PT. Gramedia, 1987.

__________, Hukum Ekonomi, Jakarta: Ul Press, 1986

Syahmin AK, Hukum Perjanjian Internasional (Menurut Konvensi Wina Tahun 1969), Bandung; Armico, 1985.

Juajir Sumardi 184 LAMPIRAN I

ukumonline.com

www.hukumonline.com

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007

TENTANG WARALABA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk lebih meningkatkan tertib usaha dengan cara Waralaba serta meningkatkan kesempatan usaha nasional, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Waralaba.

Mengingat :1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijke Wetboek, Staatblads 1847 Nomor 23);

3. Undang-Undang Penyaluran Perusahaan 1934 (Bedrijfs Reglementerings Ordonantie 1934, Staatblads 1938 Nomor 86);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3611).

MEMUTUSKAN:

Dalam dokumen HUKUM PERUSAHAAN TRANSNASIONAL DAN FRANC (Halaman 177-184)

Dokumen terkait